Anda di halaman 1dari 8

)×3( ‫كب ْر‬ َ َ‫×) اهللُ ا‬3( ‫×) اهللُ اَ ْكَب ْر‬3( ‫هللُ اَ ْكَب ْر‬

‫صاِئ ٌم َواَفْطَْر اهللُ اَ ْكَب ْر ُكلَّماَ َتَرا َك َم‬ ِ


َ ‫ص َام‬ َ َ‫اهللُ اَ ْكَب ْر ُكلَّ َما َه َّل هالَ ٌل َواَبْ َد َر اهللُ اَ ْكَب ْر ُكلَّما‬
‫هلل الَّ ِذى َج َع َل‬ ِ ‫ اَحْل م ُد‬..‫سحاب واَمطَر و ُكلَّماَ َنبت َنبات واَْزهر و ُكلَّما اَطْعم قَانِع اْملعَتر‬
ْ َ ْ ُْ ُ َ َ َ َ ْ َ َ ٌ َ َ َ َ ْ َْ ٌ ََ
ِ ِ ِ ِ ِ
َ‫ض َحى َب ْع َد َي ْوم َعَرفَة‬ ْ َ‫ضا َن َو ْع َيد اْال‬ َ ‫ل ْل ُم ْسل ِمنْي َ عْي َد اْلفطْ ِر َب ْع َد ِصياَِم َر َم‬.
َ‫ك اْ َلع ِظْي ُم اْالَ ْكَب ْر َواَ ْش َه ٌد اَ َّن َسيِّ َدنا‬ ِ ِ ِ
ُ ‫ك لَهُ لَهُ اْملل‬ َ ْ‫اَ ْش َه ُد اَ ْن الَ الَهَ االَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري‬
ِ ِ َ ِ
.‫َأخَر‬ ِ
َّ َ‫َّم م ْن َذنْبه َو َما ت‬ َ ‫حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ َو َر ُس ْولُهُ الشَّاف ُع ىِف اْملَ ْح َش ْر نَيِب َّ قَ ْد َغ َفَر اهللُ لَهُ َما َت َقد‬
‫ اََّما‬.‫س َوطَ َّه ْر‬ ‫ج‬ ‫الر‬
ِّ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬ْ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫ذ‬
ْ ‫ا‬
َ ‫ن‬ ‫ي‬ ِ َّ‫الله َّم صل على سيِّ ِدنَا حُم َّم ٍد وعلَى اَلِِه واَصحابِِه ال‬
‫ذ‬
َ ْ ُ ُ َ َ َ َ ْ َْ َ ََ َ َ َ َ ِّ َ ُ
‫اهلل اَِّت ُقوااهللَ َح َّق ُت َقاتِِه َوالَ مَتُْوتُ َّن اِالَّ َواَْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن‬
ِ ‫ َفيا ِعباد‬.‫بع ُد‬ 
َ َ َ َْ
 
Jamaah Shalat Idul Adha Rahimakumullah
Marilah selalu memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena pada pagi hari ini kita
masih diberikan karunia untuk melakukan shalat Idul Adha di masjid yang penuh
berkah. Demikian pula diberikan kesempatan bertemu keluarga, sahabat, tetangga
yang mungkin jarang kita temui di hari biasa. Karenanya, ini adalah waktu istimewa
yang disediakan untuk kita, umat Islam. Karenanya, mari aneka nikmat yang ada kita
pergunakan dengan sebaik mungkin untuk meningkatkan takwallah yang diwujudkan
dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Hadirin yang Berbahagia


Baru saja kita rebahkan diri kita, bersimpuh di depan pintu kebesaran Allah yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Baru saja kita mengakhiri shalat dengan
menyebarkan salam sejahtera kepada semua makhluk sekitar. Sejak tadi malam
sampai pagi ini, kita memenuhi langit dengan suara takbir kita. 
Allahu akbar allahu akbar allahu akbar la ilahaillahu allahu akbar. Allahu akbar
walillahil hamdu.   
Di belahan dunia lain, di Mekah al-Mukkaramah, di hari-hari ini, jutaan umat Islam
dari segenap penjuru dunia berdatangan dan berkumpul di tanah suci melakukan
ibadah haji. Gemuruh dan gema kaum muslimin dan muslimat yang sedang
menunaikan ibadah haji menyambut panggilan ilahi dengan mengucapkan talbiyah.
Labbaikallahuma labbaik. Labbaika la syarika laa labbaik. Innal hamda wan nikmata
la wal mulk la syarika laka.

