Anda di halaman 1dari 4

Khutbah I

ْ ‫الحمْ ُد هّٰلِل‬
َ ‫الس اَل ُم َع َلى م َُح َّم ٍد َس ِّي ِد َو َل ِد َع ْد َن‬
،‫ان‬ َّ ‫الص اَل ةُ َو‬ َّ ‫ َو‬،‫َّان‬ ِ ‫ي‬ َّ
‫د‬ ‫ال‬ ِ‫ِك‬ ‫ل‬‫م‬َ ‫ال‬ ِ َ
ُ‫ َوَأ ْش َه ُد َأنْ اَّل ِإ ٰل َه ِإاَّل هللاُ َوحْ دَ ه‬،‫ان‬ َّ ِّ‫صحْ ِب ِه َو َت ِاب ِع ْي ِه َع َلى َمر‬
ِ ‫الز َم‬ َ ‫َو َع َلى آلِ ِه َو‬
َّ‫ َوَأ ْش َه ُد َأن‬،‫ان‬ ِ ‫ان َو ْال َم َك‬
ِ ‫الز َم‬ َّ ‫ـزهُ َع ِن ْال ِج ْس ِم َّي ِة َو ْال ِج َه ِة َو‬ َّ ‫ْك َل ُه ْال ُم َن‬ َ ‫اَل َش ِري‬
َ‫ عِ َب اد‬،‫ َأمَّا َبعْ ُد‬، ُ‫ان ُخلُ َق ُه ْالقُ رْ آن‬ َ ‫َس يِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُ ُه الَّ ِذيْ َك‬
:‫آن‬ ِ ْ‫اِئل فِي ِك َت ِاب ِه ْالقُ ر‬ ِ ‫ ْال َق‬،‫ان‬ ِ ‫ َفإ ِّني ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َو َن ْفسِ ي ِب َت ْق َوى‬،‫الرَّ حْ ٰم ِن‬
ِ ‫هللا ال َم َّن‬
‫ت اِّل ُولِى‬ ٍ ‫ار اَل ٰ ٰي‬
ِ ‫اخ ِتاَل فِ الَّ ْي ِل َوال َّن َه‬ ْ ‫ض َو‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫الس ٰم ٰو‬ َّ ‫اِنَّ ِفيْ َخ ْل ِق‬
‫ الَّ ِذي َْن َي ْذ ُكر ُْو َن هّٰللا َ ِق َيامًا وَّ قُع ُْو ًدا وَّ َع ٰلى ُج ُن ْو ِب ِه ْم َو َي َت َف َّكر ُْو َن ِفيْ َخ ْل ِق‬،ِ‫ااْل َ ْل َباب‬
‫ار (آل‬ ِ ‫اب ال َّن‬َ ‫ك َف ِق َنا َع َذ‬ َ ‫ ُسب ْٰح َن‬، ‫ت ٰه َذا بَاطِ اًل‬ َ ‫ َر َّب َنا َما َخ َل ْق‬،‫ض‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫الس َّٰم ٰو‬
)١٩١ – ١٩٠ :‫عمران‬
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat
kepada kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu
wata’ala, dengan senantiasa berupaya melakukan semua kewajiban dan
meninggalkan semua larangan.   Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Pada kesempatan khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib akan
menyampaikan khutbah dengan tema: “Merenungkan Ciptaan Allah Ta’ala”.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dua ayat dalam surat Ali ‘Imran yang kami baca di atas bermakna: “Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami
dari azab neraka.” (QS Ali ‘Imran: 190-191)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Orang yang memikirkan dan merenungkan tentang makhluk Allah, maka dengan
akalnya ia akan memahami dan mengetahui adanya Allah, keesaan Allah dan
tetapnya sifat Qudrah dan Iradah bagi-Nya. Kita diperintahkan untuk merenung dan
berpikir tentang penciptaan Allah karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda tentang ayat di atas:

