ِ ِ ٍ
ُ َوَأ ْش َه ُد َأ ْن الَ ِإله ِإالَّ اهلل،َّاس َو َبِّينَات م َن اهْلَُدى َوال ُف ْرقَان ِ ب الْ َعالَ ِمنْي َ َأْنَز َل ال ُق ْرآ َن ُه ًدى لِلن ِّ احْلَ ْم ُد لِ ِله َر
ِ ات والبره ِ ِ ْ ك لَهُ )ال رَّمْح َ ُن َعلَّ َم ال ُق ْرآ َن( َو
،ان َّ َأش َه ُد
َ ْ ُ َ أن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ املَُؤ يَّ ُد بِاملُْعجَز َ َْو ْح َدهُ الَ َش ِري
ِ َالس ن ِ اهلل ح َّق ِجه ِاد ِه بِالْم ِال واللِّس ِ ِ ِ ِ
َو َس لَّ َم،ان ِّ ان َو َ َ َ َ َ ْ اه ُد ُوا يِف َ َأص َحابِه الَّذيْ َن َج ْ ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َعلَى آل ه َو َ
ُّ ُاب َربِّ ُك ْم فَِفْي ِه اهْلَُدى َوالن ُّْو ُر َو ِش َفاء
الص ُد ْو ِر ِ
َ َ َّات ُق ْوا اهللَ َوتَ ََّأملُ ْوا كت،َّاس
ِ ِ
ُ ََّأما َب ْع ُد؛ أيََُّها الن،تَ ْسلْي ًما َكثْيًرا
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahuwata’ala dengan
senantiasa bersemangat dalam membaca dan mentadaburi kitab-Nya yaitu al-
Qur’an. Dengan mentadaburi saat membacanya, seseorang akan mendapatkan
berbagai keutamaan yang sangat besar di dalamnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, ‘Bacalah Al-Qur’an. Sebab, ia akan
datang memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik (pembaca, pengamal)-nya,” (HR.
Ahmad).
“Kata ‘Abdullah ibn Mas‘ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja
membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur’an), maka dia akan mendapat satu kebaikan.
Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm
mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf ,” (HR. At-
Tirmidzi).
“Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan
senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di
dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).
1
Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kita ingin mentadaburi dan mengambil
sebagian faedah yang terkandung di dalam surat al-‘Ashr.
اص ْوا ِ والْعص ِر () ِإ َّن اِإْل نس ا َن لَِفي خس ٍر () ِإاَّل الَّ ِذين آمنُ وا وع ِملُ وا َّ حِل
َ اص ْوا بِاحْلَ ِّق َوَت َو
َ الص ا َات َو َت َو ََ َ َ ُْ َ َْ َ
َّ ِب
ِالصرْب
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta nasihat menasihati untuk
mengikuti kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr)
ُّ َّاس َه ِذ ِه
لََو ِس َعْت ُه ْم،الس ْو َر َة ُ لَ ْو تَ َد َّبَر الن
La tadabbaronnaasu hadzihissuurata lawasi’at hum
“Kalaulah manusia mau mentadaburi surat ini, sungguh (surat ini) akan mencukupi
kehidupan mereka. (sebagai -peringatan).”
Maka dapat kita simpulkan dari perkataan Beliau, bawah sesungguhnya surat ini
adalah petunjuk bagi manusia agar dapat sukses hidup di dunia dan juga sukses
hidup di akhirat.
Hadirin rahimakumullah,
Ayat pertama berbunyi “wal ahsri” “Demi waktu”. Di awali dengan wau qasam
atau sumpah. Terdapat beberapa penafsiran para ulama dalam menterjemahkan ayat
ini, namun dalam kesempatan ini saya hanya akan menyampaikan dua pendapat saja.
2
Yang pertama wal ashri yang memiliki arti demi waktu asar, yaitu waktu siang
menjelang malam atau biasa kita sebut dengan sore hari.
WAKTU ASHAR ADALAH WAKTU AKHIR DI HARI ITU UTK EVALUASI
AMAL MANUSIA
Pada ayat pertama ini jika kita resapi mengapa Allah tidak melakukan sumpah
dengan waktu yang lain, misalnya waktu malam hari (wal-laili), waktu pagi hari
(wad-duha), waktu siang hari (wan-nahaar), atau pun waktu yang lainnya. Maka
jawabannya terdapat pada ayat selanjutnya, karena memiliki korelasi atau hubungan
dengan ayat sebelumnya yaitu sebagai jawabul qasam (isi dari sumpah yang
dilakukan). Yakni, innal insaana lafii khusrin. “Sesungguhnya manusia ada dalam
kerugian”.
Jika kita perhatikan, ayat kedua ini merupakan kalimat kesimpulan atau evaluasi
atau hasil yang didapat. Maka sesungguhnya kalimat kesimpulan/evaluasi hanya
dikeluarkan setelah suatu proses selesai dan berharap menjadi pengetahuan dan
peringatan di hari kemudian.
