Anda di halaman 1dari 10

ADAB MAKAN DAN MINUM

Mata Kuliah : Praktikum Qiroah dan Ibadah


Dosen Pengampu : Dr. Saifudin, M.Pd.I.

Disusun oleh:
Fhadia Andita
11220950000010

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ADAB MAKAN DAN
MINUM” dengan segenap kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan
kontribusinya dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Saifudin, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Qiroah dan Ibadah
yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini.
Harapan dari penulisan makalah ini semoga dapat memberikan manfaat serta sedikit
pengetahuan bagi pembaca sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat
kekurangan di dalamnya baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian yang
digunakan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat
menjadi acuan dalam membuat makalah yang lebih baik di masa mendatang.

Jakartaa, 18 Juni 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syariat Islam dalam konteks ini Alquran dan Hadis senantiasa mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia sehari-hari. Dengan memberi petunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya
dilakukan dan mana yang tidak pantas dilakukan. Salah satu ajarannya adalah etika makan
dan minum. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
senantiasa mengalami kemajuan sesuai perkembangan zaman serta pola pikir manusia.
Jika dicermati fenomena kesadaran beragama saat ini banyak dijumpai perilaku muslim
yang nampaknya menyepelekan amalan-amalan baik yang sifatnya wajib apalagi yang
sunnah, namun berlebihan pada perkara yang mubah.
Era kehidupan modern kini banyak dijumpai pada berbagai perhelatan atau pesta-pesta
yang dilaksanakan di gedung-gedung bahkan di hotel-hotel dalam acara jamuan makan
misalnya, telah menjadi trend pesta berlangsung dengan suasana makan minum berdiri.
Sementara syariah telah memberikan petunjuk untuk dipedomani perihal makan, minum.
Rasulullah saw. sendiri telah memberikan contoh tauladan dalam hal etika makan dan
minum untuk kemaslahatan umat manusia. Misalnya, Nabi Muhammad saw. melarang
kaumnya makan dan minum sambil berdiri, yang ternyata secara medis dapat dibuktikan
oleh ilmu kedokteran modern yang mengungkapkan bahwa minum dalam keadaan berdiri
menyebabkan air mengalir berjatuhan dengan keras pada dasar lambung dan
menumbuknya, sehingga lambung kendor dan pencernaan menjadi sulit.1 Penemuan ini
sejalan dengan peringatan Rasulullah saw kepada manusia tentang resiko kesehatan
apabila makan dan minum dengan cara berdiri sesuai sabdanya:
‫َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ بْ ُن بَشَّ ا ٍر َح َّدثَنَا ابْ ُن أَ يِب عَ يد ٍي َع ْن َس يعي يد بْ ين أَ يِب َع ُروب َ َة َع ْن قَتَا َد َة َع ْن أَن َ ٍس َأ َّن النَّ ي َِّب‬
‫ْك قَا َل َذاكَ أَ َش ُّد قَا َل أَبُو يع َيَس َه َذا‬ ُ ْ َ‫َْش َب َّالر ُج ُل قَائي ًما فَ يقي َل ْاْل‬
َ ْ ‫اَّلل عَلَ ْي يه َو َس َّ ََّل َنَ َى أَ ْن ي‬
ُ َّ ‫َص ََّّل‬
‫َص ٌيح‬ ‫يث َح َس ٌن َ ي‬ ٌ ‫َح يد‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Adi dari Sa'id bin Arubah dari Qatadah dari Anas bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang seseorang minum dalam
keadaan berdiri. Kemudian ditanyakan kepada beliau, "Bagaimana dengan
makan?" Beliau menjawab: "Terlebih lagi dalam makan." Abu Isa berkata; Ini
adalah hadits hasan shahih. (HR. At-Tirmidzi No. 1800 - Kitab Minuman).
Secara konseptual, semuanya telah diatur oleh Islam dengan sejelas-jelasnya. Dan di
sisi lain, dalam tataran praktis atau aplikatif, Islam memiliki pula tatacara tertentu yang
digunakan untuk mengaplikasikan hukum-hukumnya untuk memelihara akidah, serta
mengemban risalah dakwah.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang pemikiran di atas, maka persoalan pokok yang menjadi kajian
utama dalam makalah ini adalah “Bagaimana adab makan minum dalam pandangan
syariat. Dan untuk terarahnya pembahasan pada makalah ini ini akan dikemukakan sub-
sub permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana dan apa saja adab-adab makan dan minum menurut syariat Islam?
2. Bagaimana dampak makan dan minum berdasarkan adab menurut syariat Islam?

