Disusun oleh:
Fhadia Andita
11220950000010
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ADAB MAKAN DAN
MINUM” dengan segenap kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan
kontribusinya dalam penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Saifudin, M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Qiroah dan Ibadah
yang telah membimbing dalam penulisan makalah ini.
Harapan dari penulisan makalah ini semoga dapat memberikan manfaat serta sedikit
pengetahuan bagi pembaca sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat
kekurangan di dalamnya baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian yang
digunakan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat
menjadi acuan dalam membuat makalah yang lebih baik di masa mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syariat Islam dalam konteks ini Alquran dan Hadis senantiasa mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia sehari-hari. Dengan memberi petunjuk kepada hal-hal yang sebaiknya
dilakukan dan mana yang tidak pantas dilakukan. Salah satu ajarannya adalah etika makan
dan minum. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
senantiasa mengalami kemajuan sesuai perkembangan zaman serta pola pikir manusia.
Jika dicermati fenomena kesadaran beragama saat ini banyak dijumpai perilaku muslim
yang nampaknya menyepelekan amalan-amalan baik yang sifatnya wajib apalagi yang
sunnah, namun berlebihan pada perkara yang mubah.
Era kehidupan modern kini banyak dijumpai pada berbagai perhelatan atau pesta-pesta
yang dilaksanakan di gedung-gedung bahkan di hotel-hotel dalam acara jamuan makan
misalnya, telah menjadi trend pesta berlangsung dengan suasana makan minum berdiri.
Sementara syariah telah memberikan petunjuk untuk dipedomani perihal makan, minum.
Rasulullah saw. sendiri telah memberikan contoh tauladan dalam hal etika makan dan
minum untuk kemaslahatan umat manusia. Misalnya, Nabi Muhammad saw. melarang
kaumnya makan dan minum sambil berdiri, yang ternyata secara medis dapat dibuktikan
oleh ilmu kedokteran modern yang mengungkapkan bahwa minum dalam keadaan berdiri
menyebabkan air mengalir berjatuhan dengan keras pada dasar lambung dan
menumbuknya, sehingga lambung kendor dan pencernaan menjadi sulit.1 Penemuan ini
sejalan dengan peringatan Rasulullah saw kepada manusia tentang resiko kesehatan
apabila makan dan minum dengan cara berdiri sesuai sabdanya:
َح َّدثَنَا ُم َح َّمدُ بْ ُن بَشَّ ا ٍر َح َّدثَنَا ابْ ُن أَ يِب عَ يد ٍي َع ْن َس يعي يد بْ ين أَ يِب َع ُروب َ َة َع ْن قَتَا َد َة َع ْن أَن َ ٍس َأ َّن النَّ ي َِّب
ْك قَا َل َذاكَ أَ َش ُّد قَا َل أَبُو يع َيَس َه َذا ُ ْ ََْش َب َّالر ُج ُل قَائي ًما فَ يقي َل ْاْل
َ ْ اَّلل عَلَ ْي يه َو َس َّ ََّل َنَ َى أَ ْن ي
ُ َّ َص ََّّل
َص ٌيح يث َح َس ٌن َ ي ٌ َح يد
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Adi dari Sa'id bin Arubah dari Qatadah dari Anas bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang seseorang minum dalam
keadaan berdiri. Kemudian ditanyakan kepada beliau, "Bagaimana dengan
makan?" Beliau menjawab: "Terlebih lagi dalam makan." Abu Isa berkata; Ini
adalah hadits hasan shahih. (HR. At-Tirmidzi No. 1800 - Kitab Minuman).
Secara konseptual, semuanya telah diatur oleh Islam dengan sejelas-jelasnya. Dan di
sisi lain, dalam tataran praktis atau aplikatif, Islam memiliki pula tatacara tertentu yang
digunakan untuk mengaplikasikan hukum-hukumnya untuk memelihara akidah, serta
mengemban risalah dakwah.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang pemikiran di atas, maka persoalan pokok yang menjadi kajian
utama dalam makalah ini adalah “Bagaimana adab makan minum dalam pandangan
syariat. Dan untuk terarahnya pembahasan pada makalah ini ini akan dikemukakan sub-
sub permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana dan apa saja adab-adab makan dan minum menurut syariat Islam?
2. Bagaimana dampak makan dan minum berdasarkan adab menurut syariat Islam?
1
Muhammad Suwardi, Rahasia Sehat Rasulullah yang Tak Pernah Sakit (Jakarta: Zahira, 2013), h. 3.
C. Tujuan
Berdasar latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tulisan ini
bertujuan adalah :
a. Untuk mengkaji tentang adab makan dan minum menurut syariat Islam agar dapat
dipedomani sekaligus memperoleh hikmah atau manfaat disyariatkannya dalam
Alquran dan Hadis.
b. Untuk mengetahui dampak bilamana manusia mengikuti syariat terkait dengan
adab makan dan minum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Adab Makan, dan Minum
Adab ( )ادبdalam bahasa arab yang artinya budi pekerti, tata krama, atau sopan santun.
Arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, perilaku atau tata cara hidup yang
mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan, kebaikan, budi pekerti atau akhlak. Ibnu
Miskawaih memaknai adab sebagai keadaan yang melekat pada jiwa manusia, berbuat
dengan mudah, tanpa melalui proses pertimbangan atau pemikiran (kebiasaan sehari- hari).
Adab merupakan proses untuk mendapatkan sebuah ilmu, dengan adab yang mulia ilmu
akan mudah diterima oleh peserta didik dan akan mencegah serta mengurangi kesalahan
seseorang dalam bemuamalah. Makna Adab menurut Hamzah Ya'qub, diantaranya: a)
Adab merupakan ilmu yang dapat membedakan antara terpuji dan tercela, baik dan buruk;
b). Adab ialah ilmu yang dengannya mampu memberikan pemahaman mengenai hal baik
dan buruk, serta meng- ajarkan interaksi manusia.
Adab makan dan minum adalah tata cara yang dilakukan saat sebelum makan dan
minum, sedang makan dan minum dan setelah makan dan minum sesuai dengan ajaran
Rasulullah.
Muhammad Suwardi. (2013). Rahasia Sehat Rasulullah yang Tak Pernah Sakit. Jakarta:
Zahira.
Sohrah. (2016). Etika Makan Dan Minum dalam Pandangan Syariah. Al-Daulah, Volume 5,
Nomor 1.
Siti Imritiyah. (2016). Kajian Hadis-Hadis Adab Makan dan Minum; Perspektif Ilmu
Kesehatan. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.