Maka secara tersirat ayat pertama ini ingin memberitahukan kepada kita bahwa proses
berakhirnya hitungan hari terjadi di waktu ashar dan pada waktu inilah proses evaluasi
harian terhadap amal-amal kita setiap harinya diproses. Hadis amalan diangkat
sore hari
Hadirin rohimakumullah,
Pendapat kedua, wal ashri diartikan sebagai waktu seutuhnya, yaitu waktu dimana
pertama kali manusia diciptakan hingga akhir kiamat. Yang pada proses selanjutnya
manusia dievaluasi/dihitung/dihisab amal-amalnya. Maka pada ayat selanjutnya yaitu
ayat kedua, ayat kedua ini merupakan jawabul qasam dari ayat pertama, yaitu yang
berbunyi:
Hadirin rahimakumullah,
3
Pada ayat ketiga, Allah Subhanahuwata’ala memberikan angin segar kepada manusia
bahwasannya walaupun pada dasarnya manusia itu merugi namun apabila
manusia mau dan melakukan empat perkara ini niscaya dia akan beruntung,
sukses dunia juga sukses akherat. Apakah ke empat perkara itu :
َّ بِالeاصوْ ا
ࣖ صب ِْر ِّ اصوْ ا بِ ْال َح
َ ق ەۙ َوت ََو َ ت َوتَ َو ّ ٰ اِاَّل الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال
ِ صلِ ٰح
Kecuali orang-orang yang beriman, melakukan amal sholeh, saling menasehati dalam
kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.
Tentunya untuk menjalankan iman ini harus melalui sebuah proses, karena tak
mungkin seseorang mampu menjalankan iman tanpa melalui sebuah proses. Apakah
proses dimaksud? Proses tersebut adalah mencari ilmu pengetahuan. Dengan ilmu
inilah maka akan tumbuh iman. Tanpa ilmu jangan harap mampu melaksanakan
iman yang sesungguhnya sebagaimana yang tadi saya sebutkan. Sebagai contoh
banyak diantara kita sudah terlahir sebagai muslim namun karena kurangnya ilmu,
tidak sedikit diantara kita berbuat syirik, tak sedikit diantara kita yang tidak
mengerjakan perintahnya dan tidak sedikit pula diantara kita melakukan apa yang
dilarangnya. Maka secara tersirat ayat ini juga memerintahkan kepada kita agar
senantiasa mencari ilmu pengetahuan sebagai bekal hidup di dunia dan juga bekal
hidup di akhirat, agar senantiasa kita berbahagia hidup dunia dan akhirat.
Hadirin rahimakumullah
Perkara kedua yaitu melakukan amal sholeh. Setelah kita mengetahui ilmunya,
maka kewajibannya selanjutnya adalah mengamalkannya. Sebagaimana pepatah arab
َّ ٍل َكeee" ْال ِع ْل ُم بِاَل َع َمAl-'Ilmu bila amalin kasysyajari bila
ٍ َج ِر بِاَل ثَ َمeeeالش
mengatakan رeee
tsamarin" “Ilmu tanpa amal bagai pohon tanpa buah”.
4
Jama’ah rohimakumullah
Yang dimaksud amal soleh bukan hanya pekerjaan yang sudah jelas nyatanya bernilai
ibadah, seperti sholat, puasa, zakat ataupun lainnya. Namun yang dimaksud amal
soleh adalah segala bentuk aktivitas yang biasa kita lakukan sehari-hari yang
diawali niat karena Allah SWT dan pengikutan kepada Rosululloh, maka
senantiasa kegiatan tersebut akan bernilai ibadah juga. Oleh karenanya mari kita awali
setiap aktivitas kita dengan niat karena Allah SWT.
Hadirin rahimakumullah,
Adapun perkara yang ketiga, watawa soubil haq, terdapat beberapa penafsiran
dalam menterjemahkan kalimat ini.
Pada kesempatan ini saya akan menjelaskan dua tafsir saja, yang pertama memiliki
arti saling mengingatkan dalam kebenaran, maksudnya adalah setelah kita
memahami ilmunya, kemudian mengamalkannya, maka langkah selanjutnya
adalah mengajak orang lain untuk bersama-sama melakukannya. Maka pada
kalimat ini jika kita simpulkan secara tersirat kalimat ini merupakan perintah untuk
melakukan dakwah. Dakwah tentunya tidak sekedar mengajak dalam kebaikan
namun juga mencegah perbuatan mungkar.
Dengan kata lain dakwah Islam tidak dilakukan dengan kekerasan atau memerangi
tanpa aturan, dan tidak pula menggibah/menjatuhkan/mempermalukan orang lain.
Namun senantiasa dakwah Islam dilakukan dengan lemah lembut, tutur kata yang
sopan dan perilaku yang santun.