1
Muhammad Suwardi, Rahasia Sehat Rasulullah yang Tak Pernah Sakit (Jakarta: Zahira, 2013), h. 3.
C. Tujuan
Berdasar latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tulisan ini
bertujuan adalah :
a. Untuk mengkaji tentang adab makan dan minum menurut syariat Islam agar dapat
dipedomani sekaligus memperoleh hikmah atau manfaat disyariatkannya dalam
Alquran dan Hadis.
b. Untuk mengetahui dampak bilamana manusia mengikuti syariat terkait dengan
adab makan dan minum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Adab Makan, dan Minum
Adab (‫ )ادب‬dalam bahasa arab yang artinya budi pekerti, tata krama, atau sopan santun.
Arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang
mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. Ibnu
Miskawaih memaknai adab sebagai keadaan yang melekat pada jiwa manusia, berbuat
dengan mudah, tanpa melalui proses pertimbangan atau pemikiran (kebiasaan sehari- hari).
Adab merupakan proses untuk mendapatkan sebuah ilmu, dengan adab yang mulia ilmu
akan mudah diterima oleh peserta didik dan akan mencegah serta mengurangi kesalahan
seseorang dalam bemuamalah. Makna Adab menurut Hamzah Ya'qub, diantaranya: a)
Adab merupakan ilmu yang dapat membedakan antara terpuji dan tercela, baik dan buruk;
b). Adab ialah ilmu yang dengannya mampu memberikan pemahaman mengenai hal baik
dan buruk, serta meng- ajarkan interaksi manusia.
Adab makan dan minum adalah tata cara yang dilakukan saat sebelum makan dan
minum, sedang makan dan minum dan setelah makan dan minum sesuai dengan ajaran
Rasulullah.

