Anda di halaman 1dari 51

‫‪Oleh: Ustadz Mukhlas (Ali Ghufran al-Tanjuluni‬‬

‫)‪hafidzahullah‬‬
‫‪www.mukhlas.tk / www.anshar.net‬‬
‫========================================================================‬
‫===================‬

‫السلما عليكم ورحمة الله وبركاته‪.‬‬


‫إن الحمد لله نحمسسده ونسسستعينه ونسسستهديه ‪ ،‬ونعسسوذ بسسالله مسسن‬
‫شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنسسا ‪ ،‬مسسن يهسسده اللسسه فل مضسسل لسسه ‪،‬‬
‫ومن ييضلل فل هادي له‪.‬‬
‫وأشهد أن ل إله إل الله وحده ل شريك له ‪ ،‬وأشهد أن محمدا ا عبسسده‬
‫ورسوله‪.‬‬

‫آل عمران‪.102:‬‬ ‫﴾‬ ‫﴿‬

‫﴿‬

‫النساء‪.1:‬‬ ‫﴾‬

‫﴿‬

‫الحزاب‪.71:‬‬ ‫﴾‬

‫ب اللسسه ‪ ،‬وخيسسرر الهسسدي هسسديي‬


‫أما بعد‪ :‬فسسإن أصسسدق الحسسديث كتسسا ي‬
‫محمد صلى الله عليه و سلم ‪ ،‬وشرر المور محسسدثاتها ‪ ،‬وكسسل محدثسسةة‬
‫بدعة ‪ ،‬وكل بدعة ضللة ‪ ،‬وكل ضللة في النار‪.‬‬

‫‪Kepada‬‬ ‫‪segenap‬‬ ‫‪kaum‬‬ ‫‪muslimin‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪kami‬‬ ‫‪cintai‬‬


‫‪hafidzhahullah... Mudah-mudahan kalian senantiasa dilindungi Allah‬‬

‫‪11‬‬
Ta’ala dari godaan, jeratan, jebakan, penipuan, penyesatan dan
pemalsuan syetan yang terajam lagi terkutuk.
Perkenankanlah kepada kami untuk menyampaikan beberapa
wasiat dan pesan-pesan yang hendak kami sampaikan berikut ini,
sebagai bentuk kecintaan kami kepada seluruh kaum muslimin.

[1]. Wasiat Pertama


Pegang teguhlah baik-baik seluruh wasiat yang telah Allah Ta’ala
dan Rasul-Nya wasiatkan dalam Al Qur’an dan As-Sunnah, dan
berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mengamalkannya.

[2]. Wasiat Kedua


Ingatlah bahwasanya diri kita diciptakan Allah Ta’ala, semata-
mata untuk beribadah kepada-Nya, (Q.S. Adz-Dzariyat (51): 56).
Untuk mentauhidkan-Nya dan menghambakan diri kepada-Nya saja
dengan membebaskan diri dari segala bentuk penghambaan kepada
makhluk dalam segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, bebaskanlah
diri-diri kalian dari segala bentuk syirik; syirik pada asma’ dan shifat-
Nya, pada rububiyah-Nya, pada uluhiyah-Nya, pada perintah-perintah-
Nya, pada hukum-hukum-Nya dan keputusan-keputusan-Nya.
Bebaskanlah diri kalian dari segala bentuk syirkul qubur (syirik yang
berhubungan dengan kuburan, seperti menjadikan orang-orang yang
sudah mati menjadi ilah (Tuhan), meminta kepada arwah-arwah,
membuat patung, kubah-kubah dan menyembahnya, dan lain
sebagainya), dan bebaskan pula diri kalian dari segala bentuk syirkul
qushur (syirik yang berhubungan dengan istana, seperti menjadikan
para thawaghit sebagai tuhan-tuhan kecil, memberikan hak kepada
mereka untuk membuat syariat dan hukum yang bertentangan dengan
syariat Allah). Dua bentuk syirik tersebut telah diuraikan dengan
gamblang oleh ulama-ulama kita, antara lain Asy-Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab rahimahullah, dalam kitab Tauhid nya, dan Asy-
Syahid ---insya Allah--- Sayyid Qutb rahimahullah dalam bukunya,
Ma’alim Fith-Thoriq, buku Fie Dhilalil Qur’an dan sebagainya.
Kedua bentuk syirik yang berbahaya tersebut, telah diramalkan
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dalam sebuah haditsnya
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Abu Daud dengan sanad yang
shahih dari Tsauban maula Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam,
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda,

‫ف مف أيممت يلو يييورفيوع يعونَييهاَ إميلي يييوومم‬ ‫م‬ ‫ض‬ ‫ض ض‬


‫ف َنعنلىَ َأممتيِ َاللنئممنة َا لممض ليِّنن َيوإميذا يوضيع المسوي ي‬ ‫نوإضنمنماَ َأننخاَ م‬
‫ساَنعمة َنحمتىَ َتنملنحنق َقنمنباَئضمل َضملن َأممضتيِ َضباَ لمملشمضركضيِّنن َنونحتمممىَ َتنملعبممند َقنمنباَئضممل َضمملن‬
‫الومقيياَيممة نونل َتنممقوُمم َال م‬
‫أممضتيِ َاللنلونثاَنن‬
Artinya:

22
"Sesungguhnya termasuk sesuatu yang aku takuti menimpa
umatku adalah para pemimpin (agama maupun politik) yang
menyesatkan…Dan tidak akan terjadi hari kiamat sampai
beberapa kabilah dari umatku yang bergabung dengan kaum
musyrikin, dan sampai ada beberapa kabilah dari umatku yang
menyembah berhala." (Hadits Hasan Riwayat, Ibnu Majah dan
Abu Daud)[1].

