Anda di halaman 1dari 13

‫‪Khutbah Jum’at‬‬

‫ض َولَهُ ْال َح ْم ُد فِي‬ ‫ت َو َما فِي اَأْلرْ ِ‬ ‫اوا ِ‬ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذي لَهُ َما فِي ال َّس َم َ‬
‫اآْل ِخ َر ِة َوهُ َو ْال َح ِكي ُم ْال َخبِيرُ‪َ ،‬و شهَ ُد ْن اَل ِإلهَ ِإ هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي َ‬
‫ك لهَُ‬ ‫اَّل‬ ‫َ‬ ‫َأ‬ ‫ْ‬ ‫َأ‬
‫ْال َعلِ ُّي ْال َكبِ ْيرُ‪َ ،‬وَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا َونَبِيِّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ْالبَ ِش ْي ُر‬
‫النَّ ِذ ْي ُر‬

‫صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّ َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬
‫بَا َر ْكتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِهي َم َو َعلى ِ‬
‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْيدٌ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬

‫فَيَا َأيُّهَا النَّاسُ ‪ ،‬اتَّقُوا هللاَ تَ َعالَى‪َ ،‬وا ْسلُ ُكوْ ا َسبِ ْي َل ال َّساَل َم ِة َوالنَّ َجا ِة‪،‬‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هللاِ‪،‬‬ ‫ت ُأوْ ِ‬ ‫ب َواُأْل ُموْ َر ْال ُم ْهلِ َكا ِ‬‫ط ِ‬ ‫َواحْ َذرُوْ ا ُسبُ َل ْال َع ْ‬
‫ق تُقَاتِ ِه َك َما َأ َم َر‪ .‬قَا َل هللاُ تَ َعالى‪ :‬يٰ ٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ اٰ َمنُوا اتَّقُوا‬ ‫فَاتَّقُوا هللاَ َح َّ‬
‫ْ‬ ‫اَّل‬
‫ق تُقٰىتِهٖ َواَل تَ ُموْ تُ َّن اِ َواَنتُ ْم ُّم ْسلِ ُموْ نَ‬‫اللّٰهَ َح َّ‬

‫‪Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,‬‬

‫‪Dalam penyampaian materi khutbah Jumat kali‬‬


‫‪ini, kami wasiatkan kepada diri kami juga‬‬
‫‪kepada jamaah sekalian untuk senantiasa‬‬
‫‪meningkatkan kualitas takwa. Dengan cara‬‬
‫‪melaksanakan segala perintah Allah subhanahu‬‬
‫‪wata’ala dan rasul-Nya serta menjauhi segala‬‬
‫‪larangan Allah subhanahu wata’ala dan rasul-‬‬
‫‪Nya.‬‬

‫‪Mari kita tekuni ibadah shalat wajib lima waktu‬‬


‫‪dengan berjamaah di masjid. Sebab, shalat‬‬
‫‪merupakan ibadah yang sangat penting. Satu‬‬
amalan yang menjadi ciri utama perbedaan
antara muslim dan kafir.

Mari kita hiasi diri dengan akhlaqul karimah.


Mari jauhi seluruh bentuk akhlak sayyi-ah.

Dalam hal sifat dan akhlak, ada dua jenis sifat


yang biasa melekat pada diri seseorang, yaitu
sifat positif dan negatif.

Sifat positif kita kenal dengan istilah akhlaqul


karimah, atau akhlaq mahmudah. Sedangkan
sifat negatif kita kenal dengan istilah akhlak
sayyi-ah, atau akhlak madzmumah.

Sifat positif akan mengantarkan kita pada


kebaikan dan keselamatan di dunia dan di
akhirat, sedangkan sifat negatif akan
mengantarkan kita pada kehancuran dan
kebinasaan di dunia dan di akhirat.