B. Adab Makan dan Minum Menurut Perspektif Syariah Islam


Dalam perpektif syariah yang berkenan dengan adab makan dan minum yang sebagai
berikut:
1. Makan dan minum diniatkan untuk bertaqwa dan taat kepada Allah.
2. Berlindung dari kelaparan, dijelaskan dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah RA
berkata: Nabi bersabda:
‫َاللهُـ َّم ا يِن َأع ُـو ُذب َيك يم َن الْ ُج ْـو يع فَان َّ ُه يبئ َْـس الضَّ جي ْيع ي َو َأع ُْـو ُذ ب َيك يم َن الْ يخ َيان َ ية فَان َّ ُه يبئ َْـس ْالب َيطان َ ية‬
ِ ِ ِ
“Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari kelaparan sesungguhnya ia seburuk-buruk
teman tidur dan aku berlindung kepadaMu dari khianat sesungguhnya ia seburukburuk
teman dekat”. (HR. Abu Dawud No. 2723)
3. Berusaha mencari makanan yang halal, berdasarkan firman Allah SWT:
‫ََي َأيُّـهَا َّ ياَّل ْي َن أ َمنُ ْـوا ُ ُُك ْوا يم ْن َط يي َب ي‬
ْ ُ َ‫ات َما َر َزق‬
‫نك‬
“Wahai orang-orang yang beriman makanlah dari yang baik pada apa-apa yang telah
kami berikan rizki kepadamu” (QS. Al-Baqarah: 172)
4. Tidak berlebih-lebihan.
5. Di antara adab makan adalah membagi perutmu menjadi tiga bagian, yaitu sepertiga
untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas, Rasulullah SAW
bersabda:
‫ات يُ يق ْم َن َصلْ َب ُه فَا ْن ََك َن ال بُ َّد فَا يع ًال فَثُلُ ٌث َلط َعا يم يه َوثُلُ ٌث‬ ًّ َ ‫َما َم َ ََل َا َد يم ٌّي يوعَ ًاء‬
ٌ ‫َشا يم ْن ب َ ْط ين ي َِب َس يب ْب ين أ َد َم لُقَ ْي َم‬
ِ
‫ْشا يب يه َوثُلُ ٌث يلنَ َف يس يه‬
َ َ ‫يل‬
“Tidaklah seorang anak Adam mengisi sesuatu yang lebih buruk dari perutnya,
cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya, dan
jika dia harus mengerjakannya maka hendaklah dia membagi sepertiga untuk
mkanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya”.
Ini adalah beberapa tuntunan yang diajarkan oleh Nabi agar umatnya terjaga dari
penyakit yang disebabkan oleh makanan dan minuman, keterangan di atas menunjukkan
dimakruhkan memperbanyak dan mempersedikit makan sehingga menyebabkan
lemahnya badan.
6. Tidak dianjurkan makan yang banyak, sebab Rasulullah SAW bersabda:
ُ ُ ْ‫ْك يِف َم ْع ٍي َوا يح ٍد َوالْ ََك يف ُر يَأ‬
‫ْك يِف َس ْب َع ية َأ ْم َعا ٍء‬ ُ ُ ْ‫َالْ ُم ْؤ يم ُن يَأ‬
“Orang-orang mu’min makan dengan satu usus dan orang kafir makan dengan tujuh
usus”.
7. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, berdasarkan sabda Nabi:
‫ َولَ ْم ي َ ْغ يس ْ ُْل فَ َاصاب َ ُه شَ ٌئ فَ َال يَلُ ْو َم َّن االَّ ن َ ْف َس ُه‬-‫َم ْن َنَ َم َو يِف ي َ يد يه َ َْغ ُر – يريْ يح الل َّ ْح يم‬
ِ
“Barangsiapa yang tidur sementara tangannya dipenuhi bau daging dan dia belum
mencucinya lalu ditimpa oleh sesuatu maka janganlah dia mencela kecuali dirinya
sendiri” (HR. Bukhari no: 5393, Muslim 2060, 182)
8. Membaca Basmalah pada permulaan makan.
9. Setelah selesai makan maka dia mengucapkan salah satu do’a yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW, yaitu:
‫َالْ َح ْمدُ ي يَّلل َ َْحدً ا َكثي ْ ًْيا َط يي ًبا ُم َب َار ًَك يف ْي يه غَ ْ َْي َم ْك يف ٍي َو َال ُم َو يد ٍع َو َال ُم ْس تَغ يِْن َع ْن ُه َربَّنَا َع َّز َو َج َّل‬
“Segala puji bagi Allah, pujian yang berlimpah lagi baik dan berkah yang senantiasa
dibutuhkan, diperlukan dan tidak bisa ditingalkan wahai rabb kami”
10. Makan dan minum dengan tangan kanan dan dilarang menggunakan tangan kiri,
berdasarkan sabda Nabi:
ُ ُ ْ‫الش ْي َط َان يَأ‬
‫ْك يِب يلش َمالي‬ َّ ‫َال تَأْ ُ ُُك ْوا يِب يلش َمالي فَا َّن‬
ِ
“Janganlah makan dengan tangan kiri sebab setan makan dengan tangan kiri” (HR.
Muslim no: 2019)
11. Makan dimulai dari yang terdekat
َ ‫هللا َو ُْك يب َيميني َك َو ُْك يم َّما ي َ يل‬
‫يك‬ َ ‫ََي غُ َال ُم َس‬
"Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu dan
makanlah apa-apa yang dekat dengan dirimu". (HR. Bukhari dan Muslim)
12. Dianjurkan mengambil suapan yang terjatuh dan membersihkan apa-apa yang
menempel lalu memakannya, berdasarkan sabda Nabi:
‫ا َذا َط يع َم َأ َحدُ ُ ُْك فَ َسقَ َط ْت لُ ْق َم ُت ُه يم ْن ي َ يد يه فَلْ ُي يمطْ َم َاراب َ ُه يمْنْ َا َولْ َي ْط َع ْمهَا َو َال يَدَ ْعهَا لي َّلش ْي َط يان‬
ِ
“Apabila salah seorang di antara kalian sedang makan, lalu suapannya terjatuh dari
tangannya maka hendaklah dia membersihkan apa-apa yang meragukannya lalu
makanlah dia, dan janganlah membiarkannya untuk setan”
13. Tidak disyari’atkan mencium makanan, sebagaimana yang ditegaskan oleh Syekhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimhullah Ta’ala.
14. Tidak menyebut nama bagi suatu makanan dengan sebutan yang tidak disukai, dalam
sebuah hadits riwayat Abi Hurairah Rasulullah SAW bersabda:
‫َال تُ َس ُّم ْوا الْ يع َن َب الْ َك ْر َم فَا َّن الْ َك ْر َم َّالر ُج ُل ْامل ُ ْس ي َُّل‬
ِ
“Janganlah kalian menamakan Al-Inab (anggur) dengan nama al-karm sebab Al-Karm
adalah lelaki yang muslim”.
15. Dilarang mencela dan menghina makanan, sebagimana disebutkan dalam sebuah hadits
bahwa Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan sedikitpun, apabila beliau
menyukainya maka beliau memakannya dan jika tidak menginginkannya maka beliau
meninggalkannya.45 Imam Nawawi rahimahullah berkata: Dan di antara adab makan
yang harus adalah makanan tersebut tidak dicela, seperti mengatakan: makanan ini asin
atau kecut… Adapun keengganan Nabi memakan biawak, untuk memberitahukan
bahwa keengganan beliau tersebut semata-mata karena beliau tidak menginginkannya.
Dan boleh mengatakan: “Saya tidak menginginkan makanan ini”.
16. Mengutamakan minum dengan cara duduk, dan Nabi Muhammad SAW menghardik
seorang yang minum dengan cara berdiri47, namun dibolehkan minum secara berdiri
berdasarkan hadits riwayat Ibnu Abbas RA menceritakan bahwa dia memberi minum
kepada Rasulullah SAW dari air zamzam, lalu beliau meminumnya, sementara beliau
tetap berdiri.
17. Dimakruhkan minum dari wadah tempat air secara langsung, dari Abi Hurairah RA, dia
berkata: “Rasulullah SAW melarang minum dari mulut geriba (sejenis jerigen atau
galon) atau dari bejana tempat air minum (secara langsung).
18. Dianjurkan mengecilkan suapan dan mengunyah dengan baik.

