Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ ETIKA MAKAN DAN MINUM ”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas “STUDI HADIST”

Disusun Oleh :

1. Siti Mudawamah 20230750101124


2. Sekar Cahya Orienta 20230750101018
3. Rohmana Alipah Fibriati 20230750101048

Dosen Pembimbing :
Rulik Endarwati, M.Pd.I

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MA’ARIF MAGETAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa diberi kesempatan dan kemampuan untuk
menyelesaikan tugas kelompok. Oleh sebab itu, secara khusus kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing.

Makanan dan minuman adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari


manusia. Dalam Islam, tindakan makan dan minum juga memiliki panduan yang
telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW melalui hadis-hadisnya. Makalah ini
akan membahas beberapa hadis yang berkaitan dengan etika makan dan
minum dalam Islam.
Semoga makalah ini ada manfaatnya bagi kita semua atau memiliki
pengaruh tersendiri terhadap pengetahuan dan wawasan kami sebagai penyusun. Di
akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua. Aamiin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3


A. Etika makan dan minum yang diajarkan Rosululloh dalam hadits-haditsnya
........................................................................................................................ 3
B. Nilai moral dan spiritual yang dapat ditemukan dalam hadist-hadist
yang berkaitan dengan makanan dan minuman dalam islam ......................... 8
C. Etika makan dan minum dalam islam berkaitan dengan aspek-aspek lain
dari ajaran agama, seperti kesehatan, sosial, atau ekonomi ........................... 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 16


A. Kesimpulan .................................................................................................... 16
B. Saran ..............................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pentingnya makan dan minum dalam islam. Ini termasuk konsep-konsep
seperti menjaga kesehatan tubuh sebagai amanah, menghindari pemborosan,
dan berbagi makanan dengan sesama sebagai bagian dari etika islam.
Dalam keseluruhan, makan dan minum dalam islam bukan hanya masalah
fisik, tetapi juga memiliki dimensi spiritual dan moral yang kuat. Islam
mengajarkan umatnya untuk hidup yang seimbang, sehat, dan penuh dengan
rasa syukur kepada Allah SWT.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa makan dan minum penting dalam
islam :
1. Kesehatan Tubuh : Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga
kesehatan tubuh sebagai amanah dari Allah SWT. Dalam Al-Qur’an,
Allah berfirman bahwa tubuh adalah amanah, dan kita harus
merawatnya dengan baik. Konsep menjaga kesehatan melalui
makanan yang baik dan sehat sangat ditekankan dalam ajaran islam.
2. Pemborosan : Islam mengajarkan umatnya untuk tidak berlebihan
dalam makan dan minum. Pemborosan dalam makanan dan minuman
dianggap sebagai tindakan yang tidak terpuji. Nabi Muhammad SAW
juga menganjurkan untuk makan dalam porsi yang cukup, dan tidak
berlebihan.
3. Syukur kepada Allah SWT : Ketika seorang muslim makan atau
minum, ia diajarkan untuk mengucapkan doa syukur kepada Allah
SWT sebelum dan sesudah makan. Ini adalah cara untuk mengingat
bahwa semua rezeki berasal dari Allah SWT, dan kita harus bersyukur
atas makanan dan minuman yang diberikan kepada kita.
4. Etika Makan : Islam memiliki etika yang ditentukan untuk saat makan.
Misalnya, makan dengan tangan kanan, menghindari makan

