Anda di halaman 1dari 4

Berikut naskah khutbah Jum'at tentang Makna Musibah Bagi Muslim dikutip iNews.

id dari
laman dakwahnu.id.
Khutbah pertama
‫ َو الَّص َالُة‬. ‫ َو ِنْع َم ِة الُّشْك ِر َعلَى الَّنْع َم اِء‬، ‫ ْالَحْم ُد ِهلل َّالِذ ْي َأَم َّد َأْو ِلَياَءُه ِبُقَّو ِة الَّصْبِر َع َلى الَّضَّراِء‬،‫ْالَحْم ُد ِهلل‬
‫ َفَقْد‬، ‫ َو َع َلى َء اِلِه اْلَبَر َر ِة ْاَألْتِقَياِء‬، ‫ َو َع َلى َأْص َح اِبِه الَّطِّيِبْيَن ْاَألْص ِفَياِء‬، ‫َو الَّس َالُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َس ِّيِد ْاَألْنِبَياِء‬
‫ َأَّم ا َبْعُد َفَيا ِعَباَد ِهللا ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى ِهللا ْالَعِلِّي ْالَعِظ ْيِم‬.” ‫َج اَء ِفي ْالَحِد ْيِث الَّش ِر ْيِف “َو الَّصْبُر ِض َياٌء‬
) ‫ ( َياَأُّيَها َّالِذ ْيَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهللا َح َّق ُتَقاِتِه َو َال َتُم ْو ُتَّن ِإَّال َو َأْنُتْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬:‫َفَقْد َقاَل ُهللا َتَع اَلى‬.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Marilah kita memperkuat keimanan kita dengan taqwa, senantiasa berusaha menjalankan
perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangan Allah di manapun dan kapan
pun kita berada.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah


Musibah demi musibah datang bertubi-tubu mendera bangsa kita (bangsa Indonesia), gempa
bumi, banjir, kebakaran dan yang terakhir adalah pandemic covid-19. Sebagaiumat Islam,
kita wajib meyakini bahwa semua musibah ini bukan karena kehendak atau murka alam
semesta, karena alam semesta adalah benda mati yang tidak memiliki kehendak dan
keinginan sama sekali, tetapi kita meyakini bahwa semua ini terjadi dengan kehendak dan
taqdir pencipta alam semesta yaitu Allah subhanahu wata’aalaa. Rasulullah shallallahu
‘alayhi wasallam bersabda: ‫ َم اَش اَء ُهللا َك اَن َو َم ا َلْم َيَش ْأ َلْم َيُك ْن‬Maknanya: Apap un yang
dikehendaki oleh Allah (pada azal) maka pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki oleh
Allah pada azal maka pasti tidak terjadi.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah


Bagi kita (seorang muslim) datangnya musibah dapat dimaknai dengan dua makna; ujian atau
adzab dari Allah ta’aalaa. Pertama: musibah-musibah ini dapat dimaknai sebagai ujian dari
Allah ta’aalaa untuk meningkatkan derajat kita. Apabila kita mampu menahan hawa nafsu
untuk bersabar dengan ridla terhadap kehendak dan taqdir Allah tersebut, maka Allah akan
meningkatkan derajat kita di akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda : ‫َم ْن‬
‫ ُيِر ِد ُهللا ِبِه َخْيًرا ُيِص ْب ِم ْنُه‬Maknanya: “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka
Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al Bukhari)