C. Larangan dalam Makan dan Minum


1. Larangan Makan dan minum sambil berdiri Hadis Nabi saw. terkait dengan larangan
tersebut di atas:
‫عن اِب سعيد اخلدري ان رسول هلال صَّل هلال عليه وسَّل َنى عن الْشب قا مئا‬
“Dari Abi said al-Khudri sesungguhnya Rasulullah sw. melarang minum sambil
berdiri” (HR. Muslim No. 3774).
2. Larangan bernafas dalam wadah ketika minum, dan anjuran bernafas di luar wadah.
Hadis Nabi saw. berkenaan dengan larangan tersebut sebabagai berikut:
‫عن عبدهلال بن اىب قتادة عن ابيه قال قال رسول هلال صَّل هلال عليه وسَّل ادا َشب أحدُك فال يتنفس‬
‫ىف االباء وادا اىت اخلالء فال ميس دكره بميينه وال يتنسخ بميينه‬
“Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari ayahnya berkata, Rasulullah saw. bersabda:
“Apabila seseorang di antara kamu minum maka janganlah dia bernafas di dalam
wadah, dan apbila dia mendatangi kakus (istinja di tempat buang air) maka janganlah
ia menyentuh kemaluannya dengan tangan kanan dan mengusapnya dengan tangan
kanan.” (HR. Bukhari No. 5199)
3. Larangan meniup dalam wadah, sabda Nabi saw.:
‫عن أِب سعيد اخلدرى أنه قا ل َنى رسول هلال صَّل هلال عليه وسَّل عن الْشب ثلمة القدح وأن ينفخ ِف‬
‫الْشاب‬
“Dari Abi Sa’id al-Khudri sesungguhnya ia berkata, Rasulullah saw. melarang minum
sambil memecahkan lubang wadah air dan dilarang meniup air minum.” (HR. Abu
Dawud No. 3234)
4. Larangan makan terlalu kenyang, hadis Naabi Saw.:
‫عن مقدام بن معدى كرب قا ل مسعت رسول هلال صَّل هلال عليه وسَّل يقول ما مأل أديم وعاء َشا من بطن ِبسب‬
‫ابن ادم أَكلت يقمن صلبه فان َكن ال حماةل فثلث لطعامه وثلث لْشابه وثلث لنفسه‬.
“Dari Miqdam bin Ma’diy Karb berkata aku mendengar Rasulullah saw. bersabda”
Tidaklah seseorang mengisi perutnya sehingga bagaikan bejana (mengisi) kejahatan
(penyakit) dengan menadahkan beberapa suap yang dapat meluruskan tulang sulbinya.
Jika ia tidak berbuat demikian, maka sepertiganya untuk makanannya, sepertiganya
untuk minumannya, dan sepertiganya untuk bernafas.” (HR. Ibnu Majah No. 3340)
5. Dilarang makan dan minum pada bejana emas dan perak, dari Hudzaifah radhiallahu
anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
‫ْشبُوا يِف أ ين َي ية ا ََّّله يَب َوالْ يفضَّ ية َو َال تَأْ ُ ُُكوا يِف يَصَا يفهَا فَاَنَّ َا لَهُ ْم يِف ادلُّ نْ َيا َولَ َنا يِف ْاْل يخ َر ية‬
َ ْ َ ‫ال تَ ْلبَ ُسوا الْ َح ير ْي َر َو َال ادلَّ نْ َي َاج َو َال ت‬
ِ
"Janganlah kalian memakai kain sutra dan yang bergaris dan jangan pula kalian
minum pada bejana emas dan perak serta makan pada piring yang terbuat dari emas
dan perak sebab dia (semua disebutkan di atas) adalah bagi mereka di dunia dan bagi
kalian di akhirat". (Muttafaq ‘alaih)
6. Tidak boleh makan sambil bersandar atau berbaring Dalam sebuah hadits disebutkan,
‫هللا عَلَ ْي يه َو َس َّ ََّل َال أ ُْك ُمتَّ يكفا‬
ُ ‫هللا َص ََّّل‬ ُ ‫َع ْن عَ ي يل ْب ين ْ َاْل ْق َم ير َ يمس ْع ُت َأ َِب ُج َح ْي َف َة ي َ ُق‬
‫ول قَا َل َر ُسو ُل ي‬
“Dari Ali bin Al Aqmar Aku mendengar Abu Juhaifah berkata Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Aku tidaklah makan sambil bersandar." (HR. Bukhari).
7. Dilarang minum dari sebuah bejana yang pinggirnya terpecah, Dari Abu Hurairah
radhiallahu anhu berkata bahwa dilarang minum dari bejana yang pinggirnya pecah."