1
berlebihan, dan berbagi makanan dengan orang lain adalah contoh-
contoh etika makan yang diajarkan dalam islam.
5. Pembersihan : Sebelum makan, islam mengajarkan untuk
membersihkan diri dan peralatan makan. Ini mencerminkan
pentingnya kebersihan dalam ajaran islam.
6. Kontrol Diri : Mempraktikkan kendali diri dalam hal makanan adalah
bagian penting dari ajaran islam. Islam mengajarkan umatnya untuk
tidak mengikuti hawa nafsu dalam hal makanan tetapi untuk
mengendalikan diri dan menjalani hidup yang seimbang.
7. Solidaritas Sosial : Islam juga mendorong berbagi makanan dengan
mereka yang membutuhkan. Ini adalah salah satu bentuk amal dan
solidaritas sosial dalam agama islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan etika makan
dan minum dalam hadist-hadistnya ?
2. Apa nilai moral dan spiritual yang dapat ditemukan dalam hadist-
hadist yang berkaitan dengan makanan dan minuman dalam islam ?
3. Bagaimana etika makan dan minum dalam islam berkaitan dengan
aspek-aspek lain dari ajaran agama, seperti Kesehatan, sosial, atau
ekonomi ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Hadist.
2. Untuk mengkaji lebih jauh tentang nilai moral dan spiritual yang dapat
ditemukan dalam hadist-hadist etika makan dan minum menurut
syariat Islam agar dapat dipedomani sekaligus memperoleh hikmah
atau manfaat di syariatkannya dalam Alquran dan Hadis.
3. Untuk mengetahui dampat bilamana manusia mengikuti syariat terkait
dengan etika makan dan minum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika makan dan minum yang diajarkan Rosululloh dalam hadits-


haditsnya.
1. Mencuci tangan sebelum makan dan minum.
Praktik hidup bersih dan sehat telah dipraktikkan oleh umat Islam
sejak dulu. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬bahkan memerintahkan para sahabatnya
untuk selalu mencuci tangan. Misalnya, saat sebelum makan, setelah
makan, saat bangun tidur, dan sebagainya (HR. Nasa’i no. 258, Muslim
no. 278). HR. Nasa’I no.258

‫ع ْن‬
َ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ ‫ع ْن أَبِي‬
َ ‫سلَ َمةَ ب ِْن‬ ٍ ‫ع ْن اب ِْن ِش َها‬
َ ‫ب‬ ُ ‫سعِي ٍد قَا َل َحدَّثَنَا اللَّي‬
َ ‫ْث‬ َ ‫أ َ ْخبَ َرنَا قُت َ ْيبَةُ ْب ُن‬
َ َ‫سلَّ َم َكانَ ِإذَا أ َ َرادَ أ َ ْن يَن‬
‫ام َوه َُو‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ت ِإ َّن َرسُو َل‬
َ ‫َّللا‬ ْ َ‫ع ْن َها قَال‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ِ‫عائ‬
َ
َ ‫ص ََل ِة َق ْب َل أ َ ْن َين‬
‫َام‬ َّ ‫ضأ َ ُوضُو َءهُ لِل‬َّ ‫ُج ُنبٌ ت ََو‬

Telah mengabarkan kepada kami [Qutaibah bin Sa'id] dia berkata;


Telah menceritakan kepada kami [Al-Laits] dari [Ibnu Syihab] dari
[Abu Salamah bin Abdurrahman] dari [Aisyah] Radliyallahu'anha, dia
berkata; "Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ingin tidur
padahal beliau sedang junub, maka beliau berwudlu seperti wudlu untuk
shalat sebelum tidur." HR. Muslim no.278

َ‫ع ْن َج ْعف َِر ب ِْن َربِيعَة‬ َ ‫ع ْن َجدِي‬ َ ‫ث أ َ ْخبَ َرنَا أَبِي‬


ِ ‫ب ب ِْن اللَّ ْي‬
ِ ‫ع ْبدُ ا ْل َملِكِ ْب ُن شُعَ ْي‬
َ ‫َحدَّثَنَا‬
‫َّللا‬ َ ‫س ِمعَهُ يَقُو ُل أ َ ْقبَ ْلتُ أَنَا َو‬
ِ َّ ُ‫ع ْبد‬ َ ُ‫َّاس أَنَّه‬
ٍ ‫عب‬ َ ‫ع ْن عُ َمي ٍْر َم ْولَى اب ِْن‬ َ َ‫الرحْ َم ِن ب ِْن ه ُْر ُمز‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫ع ْب ِد‬ َ
‫ث ب ِْن‬ ِ ‫ار‬ِ ‫علَى أَبِي ْال ُج َهي ِْم ب ِْن ْال َح‬ َ ‫سلَّ َم‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ج النَّبِي‬ ِ ‫ار َم ْولَى َم ْي ُمونَةَ زَ ْو‬ ٍ ‫س‬َ َ‫ْب ُن ي‬
‫س َّل َم نَحْ َو ِب ْئ ِر َج َم ٍل‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫اري ِ فَقَا َل أَبُو ا ْل ُج َهي ِْم أ َ ْقبَ َل َرسُو ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫الص َّم ِة ْاْل َ ْن‬
ِ ‫ص‬ ِ
‫علَ ْي ِه الس َََّل َم َحت َّى أَت َى‬
َ ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫سلَّ َم‬
ِ َّ ‫علَ ْي ِه فَلَ ْم َي ُردَّ َرسُو ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ َ‫فَلَ ِق َيهُ َر ُج ٌل ف‬
َ َّ‫س َح ِب َوجْ ِه ِه َو َيدَ ْي ِه ث ُ َّم َرد‬
‫علَ ْي ِه الس َََّل َم‬ َ ‫علَى ِجدَ ٍار فَ َم‬
َ