Rasulullah sangat menjaga umatnya melalui


nasehat dan peringatan supaya berhias diri
dengan sifat positif dan menjauhi setiap bentuk
sifat negatif.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh


Al-Bazzar dalam kitab Kasyfu al-Astar karyaAl-
Haitsami, jilid 1 halaman 60,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ َوِإ ْع َجابُ ْال َمرْ ِء بِنَ ْف ِس ِه‬،ٌ‫ َوهَ ًوى ُمتَّبَع‬،‫ع‬


ٌ ‫ ُش ٌّح ُمطَا‬:‫ات‬ ٌ َ‫ثَال‬
ٌ ‫ث ُم ْهلِ َك‬

“Ada tiga hal yang membawa pada jurang


kebinasaan; sifat kikir yang dituruti, hawa nafsu
yang dituruti, takjub terhadap diri
sendiri (ujub).”

Melalui hadits di atas, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wasallam menyampaikan bahwa ada
tiga sifat negatif yang menggiring manusia
pada jurang kebinasaan.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Sifat Negatif Pertama: Kikir

Kikir adalah sifat negatif. Kikir adalah sifat


tercela. Kikir, bakhil, pelit artinya semua sama,
yaitu tidak mau memberikan sebagian hartanya
kepada orang lain di saat orang lain
membutuhkan.

Dalam syariat Islam, seorang muslim tidak


boleh memiliki sifat kikir. Larangan bersifat kikir
lebih ditegaskan kembali bagi para pemimpin
dan penguasa.
Kikir adalah akhlak madzmumah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mengategorikan ini dalam sifat yang
dapat membinasakan pelakunya.

Sifat kikir dapat merusak keharmonisan


hubungan sosial masyarakat, wabil khusus,
merusak hubungan ukhwah islamiyah.

Allah subhanahu wata’ala berfirman
dalam surat Ali Imran ayat 180,

ْ‫َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذ ْينَ يَبْخَ لُوْ نَ بِ َمآ اٰٰتىهُ ُم اللّٰهُ ِم ْن فَضْ لِهٖ هُ َو خَ ْيرًا لَّهُ ْم ۗ بَل‬
‫هُ َو َش ٌّر لَّهُ ْم‬

“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir


dengan apa yang diberikan Allah kepada
mereka dari karunia-Nya mengira
bahwa (kikir) itu baik bagi
mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka.”

Islam mengajarkan untuk saling mencintai


sesama muslim. Salah satu wujud rasa cinta kita
kepada sesama muslim adalah saling
membantu dan meringankan beban kehidupan
saudara seiman.

Harta yang ada pada diri kita saat ini sejatinya


adalah titipan Allah subhanahu wata’ala.
Semestinya kita menunaikan hak-hak harta
yang Allah subhanahu wata’ala titipkan ini
sebaik mungkin. Selain sebagai nafkah bagi
keluarga, hak harta ini adalah dizakati dan
disedekahkan untuk meringankan beban
saudara kita yang sedang membutuhkan.

Apa akibat orang yang bersifat kikir terhadap


hartanya di akhirat kelak? Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam surat Ali Imran ayat
180, lanjutan ayat di atas,

‫َسيُطَ َّوقُوْ نَ َما بَ ِخلُوْ ا بِهٖ يَوْ َم ْالقِيٰ َم ِة‬

“Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan


dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat.”

Sifat Negatif Kedua: Menuruti Hawa Nafsu

Sifat negatif kedua yang membawa pada


kehancuran adalah menuruti hawa nafsu.

Dalam kitab al-Kulliyat halaman 962, imam al-


Kafawi menjelaskan pengertian hawa nafsu
adalah,

ِ ْ‫َاعيَ ِة ال َّشر‬
‫ع‬ ِ ‫س ِإلَى َما تَ ْستَلِ ُّذهُ ِمنَ ال َّشهَ َوا‬
ِ ‫ت ِم ْن َغي ِْر د‬ ِ ‫َم ْي ُل النَّ ْف‬
“Kecenderungan diri kepada kenikmatan
syahwat yang tidak dilegalkan oleh syariat
Islam.”

Menuruti hawa nafsu artinya lebih menuruti


kecenderungan diri dan tunduk kepada
syahwat yang mengantarkan pada
kemaksiatan.

Menuruti hawa nafsu termasuk sifat negatif


yang membinasakan karena sifat ini akan
merusak kebaikan diri dan masyarakat sekitar.