Maasyiral Muslimin yang Dirahmati Allah


Idul Adha yang khas dengan ibadah kurban merupakan bentuk rasa syukur pada
Allah. Demikian ini karena banyaknya Allah telah melimpahkan anugerah pada kita.
Kita telah diberi banyak hal oleh Allah Subhanahu Wa Taala. Anggota tubuh yang
kita miliki dari mulai kepala, telinga, tangan, kaki, hidung, dan lain-lain. Semuanya
adalah nikmat yang tidak mungkin terbeli. Jika dihitung berapa nominal harganya,
pastilah tidak bisa dinominalkan. Pastilah bermiliar-miliar.

Demikian juga, udara yang dihirup, biji-bijian yang dimakan, kendaraan yang
ditumpangi, semuanya disediakan oleh Allah Subhanahu Wa Taala yang Maha-
Pengasih dan Maha-Penyayang untuk manusia. Wallahu khalaqa lakum ma fil ardli
jami’a. Allah Subhanahu Wa Taala telah menciptakan yang ada di dunia untuk kalian
semua. Semua kalau dihitung dengan nominal angka manusia, pasti tiada terhingga.

Tentang syukur ini, Allah  berfirman: 

‫اف ۖ فَِإ َذا‬ ِ ِ ِ ‫ِئ‬ ِ


َّ ‫ص َو‬ َ ‫اس َم اللَّه َعلَْي َها‬ ْ ‫اها لَ ُك ْم م ْن َش َعا ِر اللَّه لَ ُك ْم ف َيها َخْيٌر ۖ فَاذْ ُك ُروا‬ َ َ‫َوالْبُ ْد َن َج َع ْلن‬
ِ
‫اها لَ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ َ ‫ت ُجنُوبُ َها فَ ُكلُوا ِمْن َها َوَأطْعِ ُموا الْ َقانِ َع َوالْ ُم ْعَتَّر ۚ َك َٰذل‬
َ َ‫ك َس َّخ ْرن‬ ْ َ‫َو َجب‬
‫تَ ْش ُك ُرو َن‬

Artinya: Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syiar
Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu
nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat).
Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri
makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-
minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu
kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS. Al-Hajj: 36).
 
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Hari Raya Idul Adha selalu saja menjadi rekonstruksi sejarah masa lampau. Sejarah
kehidupan figur-figur agung para kekasih Allah Subhanahu Wa Taala, yaitu figur
Nabiyullah Ibrahim 'Alaihis Salam, figur sang anak hebat Nabi Ismail, dan figur sang
ibu luar biasa, Siti Hajar. Prosesi yang mengharu biru sejarah umat manusia adalah
penyembelihan Nabiyullah Ibrahim AS pada putra tercintanya Nabi Ismail yang
akhirnya diganti kambing oleh Allah.    

Selain sebagai bentuk kepatuhan pada titah Allah SWT, ibadah kurban adalah
merupakan bentuk solidaritas atas sesama yang tercecer dari mobilitas sosial. Untuk
mereka, yakni orang-orang fakir dan miskin. Apalagi, di tengah kondisi
perekonomian yang lesu di negara Indonesia imbas Covid-19, juga nilai tukar rupiah
yang anjlok di kisaran Rp15.000,- dan menyebabkan makin sulitnya kehidupan
saudara-saudara kita, adalah kewajiban untuk membantu. 

Nabi SAW sangat mengecam keras orang yang enggan berkurban, karena dalam
Islam ibadah kurban bukan hanya ritus persembahan untuk meningkatkan
spritualitas seseorang atau juga bukan tontonan kesalihan orang kaya semata.
Namun, lebih dari itu, kurban adalah dalam rangka memperkuat kepekaan sosial,
menyantuni fakir miskin dan membuat gembira orang sengsara. Kurban
mencerminkan pesan Islam bahwa seseorang hanya dapat taqarrub pada Allah, bila
ia sebelumnya telah dekat dengan saudara-saudaranya yang kekurangan.   

Hadirin yang Dirahmati Allah

Selain itu, ada beberapa hal yang dapat kita petik dalam sirah dan kehidupan agung
Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.   Pelajaran pertama adalah pertanyaan Allah
Subhanahu Wa Taala pada Nabi Ibrahim, faiana tadzhabun. Ketika Nabi Ibrahim
yang dikenal kara raya dengan seribu ekor domba, tiga ratus ekor lembu, dan
seratus ekor unta, beliau ditanya: Hendak ke mana ia pergi? Maka beliau
menjawab: Inni dzahibun ila rabbi sayahdin. (QS. At-Takwir: 26).
Artinya: Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan dia memberi
petunjuk padaku. 

Bagi Ibrahim, tujuan akhir hidup manusia bukan kekayaan, bukan pangkat, bukan
jabatan dan sebagainya, tetapi tujuan hidup manusia adalah Allah Subhanahu Wa
Taala. Karena seperti dimaklumi sebagai sunnatullah, manusia selalu bergerak
sesuai naluri bawaan, ingin memperluas wawasan dan pengalaman hidupnya. Untuk
memfasilitasi manusia, maka diciptakanlah berbagai sarana kehidupan mulai dari
sandal, sepatu, jalan, kendaraan hingga peralatan yang lain agar manusia bisa
hidup dengan nyaman. Manusia juga membangun jembatan, menggunakan jalur
lautan dan juga udara. Manusia juga mengapling-kapling lautan dan udara
sedemikian rupa sehingga mengurangi kemacetan di daratan.   

Jamaah Shalat Id yang Mulia


Dalam perjalanan dan pengembaraan manusia secara fisik untuk mengetahui
luasnya dunia, pada akhirnya terhambat secara teknis. Kemacetan tetap terjadi di
daratan, lautan maupun udara. Oleh karena itu, manusia menciptakan internet dan
teknologi fotografi serta televisi. Di masa sekarang, manusia hanya dengan duduk di
komputer atau televisi, mereka sudah dapat menjangkau dunia yang lebih luas dan
warna-warni, meskipun disajikan dalam bentuk potongan gambar, rekaman video
atau foto. Mereka menyebutnya sebagai sebuah keniscayaan di era visual age.  

Islam –seperti diperlihatkan Nabi Ibrahim—mentrandensikan jalan menuju Tuhan


sebagai jalan kebahagiaan dan jalan menuju akhirat. Islam memberikan dimensi
moral spritual agar aktivitas manusia memiliki tujuan yang lebih bermakna, bukan
hanya sekedar mobilitas fisik tanpa tujuan yang bersifat ilahi. 

Pertanyaan Allah pada Nabi Ibrahim adalah pertanyaan moral yang penuh makna:
Hendak dibawa ke mana harta kita? Hendak dibawa mobil kita? Hendak dibawa ke
mana jabatan kita? Hendak dibawa ke mana pangkat kita? Hendak dibawa ke mana
ilmu kita? Hendak dibawa ke mana tubuh kita?   

Di tengah hiruk pikuk manusia dengan berbagai aktivitasnya, maka menjadi penting
untuk menanyakan kembali pertanyaan Ibrahim AS. Karena bisa jadi, yang primer
bagi manusia secara faktual dewasa ini adalah avoiding the pain, menghindari apa
pun yang menyakitkan. Lalu juga looking for the pleasure, mengejar apa pun yang
dirasakan menyenangkan. Sehingga yang muncul hanyalah kehidupan materi
duniawi belaka. Sebagaimana dikatakan oleh Prof Komarudin Hidayat, bahwa salah
satu dimensi dan misi manusia sebagai moral being adalah menegakkan nilai-nilai
moral dalam kehidupannya di manapun berada. Moral being ini harus diwujudkan
dalam ruang-ruang kantor, di kamar rumah, di masjid, di restoran, di warung kopi
dan sebagainya.

Tujuan hidup kita, lagi-lagi seperti teladan Nabi Ibrahim, adalah harus tertuju pada
Allah. Tuhan semesta alam. Inna shalati wa nusuki wamahyaya wa mamati lillahi
rabbil alamin. Sesungguhnya shalatku, matiku, hidupku adalah untuk Allah. Setiap
shalat, kita sudah seringkali mengikrarkan dalam lisan kita.   