Telah menceritakan kepada kami [Abdul Malik bin Syu'aib bin Al-
Laits] telah mengabarkan kepada kami [Ayahku] dari [Kakekku] dari

3
[Ja'far bin Rabi'ah] dari [Abdurrahman bin Hurmuz] dari [Umair,
mantan sahaya Ibnu Abbas] bahwasanya dia pernah mendengarnya
berkata; Saya pernah datang bersama Abdullah bin Yasar, mantan
sahaya Maimunah, istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ke Abu Al-
Juhaim bin Al-Harits bin Ash-Shimmah Al-Anshari maka berkata [Abu
Al-Juhaim]; Pernah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi ke
tempat sumur jamal, lalu ada seorang laki-laki yang berpapasan
dengannya dan mengucapkan salam kepadanya, maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam tidak menjawab salamnya hingga beliau
datang ke sebuah tembok dan mengusap wajah dan kedua tangannya,
lalu beliau menjawab salamnya.

2. Membaca “bismillah” sebelum makan dan minum.


Sabda Nabi Muhammad SAW kepada Umar bin Abu Salamah, yang
kala itu beliau masih belia,

ُ‫ت تِّ ْلكَ طِّ ْع َمتِّى بَ ْعد‬


ْ َ‫ فَ َما زَ ال‬. » َ‫ َوكُ ْل ِّبيَ ِّمينِّكَ َوكُ ْل مِّ هما يَلِّيك‬، ‫َّللا‬ َ ‫يَا غُالَ ُم‬
َ ‫س ِّم ه‬

“Wahai Anakku, bacalah “bismillah”, makanlah dengan tangan


kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka
seperti itulah gaya makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan
Muslim no. 2022)

3. Menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum.


Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan:

ُ‫طانَ يَأْكُ ُل بِ ِش َما ِل ِه َويَ ْش َرب‬ َ ‫إِذَا أ َ َك َل أ َ َحدُكُ ْم فَ ْليَأْكُ ْل بِيَ ِمينِ ِه َوإِذَا ش َِر‬
َّ ‫ب فَ ْليَ ْش َربْ بِيَ ِمينِ ِه فَإِ َّن ال‬
َ ‫ش ْي‬
‫بِ ِش َما ِل ِه‬
Jika salah seorang dari kalian akan makan, hendaknya makan
dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum, hendaknya minum

4
dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan
kirinya dan minum dengan tangan kirinya [HR. Muslim]

4. Membiasakan makan dan minum dengan duduk atau tidak berdiri.

ٌ‫«َل َي ْش َر َينَ أَ َحد‬


َ : ‫ص َّلى هللاُ َع َل ْي ِه َو َس َّلم‬
َ ‫سو ُل هللا‬
ُ ‫ قا َل َر‬: ‫وعن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ رواه مسلم‬، ‫مِ ْن ُك ْم قائما ً من بين مليشية‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: "Rasulullah shalallahu


alaihi wasalam bersabda: "Janganlah sekali-kali seseorang dari engkau
semua itu minum sambil berdiri, maka barangsiapa yang lupa, maka
hendaklah memuntahkannya." (Riwayat Muslim).