D. Hikmah Adab Makan dan Minum


Makan dan minum sebagai salah satu aktivitas manusia adalah perbuatan mubah. Namun
syariat Islam tetap memberi aturan sebagaimana masalah-masalah yang lain. Hal ini
dimaksudkan agar sesuatu perkara yang sifatnya mubah dapat bernilai ibadah serta
mendatangkan kemaslahatan. Demikianlah adanya ketetapan atau tuntunan dengan adab-
adab kebiasaan yang terpuji.
Hal-hal tersebut di atas yang telah dianjurkan oleh Nabi saw. jika dipetik hikmahnya,
salah satunya larangan mengambil makanan yang ada di hadapan orang lain adalah agar
terhindar dari perbuatan kurang sopan, karena boleh jadi orang lain akan merasa terganggu
dan bahkan merasa jijik dengan perbuatan tersebut. Maka dapat diartikan, salah satu hikmah
adanya adab makan dan minum yaitu sebagai nilai pendidikan tatakrama dan akhlak yang
terpuji atas perilaku seseorang.
Hikmah adab makan dan minum dianjurkan duduk dalam pandangan medis seperti yang
dikemukakan oleh Abdurrazaq al-Kailani berkata: “Minum dan makan sambil duduk lebih
sehat, lebih selamat dan lebih sopan. Karena apa yang diminum atau dimakan oleh
seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lembut. Adapun
minumsambil berdiri, hal tersebut akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar
usus dan menbraknya dengan keras pula. Jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu
lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, dan hal ini dapat menyebabkan
disfungsi pencernaan. Demikian halnya, makan sambil berjalan, sama sekali tidak sehat,
tidak sopan, tidak etis dan tidak pernah dikenal dalam ajaran Islam dan kaum muslimin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adab makan dan minum adalah tata cara yang dilakukan saat sebelum makan dan
minum, sedang makan dan minum dan setelah makan dan minum sesuai dengan ajaran
Rasulullah.
Secara konseptual, semuanya telah diatur oleh Islam dengan sejelas-jelasnya. Dan di sisi
lain, dalam tataran praktis atau aplikatif, Islam memiliki pula tatacara tertentu yang
digunakan untuk mengaplikasikan hukum-hukumnya untuk memelihara akidah, serta
mengemban risalah dakwah.
Makan dan minum sebagai salah satu aktivitas manusia adalah perbuatan mubah. Namun
syariat Islam tetap memberi aturan sebagaimana masalah-masalah yang lain. Hal ini
dimaksudkan agar sesuatu perkara yang sifatnya mubah dapat bernilai ibadah serta
mendatangkan kemaslahatan. Demikianlah adanya ketetapan atau tuntunan dengan adab-
adab kebiasaan yang terpuji.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Suwardi. (2013). Rahasia Sehat Rasulullah yang Tak Pernah Sakit. Jakarta:
Zahira.
Sohrah. (2016). Etika Makan Dan Minum dalam Pandangan Syariah. Al-Daulah, Volume 5,
Nomor 1.
Siti Imritiyah. (2016). Kajian Hadis-Hadis Adab Makan dan Minum; Perspektif Ilmu
Kesehatan. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai