Anda di halaman 1dari 7

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk
senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.

Kaum Muslimin rahimakumullah,

Dalam kesempatan khutbah pada siang hari ini, khatib akan menyampaikan khutbah dengan tema
“Bencana: Ujian ataukah Azab?”.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Mengutip dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di awal tahun 2021 ini terjadi sebanyak
197 bencana di seluruh wilayah Indonesia. Sebagian besar kejadian merupakan bencana alam. Bencana
banjir mendominasi dengan 134 kejadian, disusul tanah longsor 31 kejadian, dan puting beliung
sebanyak 24 kejadian.

Serangkaian bencana di awal 2021 itu menyebabkan 184 orang meninggal, lebih dari 2.700 orang
mengalami luka-luka. Sebanyak 9 orang dinyatakan hilang dan mereka yang menderita serta mengungsi
mencapai 1,9 juta orang.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sederet bencana yang menimpa rakyat Indonesia di awal tahun ini memunculkan sebuah pertanyaan:
apakah bencana itu ujian ataukah azab yang Allah timpakan kepada bangsa Indonesia?

Hadirin rahimakumullah,
Bencana atau musibah adakalanya ujian dan adakalanya merupakan azab yang disegerakan di dunia.

Dari mana kita mengetahui bahwa sebuah bencana dan musibah adalah ujian ataukah azab? Apabila
musibah itu ditimpakan kepada orang-orang shalih yang taat kepada Allah ta’ala maka ia adalah ujian
yang meninggikan derajat mereka dan melipatgandakan pahala mereka di akhirat.

Musibah yang berupa ujian ini ditimpakan oleh Allah kepada orang-orang yang dikehendaki kebaikan
pada dirinya, seperti para nabi, para wali, para ulama yang mengamalkan ilmunya dan orang-orang
shalih lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ِ ‫صبْ ِم ْنهُ ( َر َواهُ ْالب‬


) ُّ‫ُخَاري‬ ِ ُ‫َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه َخ ْيرًا ي‬

Artinya : "Siapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya maka Allah akan menimpakan musibah
kepadanya.” (HR Al-Bukhari).

Dari hadits ini dapat dipahami bahwa seseorang yang dikehendaki kebaikan dan derajat yang tinggi pada
dirinya maka Allah melindunginya dari musibah agama dan menimpakan berbagai musibah dunia pada
dirinya, anaknya, hartanya atau orang yang ia cintai.

Musibah agama adalah seperti meninggalkan shalat limat waktu, berjudi, berzina, mencuri, dan lain
sebagainya. Sedangkan musibah dunia sangat banyak bentuknya. Di antaranya kemiskinan, sakit,
ditinggal mati orang yang dicintai, diperlakukan buruk orang lain, dan lain sebagainya.

Semakin taat seseorang dan semakin banyak ia melakukan kebaikan maka semakin besar dan berat ujian
yang Allah timpakan kepadanya. Sebagaiman kita tahu, manusia yang paling taat adalah para nabi.
Musibah yang menimpa mereka tentu lebih banyak dan lebih berat dibandingkan dengan manusia pada
umumnya.
Nabi Nuh diuji dengan anak dan istrinya yang tidak mau beriman. Beliau juga dicaci dan seringkali
dipukuli sampai pingsan ketika menyampaikan dakwah kepada umatnya. Nabi Ibrahim diuji dengan
dilemparkan ke api yang berkobar-kobar dan tidak dikarunia anak sampai usia lanjut.

Nabi Zakariyya meninggal digergaji. Nabi Yahya kepalanya dipenggal. Banyak nabi di kalangan Bani Israil
yang mati dibunuh sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 87 dan surat al ‘Imran ayat
181. Nabi Ayyub diuji dengan sakit selama 18 tahun dan dimatikan seluruh anaknya dan dilenyapkan
seluruh hartanya.

Nabi Muhammad diuji dengan cacian dari kaumnya, dijatuhkan kotoran dan jeroan unta pada kepala
dan badannya saat sujud, dilempari batu sampai berdarah, ditinggal mati oleh istri tercintanya, ditinggal
mati oleh putranya saat masih bayi, meninggalkan kampung halaman yang sangat beliau cintai,
mengalami demam tinggi dua kali lipat dari demam paling tinggi yang dialami manusia pada umumnya
dan lain sebainya.

Oleh karena itu semua, Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

)‫ب ِد ْينِ ِه ( َر َواهُ التِّرْ ِم ِذيُّ َوَأحْ َم ُد َو َغ ْي ُرهُ َما‬


)ِ ‫ يُ ْبتَلَى ال َّر ُج ُل َعلَى َح َس‬،ُ‫اس بَاَل ًء اَأل ْنبِيَا ُء ثُ َّم اَأْل ْمثَ ُل فَاَأْل ْمثَل‬
ِ َّ‫َأ َش ُّد الن‬

Artinya : "Manusia yang paling berat musibahnya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang di
bawah derajat mereka, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka. Seseorang diuji
berdasarkan sekuat apa ia pegangteguh agamanya.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

)ّ‫ َو َم ْن َس ِخطَ فَلَهُ الس ُّْخطُ ( َر َواهُ التِّرْ ِم ِذي‬،‫ضا‬ ِ ‫ فَ َم ْن َر‬،‫ َوِإ َّن هللاَ ِإ َذا َأ َحبَّ قَوْ ًما ا ْبتَالَهُ ْم‬،‫ِإ َّن ِعظَ َم ْال َج َزا ِء َم َع ِعظَ ِم ْالبَاَل ِء‬
َ ‫ض َي فَلَهُ ال ِّر‬

Artinya : "Sesungguhnya pahala yang besar didapatkan melalui musibah yang besar pula. Apabila Allah
ta’ala mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang
ridha maka Allah meridhainya. Dan barangsiapa yang tidak ridha maka Allah murka kepadanya.” (HR At-
Tirmidzi).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sedangkan bencana dan musibah yang merupakan azab adalah yang ditimpakan kepada para pelaku
dosa dan maksiat.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

ٍ ِ‫ت َأ ْي ِدي ُك ْم َويَ ْعفُو ع َْن َكث‬


)٣٠ :‫ير (الشورى‬ ْ َ‫صيبَ ٍة فَبِ َما َك َسب‬ َ ‫َو َما َأ‬
ِ ‫صابَ ُك ْم ِم ْن ُم‬

Artinya : "Dan musibah apa pun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan dosa kalian
sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahan kalian).” (QS Asy-Syura : 30).

Imam At-Thabari menafsirkan ayat ini dengan mengatakan :

ِ ُ‫ فَِإنَّ َما ي‬:ُ‫ت َأ ْي ِدي ُك ْم) يَقُوْ ل‬


ّ ِ‫ص ْيبُ ُك ْم ذل‬
‫ك‬ ْ َ‫ص ْيبَ ٍة فِي ال ُّد ْنيَا فِي َأ ْنفُ ِس ُك ْم َوَأ ْهلِ ْي ُك ْم َوَأ ْم َوالِ ُك ْم (فَبِ َما َك َسب‬
ِ ‫ُص ْيبُ ُك ْم َأيُّهَا النَّاسُ ِم ْن ُم‬
ِ ‫َو َما ي‬

‫ فَاَل يُ َعاقِبُ ُك ْم بِهَا‬،‫ ُعقُوْ بَةً ِمنَ هللاِ لَ ُك ْم بِ َما اجْ ت ََر ْمتُ ْم ِمنَ اآْل ثَ ِام فِ ْي َما بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَ َربِّ ُك ْم َويَ ْعفُوْ لَ ُك ْم َربُّ ُك ْم ع َْن َكثِي ٍْر ِم ْن ِإجْ َرا ِم ُك ْم‬.

“Bencana dan musibah yang menimpa kalian di dunia wahai manusia, pada diri, keluarga dan harta
kalian tiada lain adalah azab dari Allah kepada kalian yang disebabkan dosa-dosa yang kalian lakukan
kepada sesama kalian dan dosa yang kalian perbuat kepada Allah. Dan Allah mengampuni banyak dosa
kalian yang lain sehingga tidak menurunkan azab (yang lain) kepada kalian.”