Secara medis, dalam tubuh kita terdapat penyaring yg bernama


sfringer. Dimana saringan itu membuka otomatis ketika kita duduk dan
menutup otomatis ketika berdiri. Jika kita minum sambil berdiri maka air
yang kita minum menjadi tidak disaring lagi karena sfringer tertutup.

Jika air yang tidak disaring itu kurang bersih, maka air yang masuk ke
kandung kemih menjadi tidak disaring lagi. Hal ini bisa menyebabkan
penyakit ginjal bila diminum dalam jangka panjang. Selain itu, bisa
mengakibatkan pengendapan kotoran di saluran ureter.

5. Tidak meniup makanan dan minuman ketika masih dalam kondisi


panas, maka bisa dengan cara mengipas.
Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan larangan meniup
makanan atau minuman. Diantaranya :
a. Hadis dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ ‫ َوإِذَا أَت َى ال َخَلَ َء فََلَ يَ َم‬، ِ‫اإلنَاء‬


‫س ذَك ََرهُ بِيَمِينِ ِه‬ ْ َّ‫ب أ َ َحدُكُ ْم فََلَ يَتَنَف‬
ِ ‫س فِي‬ َ ‫…إِذَا ش َِر‬

5
Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas, dan
ketika buang hajat, janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan
kanan… (HR. Bukhari 153).

b. Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

‫اإلنَاءِ أ َ ْو يُ ْنفَ َخ فِي ِه‬ َ َّ‫سلَّ َم نَ َهى أ َ ْن يُتَنَف‬


ِ ‫س فِي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ِ‫أ َ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas di dalam


gelas atau meniup isi gelas. (HR. Ahmad 1907, Turmudzi 1888, dan
dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).
• Mengapa dilarang ditiup?
An-Nawawi mengatakan,
‫والنهي عن التنفس في اإلناء هو من طريق اْلدب مخافة من تقذيره ونتنه‬
‫وسقوط شئ من الفم واْلنف فيه ونحو ذلك‬
Larangan bernafas di dalam gelas ketika minum termasuk
adab. Karena dikhawatirkan akan mengotori air minum atau
ada sesuatu yang jatuh dari mulut atau dari hidung atau
semacamnya. (Syarh Shahih Muslim, 3/160)
Hal yang sama juga disampaikan Ibnul Qoyim,

‫وأما النفخ في الشراب فإنه يكسبه من فم النافخ رائحة كريهة يعاف ْلجلها وَل‬
‫ فأنفاس النافخ تخالطه ولهذا جمع رسول هللا‬: ‫سيما إن كان متغير الفم وبالجملة‬
‫صلى هللا عليه و سلم بين النهي عن التنفس في اإلناء والنفخ فيه‬

Meniup minuman bisa menyebabkan air itu terkena


bau yang tidak sedap dari mulup orang yang meniup.
Sehingga membuat air itu menjijikkan untuk diminum.
Terutama ketika terjadi bau mulut. Kesimpulannya, nafas
orang yang meniup akan bercampur dengan minuman itu.
Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

6
menggabungkan larangan bernafas di dalam gelas dengan
meniup isi gelas. (Zadul Ma’ad, 4/215).

• Bolehkah Menggunakan Kipas Angin?


Memperhatikan alasan yang disampaikan oleh An-
Nawawi dan Ibnul Qoyim tentang mengapa kita dilarang
meniup makanan, bisa kita simpulkan bahwa menggunakan
kipas dalam hal ini dibolehkan. Dengan syarat, kipas yang
digunakan bukan kipas yang berdebu, yang kotor, sehingga
justru menyebarkan penyakit pada makanan atau minuman.
Allohu a’lam

6. Minum dalam tiga tegukan.


Minum dengan lebih dari tiga kali nafas tentu saja kembali kepada
hukum asalnya, yaitu mubah. Terlebih lagi dalam hadits larangan
bernafas di dalam bejana disebutkan:

ُ‫ ث َّم ليَعُد إن كانَ يريد‬،‫فلينح اإلنا َء‬


ِ ْ َّ‫ فَل يتنف‬،‫شرب أحدُكم‬
،َ‫ فإذا أرادَ أن يعود‬، ِ‫س في اإلناء‬ َ ‫إذا‬

“jika salah seorang di antara kalian minum, janganlah bernafas di


dalam bejana (tempat minum). Jika ia ingin mengulang (tegukan) maka
singkirkan dahulu bejana (dari mulut untuk bernafas), kemudian teguk
lagi jika ingin” (HR. Ibnu Majah 2784, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Ibni Majah).