Hadirin yang Dimuliakan Allah


Pelajaran berharga lainnya yang kita bisa teladani dari Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam
adalah bahwa tujuan tertinggi manusia adalah seperti doa Nabi Ibrahim. Rabbi hab li
minasshalihin. Ya Allah berilah kami anak-anak yang salih. Nabi Ibrahim meminta
anak yang salih. Bukan anak yang pintar, bukan anak yang kaya raya. Bukan anak
yang punya jabatan luar biasa. Bukan anak yang punya pangkat setinggi langit.
Karena apalah arti anak kaya, anak berpangkat dan jabatan, anak yang pintar tapi
mereka tidak salih. Karena itu, kata kuncinya adalah anak salih.

Untuk mewujudkan anak yang salih, tentu bukan hal yang mudah. Pertama:
keluarga adalah hal utama dan pertama dalam mewujudkan anak salih. Jangan
remehkan peran keluarga. Anak yang salih dan salihah, pasti tidak luput dalam
pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar.
Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa. Mereka
mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini. Ini sama dengan sabda Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam mendidik anak-anak muslim: Didiklah anak-
anakmu pada tiga perkara: Mencintai Nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca
Al-Qur’an. (HR. Tabrani).     

Dan sahabat Ali pernah berkata: 

ِ ‫علِّموا اَواَل َد ُكم فَاِنَّهم خَمْلُو ُقو َن يِف َزم‬


 ْ‫ان َغرْيِ َز َمانِ ُكم‬ َ ْ ْ ُْ ْ ْ ُْ َ
Artinya: Didiklah anak-anakmu karena mereka hidup di zaman yang tidak sama
dengan zamanmu.   
 
Jamaah yang Berbahagia
Kedua, memberi keteladanan (uswah) pada anak-anak kita. Bagaimana pun,
keteladanan merupakan dakwah yang sangat manjur dalam mengarahkan anak.
Dengan keteladanan yang ditampakkan sehari-hari, maka yang demikian ini akan
mempengaruhi anak-anak. Keluarga yang mempertontonkan kejujuran dan
kedermawanan akan berpengaruh bagi anaknya. Sebaliknya, keluarga yang
mempertontonkan kedustaan dan kebakhilan juga akan anaknya meniru.

Karena itu, Abdullah Nasih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad, mengutip
syair Abul Aswad Adduwali yang melontarkan kecaman bagi pengajar atau orang
tua yang tindak tanduknya bertentangan dengan ucapannya: 

‫عليم‬ ِ َ‫ هاَّل لِن‬# ‫يا َأيُّها الرجل املعلِّم َغريه‬


ُ َ‫ك كا َن ذا الت‬ َ ‫فس‬ َ ُ َ ُ َُ ُ ُ َ
‫قيم‬ ‫س‬ ‫َأنت‬ ‫و‬ ِِ‫ص ُّح ب‬
‫ه‬ ِ ‫ َكيما ي‬# ‫قام وذي الضَّنا‬ ِ ‫الس‬
َّ ‫ذي‬ِ‫صف الدَّواء ل‬ ِ َ‫ت‬
ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ
ِ ِ َّ ‫ َأبداً وَأنت ِمن‬# ‫شاد عقولَنا‬ ِ َّ ‫راك تُصلِح‬
ُ‫الرشاد َعدمْي‬ َ َ َ ُ ‫بالر‬ ُ ْ َ َ‫َوت‬
‫كيم‬ ‫ح‬ ‫ت‬ ْ‫ن‬ ‫أ‬َ‫ف‬ ‫نه‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫نت‬ ِ‫ فَِإذَا ا‬# ‫فَابدْأ بِن ْف ِسك فَا ْنهها عن َغِّيها‬
ُ َ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َْ
‫ول ِمْنك َو َيْن َف ُع الت َّْعلِْي ُم‬ ِ ‫ بِال َق‬# ‫قول ويهتَ ِدي‬
َ َ ُ َ‫ناك يُقبَ ُل َما ت‬
َ ‫َف ُه‬
Artinya:
Wahai orang yang mengajar orang lain
Kenapa engkau tidak juga menyadari dirimu sendiri.
Engkau terangkan bermacam obat bagi segala penyakit agar semua yang sakit
sembuh.
Sedang engkau sendiri ditimpa sakit.
Obatilah dirimu dahulu. Lalu cegahlah agar tidak menular pada orang lain.
Dengan demikian, engkau adalah seorang yang bijak.
Apa yang engkau nasihatkan akan mereka terima dan ikuti,
ilmu yang engkau ajarkan akan bermanfaat bagi mereka.       
 