Berdasarkan hadits ini dapat dipahami bahwa apabila Allah mencintai seseorang maka Allah
akan menimpakan musibah kepadanya. Semakin tinggi derajat seseorang maka semakin berat
musibah yang ditimpakan pada mereka, sehingga dalam hadits yang lain, Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: ‫َأَشُّد الَّناِس َبَالًء ْاَألْنِبَياُء ُثَّم ْاَألْم َثاُل َفْاَالْم َثاُل ُيْبَتَلى الَّرُجُل َع َلى‬
‫ َحَسِب ِد ْيِنِه‬Maknanya: “Manusia yang paling berat bala’ (musibahnya) adalah para nabi
kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang-orang yang semisalnya, seseorang
diuji berdasarkan tingkatan agamanya” Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: ‫ِإَّن ُع ْظ َم ْالَج َز اِء‬
‫ َو َم ْن َس َخ َط َفَلُه الُّس ْخ ُط‬،‫ َفَم ْن َر ِض َي َفَلُه الِّر َض ى‬، ‫ َو ِإَّن َهللا َتَع اَلى ِإَذ ا َأَح َّب َقْو ًم ا اْبَتَالُهْم‬، ‫َم َع ُع ْظِم ْالَبَالِء‬
Maknanya: “Sesungguhnya besarnya balasan itu seimbang dengan besarnya bala’, dan
sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah pasti menguji mereka, maka
barang siapa ridla terhadap ujian itu, ia akan mendapat ridla Allah dan barang siapa marah
terhadapnya maka ia akan mendapat murka Allah
” Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Berdasarkan beberapa hadits di atas dapat dipahami bahwa musibah yang berarti ujian adalah
musibah yang ditimpakan kepada umat Islam yang taat kepada Allah ta’aalaa, sebagai media
untuk meningkatkan derajat mereka menurut Allah ta’aalaa.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kedua: musibah-musibah tersebut dapat dimaknai sebagai adzab Allah yang dimajukan di
dunia sebelum adzab yang lebih pedih di akhirat. Karena meskipun secara umum adzab atas
dosa umat Muhammad akan ditimpakan di akhirat, namun ada beberapa dosa yang adzabnya
dimajukan di dunia. Dalam beberapa riwayat hadits dijelaskan bahwa sebagian dosa yang
dilakukan oleh manusia dimajukan adzabnya di dunia seperti dosa durhaka kepada kedua
orang tua, dosa memutuskan silaturrahim dan dosa diamnya umat Islam dari kemungkaran
yang terjadi di masyarakat. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh imam Ahmad dalam Musnadnya bersabda:

)‫ ِإَّن الَّناَس ِإَذ ا َر َأْو ا ْالُم ْنَك َر َفَلْم ُيَغّيُرْو ُه َأْو َش َك َأْن َيُع َّم ُهُم ُهللا ِبِع َقاٍب (رواه أحمد‬Maknanya:
Sesungguhnya manusia apabila mereka melihat kemungkaran dan mereka tidak
mengubahnya maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan adzab pada mereka secara
merata” Makna hadits di atas adalah bahwa Allah mengancam manusia dengan adzab yang
merata apabila mereka meninggalkan an nahyu anil munkar; mereka melihat kemungkaran
terjadi di masyarakatnya tetapi mereka diam saja dan tidak mau berusaha untuk
mencegahnya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah


Kemungkaran dan kemaksiatan sekarang ini telah merajalela di tengah-tengah masyarakat,
pergaulan bebas muda-mudi menjadi trend, perzinaan dianggap sebagai hal biasa, minum
minuman keras dan konsumsi narkoba dianggap sebagai kebanggaan, perjudian dilegalkan
dengan berbagai modus dan nama, pembunuhan terjadi di mana-mana, praktik riba sudah
menjadi kebiasaan, pencurian dan korupsi dari mulai yang kelas teri sampai dengan yang
ratusan milyar rupiah dilakukan oleh rakyat biasa sampai para pejabat yang terhormat tanpa
sedikitpun memiliki rasa malu.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah


Kemungkaran yang paling besar dan paling berbahaya yang sedang menyebar saat ini adalah
kemungkaran kekufuran. Yaitu munculnya paham-paham yang menyimpang dari paham
Ahlussunnah wal Jama’ah; paham yang diajarkan oleh Rasulullah dan sahabatnya. Hari ini
banyak berkembang paham khawarij yang mengkafirkan setiap umat Islam yang tidak
berhukum dengan hukum Islam meskipun hanya dalam satu permasalahan kecil, paham ini
mengakibatkan munculnya paham terorisme yang sangat meresahkan. Hari ini juga
berkembang paham qadariyah muktazilah yang meyakini bahwa manusia menciptakan
perbuatannya sendiri (bukan Allah yang menciptakannya), hari ini juga berkembang paham
mujassimah/karramiyah yang meyakini bahwa Allah adalah jisim yang memiliki anggota
badan dan bertempat di suatu tempat tertentu.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Namun di sisi lain, sedikit sekali dari kita; umat Islam yang merasa prihatin melihat
fenomena kamaksiatan dan paham-paham kufur tersebut apalagi mau mengingkarinya. Umat
Islam saat ini banyak yang hanya sibuk mengurus kepentingan dunianya, sebaliknya sangat
tidak peka terhadap kondisi keagamaan umat. Bahkan sebagian umat Islam ada yang
berprinpsip ‘yang penting saya dan keluarga saya selamat’, orang lain itu urusan mereka
sendiri’. Prinsip seperti ini jelas tidak benar, karena di dalam Islam selain ada kewajiban
menjaga diri sendiri dan keluarga juga ada kewajiban dakwah dan al amru bil ma’ruf wan
nahyu ‘an al munkar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah Allah ta’aalaa berfirman: ‫َظَهَر الَفَس اُد ِفي الَبِّر َو اْلَبْح ِر ِبَم ا‬
‫ َك َسَبْت َأْيِد ي الَّناِس ِلُيِذ يَقُهم َبْع َض اَّلِذ ي َع ِم ُلوا َلَع َّلُهْم َيْر ِج ُعوَن‬Maknanya: “Telah nampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan
kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar)”. (Q.S ar Rum: 41) Ayat ini tidak hanya dimaknai bahwa musibah-musibah yang
menimpa kita itu disebabkan perbuatan-perbuatan manusia berupa penggundulan hutan,
pembuangan sampah sembarangan, penataan kota yang tidak tepat dan seterusnya. Tetapi
lebih dari itu, adalah diakibatkan oleh perilaku-perilaku kufur dan maksiat yang dilakukan
oleh manusia. Dalam sebuah ayat Allah ta’aalaa berfirman: ‫َّم ا َأَص اَبَك ِم ْن َح َس َنٍة َفِم َن ِهَّللا َو َم ا‬
‫َأَص اَبَك ِم ن َس ِّيَئٍة َفِم ن َّنْفِس َك‬
Maknanya: “Kenikmatan yang menimpakamu adalah dari Allah dan musibah yang menimpa
kamu adalah balasan dari perbuatan diri kamu”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah


Dengan demikian, apabila kita ingin umat Islam ingin terbebas dari segala macam bencana,
maka marilah kita bersama-sama memperbaiki kehidupan agama masyarakat. Kita ingatkan
kerabat, teman, tetangga dan seluruh umat Islam dari bahaya paham-paham sesat dan dari
berbagai bentuk kemaksiatan. Apabila kita mau berusaha meninggalkan segala bentuk
maksiat dan mau untuk mencegah kemungkaran yang dilakukan di tengah-tengah masyarakat
maka insya Allah, Allah akan mengangkat segala musibah yang menimpa kita.