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

َ ‫ َوِإ َذا َأ َرا َد هللاُ بِ َع ْب ِد ِه ال َّش َّر َأ ْم َس‬،‫ِإ َذا َأ َرا َد هللاُ بِ َع ْب ِد ِه ال َخي َْر َع َّج َل لَهُ ال ُعقُوبَةَ فِي ال ُّد ْنيَا‬.
)ّ‫ك َع ْنهُ بِ َذ ْنبِ ِه َحتَّى ي َُوافِ َي بِ ِه يَوْ َم القِيَا َم ِة ( َر َواهُ التِّرْ ِم ِذي‬
Artinya : "Jika Allah menghendaki kebaikan pada hambanya maka Allah menyegerakan baginya azab di
dunia. Dan jika Allah menghendaki keburukan pada hambanya maka Allah menahan azab kepadanya di
dunia meski ia terus berbuat dosa sehingga azab itu akan ditimpakan kepadanya pada hari kiamat.” (HR
At-Tirmidzi)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kemudian yang penting sekali untuk diperhatikan bahwa ada sebuah hadits yang berbunyi :

) َ‫(ر َواهُ ابْنُ ِحبَّان‬


َ ‫ب‬ٍ ‫ك َأ ْن يَ ُع َّمهُ ُم هللاُ بِ ِعقَا‬
ُ ‫اس ِإ َذا َرَأوْ ا ْال ُم ْن َك َر فَلَ ْم يُ َغيِّرُوهُ يُو ِش‬
َ َّ‫ِإ َّن الن‬

Artinya : "Sesungguhnya manusia apabila mengetahui kemungkaran lalu mereka tidak mau
mengubahnya maka hampir saja (tunggulah saatnya) Allah akan mengazab mereka seluruhnya.” (HR
Ibnu Hibban).

Hadits ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa jika di suatu daerah terdapat kemungkaran yang
merajalela dilakukan, tapi tidak ada satu pun yang mengubahnya dengan amar makruf dan nahi
mungkar maka azab Allah akan menimpa mereka semua.

Azab Allah tidak hanya dikenakan kepada mereka yang berbuat kemungkaran, tapi juga ditimpakan
kepada orang-orang shalih yang enggan beramar makruf dan bernahi mungkar dengan mencegah
kemungkaran tersebut.

Kemungkaran adalah seperti paham-paham yang menyimpang dari ajaran para ulama Ahlussunnah wal
Jama’ah, zina, judi, meminum minuman keras, korupsi, mengganggu kerukunan masyarakat, berbuat
kekacauan, dan lain sebagainya.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,


Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal :

Pertama, bagi seorang Mukmin, musibah yang menimpanya, baik musibah itu ujian ataupun azab,
adalah kebaikan baginya apabila dihadapi dengan sabar dan ridha. Jika berupa ujian maka musibah itu
akan meninggikan derajatnya dan melipatgandakan pahalanya di akhirat. Dan jika berupa azab maka
azab di dunia itu akan menggugurkan azab baginya di akhirat kelak. Dan hal itu lebih baik baginya.
Karena azab di akhirat jauh lebih berat dan lebih pedih dibandingkan azab dunia.

Kedua, sedangkan bagi orang kafir, bencana dan musibah apa pun yang menimpanya di dunia tidaklah
bermanfaat sama sekali baginya di akhirat.

Ketiga, jika seseorang mulai berbuat taat dan mulai meninggalkan hal-hal yang diharamkan lalu ditimpa
berbagai musibah maka itu adalah ujian baginya. Apakah ia akan terus melanjutkan ketaatan ataukah ia
kendor semangat lalu meninggalkan ketaatan itu.

Keempat, jika seseorang ditimpa musibah dan bencana setelah ia berbuat maksiat dan dosa maka yang
semestinya dia lakukan adalah menyegerakan tobat dengan sungguh-sungguh dari semua dosa yang
pernah ia lakukan.

Baginda Nabi bersabda :

)‫ب لَهُ ( َر َواهُ ابْنُ َما َجه َوالطَّبَ َرانِ ُّي َو َغ ْي ُرهُ َما‬
َ ‫ب َك َم ْن اَل َذ ْن‬ َّ َ‫التَّاِئبُ ِمن‬
ِ ‫الذ ْن‬

Artinya : "Seseorang yang bertobat dari dosa seperti orang yang tidak punya dosa.” (HR Ibnu Majah, ath-
Thabarani dan lain-lain).

Kelima, kemungkaran jika sudah merajalela dan tidak ada satu pun yang berupaya mencegahnya maka
tunggulah saatnya Allah akan menurunkan azab kepada semuanya. Yang shalih maupun yang fasik,
semuanya terkena azab.
Hadirin jama’ah shalat Jumat rahimakumullah,

Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan
membawa barakah bagi kita semua. Amin.

Anda mungkin juga menyukai