)ِ‫ص ِح ْي ِحه‬
َ ‫َّان فِي‬ َ ‫َو ْي ٌل لِـ َمنْ َق َرَأ َها َو َل ْم َي َت َف َّكرْ ِف ْي َها‬
َ ‫(ر َواهُ ابْنُ ِحب‬
Maknanya: “Sungguh celaka orang yang membacanya dan tidak berpikir tentang
nya” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya). Berpikir dan merenungkan mengenai
makhluk ciptaan Allah akan mengantarkan kita pada keyakinan tentang adanya sang
Pencipta dan keesaan-Nya. Para ulama Ahlussunnah menegaskan bahwa wajib
bagi setiap mukallaf (baligh dan berakal) untuk mengetahui dalil aqli yang global
(dalil singkat) tentang adanya Allah. Dalil aqli yang singkat itu seperti apabila
dikatakan: “Masing-masing dari kita mengetahui bahwa dirinya awalnya tidak ada
kemudian menjadi ada dan tercipta. Hal yang keadaannya seperti itu pasti
membutuhkan kepada yang mengadakannya dan menciptakannya dari tiada
menjadi ada. Karena akal yang sehat menetapkan bahwa sesuatu yang awalnya
tiada lalu menjadi ada pasti membutuhkan kepada yang mengadakannya. Dan yang
mengadakannya tiada lain adalah Allah ta’ala.” Atau dikatakan: “Alam semesta ini
berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lain. Angin kadang berembus kadang
tidak. Terkadang udara memanas di suatu waktu dan berubah menjadi dingin di
waktu yang lain. Ada tumbuhan yang tumbuh dan ada yang layu. Matahari terbit dari
arah timur dan terbenam di arah barat. Matahari tampak putih di tengah hari dan
menguning di petang hari. Perubahan-perubahan itu menunjukkan bahwa hal-hal
tersebut adalah makhluk yang memiliki permulaan, tiada kemudian ada. Pasti ada
yang mengaturnya, mengubahnya dan menentukan perkembangannya. Dan itu
semua adalah bagian-bagian dari alam. Dengan demikian, alam beserta seluruh
bagiannya adalah makhluk yang memiliki permulaan, tiada lalu ada, dan pasti
membutuhkan kepada yang menciptakannya, yaitu Allah ta’ala.” Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah, Jika seorang ateis yang tidak mempercayai adanya Allah berkata:
“Kita tidak melihat Allah, bagaimana mungkin kita meyakini akan ada-Nya?” Kita
jawab: “Meskipun kita tidak melihat-Nya, namun bukti-bukti yang menunjukkan akan
perbuatan dan penciptaan-Nya sangat banyak tidak terhitung. Adanya alam ini dan
berbagai macam makhluk di dalamnya adalah bukti adanya Allah. Karena tulisan
pasti ada yang menulisnya dan bangunan pasti ada yang membangunnya. Demikian
pula alam ini pasti ada yang menciptakan dan mewujudkannya. Bahwa kita tidak
melihat Tuhan, ini bukan bukti bahwa Ia tidak ada. Betapa banyak hal yang kita
yakini ada, padahal kita tidak melihatnya. Di antaranya akal kita, roh kita, rasa sakit
dan kegembiraan kita. Semuanya itu kita tidak melihatnya, tapi kita yakini
keberadaannya.” Diriwayatkan bahwa sebagian dari kalangan Dahriyyah yang
mengingkari adanya Allah menemui Imam Abu Hanifah radhiyallahu ‘anhu dan ingin
membunuhnya. Hal itu dikarenakan beliau tidak henti-hentinya membantah
kesesatan mereka dan menyingkap penyimpangan mereka. Imam Abu Hanifah
berkata kepada mereka: “Jawablah satu pertanyaan dariku, lalu lakukanlah apa
yang kalian inginkan.” Mereka berkata: “Silakan.” Lalu Imam Abu Hanifah berkata:
“Apa yang kalian katakan jika ada seseorang yang menyampaikan kepada kalian:
Aku melihat sebuah perahu yang penuh dengan barang bawaan, penuh dengan
beban, diterpa oleh gelombang yang dahsyat dan badai yang tidak menentu arahnya
di tengah lautan. Perahu itu ternyata berjalan terus seakan tiada hambatan di tengah
ombak dan badai tanpa ada nakhoda yang menjalankan dan mengemudikannya.
Apakah hal itu masuk akal?” Para ateis dari golongan Dahriyyah tersebut menjawab:
“Tidak mungkin. Tidak masuk akal.” Imam Abu Hanifah lantas berkata:
“Subhanallah. Jika akal tidak membenarkan adanya perahu yang berjalan tanpa
nakhoda yang mengatur dan menjalankannya, maka bagaimana bisa akal
membenarkan tegaknya dunia ini dengan berbagai perbedaan dan perubahan
keadaannya serta berbagai kompleksitasnya tanpa ada yang menciptakan dan
mengaturnya?” Mendengar apa yang dikatakan Imam Abu Hanifah itu, para ateis
tersebut tersentuh dan menangis seraya berkata kepadanya: “Anda benar.” Mereka
pun menyarungkan kembali pedang-pedang mereka yang telah terhunus lalu
langsung masuk Islam. Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah, Allah ta’ala
berfirman:

ٌ‫ص ْن َوان‬ِ ‫ب وَّ َزرْ ٌع وَّ َن ِخ ْي ٌل‬ ٍ ‫ت مِّنْ اَعْ َن ا‬ ٌ ‫ت وَّ َج ٰ ّن‬
ٌ ‫ج ِو ٰر‬ ٰ ‫ض ق َِط ٌع ُّم َت‬ ِ ْ‫َوفِى ااْل َر‬
،‫ض فِى ااْل ُ ُك ِل‬ ٍ ْ‫ض َها َع ٰلى َبع‬ َ ْ‫ض ُل َبع‬ ِّ ‫ وَّ ُن َف‬،ٍ‫ان يُّسْ ٰقى ِب َما ٍء وَّ ا ِح د‬ ٍ ‫وَّ َغ ْي ُر صِ ْن َو‬
)٤ :‫ن (الرعد‬ ٍ ‫اِنَّ ِفيْ ٰذل َِك اَل ٰ ٰي‬
َ ‫ت لِّ َق ْو ٍم يَّعْ ِقلُ ْو‬
Maknanya: “Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun
anggur, tanaman-tanaman, pohon kurma yang bercabang, dan yang tidak
bercabang; disirami dengan air yang sama, tetapi Kami lebihkan tanaman yang satu
dari yang lainnya dalam hal rasanya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mengerti” (QS ar-Ra’d: 4).
Marilah kita renungkan!. Tanah yang diairi dengan air yang sama dan disinari
dengan sinar matahari yang sama. Namun tumbuhannya menghasilkan buah-
buahan yang berbeda rasa, warna, sifat, bentuk, bau, manfaat dan khasiatnya.
Karenanya, andai wujudnya segala sesuatu adalah dengan pengaruh tabiat seperti
yang dikatakan oleh kalangan ateis, bukan dengan penciptaan Allah, niscaya akan
sama. Karena tabiat yang sama akan memberikan pengaruh pada benda dengan
pengaruh yang serupa. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Jadi ini semua
menunjukkan bahwa wujudnya segala sesuatu adalah dengan penciptaan Dzat yang
Mahakuasa, Maha Berkehendak dan Maha Mengetahui. Oleh karena itulah, Imam
asy-Syafi’i berkata: “Daun Murbei: bau, rasa dan warnanya sama. Dimakan oleh
kijang lalu menghasilkan minyak misik, dimakan oleh ulat sutera lalu menghasilkan
sutera, dimakan oleh unta dan menghasilkan kotoran, dan dimakan oleh kambing
lalu mengeluarkan susu kambing.” Seorang arab Badui pernah ditanya tentang hal
serupa, ia menjawab: “Kotoran unta menunjukkan adanya unta, dan bekas-bekas
kaki menunjukkan adanya rombongan yang lewat. Oleh karenanya, alam ini tiada
lain menunjukkan adanya Dzat yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.”
Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh
keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan semakin mengukuhkan keimanan kita
kepada Allah ta’ala, Tuhan yang Maha Esa dan Mahakuasa. Amin.

َ ‫َأقُ ْو ُل َق ْولِيْ ٰه َذا َوَأسْ َت ْغ ِف ُر‬.