Ketiga, kumpulkan anak-anak kita dengan teman-teman yang baik atau teman yang
salih atau salihah. Teori habitus yang disampaikan oleh Pierre Bordieu menunjukkan
bahwa habitus, tempat di mana kita berada, sangat berpengaruh pada manusia,
pada anak-anak dan juga kepada adik-adik kita. Bordie menyebut habitus sebagai
“struktur yang terstruktur”.

Habitus adalah “lingkungan dari kekuatan yang ada”. Almarhum KH Abdul Muchith
Muzadi, selalu memberi nasihat pada orang-orang: Lebih baik sekolah yang
berakhalkul karimah meskipun 'tidak bermutu' daripada 'bermutu' tapi tidak
‫‪berakalakul karimah. Untuk memilih pendidikan yang karena itu, carilah habitus yang‬‬
‫‪baik-baik.‬‬ ‫‪Jangan‬‬ ‫‪terjerumus‬‬ ‫‪pada‬‬ ‫‪habitus‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪kurang‬‬ ‫‪baik‬‬ ‫‪sehingga‬‬
‫‪menyebabkan kita masuk dalam habitus tersebut.  ‬‬

‫‪Maasyiral Muslimin Rahimakumullah‬‬


‫‪Demikianlah khutbah yang saya sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.‬‬