Timbulnya kerusakan, permusuhan,


pembunuhan, dan berbagai macam kriminalitas
faktor pemicu yang paling dominan adalah jiwa
yang menuruti hawa nafsu.

Sifat menuruti hawa nafsu inilah yang


menggiring manusia pada sifat rakus terhadap
harta, sifat bejat terhadap wanita, dan sifat
ambisius dan angkuh terhadap tahta
kekuasaan.

Fitnah harta tahta wanita adalah ujian berat di


dunia bagi orang yang beriman dalam hal
mengendalikan hawa nafsu.
Apa akibat buruk dari sifat menuruti hawa
nafsu ini?

Allah subhanahu wata’ala berfirman
dalam surat al-Jatsiyah ayat 23,

ٖ‫ضلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى ِع ْل ٍم َّوخَ تَ َم ع َٰلى َس ْم ِعه‬ َ َ‫اَفَ َر َءيْتَ َم ِن اتَّ َخ َذ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ َوا‬
ّ َ َ‫َوقَ ْلبِهٖ َو َج َع َل عَلٰى ب‬
َ‫ص ِرهٖ ِغشٰ َوةًۗ فَ َم ْن يَّ ْه ِد ْي ِه ِم ْنۢ بَ ْع ِد اللٰ ِه ۗ اَفَاَل تَ َذ َّكرُوْ ن‬

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang


menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya
dan Allah membiarkannya sesat dengan
sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci
pendengaran dan hatinya serta meletakkan
tutup atas penglihatannya.”

Sifat negatif Ketiga: Ujub

Sifat negatif yang ketiga adalah ujub atau


angkuh. Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya
imam al-Ghazali dijelaskan bahwa ujub artinya

‫ضافَتِهَا ِإلَى ْال ُم ْن ِع ِم َع َّز‬


َ ‫اِ ْستِ ْعظَا ُم النِّ ْع َم ِة َوالرُّ ُكوْ نُ ِإلَ ْيهَا َم َع نِ ْسيَا ِن ِإ‬
‫َو َج َّل‬

“Merasa hebat dengan anugerah yang ada pada


dirinya dan selalu cenderung kepadanya
sementara ia lupa untuk menyandarkan nikmat
tersebut kepada Allah subhanahu wata’ala
sebagai Dzat yang menganugerahkan nikmat
kepadanya.”

Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa faktor


penyebab sifat ujub adalah kebodohan.

Seseorang yang ujub, angkuh, membanggakan


amalan ketaatannya, pada saat yang sama
sejatinya dia sedang dalam kondisi jahil,
bodoh, tidak sadar jika amalan ketaatannya
adalah taufiq dari Allah subhanahu wata’ala,
bukan semata hasil usahanya.

Seseorang yang ujub membanggakan diri


dengan hasil pikirannya, pendapat yang dia
pilih, ide dan gagasannya, argumentasi-
argumentasinya, pada saat yang sama sejatinya
ia sedang dalam kondisi bodoh dan tidak sadar
jika hasil pikir, ide, gagasan, argumentasi, atau
pendapat yang ia pilih adalah anugerah dari
Allah subhanahu wata’ala.

Jika seseorang menyadari bahwa apa yang ada


pada dirinya adalah anugerah dari
Allah subhanahu wata’ala, tentu ia akan rendah
hati, menaruh rasa hormat, tidak akan bersifat
ujub, berbangga diri, dan tidak merendahkan
martabat pihak lain yang sedang berurusan
dengannya.
Apa akibat buruk yang didapat oleh orang
yang sombong dan ujub membanggakan diri?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda sebagaimana dalam hadits
berderajat hasan yang diriwayatkan oleh imam
at-Tirmidzi, hadits nomor 2492,

‫ص َو ِر الرِّ َجا ِل يَ ْغ َشاهُ ْم‬ُ ‫يُحْ َش ُر ْال ُمتَ َكبِّرُونَ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َأ ْمثَا َل ال َّذ ِّر فِي‬
ُ
‫س تَ ْعلوهُ ْم‬ َ َ‫ال ُّذلُّ ِم ْن ُك ِّل َم َكا ٍن فَيُ َساقُونَ ِإلَى ِسجْ ٍن فِي َجهَنَّ َم يُ َس َّمى بُول‬
‫ال‬ِ َ‫ار ِطينَةَ ْال َخب‬
ِ َّ‫ُصا َر ِة َأ ْه ِل الن‬َ ‫ار يُ ْسقَوْ نَ ِم ْن ع‬ ِ َ‫نَا ُر اَأْل ْني‬

