Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

STUDI ISLAM

“Hukum & Pentingnya Urgensi Dakwah”

OLEH:

KELOMPOK 2

Diana Oktaviani
Elsa Abel Nuine
Febrian Rahmat Suwandi SN
Ismawatty
Mutiara Rahayu
Suci Afrimadhani
Yendhika Ivo Apsectya

STIKES YARSI SUMBARBUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2015/2016


KATA PENGANTAR

Dengan Hormat,

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
rahmat Nya,sehinggapenulis dapat menyelesaikan tugas ini sesuai jadwal dan waktu yang
telah ditentukan.

Dalam pembuatan tugas ini yang berjudul” HUKUM & PENTINGNYA


URGENSI DAKWAH” juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
saya menyampaikan terima kasihkepada semua pihak yang terkait:

1. Pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan


2. Pihak yang telah memberikan dukungan

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
demi penulisan dikemudian hari.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................. i

Daftar Isi .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan.................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kewajiban Berdakwah.......................................................................................... 3
B. Dakwah adalah Jihad............................................................................................. 5
C. Urgensi Dakwah.................................................................................................... 6
D. Keuntungan Kaum Yang Berdakwah.................................................................... 11
E. Seruan Dakwah...................................................................................................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................ 16
B. Saran....................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melihat konteks historis agama Islam yang terurai panjang dan selalu menarik untuk

dikaji dan dipelajari secara mendalam, maka akan ditemukan sebuah gambaran perjuangan

gigih oleh baginda nabi besar Muhammad SAW dalam menyebarkan agama yang pada saat

ini oleh Michael Hart dianggap sebagai agama terbesar di dunia, sehingga Michael Hart

menjadikan nabi Muhammad sebagai tokoh pertama di dalam bukunya “100 Tokoh Paling

Berpengaruh dalam Sejarah”.

Hal ini dapat didasarkan dengan keberhasilan nabi Muhammad dalam menyebarkan

agama Islam, selain itu dengan keberadaan Alquran yang merupakan bentuk mukjizat berupa

kitab suci yang diakui kebenaran serta keasliannya.Alquran merupakan sumber pedoman

umat Islam dalam segala aspek kehidupan serta sendi-sendi kebutuhannya yang beragam

serta selalu berubah dengan perputaran roda zaman.Di dalam Alquran banyak ayat yang

menyebutkan tentang kewajiban umat Islam untuk mengajak kepada kebaikan dan saling

mengingatkan dalam kemunkaran.

Dapat disimpulkan jika agama Islam mengajarkan bahwa interaksi sesama merupakan

sebuah keindahan apabila dihiasi dengan saling mengingatkan dan mengajak kedalam

kebaikan, sehingga pada dasarnya Islam memberikan rasa solidaritas kepada sesama sebagai

bentuk kebersamaan yang menjadi kekuatan dan karakteristik dari ajaran Islam dalam bentuk

aktivitas.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kewajiban Berdakwah

Pada dasarnya setiap Muslim dan Muslimah diwajibkan untuk mendakwahkan

Islam kepada orang lain, baik Muslim maupun Non Muslim.  Ketentuan semacam ini

didasarkan pada firman Allah swt :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,

menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang

yang beruntung” (TQS. Al-Imran : 104),

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang

ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya Ahli

Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,

dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (TQS. Al-Imran : 110)

2
” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk ” (TQS. An-Nahl : 125).

” Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,

mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang

yang menyerah diri?” (TQS.Fushishilat : 33).

ً‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل بَلِّ ُغوا َعنِّي َولَوْ آيَة‬ َّ ِ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َع ْم ٍرو أَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬

“Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda,

“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” [HR. Bukhari]

ِ ‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذلِكَ أَضْ َعفُ اإْل ِ ي َم‬
‫ان‬

“Siapa saja yang melihat kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya.Jika

dengan tangan tidak mampu, hendaklah ia ubah dengan lisannya; dan jika dengan lisan

3
tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya; dan ini adalah selemah-lemah iman.” [HR.

Muslim]

‫ص ِة َحتَّى يَ َروْ ا ْال ُم ْن َك َر بَ ْينَ ظَ ْه َرانَ ْي ِه ْم َوهُ ْم قَا ِدرُونَ َعلَى أَ ْن يُ ْن ِكرُوهُ فَاَل يُ ْن ِكرُوهُ فَإ ِ َذا‬
َّ ‫إِ َّن هَّللا َ َع َّز َو َج َّل اَل يُ َع ِّذبُ ْال َعا َّمةَ بِ َع َم ِل ْال َخا‬

َ‫صةَ َو ْال َعا َّمة‬


َّ ‫ب هَّللا ُ ْالخَا‬
َ ‫ك َع َّذ‬
َ ِ‫فَ َعلُوا َذل‬

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengadzab orang-orang secara keseluruhan akibat

perbuatan mungkar yang dilakukan oleh seseorang, kecuali mereka melihat kemungkaran

itu di depannya, dan mereka sanggup menolaknya, akan tetapi mereka tidak

menolaknya.Apabila mereka melakukannya, niscaya Allah akan mengadzab orang yang

melakukan kemungkaran tadi dan semua orang secara menyeluruh.” [HR. Imam Ahmad]

ِ‫صلَّىاللَّهُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمقَالَ َوالَّ ِذينَ ْف ِسيبِيَ ِد ِهلَتَأْ ُم ُرنَّب‬


َ ِّ‫اريِّ َع ْن ُح َذ ْيفَةَ ْبنِ ْاليَ َمانِ َع ْنالنَّبِي‬
ِ ‫ص‬َ ‫يز ْبنُ ُم َح َّم ٍد َع ْن َع ْم ِرو ْبنِأَبِي َع ْم ٍرو َع ْن َع ْب ِداللَّ ِهاأْل َ ْن‬
ِ ‫َح َّدثَنَاقُتَ ْيبَةُ َح َّدثَنَا َع ْبد ُْال َع ِز‬

‫اح ِديثٌ َح َسنٌ َح َّدثَنَا َعلِيُّ ْبنُحُجْ ٍرأَ ْخبَ َرنَاإِ ْس َم ِعيلُ ْب‬
َ ‫ْال َم ْعرُوفِ َولَتَ ْنهَ ُونَّ َع ْن ْال ُم ْن َك ِرأَوْ لَيُو ِش َكنَّاللَّهُأ َ ْنيَ ْب َعثَ َعلَ ْي ُك ْم ِعقَابًا ِم ْنهُثُ َّمتَ ْدعُونَهُفَاَل يُ ْستَ َجابُلَ ُك ْمقَاأَل َبُو ِعي َسىهَ َذ‬

ُ‫نُ َج ْعفَ ٍر َع ْن َع ْم ِرو ْبنِأَبِي َع ْم ٍروبِهَ َذااإْل ِ ْسنَا ِدنَحْ َوه‬

“Demi Dzat Yang jiwaku ada di dalam genggaman tanganNya, sungguh kalian

melakukan amar makruf nahi ‘anil mungkar, atau Allah pasti akan menimpakan siksa;

kemudian kalian berdoa memohon kepada Allah, dan doa itu tidak dikabulkan untuk

kalian.” [HR. Turmudziy, Abu ‘Isa berkata, hadits ini hasan]

Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang sharih mengenai kewajiban dakwah

atas setiap Mukmin dan Muslim. Bahkan, Allah swt mengancam siapa saja yang

meninggalkan dakwah Islam, atau berdiam diri terhadap kemaksiyatan dengan “tidak

terkabulnya doa”. Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang

mencegah kemungkaran, niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang ada di

masyarakat tersebut, baik ia ikut berbuat maksiyat maupun tidak. Kenyataan ini

4
menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib, bukan sunnah.

Sebab, tuntutan untuk mengerjakan yang terkandung di dalam nash-nash yang berbicara

tentang dakwah datang dalam bentuk pasti.Indikasi yang menunjukkan bahwa tuntutan

dakwah bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi siapa saja yang meninggalkan dakwah.Ini

menunjukkan, bahwa hukum dakwah adalah wajib.

B. Dakwah adalah Jihad

Apabila ditelusuri dalam sejarah Islam,bahwa Nabi Muhammad dalam

menyebarkan Islam dapat dipilah dalam dua fase, yaitu fase Makkah dan fase Madinah.

Setiap fase memiliki watak dan bentuk masing-masing. Jihad fase Makkah berfokus

pada cara membentuk pribadi muslim secara utuh dan mengokoh kannya untuk

menghadapi gelombang tantangan yang dilancarkan kaum kafir Quraisy (Muhammad

Chirzin,2004:71-73).

Garis-garis besar jihad pada fase Makkah yaitu;Pertama, menguatkan akidah.

Kedua, memantapkan bahwa al-Qur’an adalah wahyu dari Allah. Ketiga, menegaskan

bahwa Rasulullah Muhammad adalah Nabi terakhir. Keempat, menanamkan keimanan

terhadap hari kebangkitan. Tahap-tahap ini dilakukan oleh Rasulullah karena

perlawanan yang dilakukan kaum kafir Quraisy terutama dalalam dimensi teologisini

(Ahmad Satori Ismail, 2006:22).

Untuk memantapkan jihad di fase ini,dakwah Islam menentukan cara- cara yang

berfokus pada tiga hal. Pertama, mengarahkan risalahataumisi dakwah untuk

meghadapi para tokoh kekufuran. Kedua, memberikan teladan yang baik, dan ketiga,

5
berusaha menampilkan eksistensi dakwah di hadapan musuh dengan cara lapang dada

untuk memberi maaf dan menguatkankesabaran.

Dengan kecerdasan dan kehebatan strategi Rasulullah, ketika fase Makkah

berakhir, dakwah di Madinah sudah memiliki pendukung inti yaitu para sahabat yang

ikut Bai’at Aqabah II, sehingga jihad pada fase Madinah tidak lagi hanya mengarah pada

kesabaran dalam menanggung beban perjuangan, tetapi sudah disyari’atkan berupa

peperangan fisik.

Jihad dengan cara ini sudah pasti memerlukan persiapan yang sangat besar,

terutama yang berkaitan dengan pembentukan kekuatan sosial berupa masyarakat Islam

yang kokoh. Dengan begitu, Islam terlebih dahulu memberikan kesempatan kepada

kaum yang ingin memusuhinya untuk melihat, memperhitungkan dan menentukan sikap

terhadap komunitas baru ini.

C. Urgensi Dakwah

Dakwah merupakan suatu yang sangat urgen bagi keberlangsungan agama Islam

sebab dakwah Islamiyyah telah dilaksanakan oleh nabi SAW dan diteruskan oleh para

sahabat beliaw wafat, khalifah, dan akhirnya diikuti oleh para ulama yang notabenenya

pewaris nabi.

Berkembangnya Islam sampai saat ini, tidak dapt dipungkiri bahwa itu semua

berkat adanya aktivitas dakwah islamiyyah yang dilakukan oleh para juru dakwah dan

ulama yang dengan semangat dan keiklasan mengembangkan agama isalam kepada

mereka yang belum memerlukan agama Islam.

6
Menyiarkan suatu agama harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga

kegiatan dakwah untuk menyiarkan agama tersebut dapat diterima oleh umat manusia

dengan kemauna dan kesadaran hatinya, bukan dengan paksaan dan ikut-ikutan saja.

Suatu agama tak akan tegak tanpa adanya dakwah, sautu ideology atau aliran tidak akan

tersebar dan tersiar tanpa adanya kegiatan untuk menyiarkannya, Rusaknya suatu agama

karena pemeluknya meninggalkan dakwah.dengan kata lain dakwah merupakan satu-

satunya factor yang sangat penting untuk kehidupan ideology yang disebarluaskan

kepada khalayak ramai.

Sejarah memberikan pelajaran kepada kita bahwa setiap kelompok yang menyeru

atau mengajak orang kepada satu paham niscaya pasti da pengikutnya, walupun paham

itu tidak benar atau batil. Aliran atau paham yang bathil dapat berkembang dengan

penyiaran yang terus menerus, sebaliknya paham yang benar atau ideology yang hak

akan lenyap karena meninggalkan upanya penyiaran dan dakwah. Karena memang yang

hak itu tidak akan tersebar dan tersiar dengan sendirinya melainkan harus ada orang yang

menyiarkan dan mendakwahkan ajarab tersebut. Oleh sebab itulah, Allah SWT mengutus

Nabi Muhammad SAW untuk menyeru dan berdakwah kepada manusia agar masuk

kepada ajaran yang benar.

Jelaslah bahwa dengan aktivitas dakwah yang dilakukan oleh umat Islam terutama

tokoh-tokohnya, agama islam mampu menyebar ke berbagai wilayah penjuru dunia.

Maka urgensi dakwah didalam agama islam begitu amat penting dan menentukan bagi

masa depan agama ini. Islam tidak akan berkembnag dengan baik, tanpa adanya aktivitas

dakwah.

7
1. Urgensi Tujuan Dakwah

Nilai atau cita-cita mulai yang hendak dicapai dalam aktivitas dakwah

adalah tujuan dakwah, harus diketahui oleh setiap juru dakwah atau

da’i.karena seseorang yang melakukan tujuan apa yang dilaksanakannya itu.

Tanpa mengetahui tujuan dari kativitas dakwah tersebut, maka dakwah tidak

akan mempunyai makna apa-apa.

Proses penyelenggaraan dakwah terdiri dari berbagi aktivitas dalam

rangka mencapai nilai tertentu. Nilai yang ditentukan yang diharapkan dapat

dicapaidan diperoleh dengan jalanmelakukan penyelanggaraan dakwah

disebut tujuan dakwah.Setiap penyelenggaraan dakwah harus mempunyai

tujuan. Tanpa adanya tujuan tertentu yang harus diwujudkan, maka

penyelenggaraan dakwah tidak mempunyai arti apa-apa.bahkan hanya

merupakan pekerjaan sia-sia yang akan menghamburkan pikiran tenaga dan

bianya.

Dakwah merupakan satu rangkanyan kegiatan atau proses, dalam

rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan memberi arah

atau pedoman bagi gerak langkah keggiatan dakwah. Apabila ditinjau dari

segi pendekatan system (system approach), tujuan dakwah merupakan salah

satu unsur dakwah. Di mana antara unsur dakwah yang satu dengan yang lain

saling membantu, saling mempengaruhi, dan saling berhubungan.

Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas

dakwah sama pentingnya dengan unsur-unsur lain, seperti subnyek dan

obnyek dakwah, metode dan sebaginya. Bahkan lebih dari itu tujuan dakwah

8
sangat menentukan dan pengaruh terhadap penggunaan metode dan media

dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga berpengaruh olehnya

(tujuan dakwah).Ini disebabkan karena tujuan merupakan arah gerak yang

hendak dituju seluruh aktivitas dakwah

2. Organisasi Dakwah

Pengertian Organisasi

Untuk mencapai sasaran dan tujuan dakwah, diperlukan suatu

perangkat yang mampu memenej gerakan dakwah.Dalam hala ini, diperlukan

suatu organisasi dakwah yang kuat dan mapan sehingga gerakan dan aktivitas

dakwah islamiyyah dapat berhasil memenuhi sasaran dan tujuan yang hendak

dicapai.

Organisasi mempunyai dua pengertian:

a.Organisasi sebagai kesatuan susunan yang mempunyai pungsi mencapai

suatu tujuan.

b. Organisasi sebagai unsur atau elemen kesatuan susunan, yang memfunyai

fungsi mengatur persoalan interen.

Untuk mencapai tujuannya , organisasi harus berjalan dan dapat

melakukan fungsinya. Hal ini akan terlaksana, pabila unsur-unsur kesatuan

dapat bekerja baik, baik sebagai bagian tersendiri, maupun dalam hubungna

dengan unsur-unsur yang lain atau dalam kesatuan fungsi.

Dalam organisasi perlu terdapat hal-hal berikut.

1. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga

9
2. Susunan dan bentuk pengurus.

3. Struktur dan pembagian kerja

4. Program kerja, dan rencana kerja

5. Peraturan-peraturan yang menyangkut keluar dan ke dalam dan lain-lain.

Secara umum organisasi atau institusi Islam di Indonesia dapat

dikelompokan kedalam dua bagian besar, yaitu organisasi formal dan

organisasi non formal.

Organisasi formal ialah sebuah organisasi yang strukturasinya,

eksistensi formal atau statusnya diakui baik oleh kalangan luar maupun

kalangan dalam.

Organisasi nonformal ialah organisasi atau ikatan jama’ah yang

mempunyai ciri-ciri:

1. Ikatan anggota dengan organisasi bersifat tidak formal

2. Kepemimpinannya bersifat fungsional

3. Jama’ahnya bersifat terbuka, heterogen, dan nonafiliatif.

Organisasi nonformal memiliki ciri sektoral atau territorial.

Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa organisasi dakwah yaitu

usaha dan gerakan dakwah yang dilaksanakan oleh orang banyak dan

mempunyai susunan yang teratur unruk mencapai tujuan dengan cara yang

baik dan cepat.

10
Urgensi Organisasi Dakwah

Diketahui bahwa ruang lingkup dakwah sasarannya itu amat lua, sebab

ia meliputi semua aspek kehidupan umat islam, baik kehidupan moral spiritual

maupun kehidupan material, baik kehidupan jasmani maupun rohani dalam

mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

Maka untuk melaksanakan tugas mulia dan besar itu diperlukan

kumpulan para da’I dalam suatu wadah organisasi dakwah agar menjadi

mudah pelaksanaannya. Hal ini disebabkan karena tindakan-tindakan dakwah

dalam tugas yang lebih terperinci, serta diserahkan pelaksanaannya kepada

beberapa orang yang akan mencegah timbulnya akumulasi pekerjaan hanya

pada diri seseorang pelaksana saja.

Disamping itu,pemerincian kegiatan-kegiatan dakwah menjadi tugas

para pelaksana dakwah. Pembagian tugas-tugas dakwah masing-masing

pelaksana dakwah, membuat mereka mengetahui dengan tepat sumbangan

pikiran apa yang harus duberikan dalam dalam rangka penyelenggaraan

dakwah, kejelasan masing-masing terhadap tugas pekerja yang harus

dilakukan, dapat meminimalisir timbulnya salah pengertian, kekacauan,

kekembaran dan kekosongan. Disamping itu, penegasan orang-orang terhadap

tugas tertentu juga untuk menumbuhkan pendalaman orang tersebut terhadap

tugas pekerja yang diserahkan kepadanya.

Selanjutnya dengan pengorgansasian, kegiatan-kegiatan dakwah yang

dirinci akan memudahkan pemilihan tenaga-tenaga yang diperlukan untuk

melaksanakan tugas-tugas tersebut, serta sarana atau alat yang

11
dibutuhkan.Pengorganisasian tersebut akan mendatangkan keberuntungan

berupa terpadunya berbagai kemampuan dan keahlian dari pada para

pelaksana dakwah dalam satu kerangka kerjasama dakwah yang semuanya

diarahkan pada sasaran yang telah ditentukan.Akhirnya dengan

pengorganisasian, dimana masing-masing pelaksana menjalankan tugasnya

pada kesatuan-kesatuan kerja yang telah ditentukan dengan Wewenang yang

telah ditentikan pula, akan memudahkan pimpinan dakwah dalam

mengendalikan dan mengevaluasi penyyelenggaraan dakwah.

Adanya organisasi yang baik dan millitan yang mendukung dakwah

Islamiyyah adalah satu keharusan mutlak karena tanpa adanya organisasi yang

demikian, dakwah islamiyyah tidak akan berjalan dengan baik, bahkan

kemungkinan besar akan mandek dama sekali. Berdasarkan jalan ini maka ada

pendapat yang menyatakan bahwa tugas pendukung terhadap dakwah

islamiyyah itu terletak diatas pundak Daulah Islamiyyah.

Sebagai mana pada masa khulafaurrasyidin, organisasi Negara

mendukung dakwah Islamiyyah telah dibina lebih sempurna, telah dijadikan

sebagai suatu nizham yang mempunyai alat-alat perlengkapan dan lembaga-

lembaga menurut ukuran zamannya telah cukup baik.

Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya”Tarikh Al-Islam As-Siyasi’, yang

ada pada masa Khulafarsasydin sebagai berikut:

1. Lembaga Politik

2. Lembaga Tata Usaha Negara

3. Lembaga Keuangan Negara

12
4. Lembaga Kehakiman Negara

D. Keuntungan Kaum Yang Berdakwah

1. Tujuan Dakwah Islam


a. Mendapatkan ridho Alloh SWT dengan memenuhi segala persyaratan-Nya.
b. Membangun manusia muslim yang memilki integritas moral, intelektual serta
fisik yang sehat dan kuat.
c. Mewujudkan keluarga teladan yang menghormati norma-norma kemanusiaan dan
menghargai akhlak sosial guna melahirkan generasi merdeka dan berbudaya.
d. Membina masyarakat menuju kehidupan yang bersih, indah dan berkomitmen
untuk menyebarkan nilai-nilai kebajikan serta memerangi dekadensi moral dan
perilaku menyimpang.
e. Ikut menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa dan menempatkannya di atas
perbedaan suku, golongan serta agama.
f. Memelihara kemaslahatan Islam dan kaum muslimin serta memotivasi mereka
untuk memiliki tanggung jawab bagi kemaslahatan umat manusia.

2. Manfaat Psikologi Dakwah

Bahwa mempelajari psikologi dakwah adalah :

a. Untuk memperoleh faham tentang gejala-gejala jiwa dan pengertian yang lebih
sempurna tentang tingkah laku sesama manusia pada umumnya dan anak-anak pada
khususnya.
b. Untuk mengetahui perbuatan-perbuatan jiwa serta kemampuan jiwa sebagai sarana
untuk mengenal tingkah laku manusia atau anak.
c. Untuk mengetahui penyelenggaraan pendidikan dengan baik.

13
Manfaat lainnya adalah :

1. Menyeru manusia kepada Islam baik dengan ucapan maupun perbuatan. Tuntutan
dakwah ini bersifat fardu kifayah, sebagaimana diperintahkan oleh Allah agar ada
sebagian di antara kaum muslim.
2. Menyeru manusia kepada kebaikan,
3. Menyuruh perbuatan ma’ruf dan melarang perbuatan mungkar, supaya mereka
mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan.
4. Agar kaum muslim bersatu dan menggalang kekuatan di atas dasar  pemahaman
yang sama mengenai Alquran dan Assunnah.

E. Seruan Dakwah

Asas utama da’wah ialah menyeru manusia kembali kepada Allah;mengingatkan

kembali rohkepada Tuhannya, mengamalkan syariat dan wahyu Tuhan dalam urusan

kehidupannya, mengubah manusia daripada perhambaan kepada sesama makhluk, nafsu

dan dunia, kepada perhambaan semata-mata kepada Allah swt Inilah seruan dari zaman

berzaman Nabi Adam as sehinggalah lahirnya Nabi akhir zaman, Muhammad saw.

Seterusnya tugas ini disambung oleh orang-orang yang mengikuti jejak mereka sehingga

ke akhir zaman.Tanggung jawab melaksanakan da’wah, menyeru kepada kebaikan dan

mencegah kemungkaran merupakan tugas asasi setiap Muslim. Firman Allah swt:

“Dan hendaklah ada dikalangan kamu satu golongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-

orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran:104)

Para penda’wah (da’i) adalah mereka yang terpilih untuk menyambung tugas
keNabian setelah wafatnya Rasulullah saw. Kepada mereka, Allah menjanjikan kelebihan

14
dan ganjaran yang besar, serta digolongkan sebagai orang-orang yang beruntung. Firman
Allah yang bermaksud

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada mereka yang menyeru
kepada (agama) Allah dan melakukan amal soleh, sambil berkata;Sesungguhnya aku
dari kalangan orang-orang yang menyerah diri (Islam).” (QS. Fussilat:33)

Da’i adalah mereka yang berniaga dengan Allah, yang tidak akan rugi selama-
lamanya. Dan pulangan yang dijanjikan oleh Allah ialah syurgaNya. Firman Allah swt
yang bermaksud:

“Wahai org-org yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan satu perniagaan
yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih, (iaitu) kamu beriman kepada
Allah dan RasulNya dan berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwa kamu, itulah yang
lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-
dosa kamu dan memasukkan kamu ke dlm syurga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dlm syurga ‘Adnin. Itulah
keuntungan yang besar.” (QS. As-Saff:10-12)

Jalan da’wah adalah satu jalan kehidupan para da’ie yang menyeru dan mengajak
manusia kepada Allah. Perjalanan ini akan menempuh pelbagai mehnah (ujian) dan
tribulasi, onak duri dan ranjau di sepanjang perjalanannya. Sesungguhnya Allah akan
menguji hakikat diri mereka. Sabda Rasulullah saw :

“Orang yang paling berat diuji ialah para nabi, kemudian yang paling baik
selepasnya, kemudian orang yang paling baik selepas itu.” “Sesungguhnya Allah,
apabila mengasihi sesuatu kaum, diujinya mereka itu (dengan pelbagai ujian),
barangsiapa yang redha dengan ujian itu, maka mereka mendapat keredhaanNya.
Barangsiapa yang benci(marah), maka baginya kemurkaan Allah swt.”

Dalam meniti liku-liku perjalanan ini, kalaulah seorang da’ie tidak berada di
bawah lindungan Allah, tidak berhubung terus denganNya, tidak bertawakal kepadaNya,
tidak berpegang kepada kitabNya dan tidak pula mengikuti sunnah NabiNya, maka
sebenarnya ia sedang berada di ambang bencana dan musibah yang besar.

15
Rasulullah saw telah meramalkan cabaran dan dugaan yang bakal dihadapi oleh
para Mukmin, da’i dan mujahidin(pejuang agama) dijalan Allah.Baginda saw bersabda:
“Orang mukmin sentiasa diambang 5 dugaan yang sukar: mukmin yang dengki
kepadanya, munafik yang benci kepadanya, kafir yang memeranginya, syaitan yang
menyesatkannya dan nafsu yang sering bertarung untuk mengalahkannya.” (Abu Bakar
Ibnu Lal dari Anas)

Dalam menghadapi pertarungan dengan musuh-musuh di atas, sebenarnya para


da’ie telah meletakkan diri mereka di dalam medan mujahadah yang terbaik, melebihi
mujahadah yang dilakukan oleh mereka yang hanya duduk berzikir dan tidak mengambil
tahu permasalahan ummah diluar sana. Inilah peluang kepada mereka untuk
membersihkan diri dan mensucikan jiwa. Dalam medan ini, mereka berhadapan dengan
kata nista, celaan manusia, kezaliman dan penyiksaan. Ia meruntun sifat sabar, redha,
tawakal, menyedari keupayaan diri yang terbatas, sehingga meresap ke dalam jiwa
mereka kalimah ‘La haualawala quwwata illa billahi ‘aliyu ‘azim’(Tidak ada daya dan
upaya melainkan dengan apa yang diizinkan oleh Allah). Inilah ‘maqam’ yang dicari oleh
para Sufi dalam perjalanan mujahadah mereka.

Dalam medan ini juga, mereka harus berhati-hati dengan tipu daya syaitan dan
nafsu. Kekadang apabila dakwah kita diterima orang atau program yang dianjurkan
berjaya, kita melihat ia datang dari kebijaksanaan diri kita, hasil perancangan yang baik
dan tersusun. Maka hilanglah “Allah” ketika itu, kita nampak diri kita yang hebat.Sifat
“ananiyah” yang menjadikan kita syirik khafi dengan Allah swt.

Syaitan pula akan melakukan tipu dayanya secara yang sangat halus dan sudah
tentu ia memberi perhatian yang serius kepada para da’ie, musuhnya yang paling utama.
Syaitan akan memasukkan perasaan ujub, riya’ dan takabbur ke dalam diri kita. Nafsu
pula mungkin akan menolak kita melakukan ‘kebaikan’ sedangkan dalam ‘kebaikan’ tadi,
ia dipenuhi dengan kehendak hawa nafsu. Sebab itu, kita merasa seronok apabila ramai
yang mendengar ucapan kita dan bersedih apabila sedikit yang memberi perhatian di atas
ucapan kita.

16
Mungkin di malam hari, kita banyak bertahajud dan berzikir sehingga datang
perasaan, merasa dirinya lebih baik daripada orang lain. Dan bila berhadapan dengan
orang yang didakwahkan (mad’u) yang agak longgar dari sudut amalan syariatnya, maka
perasaan yang sama hadir dalam hatinya. Tanpa sedar, ia telah tertipu dengan jarum halus
syaitan. Adakah dia merasa terjamin di saat kematiannya nanti yang mana ia akan mati
dalam keadaan beriman?

Berhadapan dengan musuh zahir tidaklah sepayah menentang musuh batin.Musuh


zahir boleh dilihat dan dihadapi dengan kemantapan fikrah dan strategi.Tetapi musuh
batin ini sangat halus dan seni, tanpa ilmu dan jiwa yang suci serta dibimbing oleh guru
yang mursyid, dibimbangi segala penat lelahnya di dunia ini tidak diterima Allah akibat
penyakit-penyakit tadi.

Oleh itu para da’i wajib memberi perhatian yang serius terhadap musuh batin ini,
melebihi perhatiannya kepada musuh zahirnya. Kemantapan jiwa perlu dipertingkatkan,
disucikan dengan jalan zikir dan mujahadah yang istiqamah; bukan sekadar untuk ia
merasa sensitif dengan perjalanan hatinya, malah suatu ketika apabila menghadapi ujian
yang hebat dalam dakwah dan jihadnya, maka ketika itulah ketahanan dan kekuatan jiwa
amat diperlukan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemakaian kata dakwah dalam masyarakat Islam, terutama di Indonesia merupakan


suatu yang tidak asing.Arti dari kata dakwah yang dimaksudkan adalah seruan dan
ajakan.Kalau kata dakwah diberi arti “seruan”, maka yang dimaksudkan adalah seruan
kepada Islam atau seruan Islam.Demikian juga halnya kalau diberi arti “ajakan”, maka yang
dimaksud adalah ajakan kepada Islam atau ajakan Islam.arenanya, Islam disebut sebagai
agama dakwah, maksudnya agama yang disebarluaskan melalui dakwah. Dari beberapa
definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dakwah merupakan himbauan untuk
melakukan perubahan dari kedhaliman menuju keadilan, dari kebodohan kepada kemajuan,
menuju keselamatan dunia dan akhirat

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna.Maka penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://rumahshintazahaf.wordpress.com/kewajiban-berdakwah/

BAB II KONSEP DAKWAH DAN JIHAD DALAM ISLAM


library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=4481

http://kumpulan-tulisan-rafiqi-mahdi.blogspot.com/2012/03/ilmu-dakwah-dasar-hukum-dakwah-
islam.html

19

Anda mungkin juga menyukai