Anda di halaman 1dari 4

Khutbah I

  ٌ‫صا َم صَاِئ ٌم َواَ ْف َطرْ هللاُ اَ ْك َبرْ ُكلَّما َ َت َرا َك َم َس َحاب‬ َ َ ‫×) هللاُ اَ ْك َبرْ ُكلَّ َما َه َّل ِهالَ ٌل َواَبْدَ َر هللاُ اَ ْك َبرْ ُكلَّما‬3( ْ‫×) هللاُ اَك َبر‬3( ْ‫×) هللاُ اَ ْك َبر‬3( ْ‫هللاُ اَ ْك َبر‬
‫ان َوعْ ي َد ْاالَضْ َحى َبعْ َد‬ َ ‫ض‬ َ ‫هلل الَّذِى َج َع َل ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن عِ ْي َد ْالف ِْط ِر َبعْ َد صِ يا َ ِم َر َم‬ ِ ‫ اَ ْل َح ْم ُد‬.. ْ‫ات َواَ ْز َهرْ َو ُكلَّ َما اَ ْط َع َم َقا ِن ُع ْالمُعْ َتر‬ ٌ ‫َواَمْ َطرْ َو ُكلَّما َ َن َبتَ َن َب‬
ُ ْ ْ
َّ‫ك ْا َلعظِ ْي ُم ْاالَك َبرْ َواَش َه ٌد اَنَّ َس ِّيدَنا َ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْول ُه ال َّشافِ ُع فِى ْال َمحْ َشرْ َن ِبي‬ َّ
َ ‫ اَ ْش َه ُد اَنْ الَ ِالَ َه ِاال هللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري‬.‫َي ْو ِم َع َر َف َة‬
ُ ِ‫ْك لَ ُه َل ُه ْال َمل‬
‫ َف َيا‬.ُ‫ اَمَّا َبعْ د‬. ْ‫س َو َطهَّر‬ َ ْ‫ب َع ْن ُه ُم الرِّ ج‬ َ ‫لى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َح ِاب ِه الَّ ِذي َْن اَ ْذ َه‬ َ ‫ص ِّل َع‬ َ ‫ الل ُه َّم‬.‫َق ْد غَ َف َر هللاُ لَ ُه َما َت َق َّد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه َو َما َتَأ َّخ َر‬
‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َوالَ َتم ُْو ُتنَّ ِاالَّ َواَ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن‬
َ ‫هللا ِا َّتقُوا‬ ِ ‫ عِ َبا َد‬، 

Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah,  

Marilah kita panjatkan puji syukur kita ke Hadirat Allah subhanahu wata'ala karena pada pagi hari ini kita
masih diberikan karunia untuk melakukan shalat iedul ‘Adha secara berjama’ah. Idul Adha ini adalah
momentum indikator ketakwaan kita pada Allah sebagai bekal kita meraih kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat nanti. Semoga kita semua selalu berusaha menjadi orang bertakwa dan termasuk
golongan orang-orang yang bertakwa. Amin ya rabbal alamin.    

Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah,  

Baru saja kita rebahkan diri kita, bersimpuh di depan pintu kebesaran Allah yang Maha Pengasih lagi 
Maha Penyayang. Baru saja kita mengakhiri salat kita dengan menyebarkan salam sejahtera kepada
semua makhluk di sekitar kita. Sejak tadi malam sampai pagi ini, kita memenuhi langit dengan suara
takbir kita. “Allahu akbar allahu akbar allahu akbar la ilahaillahu allahu akbar. Allahu akbar walillahil
hamdu “.   Di belahan dunia lain, di Mekah al-Mukkaramah, di hari-hari ini, jutaan umat Islam dari
segenap penjuru dunia berdatangan dan berkumpul di tanah suci melakukan ibadah haji. Gemuruh dan
gema kaum muslimin dan muslimat yang sedang menunaikan ibadah haji menyambut panggilan ilahi
dengan mengucapkan talbiyah. Labbaikallahuma labbaik. Labbaika la syarika laa labbaik. Innal hamda
wan nikmata la wal mulk la syarika laka.    

Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah,

Idul Ahda yang khas dengan ibadah kurban merupakan bentuk rasa syukur kita pada Allah. Demikian ini
karena banyaknya Allah telah melimpahkan anugerah pada kita semua. Kita telah diberi banyak hal oleh
Allah subhanahu wata'ala . Anggota tubuh yang kita miliki: kepala, telinga, tangan, kaki, hidung, dan lain-
lain. Semuanya adalah nikmat yang tidak mungkin terbeli. Jika dihitung berapa nominal harganya,
pastilah tidak bisa dinominalkan. Pastilah bermiliar-miliar. Demikian juga, udara yang kita hirup, biji-
bijian yang kita makan, udara yang kita hirup, kendaraan yang kita tumpangi, semuanya disediakan oleh
Allah subhanahu wata'ala yang Maha-Pengasih dan Maha-Penyayang untuk manusia. Wallahu khalaqa
lakum ma fil ardli jami’a. Allah subhanahu wata'ala telah menciptakan yang ada di dunia untuk kalian
semua. Semua kalau dihitung dengan nominal angka manusia, pasti tiada terhingga.     Tentang syukur
ini, Allah subhanahu wata'ala  berfirman:  

ۚ َّ‫ت ُج ُنو ُب َها َف ُكلُوا ِم ْن َها َوَأ ْط ِعمُوا ْال َقان َِع َو ْالمُعْ َتر‬ َ ‫اِئر هَّللا ِ لَ ُك ْم فِي َها َخ ْي ٌر ۖ َف ْاذ ُكرُوا اسْ َم هَّللا ِ َعلَ ْي َها‬
ْ ‫ص َوافَّ ۖ َفِإ َذا َو َج َب‬ ِ ‫َو ْالب ُْد َن َج َع ْل َنا َها لَ ُك ْم مِنْ َش َع‬
ٰ
َ ‫ َك َذل َِك َس َّخرْ َنا َها لَ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت ْش ُكر‬  Artinya:   “Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari
‫ُون‬
syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah
ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh
(mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya
(yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta
itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS. al-Hajj : 36).  

Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah,  

Hari Raya Idul Adha selalu saja menjadi rekontruksi sejarah masa lampau. Sejarah kehidupan figur-figur
agung para kekasih Allah subhanahu wata'ala: yaitu figur Nabiyullah Ibrahim 'alaihis salam, figur
sang anak hebat Nabi Ismail subhanahu wata'ala, dan figur sang ibu luar biasa Siti Hajar. Prosesi yang
mengharu biru sejarah umat manusia adalah penyembelihan Nabiyullah Ibrahim AS pada putra
tercintanya Nabi Ismail yang akhirnya diganti kambing oleh Allah.    Selain sebagai bentuk kepatuhan
pada titah Allah Swt, dan mendekatkan diri kepadaNya, ibadah kurban adalah merupakan bentuk
solidaritas atas sesama

Nabi Saw. Sangat mengecam keras orang yang enggan berkurban, karena dalam Islam ibadah kurban
bukan hanya ritus persembahan untuk meningkatkan spritualitas seseorang atau juga bukan tontonan
kesalehan orang-orang kaya semata. Namun, lebih dari itu, ibadah kurban adalah dalam rangka
memperkuat kepekaan sosial, menyantuni fakir miskin dan membuat gembira orang yang sengsara.
Kurban mencerminkan pesan Islam bahwa seseorang hanya dapat taqarrub pada Allah bila ia
sebelumnya telah dekat dengan saudara-saudaranya yang kekurangan.  

Selain itu, ada beberapa hal yang dapat kita petik dalam sirah dan kehidupan agung Nabi Ibrahim AS dan
keluarganya.   Pelajaran pertama adalah pertanyaan Allah subhanahu wata'ala pada Nabi Ibrahim, faiana
tadzhabun. Ketika Nabi Ibrahim yang dikenal kara raya dengan seribu ekor domba, tiga ratus ekor
lembu, dan seratus ekor unta, beliau ditanya, “Hendak kemana ia pergi”. Maka beliau menjawab, “Inni
dzahibun ila rabbi sayahdin” (QS. At-Takwir: 26). Artinya: “Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku
dan dia memberi petunjukan padaku”. Bagi Ibrahim, tujuan akhir hidup manusia bukan kekayaan, bukan
pangkat, bukan jabatan dan sebagainya, tetapi tujuan hidup kita adalah Allah subhanahu wata'ala.  

Seperti dimaklumi sebagai sunnatullah, manusia selalu bergerak sesuai naluri bawaan, ingin memperluas
wawasan dan pengalaman hidupnya. Untuk memfasilitasi manusia ini, maka diciptakanlah berbagai
sarana kehidupan mulai dari sandal, sepatu, jalan, kendaraan hingga peralatan yang lain agar manusia
bisa hidup dengan nyaman. Manusia juga membangun jembatan, menggunakan jalur lautan dan juga
udara. Manusia juga mengkapling-kapling lautan dan udara sedemikian rupa sehingga mengurangi
kemacetan di daratan.  

Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah,   Dalam perjalanan dan pengembaraan manusia secara fisik untuk
mengetahui luasnya dunia, pada akhirnya terhambat secara teknis. Kemacetan tetap terjadi didaratan,
lautan maupun udara. Oleh karena itu, manusia menciptakan internet dan teknologi fotografi serta
televisi. Di masa sekarang, manusia hanya dengan duduk di komputer atau televisi, mereka sudah dapat
menjangkau dunia yang lebih luas dan warna-warni, meskipun disajikan dalam bentuk potongan
gambar, rekaman video atau foto. Mereka menyebutnya sebagai sebuah keniscayaan di era visual age.  
Islam –seperti diperlihatkan Nabi Ibrahim—menunjukkan jalan menuju Tuhan sebagai jalan kebahagiaan
dan jalan menuju akhirat. Islam memberikan dimensi moral spritual agar aktivitas manusia memiliki
tujuan yang lebih bermakna, bukan hanya sekedar mobilitas fisik tanpa tujuan yang bersifat ilahi.
Pertanyaan Allah pada Nabi Ibrahim adalah pertanyaan moral yang penuh makna: Hendak dibawa
kemana harta kita? Hendak dibawa mobil kita? Hendak dibawa kemana jabatan kita? Hendak dibawa
kemana pangkat kita? Hendak dibawa kemana ilmu kita? Hendak dibawa kemana tubuh kita?   Di tengah
hiruk pikuk manusia dengan berbagai aktivitasnya, maka menjadi penting untuk menanyakan kembali
pertanyaan Ibrahim AS. Karena bisa jadi, yang primer bagi manusia secara faktual dewasa ini adalah,
menghindari apapun yang menyakitkan. Lalu , mengejar apapun yang dirasakan menyenangkan.
Sehingga yang muncul hanyalah kehidupan materi duniawi belaka.

Tujuan hidup kita, lagi-lagi seperti teladan Nabi Ibrahim, adalah harus tertuju pada Allah. Tuhan semesta
alam. Inna shalati wa nusuki wamahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin. Sesungguhnya sholatku,
matiku, hidupku adalah untuk Allah. Setiap sholat, kita sudah seringkali mengikrarkan dalam lisan kita.  

Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah,   Pelajaran berharga lainnya yang kita bisa teladani dari Nabi
Ibrahim 'alaihis salam adalah bahwa tujuan tertinggi manusia adalah seperti doa Nabi Ibrahim. Rabbi
hab li minasshalihin. Ya Allah berilah kami anak-anak yang soleh. Nabi Ibrahim meminta anak yang soleh.
Bukan anak yang pintar. Bukan anak yang kaya raya. Bukan anak yang punya jabatan luar biasa. Bukan
anak yang punya pangkat setinggi langit. Karena apalah arti anak kaya, anak berpangkat dan jabatan,
anak yang pintar tapi mereka tidak soleh. Karena itu, kata kuncinya adalah “anak soleh”.   Untuk
mewujudkan anak yang soleh, tentu bukan hal yang mudah.

Pertama: keluarga adalah hal utama dan pertama dalam mewujudkan anak soleh. Jangan remehkan
peran keluarga. Anak yang soleh dan solehah, pasti tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini
seperti dilakukan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail
sedemikian rupa. Mereka mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini.

Ini sama dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam mendidik anak-anak muslim: “Didiklah
anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca al-Qur’an”.
(HR. Tabrani).     Dan Nabi juga bersabda:   ‫ علموا اوالدكم فانهم مخلوقون في زمان غير زمانكم‬  “Didiklah anak-
anakmu karena mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu.”  

Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah,   Kedua, memberi keteladanan (uswah) pada anak-anak kita.


Bagaimanapun, keteladanan merupakan dakwah yang sangat manjur dalam mengarahkan anak-anak
kita. Dengan keteladanan yang ditampakkan sehari-hari, maka yang demikian ini akan mempengaruhi
anak-anak kita. Keluarga yang mempertontonkan kejujuran dan kedermawanan akan berpengaruh bagi
anaknya. Sebaliknya, keluarga yang mempertontonkan kedustaan dan kebakhilan juga akan anaknya
meniru.

Ketiga, kumpulkan anak-anak kita dengan teman-teman yang baik atau teman yang soleh atau solehah.
Teori habitus yang disampaikan oleh Pierre Bordieu menunjukkan bahwa habitus, tempat di mana kita
berada, sangat berpengaruh pada manusia, pada anak-anak dan juga pada adik-adik kita. Bordie
menyebut habitus sebagai “struktur yang terstruktur”. Habitus adalah “lingkungan dari kekuatan yang
ada”. Almarhum KH Abdul Muchith Muzadi, selalu memberi nasihat pada orang-orang: “Lebih baik
sekolah yang berakhalkul karimah meskipun 'tidak bermutu' daripada 'bermutu' tapi tidak berakalakul
‫‪karimah”. Untuk memilih pendidikan yang karena itu, carilah habitus yang baik-baik. Jangan terjerumus‬‬
‫‪pada habitus yang kurang baik sehingga menyebabkan kita masuk dalam habitus tersebut.                 ‬‬

‫‪Ma’asyiral Muslimin as’adakumullah,   Demikianlah khutbah yang saya sampaikan. Semoga bermanfaat‬‬


‫آن ْال َعظِ ي ِْم‪َ .‬و َن َف َعنِي ‪bagi kita semua.  ‬‬ ‫ك هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ ِ‬ ‫ار َ‬
‫بسم هللا الرحمن الرحيم قد افلح من تزكي و ذكر اسم ربه فصلي َب َ‬
‫ِالو َت ُه ِا َّنه ه َُواال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬ ‫ِّ‬
‫ت َوالذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‪َ .‬و َت َق ِّب َل هللا ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ت َ‬‫‪.َ  ‬و ِايِّا ُك ْم بما فيه م َِن اآل َيا ِ‬