‫ِ‬
‫‪  ‬‬
‫اس َم َربِه فَ َ‬
‫صلَّي‬ ‫بسم اهلل الرمحن الرحيم قَ ْد اَْفلَ َح َم ْن َتَز َّكي َو ذَ َكَر ْ‬
‫الذ ْك ِر احْلَ ِكْي ِم‪.‬‬ ‫آن الْع ِظي ِم‪ .‬و َن َفعيِن واِيِّا ُكم مبا فيه ِمن اآلي ِ‬
‫ات و ِّ‬ ‫ِ‬
‫َ َ َ‬ ‫بَ َار َك اهللُ يِل َولَ ُك ْم يِف الْ ُق ْر َ ْ َ َ َ ْ‬
‫الس ِمْي ُع الْ َعلِْي ُم‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫الوتَهُ انَّه ُه َو َّ‬
‫َوَت َقبِّ َل اهلل ميِّن َومْن ُك ْم ت َ‬
‫‪ ‬‬
‫‪Khutbah II‬‬
‫‪ ‬‬
‫‪.‬اهلل أكرب‪ ،‬اهلل أكرب‪ ،‬اهلل أكرب‪ ،‬اهلل أكرب‪ ،‬اهلل أكرب‪ ،‬اهلل أكرب‪ ،‬اهلل أكرب ‪   ‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫أشه ُد أ ْن اَل إلهَ إال‬ ‫وها‪َ ,‬‬ ‫ص َ‬ ‫َأعظَ َم‪َ .‬وإ ْن َتعُد ُّْوا ن ْع َمةَ اهلل اَل حُتْ ُ‬‫اض نِ َع َمهُ َعلَْينَا َو ْ‬‫احلمد هلل أفَ َ‬ ‫ُ‬
‫اهرها وب ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫عبدهُ‬
‫أن حُمَ َّم ًدا ُ‬‫اطَن َها َوأ ْش َه ُد َّ‬ ‫َأسبَ َغ ن َع َمهُ َعلَْينَا ظَ َ َ َ َ‬ ‫ك لَهُ‪ْ .‬‬ ‫اهلل َو ْح َدهُ اَل َش ِريْ َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صطََفاهُ َعلَى مَج ْي ِع الْرَبِ يَّات‪َ .‬ملَك َها َوإنْس َها َوجن َ‬
‫ِّها‬ ‫ور ُس ْولُهُ‪َ .‬ر ُس ْو ٌل ا ْ‬ ‫َ‬
‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫حممد وعلى ِ‬ ‫اللهم صل وسلًِم على سيِ ِدنا ٍ‬
‫ض‬‫األر ِ‬ ‫أهل اْل َك َمال ىِف بقاَ ِع ْ‬ ‫وأصحابه ِ‬ ‫أله‬ ‫َ َ‬ ‫َ ِّ َ ْ َ َ ً‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ت َعلَى‬ ‫صلًّْي َ‬
‫ص َّل َعلَى َسيِّدنَا حُمَ َّمد َو َعلَى أل َسيَّدنا حُمَ ًَمد‪ .‬كما َ‬ ‫بُ ُد ًِو َها و َقَر َاها ‪.‬اللهم َ‬
‫يم‬ ‫حممد‪ ,‬كما بار ْكت على إبر ِ‬
‫اه‬ ‫إبراهيم وعلى ِأل إبر ِاهيم‪ ,‬وبا ِر ْك على حُم َم ٍد وعلى ِأل ٍ‬
‫َ َ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ ًَ َ َ‬ ‫َ َ َ َْ‬
‫ك محي ٌد جمي ٌد‬ ‫إبراهيم ىف العالَ ِمنْي َ إنًَ َ‬ ‫َ ِ‬
‫وعلَى أل َ‬
‫ات‪ .‬إنك‪ ‬‬ ‫األحياء ِمْنهم واألمو ِ‬ ‫ِ‬ ‫واملؤم ِ‬
‫نات‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ ِ ِ‬
‫َْ‬ ‫ُْ‬ ‫اللهم اغف ْر ل ْلمسلمنْي واملُ ْسل َمات واملؤمننْي َ‬
‫ات‪ .‬اللهم و َّف ْقنا لِعم ٍل ِ‬ ‫اضى احلاج ِ‬ ‫ِ‬ ‫مسيع قريب جميب ًَ ِ‬
‫صال ٍح َيْب َقى َن ْفعُهُ‬‫َ َ ََ َ‬ ‫الد َع َوات ويَا قَ َ َ َ‬ ‫ٌ ٌ ُ‬
‫أصلِ ْح ُواَل ةَ ُُأم ْو ِرنَا‪ .‬وبا ِر ْك‬
‫أعمال ه َى َتُب ْور‪ .‬اللهم ْ‬
‫على مَمَِّر الدُّهو ِر‪ .‬وجنَّبنا ِمن النَّو ِاهى و ٍ ِ‬
‫َْ َ َ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬
‫ف ب ُقلُوبِنَا وَأصلِح َذ ِ‬ ‫ِ‬
‫وبنَا َب ْع َد‬
‫ات َبْيننا‪  .‬ربنا ال تُِز ْغ ُقلُ َ‬ ‫ْ ْ َ‬ ‫وأع َمالنا‪ .‬اللهم َألِّ ْ َنْي َ‬ ‫لنا ىِف عُلُ ْو ِمنا ْ‬
‫هاب‪ .‬ربنا أتنا ىف الدنيا حسنة وىف‬ ‫الو ُ‬ ‫ت َ‬ ‫إنك أنْ َ‬ ‫ك رمحةً َ‬ ‫ب لَنَا ِم ْن لَ ُدنْ َ‬ ‫إ ْذ َه َد ْيَتنَا َو َه ْ‬
‫األخرة حسنة وقنا عذاب النار‬
‫ويْن َهى َع ِن ال َف ْح َش ِاء‬
‫ىب َ‬ ‫َ‬ ‫ر‬
‫ْ‬ ‫ق‬
‫ُ‬ ‫ال‬ ‫ى‬ ‫ذ‬ ‫ان ِ‬
‫وإيتاء ِ‬ ‫عباد اهلل!‪ ‬إ ًَن اهلل يأمركم بالع ْد ِل واإلحس ِ‬
‫َ‬ ‫َ َ ُُ ْ َ‬ ‫َ‬
‫لى نِ َع ِم ِه‬ ‫َ‬ ‫ِ ِ‬
‫واملُْن َكر‪ .‬يَعظُ ُك ْم لَ َعلً ُك ْم تَ َذ ًك َُرون‪ .‬فَاذْ ُك ُروا اهلل يَ ْذ ُك ْر ُكم واش ُك ُروا َع َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫يَِز ْد ُك ْم ‪.‬ولَذ ْك ُر اهلل أكرَب‬

Anda mungkin juga menyukai