Hadirin rahimakumullah,
Perkara keempat yang harus dipenuhi untuk menjadi orang yang beruntung setelah
tiga perkara yang disebutkan adalah watawa soubissobri. Terdapat pula beberapa
5
penafsiran, namun sekali lagi hanya akan membahas dua saja, yang pertama memiliki
arti saling menasihati untuk senantiasa menjadi orang yang bersabar (memiliki sabar).
Secara kontekstual sudah dapat dipahami bahwa kalimat ini memerintahkan kita
untuk senantiasa mengajak manusia memiliki sifat sabar. Seperti halnya sabar
menghadapi musibah yang menimpa, sabar menghadapi kenyataan hidup yang tak
diinginkan, dan lain sebagainya.
Penafsiran kedua adalah saling menasihati dengan sabar(sabar dalam menasihati).
Penafsiran ini memiliki korelasi dengan kalimat sebelumnya watawa soubil haq,
karena maksud dari penafsiran ini adalah tatkala kita melakukan dakwah sebagaimana
makna tersirat pada kalimat atau perkara ketiga, tentunya kita akan menghadapi
berbagai rintangan dan halangan, dan dakwah kita tidak serta merta dapat diterima
begitu saja karena dakwah dapat diterima bila sudah turun hidayah di dalam hati
pendengarnya. Sehingga pada kalimat selanjutnya Allah memerintahkan kita untuk
saling mengingatkan dengan sabar, ketika kita menghadapi rintangan dan halangan
tersebut. Kita diperintahkan untuk berdakwah dengan sabar, maksudnya adalah
dakwah yang kita lakukan tidak perlu dilakukan dengan tergesa-gesa dengan kata lain
tidak perlu ada keinginan semua pendengar yang kita dakwahi segera mengikuti
ajakan kita, dan juga tidak boleh cepat berputus asa atau berhenti! Karena masalah
hidayah adalah urusan Allah. Allah yang akan membolak-balikkan hati manusia,
tugas kita hanyalah senantiasa memberikan pengetahuan kepada manusia agar
mengikuti jalan yang diridoi Allah, dan hanya Allah lah yang berhak untuk
memberikannya hidayah, maka kita diperintah untuk bersabar dalam saling
menasihati.
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahuwata’ala dengan
memanfaatkan kesempatan hidup di dunia ini untuk menjalankan ketaatan kepada-
Nya sebelum datangnya hari penyesalan yang tidak lagi bermanfaat. Allah
Subhanahuwata’ala berfirman,
َا َ ُكوْ نَ ِمنeَ َّرةً فeوْ اَ َّن لِ ْي َكeeَاب لَ َذeرى ْال َعe َ eَت ِمنَ ْال ُمتَّقِ ْينَ ۙ اَوْ تَقُوْ َل ِح ْينَ ت ُ اَوْ تَقُوْ َل لَوْ اَ َّن هّٰللا َ ه َٰدىنِ ْي لَ ُك ْن
َ ِة تeم ْالقِ ٰي َمeَ ْوeَر ْينَ َويe
َرى الَّ ِذ ْينeَ ِ ِتَ ْكبَرْ تَ َو ُك ْنتَ ِمنَ ْال ٰكفeاس َّ ك ٰا ٰيتِ ْي فَ َك
ْ ذبْتَ بِهَا َوe َ ْال ُمحْ ِسنِ ْينَ بَ ٰلى قَ ْد َج ۤا َء ْت
َْس فِ ْي َجهَنَّ َم َم ْث ًوى لِّ ْل ُمتَ َكب ِِّر ْين هّٰللا
َ م ُّمس َْو َّدةٌ ۗ اَلَيeَُْك َذبُوْ ا َعلَى ِ ُوجُوْ هُه
Terjemah Kemenag 2019
ُ ب هّٰللا ِ َواِ ْن ُك ْن
َت لَ ِمنَ ال ٰ ّس ِخ ِر ْي ۙن ِ ت فِ ْي َج ۢ ْن ْ ع َٰلى َما فَرeاَ ْن تَقُوْ َل نَ ْفسٌ ٰيّ َح ْس َر ٰتى
ُّ َّط
6
56. (Maksudnya,) supaya (tidak) ada orang yang berkata, “Alangkah besar penyesalanku
atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah dan sesungguhnya aku
benar-benar termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).”
57. Atau, supaya (tidak) ada yang berkata, “Seandainya Allah memberi petunjuk kepadaku,
tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa.”
58. Atau, supaya (tidak) ada (pula) yang berkata ketika melihat azab, “Seandainya aku dapat
kembali (ke dunia), tentu aku termasuk orang-orang yang muhsin.
Marilah kita senantiasa menjadi pribadi yang senang mencari ilmu sehingga kuat
iman kita, mengamalkan setiap ilmu yang telah kita miliki sehingga bermanfaat ilmu
kita, mengajak orang-orang sekitar kita agar bersama-sama merapatkan barisan
sehingga selamat dan sejahtera dunia - akhirat, dan bersabar dengan menyerahkan
segala hasilnya hanya kepada Allah semata. Dia lah dzat yang berhak untuk
membolak-balikkan hati manusia.