َو َأْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا، َو َأْش َهُد َأْن اَّل ِإٰل َه ِإاَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِر ْيَك َلُه اْلُم َنـَّز ُه َع ِن اْلِج ْس ِم َّيِة َو اْلِج َهِة َو الَّز َم اِن َو اْلَم َك اِن اْلَقاِئِل ِفي، َفإِّني ُأْو ِص ْيُك ْم َو َنْفِس ي ِبَتْقَو ى ِهللا الَم َّناِن، ِعَباَد الَّرْح ٰم ِن،َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه اَّلِذ ْي َك اَن ُخ ُلُقُه اْلُقْر آَن َأَّم ا َبْعُد ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اْج َتِنُبْو ا َك ِثْيًرا ِّم َن الَّظِّۖن ِاَّن َبْع َض الَّظِّن ِاْثٌم َّو اَل َتَج َّس ُسْو ا َو اَل َيْغ َتْب َّبْعُض ُك ْم َبْعًض ۗا: ِكَتاِبِه اْلُقْر آِن َاُيِح ُّب َاَح ُد ُك ْم َاْن َّيْأُك َل َلْح َم َاِخ ْيِه َم ْيًتا َفَك ِر ْهُتُم ْو ُۗه َو اَّتُقوا َهّٰللا ِۗاَّن َهّٰللا َتَّو اٌب َّر ِح ْيٌم Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Allah swt berkalam dalam Al-Qur’an: ِإَّن َبْع َض ٱلَّظِّن ِإْثٌم ۖ َو اَل َتَج َّسُسو۟ا َو اَل َيْغ َتب َّبْعُض ُك م َبْعًض ا ۚ َأُيِح ُّب َأَح ُد ُك ْم َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا ٱْج َتِنُبو۟ا َك ِثيًرا ِّم َن ٱلَّظِّن ٱَهَّلل ۚ ِإَّن ٱَهَّلل َتَّو اٌب َّر ِح يٌم َأن َيْأُك َل َلْح َأِخ يِه ْيًتا َفَك ْهُتُم وُه ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ِر َم َم Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan aib orang lain dan janganlah kamu menggunjing (ghibah) sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS Al-Hujurat: 12) Selaras dengan larangan Allah swt tersebut, Rasulullah saw juga melarang mengumbar aib orang lain. Sebagaimana sabdanya: ِإَّياُك ْم َو الَّظَّن َفِإَّن الَّظَّن َأْكَذ ُب اْلَحِد يِث َو اَل َتَج َّسُسوا َو اَل َتَح َّسُسوا َو اَل َتَباَغُضوا َو ُك وُنوا ِإْخ َو اًنا Artinya: “Jauhilah oleh kalian prasangka, sebab prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian mencari-cari aib orang lain, jangan pula saling menebar kebencian dan jadilah kalian orang-orang yang bersaudara” (HR al- Bukhari). Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah kata aib memiliki arti malu, cela, noda, salah ataupun keliru. Aib dapat berupa peristiwa, keadaan, atau suatu penjelasan. Seringkali aib sendiri maupun orang lain diumbar secara sadar/tidak sadar kepada orang lain, bahkan diviralkan ke media massa atau media sosial. Aib merupakan sesuatu yang digambarkan buruk, tidak terpuji, dan negatif. Agar kita terhindar dari mengumbar aib diri dan orang lain, setidaknya ada 2 hal pengingat bagi kita. Pertama, selain mengingat ayat dan hadits yang telah khatib baca dan terangkan di awal, secara psikologis tentu tidak ada orang yang ingin aibnya tersebar. Termasuk diri kita sendiri. Maka, sebelum kita memiliki pikiran buruk untuk menyebarkan aib orang lain, renungkanlah apabila kita berada pada posisi orang yang disebar aibnya. Kedua, kita juga perlu mengingat keutamaan bagi orang-orang yang menutup aib orang lain. Rasulullah saw bersabda: َس َتَرُه ُهَّللَا ِفي َالُّد ْنَيا َو اآْل ِخ َرِة,َو َم ْن َس َتَر ُم ْس ِلًم ا Artinya: “Barang siapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat” (HR Muslim). Orang hidup di dunia ini, termasuk kita, pasti pernah berbuat dosa ataupun kesalahan yang bisa menjadikan kita sangat malu, apabila diketahui oleh orang lain. Kita bisa terlihat baik di mata orang lain pun semata-mata karena Rahmat Allah, yang menutupi aib kita. Maka berupayalah untuk menutup aib diri kita sendiri, juga orang lain. Jadikan dosa yang terlanjur pernah kita lakukan, sebagai wasilah permohonan ampun dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Leburlah dengan memperbanyak berbuat kebaikan. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Demikian khutbah yang singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah taala memberikan kita kekuatan untuk berbuat kebaikan, serta menjauhkan kita dari hal-hal yang memunculkan kemarahan-Nya. Amin Ya Rabbal Alamin. َو َتَقَبَّل ُهللا ِم ِّنْي َوِم ْنُك ْم، َو َنَفَعِنْي َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن ْاآلَياِت َو الِّذْك ِر اْلَحِكْيِم، َباَر َك ُهللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَعِظ ْيِم َأُقْو ُل َقْو ِلْي َهَذ ا َو َأْسَتْغ ِفُر َهللا اْلَعِظ ْيَم ِلْي َو َلُك ْم َو ِلَس اِئِر اْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َفاْسَتْغ ِفُرْو ُه، ِإَّنُه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَعِلْيُم،ِتاَل َو َتُه ِإّنُه ُهَو اْلَغ ُفْو ُر الّر ِح ْيِم