Anda di halaman 1dari 6

َ‫ب اْل ُم ْس ِل ِميْن‬ِ ‫علَى قُلُ ْو‬ َ َ‫س ِك ْينَة‬ َّ ‫ِي أ َ ْنزَ َل ال‬ ْ ‫ال َح ْم ُد هللِ الَّذ‬

.‫ أ َ ْش َه ُد أ َ ْن ََل ِإلَهَ ِإ ََّل هللاُ ْال َم ِلكُ اْل َح ُّق اْل ُمبِي ُْن‬، َ‫ال ُمؤْ ِمنِيْن‬
.‫ِق ْال َو ْع ِد األ َ ِمي ِْن‬ ُ ‫صاد‬ َّ ‫س ْولُهُ ال‬ ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬َ ‫َوأ َ ْش َه ُد أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬
‫ث‬ ِ ‫سيِ ِدنَا َو َم ْو ََلنَا ُم َح َّم ٍد ال َم ْبعُ ْو‬ َ ‫ع َلى‬ َ ‫س ِلم‬ َ ‫ص ِل َو‬ َ ‫اللَّ ُه َّم‬
‫ص ْحبِ ِه َوالتَّابِ ِعيْنَ ََل َح ْو َل‬ َ ‫علَى آ ِل ِه َو‬ َ ‫َر ْح َمةً ِل ْلعَالَ ِميْنَ َو‬
َ‫اض ُر ْون‬ ِ ‫ أ َ َّما َب ْع ُد أَيُّها َ اْل َح‬.‫هلل اْل َع ِلي ِ اْل َع ِظي ِْم‬
ِ ‫َو ََلقُ َّوةَ ِإ ََّل ِبا‬
‫ قَا َل‬.ِ‫َّاي ِبت َ ْق َوى هللا‬ َ ‫ص ْي ُك ْم َو ِإي‬ ِ ‫اْل ُم ْس ِل ُم ْونَ َر ِح َم ُك ُم هللاُ أ ُ ْو‬
ُ‫َّللا َي ْج َعل لَّه‬ َ َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫ َو َمن َيت‬:‫الى فِي ِكتَا ِب ِه ْال َك ِري ِْم‬ َ ‫هللاُ ت َ َع‬
‫ب‬ ُ ‫ْث ََل َي ْحت َ ِس‬ ُ ‫َم ْخ َر ًجا َو َي ْر ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Alhamadulillah, pada ksesmpatan dan di tempat yang mulia
ini, Allah SWT. Kembali Menghadiahkan umur panjang
dalam keteapan iman dan Islam, sehingga kita bisa
berkumpul disini untuk melaksanakan sholat jum’at
berjamaah. Dari atas mimbar ini, kami berwasiat kepada
diri kami sendiri khususnya, dan kepada jama’ah yang hadir
untuk terus bersemangat meningkatkan kualitas
ketaqwaan kepada Allah SWT.
Ma’asyirol Muslimin Rohimakumulloh,
Hakikat diciptakannya manusia adalah untuk menghamba
kepada Allah. Untuk tujuan ini pula Allah mengutus para
rasul untuk menyeru kepada umat manusia supaya
menunaikan kewajiban itu. Tak hanya seruan untuk
menyembah Allah, para rasul juga bertanggung jawab
menjauhkan mereka dari ketundukan kepada selain Allah,
termasuk kepada kesemena-menaan, penjajahan,
penindasan, atau semacamnya.
Misi para rasul tersebut tampak dalam Surat an-Nahl ayat
36 sebagai berikut:

‫اجتَنِبُوا‬ ْ ‫َّللا َو‬ ُ ‫َولَقَ ْد بَعَثْنَا فِي ُك ِل أ ُ َّم ٍة َر‬


َ َّ ‫سوَل أ َ ِن ا ْعبُدُوا‬
‫وت‬
َ ‫غ‬ َّ
ُ ‫الطا‬
“Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang
Rasul (yang mengajak) sembahlah Allah dan tinggalkanlah
thaghut” (QS. An-Nahl: 36)
Secara bahasa thaghut berakar kata dari thaghâ yang
bermakna melampaui batas. Dalam Tafsir al-Quran al-
Azim, Ibnu Katsir menafsirkan thaghut sebagai
menyembah sesuatu selain Allah. Thaghut mengacu pada
segala macam kebatilan, baik dalam bentuk berhala, ide-
ide yang sesat, manusia durhaka, atau siapa pun yang
mengajak pada kesesatan. Dalam sejarah, para rasul
diutus juga untuk membebaskan umatnya dari belenggu itu
semua, dan mewujudkan umat yang merdeka dalam
ketaatan kepada Allah
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Seperti halnya Nabi Ibrahim AS saat diutus oleh Allah
mendapati masyarakatnya berkubang dalam keimanan
yang rusak. Patung-patung berhala dipertuhankan pada
kala itu. Maka Nabi Ibrahim pun berjuang meyadarkan
mereka bahwa berhala tak memiliki kekuatan apa-apa.
Memuliakannya atau bahkan menganggapnya sebagai
Tuhan merupakan kesesatan yang nyata. Tugas Nabi
Ibrahim makin berat ketika kesesatan tersebut ditopang
kekuasaan zalim Raja Namrud. Ia mesti mengatasi dua
persoalan sekaligus, yakni membebaskan umat dari
berhala sekaligus memerdekakan mereka dari tiran yang
merusak Namrud.
Perjuangan yang mirip juga dialami oleh Nabi Musa.
Bahkan, Nabi Musa tak hanya menghadapi orang yang
menyembah selain Allah, melainkan raja yang mengaku
sebagai Allah itu sendiri. Fir'aun dengan segenap
kesombonganya mengaku diri sebagai Tuhan dan
berupaya melenyapkan semua orang yang menentangnya.
Umat Nabi Musa pun berada dalam penindasan yang
parah, baik secara jasmani maupun rohani. Nabi Musa
hadir untuk menaklukkan penindasan ini dan mengajak
umat untuk kembali ke jalan Allah secara merdeka.
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Apa yang dialami Rasulullah Muhammad sesungguhnya
juga tak jauh dari jejak para nabi pendahulunya. Seruan
masuk Islam Nabi Muhammad bersamaan dengan
kerusakan moral yang akut di tanah Arab, fanatisme suku-
suku hingga sering terjadi peperangan, penghinaan atas
martabat kaum perempuan, dan lain sebagainya.
Kemudian Risalah Baginda Nabi Muhammad hadir untuk
memerdekakan umat yang sedang dalam kegelapan
tersebut menuju jalan cahaya yang diridhai Allah (minadh
dhulumâti ilân nûr). Melalui ajaran tauhid, Nabi Muhammad
menghapus semua klaim tidak ada yang paling mulia dan
berkuasa selain Allah. Beliau membawa kepada arah
masyarakat yang setara, dan mengingatkan bahwa
kemuliaan diukur dengan tingkat ketakwaan (inna
akramakum 'inda-Llâhi atqâkum), bukan dengan hirarki
perbedaan suku, strata ekonomi, jenis kelamin, atau
identitas sosial lainnya. Dengan fakta ini, tak berlebihan jika
kita menyebut perjuangan Rasulullah Muhammad sebagai
perjuangan kemerdekaan yang luar biasa. Sebuah ikhtiar
sungguh-sungguh membebaskan masyarakat dari
kemorosotan moral dan sistem yang menindas saat itu,
sehingga menciptakan peradaban yang lebih manusiawi.
Rasulullah bukan cuma mengajak manusia untuk hanya
tunduk dan menghamba kepada Allah, tapi juga mengajak
untuk bersikap baik kepada seluruh makhluk Allah. Sikap
ini selaras dengan misi utama diutusnya Baginda Nabi
Muhammad:

َ‫َاك ِإ ََّل َر ْح َمةً ِل ْل َعالَ ِمين‬


َ ‫س ْلن‬
َ ‫َو َما أ َ ْر‬
"Dan tiadalah Kami mengutusmu (Muhammad), melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (Al-Anbiya’:
107)
Jamaah shalat Jumat hafidhakumullâh,
Demikianlah kenyataan sejarah hidup di dunia ini. Setiap
penindasan, penjajahan, dan penyimpangan selalu
menghendaki perjuangan total untuk melakukan
perubahan. Para nabi terdahulu meneladankan itu semua
bukan saja dengan pengorbanan harta, tenaga, dan pikiran
tapi bahkan mempertaruhkan risiko hilangnya nyawa.
Maka Ini pula yang dilakukan para ulama, tokoh, dan
segenap elemen bangsa lainnya dalam sejarah merebut
kemerdekaan Indonesia. Cucuran Keringat dan tumpahan
darah rela mereka korbankan untuk membebaskan umat
dari penindasan yang memang menjadi musuh setiap
agama, termasuk Islam. Sebab, kemerdekaan adalah
syarat mutlak dari terciptanya kondisi aman. Sedangkan
keamanan adalah prasyarat bagi setiap insan untuk tenang
dan khusyuk menunaikan ibadah kepada Allah.
Setelah merdeka, apa yang mesti kita lakukan? Pertama,
tidak lain adalah menjalankan fungsi pokok diciptakannya
manusia, yakni menghamba secara total kepada Allah.
Tidak diciptakan jin dan manusia melainkan untuk
menyembah Allah.
Kedua, marilah kita bangun peradaban manusia yang
mencerminkan ketaatan kepada nilai-nilai ketuhanan.
Termasuk dalam hal ini adalah mengembangkan semangat
rahmatan lil ‘alamin, kasih sayang kepada manusia,
binatang, dan alam/lingkungan, dengan menghindari sikap
semena-mena, serakah, dan zalim. Akhirul Kalam, semoga
semangat kemerdekaan ini bisa kita rawat selamanya
hingga akhirnya negara Indonesia ini menjadi Baldatun
Thoyyibatun wa Robbun Ghofur. Amin yaa robbalaalamiin..
‫آن اْل َع ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَ َع ِني َو ِإيَّا ُك ْم ِب َما ِف ْي ِه‬
‫ار َك هللا ِلي َولَ ُك ْم ِفى اْلقُ ْر ِ‬ ‫َب َ‬
‫ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّا َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ َوإِنَّهُ ُه َو‬
‫هللا ال َع ِظي َْم ِإنَّهُ ُه َو‬ ‫س ِم ْي ُع ال َع ِل ْي ُم‪َ ،‬وأَقُ ْو ُل َق ْو ِلي َه َذا فَأ ْست َ ْغ ِف ُر َ‬
‫ال َّ‬
‫الر ِحيْم‬‫الغَفُ ْو ُر َّ‬

Anda mungkin juga menyukai