Menunjukkan tidak ada batasan jumlah tegukan atau nafas ketika


minum. Tentu saja selama tidak sampai israf (berlebih-lebihan) dalam
minum. Wallahu a’lam.

7
B. Nilai moral dan spiritual yang dapat ditemukan dalam hadist-hadist yang
berkaitan dengan makanan dan minuman dalam islam.

Nilai moral dan spiritual yang terkandung dalam praktik ini:


a. Mencuci tangan sebelum makan dan minum.
1. Kebersihan : Praktik mencuci tangan sebelum makan dan minum
adalah tindakan kebersihan yang sangat penting dalam Islam. Ini
mencerminkan kepedulian terhadap tubuh sebagai amanah dari
Allah SWT. Kebersihan adalah setengah dari iman dalam Islam, dan
menjaga tangan bersih sebelum makan dan minum adalah salah satu
cara untuk menjaga kebersihan tubuh.
2. Taat pada Sunnah Nabi : Nabi Muhammad SAW mengajarkan
umatnya untuk mencuci tangan sebelum makan dan minum, dan
dengan melakukannya, umat Muslim mengikuti sunnah (tindakan
dan ajaran) Nabi. Ini merupakan tindakan taat kepada Nabi
Muhammad SAW, yang memiliki nilai spiritual yang besar dalam
Islam.
3. Pengingat Syukur : Praktik mencuci tangan sebelum makan dan
minum juga berfungsi sebagai pengingat untuk bersyukur kepada
Allah SWT atas rezeki yang diberikan. Dengan menghargai
makanan dan minuman yang diberikan kepada kita, kita menyadari
bahwa semua rezeki berasal dari Allah, dan ini memperkuat rasa
syukur kita.
4. Kendali Diri : Mencuci tangan sebelum makan juga mengajarkan
kendali diri. Ini adalah tindakan sederhana namun penting yang
mengingatkan kita untuk mempersiapkan diri sebelum makan.
Dengan demikian, praktik ini membantu dalam mengendalikan
nafsu dan mencegah perilaku boros atau berlebihan dalam makan.
5. Kesadaran Spiritual : Momen sebelum makan adalah saat yang
baik untuk berdoa dan merenungkan atas nikmat-nikmat Allah.
Ketika kita mencuci tangan sebelum makan, itu bisa menjadi saat

8
untuk merenungkan nikmat makanan yang diberikan Allah dan
mengucapkan doa syukur.
6. Solidaritas Sosial : Praktik mencuci tangan sebelum makan juga
menciptakan solidaritas sosial dalam masyarakat Muslim. Ini
mengajarkan kita untuk peduli tentang kesehatan dan kebersihan
bersama-sama, karena tindakan ini dapat membantu mencegah
penyebaran penyakit dan menjaga kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.

b. Membaca “bismillah” sebelum makan dan minum.


1. Kesadaran Allah : Membaca "Bismillah" sebelum makan dan
minum adalah tindakan yang mengingatkan kita akan kehadiran
Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Ini menciptakan
kesadaran spiritual bahwa segala sesuatu yang kita nikmati,
termasuk makanan dan minuman, adalah karunia dari Allah.
2. Bersyukur : Praktik membaca "Bismillah" sebelum makan dan
minum adalah cara untuk mengungkapkan rasa syukur kita kepada
Allah atas rezeki yang diberikan. Ini adalah pengakuan bahwa kita
tidak boleh menganggapnya sebagai sesuatu yang pasti, tetapi
sebagai anugerah yang harus dihargai.
3. Taat Pada Perintah Allah : Allah SWT telah memerintahkan umat
Muslim untuk menyebut nama-Nya sebelum makan. Dengan
melakukannya, kita menunjukkan ketaatan kepada perintah Allah
dan menghormati ajaran agama.
4. Pengingat Kebaikan dan Keadilan : "Bismillah" mencakup kata-
kata "Yang Maha Pengasih" dan "Yang Maha Penyayang." Ini
adalah pengingat tentang sifat-sifat Allah yang penuh kasih sayang
dan keadilan. Praktik ini mengajarkan kita untuk memperlihatkan
kasih sayang dan keadilan dalam tindakan kita, termasuk dalam
berbagi makanan dengan orang lain.