“Orang-orang yang sombong pada Hari Kiamat


akan digiring seperti semut kecil dalam bentuk
seorang laki-laki yang diliputi kehinaan dari
segala penjuru, digiring memasuki penjara di
dalam Neraka Jahanam yang disebut ‘Bulas
(tahanan Jahanam)’ yang diliputi api yang
sangat panas, diberi minum saripati kotoran
penghuni neraka yang membusuk.”

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kita berada di akhir zaman yang banyak sekali


diliputi oleh fitnah. Bagaimana kita bersikap di
zaman ini?

Allah subhanahu wata’ala berfirman
dalam surat al-Maidah ayat 105,
َ ‫يٰ ٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ اٰ َمنُوْ ا َعلَ ْي ُك ْم اَ ْنفُ َس ُك ْم ۚ اَل يَضُرُّ ُك ْم َّم ْن‬
‫ض َّل ِا َذا ا ْهتَ َد ْيتُ ْم‬

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah


dirimu! (karena) orang yang sesat itu tidak akan
membahayakanmu apabila kamu telah
mendapat petunjuk.”

Salah seorang sahabat bernama Abu Umayyah


asy-Sya’bani pernah merasa kebingungan
dalam memahami ayat di atas. Lalu ia bertanya
kepada sahabat Abu Tsa’labah al-Khusyanni
tentang maksud ayat tersebut.

Kronologi ini termaktub dalam sebuah hadits


yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi,
hadits nomor 3058, dengan kualitas derajat
hadits hasan gharib.

Abu Tsa’labah menjelaskan kepadanya dengan


penjelasan yang ia dapatkan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

‫ َحتَّى ِإ َذا َرَأيْتَ ُش ًّحا‬،‫ُوف َوتَنَاهَوْ ا َع ِن ال ُم ْن َك ِر‬


ِ ‫بَلْ اْئتَ ِمرُوا بِال َم ْعر‬
‫ْأ‬ ‫ْأ‬ َ ‫ َوِإ ْع َج‬،ً‫ َو ُد ْنيَا ُمْؤ ثَ َرة‬،‫ َوهَ ًوى ُمتَّبَعًا‬،‫ُمطَاعًا‬
ٍ ‫اب ُك ِّل ِذي َر‬
،‫ي بِ َر يِ ِه‬

“Hendaknya kalian melaksanakan amar makruf


nahi munkar. Sampai suatu waktu kalian akan
melihat banyak orang yang menuruti sifat
pelitnya, mengikuti hawa nafsunya, terperdaya
oleh dunia dan setiap orang yang punya
pendapat kagum dengan pendapatnya.”

َّ ‫ فَِإ َّن ِم ْن َو َراِئ ُك ْم َأيَّا ًما ال‬،‫َع ال َع َوا َّم‬


‫ص ْب ُر فِي ِه َّن‬ ِ ‫ص ِة نَ ْف ِسكَ َود‬
َّ ‫ك بِ َخا‬َ ‫فَ َعلَ ْي‬
َ
‫ْض َعلى ال َج ْم ِر‬ ِ ‫ِم ْث ُل القب‬
َ

“Ketika itu jagalah diri kalian masing-masing.


Dan tinggalkanlah kebanyakan manusia.
Sungguh di masa setelah masa kalian akan
datang masa-masa (yang sangat
dituntut) bersabar.”

Karena begitu dahsyatnya fitnah yang terjadi


saat itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menggambarkan orang beriman
yang bersabar dalam menghadapi fitnahnya
seperti sedang menggenggam bara api.