‫ ِإ َّن ُه ه َُو ْال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬،ُ‫ َفاسْ َت ْغ ِفر ُْوه‬،‫هللا لِيْ َو َل ُك ْم‬

ْ ‫صلِّيْ َوُأ َس لِّ ُم َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد ْالم‬ ‫هّٰلِل‬
Khutbah II ،‫ُص َط َفى‬ َ ‫ َوُأ‬،‫اَ ْل َحمْ ُد ِ َو َك َفى‬
،ُ‫ْك َل ه‬ َ ‫ َأ ْش َه ُد َأنْ اَّل ِإ ٰل َه ِإاَّل هللاُ َوحْ دَ هُ اَل َش ِري‬.‫َو َع َلى آلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َأهْ ِل ْال َو َفا‬
،‫ َف َي ا َأ ُّي َه ا ْالم ُْس لِم ُْو َن‬،‫َأمَّا َبعْ ُد‬ .ُ‫َوَأ ْش َه ُد َأنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬
‫هللا َأ َم َر ُك ْم ِب َأمْ ٍر‬
َ َّ‫هللا ْال َعلِيِّ ْالعَظِ ي ِْم َواعْ َل ُم ْوا َأن‬ ِ ‫ص ْي ُك ْم َو َن ْف ِس يْ ِب َت ْق َوى‬ ِ ‫ُأ ْو‬
‫هللا َو َماَل ِئ َك َت ُه‬ ‫الس اَل ِم َع َلى َن ِب ِّي ِه ْال َك ِري ِْم َف َق ا َل‪ِ :‬إنَّ َ‬ ‫الص اَل ِة َو َّ‬ ‫عَظِ ي ٍْم‪َ ،‬أ َم َر ُك ْم ِب َّ‬
‫صلُّوا َع َل ْي ِه َو َس لِّمُوا َت ْس لِيمًا‪ ،‬اَل ٰلّ ُه َّم‬ ‫ِين آ َم ُنوا َ‬ ‫ون َع َلى ال َّن ِبيِّ ‪َ ،‬يا َأ ُّي َها الَّذ َ‬ ‫ُصلُّ َ‬ ‫ي َ‬
‫ْت َع َلى َس ِّي ِد َنا‬ ‫ص لَّي َ‬
‫آل َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َك َم ا َ‬ ‫ص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َع َلى ِ‬ ‫َ‬
‫آل َس ِّي ِد َنا‬ ‫اركْ َع َلى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َع َلى ِ‬ ‫آل َس ِّي ِد َنا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َب ِ‬‫ِإب َْرا ِه ْي َم َو َع َلى ِ‬
‫آل َس ِّي ِد َنا ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬فيْ‬ ‫ت َع َلى َس ِّي ِد َنا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َع َلى ِ‬ ‫ار ْك َ‬
‫م َُح َّم ٍد َك َم ا َب َ‬
‫وال ُم ْؤ ِم ِني َْن‬ ‫ت ْ‬ ‫اغ ِف رْ ل ِْلم ُْس لِ ِمي َْن َو ْالم ُْس لِ َما ِ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اَل ٰلّ ُه َّم ْ‬ ‫ْال َع ا َل ِمي َْن ِإ َّن َ‬
‫مْواتِ‪ ،‬اللهم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َباَل َء َو ْال َغاَل َء َو ْال َو َب ا َء‬ ‫ت اَأْلحْ َيا ِء ِم ْن ُه ْم َواَأْل َ‬ ‫َو ْالمُْؤ ِم َنا ِ‬
‫الش دَاِئدَ َو ْالم َِح َن‪َ ،‬م ا َظ َه َر‬ ‫ف ْالم ُْخ َتلِ َف َة َو َّ‬ ‫َو ْال َفحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْال َب ْغ َي َوال ُّسي ُْو َ‬
‫ك َع َلى‬ ‫دَان ْالم ُْس لِ ِمي َْن َعام ًَّة‪ِ ،‬إ َّن َ‬
‫ِم ْن َها َو َما َب َط َن‪ِ ،‬منْ َب َل ِد َنا َه َذا َخاص ًَّة َو ِمنْ ب ُْل ِ‬
‫ان َوِإ ْي َت ا ِء ذِي ْالقُ رْ َبى‬ ‫ْأ‬
‫هللا َي ُم ُر ِب ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬ ‫هللا‪ ،‬إنَّ َ‬ ‫ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر عِ َبادَ ِ‬
‫ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر ُْو َن‪َ .‬ف اذ ُكرُوا َ‬
‫هللا‬ ‫و َي ْن َهى َع ِن ال َفحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ر َوال َب ْغي‪َ ،‬يع ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َأ‬
‫هللا ْك َب ُر‬ ‫ْ‬
‫العَظِ ْي َم َيذ ُكرْ ُك ْم َو َلذ ِْك ُر ِ‬‫ْ‬
‫‪.‬‬

Anda mungkin juga menyukai