9
5. Kendali Diri : Membaca "Bismillah" sebelum makan juga
mengajarkan kendali diri. Ini adalah tindakan sederhana yang
mengingatkan kita untuk mempersiapkan diri dengan tenang
sebelum makan, bukan makan secara ceroboh atau berlebihan.
6. Pengingat Tujuan Hidup : Saat kita membaca "Bismillah"
sebelum makan, itu dapat menjadi momen untuk merenungkan
tujuan hidup kita dalam rangkaian aktivitas sehari-hari. Praktik ini
mengajarkan kita untuk menjalani hidup dengan kesadaran bahwa
segala sesuatu yang kita lakukan harus dilakukan dengan niat yang
baik dan mendekatkan diri kepada Allah.

c. Menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum.


1. Taat Pada Sunnah Nabi : Nabi Muhammad SAW mengajarkan
umatnya untuk menggunakan tangan kanan saat makan dan
minum. Dengan mengikuti tindakan ini, umat Muslim
menunjukkan ketaatan mereka kepada sunnah (tindakan dan
ajaran) Nabi dan menghormati ajaran agama.
2. Pengendalian Diri : Penggunaan tangan kanan mengajarkan
kendali diri. Ini menciptakan kesadaran bahwa tindakan kita
dalam hal makanan tidak boleh dilakukan secara sembarangan
atau berlebihan. Menggunakan tangan kanan adalah tindakan yang
penuh kesadaran.
3. Kebersihan : Menggunakan tangan kanan saat makan dan minum
adalah tindakan kebersihan. Ini mengingatkan kita untuk menjaga
kebersihan tubuh dan makanan. Islam sangat menekankan
pentingnya menjaga kebersihan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kesadaran Spiritual : Saat kita menggunakan tangan kanan dan
membaca "Bismillah" sebelum makan, itu bisa menjadi momen
untuk merenungkan nikmat makanan yang diberikan Allah. Ini
adalah pengingat bahwa segala sesuatu yang kita nikmati adalah
karunia dari Allah, dan kita harus bersyukur.

10
5. Solidaritas Sosial : Praktik ini juga menciptakan solidaritas sosial
dalam masyarakat Muslim. Semua orang menggunakan tangan
kanan saat makan dan minum, yang menciptakan kesan kesetaraan
dan persamaan dalam masyarakat.
6. Relevansi Modern : Di era modern, praktik ini juga memiliki
nilai-nilai kesehatan yang relevan. Menggunakan tangan kanan
saat makan dapat membantu mencegah penyebaran kuman dan
menjaga kebersihan makanan, yang sesuai dengan nilai-nilai
kebersihan dan kesehatan yang dianjurkan dalam Islam.

d. Membiasakan makan dan minum dengan duduk atau tidak berdiri.


1. Kesederhanaan dan Kendali Diri : Makan dan minum dengan
duduk mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan dan kendali diri
dalam Islam. Ini mengajarkan umat Muslim untuk tidak
berlebihan dalam konsumsi makanan dan minuman, menghindari
pemborosan, dan menjaga keseimbangan dalam hidup.
2. Kesadaran Spiritual : Saat makan dan minum dalam posisi
duduk, itu menciptakan kesempatan untuk merenungkan nikmat-
nikmat Allah dan bersyukur atas rezeki yang diberikan. Ini adalah
momen untuk menghubungkan aktivitas fisik dengan kesadaran
spiritual, mengingat Allah sebelum dan selama makan.
3. Kontrol Diri : Makan dan minum dengan duduk mengajarkan
kendali diri dan kesabaran. Ini mengingatkan umat Muslim bahwa
mereka tidak boleh terburu-buru atau tidak dapat mengendalikan
diri saat makan, tetapi harus makan dengan tenang dan dalam
kondisi sadar.
4. Etika Makan Bersama : Praktik ini juga mempromosikan etika
makan bersama dengan orang lain. Makan dalam posisi duduk
mengundang orang untuk berbagi makanan dan menciptakan
momen kebersamaan dan solidaritas sosial dalam masyarakat
Muslim.