Dengan kesabarannya tersebut,


Allah subhanahu wata’ala menjanjikan pahala
yang sangat besar, sebagaimana sabda beliau,

‫لِ ْل َعا ِم ِل فِي ِه َّن ِم ْث ُل َأجْ ِر َخ ْم ِسينَ َر ُجاًل يَ ْع َملُونَ ِم ْث َل َع َملِ ُك ْم‬

“Orang yang mengamalkan ajaran agama


ketika itu pahalanya seperti pahala 50 orang.”

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,


‫‪Demikian materi khutbah Jumat tentang‬‬
‫‪contoh sifat negatif yang membinasakan yang‬‬
‫‪dapat kami sampaikan pada siang hari ini.‬‬

‫‪Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa‬‬


‫‪menjaga kita dari sifat-‬‬
‫‪sifat madzmumah tersebut. Semoga‬‬
‫‪Allah subhanahu wata’ala memberi kita‬‬
‫‪kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi‬‬
‫‪berbagai fitnah yang terjadi di zaman kita ini.‬‬
‫‪Amin.‬‬

‫َأقُوْ ُل قَوْ لِ ْي هَ َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ ِم ْن ُكلِّ َذ ْن ٍ‬
‫ب‪،‬‬
‫فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‪.‬‬

‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ‪َ ،‬ونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا‬
‫ي‬‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد َ‬ ‫ت َأ ْع َمالِنَا‪َ ،‬م ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم ِ‬‫َو ِم ْن َسيَِّئا ِ‬
‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدهُُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫اَل‬ ‫حْ‬ ‫ّ‬ ‫َّ‬
‫أن ال ِإلٰه إال اللٰهُ َو َدهُ ش ِري َ‬ ‫َ‬ ‫لَهُ‪ ،‬أ ْشهَ ُد ْ‬
‫َو َرسُوْ لُهُ‬

‫اركَ‬‫ال تَبَ َ‬ ‫ْث قَ َ‬‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ َع َّز َو َج َّل َحي ُ‬ ‫ِعبَا َد هللاِ‪ُ ،‬أوْ ِ‬
‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم‬
‫َوتَ َعالَى‪ ،‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح َّ‬
‫ُم ْسلِ ُمونَ‬

‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬


‫صلُّوا َعلَ ْي ِه‬ ‫ِإ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ يُ َ‬
‫َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬
‫صلَّيْتَ َعلَى ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫اَللّٰهُ َّم َ‬
‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وبَ ِ‬ ‫َّ‬
‫آ ِل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إن َ‬
‫آل ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬إنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫ِ‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫َ‬ ‫بَا َر ْكتَ َعلَى ِإ ْب َ ِ َ َ‬
‫و‬ ‫م‬ ‫ْ‬
‫ي‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ر‬

‫ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬


‫ت ااْل َحْ يَآ ُء ِم ْنهُ ْم‬ ‫اَللّٰهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫َو ْاالَ ْم َوا ِ‬
‫ت‬

‫اللّٰهُ َّم َأ ِع َّز ْاِإل ْساَل َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ كَ َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ‬
‫اخ ُذلْ َم ْن خَ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ‬ ‫ص َر ال ِّد ْينَ َو ْ‬ ‫ِعبَادَكَ ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ‬
‫َو َد ِّمرْ َأ ْعدَا َء ال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ‬
‫ك ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‬

‫ال َواَأْل ْه َوا ِء‪َ ،‬وا ْه ِدنَا‬


‫ق َواَأْل ْع َم ِ‬
‫ت اَأْل ْخاَل ِ‬ ‫اَللّٰهُ َّم ِإنَّا نَعُوْ ُذ بِ َ‬
‫ك ِم ْن ُم ْن َك َرا ِ‬
‫ُسبُ َل ال َّساَل ِم‬

‫اآلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬


‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫َربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي ِ‬

‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى‪َ ،‬ويَ ْنهَى‬ ‫ِعبَا َد هللاِ‪ِ ،‬إ َّن هللاَ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواِإْل حْ َس ِ‬
‫َع ِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪َ ،‬وَأقُوْ ُل قَوْ لِي‬
‫هَ َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظي ِْم لِي َولَ ُك ْم فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ ه َُو ْال َغفُوْ ُر الر ِ‬
‫َّح ْي ُم‬

Anda mungkin juga menyukai