‫لى َت ْوفِ ْيقِ ِه ‪ x‬هللَا ُ َأ ْك َب ُر ‪Khutbah II  ‬‬ ‫لى ِإحْ َسا ِن ِه َوال ُّش ْك ُر لَ ُه َع َ‬ ‫هلل َع َ‬ ‫هلل ْال َحمْ دُ‪ .‬اَ ْل َحمْ ُد ِ‬ ‫‪     ٧‬هللا َأ ْك َب ُر هللاُ َأ ْك َب ُر اَل ِالَ َه ِااَّل هللا وهللا َأ ْك َب ُر هللَا ُ َأ ْك َب ُر َو ِ‬
‫ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا‬ ‫إلى ِرضْ َوا ِنهِ‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫ْك لَ ُه َوَأ ْش َه ُد أنَّ َسيِّدَ َنا م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ال َّداعِ ى َ‬ ‫َواِمْ ِت َنا ِنهِ‪َ .‬وَأ ْش َه ُد َأنْ الَ ِالَ َه ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري َ‬
‫م َُح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوَأصْ َح ِاب ِه َو َسلِّ ْم َتسْ لِ ْيمًا كِثيْرً ا َأمَّا َبعْ ُد َفيا َ اَ ُّي َها الناسُ ِاتقوا هللاَ فِ ْي َما َم َر َوان َته ُْوا َعمَّا َن َهى َواعْ لم ُْوا نَّ هللاَ َم َرك ْم ِب ْم ٍر َب َد فِ ْي ِه‬
‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫ُ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َأ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َّ‬
‫ص ِّل َعلَى‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّم ُْوا َتسْ ِل ْيمًا‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫لى ال َّن ِبى يآ اَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا َ‬ ‫صلُّ ْو َن َع َ‬ ‫ِب َن ْفسِ ِه َو َثـ َنى ِب َمآل ِئ َك ِت ِه ِبقُ ْدسِ ِه َو َقا َل َتعاَلَى ِإنَّ َ‬
‫هللا َومَآلِئ َك َت ُه ُي َ‬
‫َأ‬
‫ض اللّ ُه َّم َع ِن ْال ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ ِدي َْن ِبى‬ ‫ك َومَآلِئ َك ِة ْال ُم َقرَّ ِبي َْن َوارْ َ‬ ‫آل َس ِّيدِنا َ م َُح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْن ِب َ‬
‫يآِئك َو ُر ُسلِ َ‬ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى ِ‬ ‫َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َ‬
‫ك َيا رْ َح َم‬ ‫َأ‬ ‫ض َعنا َم َع ُه ْم ِب َرحْ َم ِت َ‬‫َّ‬ ‫ْن َوارْ َ‬ ‫َ‬
‫ان ِالى َي ْو ِم ال ِّدي ِ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬
‫َب ْك ٍر َو ُع َمر َوعُث َمان َو َعلِى َو َعنْ َبقِ َّي ِة الص ََّحا َب ِة َوالت ِاب ِعي َْن َوت ِابعِي الت ِاب ِعي َْن ل ُه ْم ِباِحْ َس ٍ‬
‫ك‬ ‫ت الل ُه َّم َأعِ َّز ْاِإلسْ الَ َم َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْن ُه ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ‬ ‫ت َو ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو ْالمُسْ لِ َما ِ‬ ‫اغفِرْ ل ِْلمُْؤ ِم ِني َْن َو ْالمُْؤ ِم َنا ِ‬
‫الرَّ ا ِح ِمي َْن اَلل ُه َّم ْ‬
‫ْن‪.‬‬ ‫ك ِإلَى َي ْو َم ال ِّدي ِ‬ ‫ْن َواعْ ِل َكلِ َما ِت َ‬ ‫َأ‬ ‫َ‬
‫اخذ ْل َمنْ َخذ َل ْالمُسْ لِ ِمي َْن َو َدمِّرْ عْ َدا َء ال ِّدي ِ‬ ‫ُ‬ ‫ص َر ال ِّدي َْن َو ْ‬ ‫ادَك ْالم َُوحِّ ِد َّي َة َوا ْنصُرْ َمنْ َن َ‬ ‫َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َوا ْنصُرْ عِ َب َ‬
‫ان‬ ‫ْ‬
‫اِئر البُل َد ِ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫الل ُه َّم ْاد َفعْ َع َّنا ْال َبالَ َء َوا َلو َبا َء َوالزال ِز َل َوالم َِح َن َوس ُْو َء الفِتن ِة َوالم َِح َن َما ظ َه َر ِمن َها َو َما َبط َن َعنْ َبل ِدنا ِاندُو ِنيْسِ يَّا خآصَّة َو َس ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬
‫ار‪َ .‬ر َّب َنا َظلَ ْم َنا اَ ْنفُ َس َنا َواإنْ لَ ْم َت ْغفِرْ لَ َنا َو َترْ َحمْ َنا‬ ‫ْالمُسْ لِ ِمي َْن عآم ًَّة َيا َربَّ ْا َلعالَ ِمي َْن‪َ .‬ر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح َس َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫بى َو َي ْن َهى َع ِن ال َفحْ شآ ِء َوال ُمن َك ِر َوال َب ْغي َيعِظك ْم ل َعلك ْم َتذكر ُْو َن‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ان َوِإيْتآ ِء ذِي ْالقُرْ َ‬ ‫ْأ‬
‫َّ‬ ‫هللا ! ِإنَّ هللاَ َي ُم ُر ِباْ َلع ْد ِل َو ْاِإلحْ َس ِ‬ ‫لخاسِ ِري َْن‪ .‬عِ َبادَ ِ‬ ‫لَ َن ُك ْو َننَّ م َِن ْا َ‬
‫هللا َأ ْك َبرْ‬ ‫لى ِن َع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َولَذ ِْك ُر ِ‬ ‫هللا ْا َلعظِ ْي َم َي ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكر ُْوهُ َع َ‬ ‫َو ْاذ ُكرُوا َ‬

‫‪Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-idul-adha-4-kepribadian-haji-dan-kurban-02ZnW‬‬

Anda mungkin juga menyukai