11
5. Hormat Terhadap Makanan : Makan dan minum dengan duduk
mencerminkan hormat terhadap makanan dan minuman. Ini
mengajarkan umat Muslim untuk tidak menganggapnya sebagai
sesuatu yang sepele atau sederhana, tetapi sebagai karunia dari
Allah yang harus dihargai.
6. Relevansi Modern : Di era modern, praktik ini juga memiliki
nilai-nilai kesehatan yang relevan. Makan dengan duduk dapat
membantu dalam pencernaan makanan dan mencegah masalah
pencernaan. Ini juga mendorong pola makan yang lebih sehat.

e. Tidak meniup makanan dan minuman ketika masih dalam kondisi


panas, maka bisa dengan cara mengipas.
1. Sabar dan Kendali Diri : Tidak meniup makanan atau minuman
ketika masih panas mengajarkan nilai-nilai sabar dan kendali diri.
Ini mengingatkan umat Muslim bahwa mereka harus bersabar
menunggu makanan atau minuman untuk cukup dingin agar tidak
melukai mulut atau tubuh mereka.
2. Kesadaran Terhadap Kesehatan : Praktik ini juga
mencerminkan kesadaran akan kesehatan. Makanan dan minuman
yang panas dapat membahayakan mulut dan perut. Dengan
menunggu sampai cukup dingin, itu adalah tindakan yang
bijaksana untuk menjaga kesehatan tubuh.
3. Pengendalian Diri : Tidak meniup makanan atau minuman panas
adalah tindakan pengendalian diri. Ini mengajarkan umat Muslim
untuk tidak mengikuti hawa nafsu atau keserakahan dalam hal
makanan atau minuman, tetapi untuk melakukan tindakan yang
penuh kendali diri.
4. Kesadaran Spiritual : Saat seseorang menunggu makanan atau
minuman menjadi cukup dingin, itu bisa menjadi waktu yang baik
untuk merenungkan atas nikmat-nikmat Allah dan bersyukur atas

12
rezeki yang diberikan. Praktik ini menciptakan kesempatan untuk
menghubungkan aktivitas fisik dengan kesadaran spiritual.
5. Etika Sosial : Tidak meniup makanan atau minuman panas juga
menciptakan etika makan bersama. Ini menghormati waktu
bersama dengan orang lain saat makan dan menunjukkan
kesopanan dalam bersantap bersama.
6. Relevansi Modern : Di era modern, praktik ini juga memiliki
nilai-nilai kesehatan yang relevan. Ini membantu mencegah risiko
terbakarnya mulut atau tenggorokan oleh makanan atau minuman
panas, dan ini merupakan tindakan yang bijaksana dari segi
kesehatan.

f. Minum dalam tiga tegukan.


1. Kepedulian Terhadap Kesehatan : Rasulullah SAW
mengajarkan umatnya untuk menjaga kesehatan tubuh. Dalam
hadits-haditsnya, beliau menekankan pentingnya makan dan
minum dengan penuh kesederhanaan dan menjauhi perilaku
berlebihan.
2. Pengendalian Diri : Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki
kendali diri dalam segala hal, termasuk dalam kebiasaan minum.
Minum dengan penuh kesadaran dan tanpa berlebihan adalah
contoh penting dari pengendalian diri.
3. Kesederhanaan : Rasulullah SAW sering menekankan
pentingnya hidup sederhana dan menjauhi pemborosan. Praktik
minum dalam tiga tegukan dapat mencerminkan nilai
kesederhanaan ini.
4. Kesadaran Spiritual : Dalam Islam, setiap tindakan sehari-hari,
termasuk makan dan minum, dapat menjadi tindakan yang
membawa kesadaran spiritual. Dalam praktik minum, seseorang
dapat berdoa dan mengucapkan nama Allah sebelum minum,
mengingat-Nya, dan bersyukur atas nikmat-Nya.