‫َو ُهللا ُسْبَح اَنُه َو َتَع اَلى َيُقْو ُل َو ِبَقْو ِلِه َيْهَتِد ْى ْالُم ْهَتُد ْو َن َوِإَذ ا ُقِر َئ اْلُقْر آُن َفاْسَتِم ُعوا َلُه‬. ‫ِإَّن َأْح َس َن ْالَكَالِم َكَالُم ِهللا ْالَم ِلِك ْالَع َّالِم‬
‫ ُيْص ِلْح َلُك ْم َأْع َم اَلُك ْم‬،‫َو َأْنِص ُتوا َلَع َّلُك ْم ُتْر َحُم وَن َاُعوُذ ِباِهلل من الشيَطان اَلرجيم َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَّتُقوا َهَّللا َو ُقوُلوا َقْو اًل َسِد يًدا‬
‫َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم ۗ َو َم ن ُيِط ِع َهَّللا َو َر ُسوَلُه َفَقْد َفاَز َفْو ًز ا َع ِظ يًم ا َبَاَر ك ُهللا لي وَلُك ْم فِى ْاْلُقْر َأِن ْاْلَعِظ ْيِم وَنَفِع ني وِإَياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن‬
‫ َأُقْو ُل َقْو ِلْي َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا ِلْي ِو َلُك ْم ِو ِلَجِم ْيِع ْالُم ْس ِلِم ْيَن َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه ِإَّنُه ُهُو ْالَغ ُفْو ُر الَّر ِح ْيُم‬، ‫ْاَألَياِت َو الِّذْك ِر ْالَحِكْيِم‬.

Khutbah II ‫ َأْش َهُد َأْن اَّل ِإلَه‬.‫ َو َع َلى آِلِه َو َأْص َح اِبِه َأْهِل اْلَو َفا‬،‫ َو ُأَص ِّلْي َو ُأَس ِّلُم َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد اْلُم ْص َطَفى‬،‫َاْلَحْم ُد ِهلل َو َكَفى‬
‫ ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ْي ِبَتْقَو ى‬، ‫ َفَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن‬،‫َأَّم ا َبْعُد‬ .‫ َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬،‫ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلُه‬
‫ ِإَّن َهَّللا َو َم اَل ِئَك َتُه ُيَص ُّلوَن‬: ‫ َأَم َر ُك ْم ِبالَّص اَل ِة َو الَّس اَل ِم َع َلى َنِبِّيِه اْلَك ِرْيِم َفَقاَل‬، ‫ِهللا اْلَعِلِّي اْلَعِظ ْيِم َو اْعَلُم ْو ا َأَّن َهللا َأَم َر ُك ْم ِبَأْم ٍر َع ِظ ْيٍم‬
‫ َالّٰل ُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َك َم ا َص َّلْيَت‬،‫ َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‬، ‫َع َلى الَّنِبِّي‬
‫َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم َو َباِرْك َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم‬
‫ّٰل‬
‫ َال ُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت واْلُم ْؤ ِمِنْيَن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت اَأْلْح َياِء ِم ْنُهْم‬. ‫ ِفْي اْلَع اَلِم ْيَن ِإَّنَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬، ‫َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ِإْبَر اِهْيَم‬
‫َو اَأْلْم َو اِت‪ ،‬اللهم اْدَفْع َع َّنا اْلَباَل َء َو اْلَغاَل َء َو اْلَو َباَء َو اْلَفْح َش اَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْلَبْغ َي َو الُّسُيْو َف اْلُم ْخ َتِلَفَة َو الَّشَداِئَد َو اْلِمَح َن ‪َ ،‬م ا َظَهَر‬
‫ِم ْنَها َو َم ا َبَطَن ‪ِ ،‬م ْن َبَلِد َنا َهَذ ا َخ اَّص ًة َوِم ْن ُبْلَداِن اْلُم ْس ِلِم ْيَن َعاَّم ًة‪ِ ،‬إَّنَك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ِع َباَد ِهللا‪ ،‬إَّن َهللا َيْأُم ُر ِباْلَع ْد ِل‬
‫َو اإْل ْح َس اِن َوِإْيَتاِء ِذ ي اْلُقْر َبى وَيْنَهى َع ِن الَفْح َش اِء َو اْلُم ْنَك ِر َو الَبْغ ِي ‪َ ،‬يِع ُظُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن ‪َ .‬فاذُك ُروا َهللا اْلَعِظ ْيَم َيْذ ُك ْر ُك ْم َو َلِذ ْك ُر‬
‫‪ِ.‬هللا َأْك َبُر‬

Anda mungkin juga menyukai