13
5. Saling Berbagi : Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya
berbagi dengan sesama. Dalam praktik minum, seseorang dapat
memberi orang lain kesempatan untuk minum bersama, yang
mencerminkan nilai-nilai sosial dan kepedulian.

C. Etika makan dan minum dalam islam berkaitan dengan aspek-aspek lain
dari ajaran agama, seperti kesehatan, sosial, atau ekonomi

Etika makan dan minum dalam Islam sangat berkaitan dengan aspek-aspek
lain dari ajaran agama, seperti kesehatan, sosial, dan ekonomi. Islam adalah
agama yang komprehensif dan mengatur berbagai aspek kehidupan, termasuk
tindakan sehari-hari seperti makan dan minum. Berikut adalah beberapa cara
di mana etika makan dan minum dalam Islam berhubungan dengan aspek-
aspek lain dari ajaran agama:
1. Kesehatan : Etika makan dan minum dalam Islam menekankan
pentingnya menjaga kesehatan tubuh. Rasulullah Muhammad SAW
menganjurkan umatnya untuk makan dengan porsi yang moderat,
menghindari perilaku berlebihan, dan menjauhi makanan yang merusak
kesehatan. Praktik ini mendukung pemeliharaan kesehatan tubuh dan
pencegahan penyakit.
2. Sosial : Islam mendorong berbagi makanan dengan orang lain, terutama
yang membutuhkan. Ini menciptakan nilai sosial kepedulian dan
persaudaraan dalam masyarakat. Rasulullah SAW secara khusus
mengajarkan pentingnya menjamu tamu dengan baik dan berbagi
makanan dengan mereka.
3. Ekonomi : Islam memiliki pandangan khusus tentang etika ekonomi,
termasuk dalam hal makanan. Dalam Islam, sumber daya ekonomi harus
digunakan dengan bijaksana, dan pemborosan harus dihindari. Etika
makan dan minum yang berlebihan atau mewah dapat dianggap
melanggar nilai-nilai ekonomi Islam yang mendorong keadilan dan
penggunaan yang bijaksana atas sumber daya.

14
4. Agama : Makanan dan minuman dalam Islam harus halal
(diperbolehkan) dan thayyib (baik). Ini berarti bahwa umat Islam harus
memastikan bahwa makanan dan minuman yang mereka konsumsi tidak
hanya memenuhi persyaratan hukum Islam tetapi juga baik untuk
kesehatan dan keselamatan mereka. Mematuhi etika makan dan minum
dalam Islam juga dapat menjadi bentuk ibadah dan menyebarkan
kesadaran spiritual.

Dengan demikian, etika makan dan minum dalam Islam tidak hanya
berfungsi sebagai panduan bagi individu tentang cara mengonsumsi makanan
dan minuman dengan benar, tetapi juga memiliki dampak yang luas pada
kesehatan pribadi, hubungan sosial, stabilitas ekonomi, dan pemahaman agama.
Prinsip-prinsip etika ini membantu menciptakan masyarakat yang sehat, adil,
dan berempati dalam kerangka ajaran agama Islam.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelusuran dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Etika makan dan minum perspektif syariah terbagi atas beberapa
bagian, yakni :
a. Membaca basmalah, makan dengan tangan kanan dan meraih
makanan yang ada di depan
b. Larangan makan dan minum sambil berdiri,
c. Larangan bernafas dalam wadah ketika minum, dan anjuran
bernafas di luar wadah
d. Larangan meniup air minum dalam wadah
e. Larangan makan terlalu kenyang
f. Berdo’a selesai makan dan minum.
g. Tidak makan berlebih-lebihan. Hal ini sesuai dengan pandangan
ilmu kesehatan yaitu, jika makan berlebihan maka semua fungsi
organ pencernaan akan bekerja keras untuk mencerna.
h. Etika makan dan minum yang diajarkan dalam syariat islam
pada prinsipnya bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih ada banyak kesalahan serta jauh dari
kata sempurna maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca atau audiens terutama dosen pembimbing mata kuliah studi hadits
agar penulis dapat memperbaiki kesalahan dalam penulisan maupun materi
yang disampaikan atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima kasih

16

Anda mungkin juga menyukai