Subhanallah! Ramalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam


tersebut benar-benar terjadi dan bisa kita saksikan pada hari ini.
Berapa banyak orang-orang yang mengaku beragama Islam tetapi
menyembah berhala dengan segala ragamnya. Begitu juga tidak
sedikit, bahkan sulit kita mencari alat canggih untuk menghitungnya,
sebagian dari umat ini yang bergabung dengan orang-orang musyrik,
baik zionis, salibis, komunis, maupun yang lainnya dengan mengikuti
agama sekulerismenya, kapitalismenya, demokrasinya,
liberalismenya, sosialismenya dan lain sebagainya.
[3]. Wasiat Ketiga
Jika kalian ingin selamat dalam arti kata yang sebenarnya di
dunia maupun di akherat, maka ikutilah jalan yang lurus (Ash-
Shirathal Mustaqim), yaitu jalannya orang-orang yang telah Allah
berikan nikmat kepada mereka (Q.S Al Fatihah (1): 7), dari para
anbiya’, para shiddiqin, para syuhada, dan para shalihin, (Q.S. An-
Nisa’ (4): 69), dan janganlah kalian mengikuti jalan orang-orang yang
dimurkai (Yahudi dan semacamnya), dan jalan orang-orang yang
tersesat (Nasrani dan semacamnya) (Q.S Al Fatihah (1): 7). Ikutilah
jalan yang satu yaitu jalan Allah yang lurus dan jangan mengikuti
jalan-jalan yang beraneka ragam, jalan Iblis dan syetan (Q.S. Al-An’am
(6): 153).
Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhannya, satu-
satunya Ad-Dien yang dapat mengantarkan seseorang dapat
mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, hanya Islam sajalah yang
dapat memasukkan pemeluknya ke dalam surga, sedang isme-isme
selain Islam seperti : Yahudi, Nasrani, Majusi, Hindu, Budha, Khong
Hu Chu, Kejawen, Komunisme, Marxisme, Leninisme, Sosialisme,
Sekulerisme, Kapitalisme, Liberalisme, Permissifisme, Demokrasi,
Nasionalisme, Ba’atsisme dan lain sebagainya, sebab jika kalian
menapaki langkah-langkah syetan ini kalian akan terpelanting dari
jalan yang lurus dan akan keluar dari padanya.
Jika kalian masih mengaku sebagai orang-orang yang beragama
Islam, ikutilah Islam yang benar sebagaimana Islam yang dibawa oleh
Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, Islam yang
dipeganginya dan diperjuangkannya, bersama para shahabat-

1[]. HR. Abu Daud: Al-Fitan 4252 dan Al-Barqani dalam shahihnya. Seluruh perawi Abu Daud adalah
perawi imam Muslim, kecuali kedua guru Abu Daud: keduanya tsiqah. Maka, hadits ini adalah hadits
shahih Juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi ; Al-Fitan dan Ahmad, dengan lafal sedikit berbeda.

33
shahabatnya radiyallahu 'anhum ajma’in, lalu diteruskan oleh para
tabi’in dan para pengikutnya rahimahumullah. Dan jangan mengikuti
Islam yang sesuai dengan selera hawa nafsu kalian, yang diridhai dan
diingini oleh orang-orang kafir dan orang-orang munafiq. Ingat
bahwasanya Islam yang benar itu tidak akan pernah disukai oleh
mereka sampai hari kiamat. Mereka membagi Islam dan kaum
muslimin menjadi dua kelompok (ma’af untuk ini kami terpaksa
menggunakan pembagian tolol mereka).
(a) Kelompok Fundamentalis, Radikal, Ekstrem, Teroris dan
sebagainya.
(b) Kelompok Moderat, sederhana, bertolak ansur, kompromi,
tidak mau kekerasan, mau menjilat pantat orang-orang kafir
dan sebagainya.[2]
Sebenarnya kesimpulannya sangat mudah, penggembala kerbau
yang tak pernah mengenal pensil dan kertaspun bisa menyimpulkan
bahwa bagian (a), adalah Islam Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa salam, para shahabat radiyallahu 'anhum dan para pengikutnya
hingga hari kiamat, sedang kelompok (b), adalah Islam Abdullah bin
Ubay bin Salul (Gembong munafiq era Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa salam-ed), dan para pengikutnya hingga hari kiamat. Maka
masalahnya tinggal terserah kalian, kalian mau mengikuti dan
mendukung Islam Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam atau
Islam Abdullah bin Ubay bin Salul. Untung dan ruginya kembali
kepada diri kalian sendiri. Seandainya seluruh kaum muslimin yang
ada di bumi ini memilih, mengikuti dan mendukung Islam yang
dikehendaki oleh orang-orang kafir dan orang-orang munafiq seperti
yang dikehendaki oleh Bush dan antek-anteknya -laasamahallaahu-
hal ini tidak memberi madhorot sedikitpun terhadap Allah Ta’ala, dan
Allah Ta’ala akan mendatangkan kaum yang baru untuk menggantikan
mereka yang siap untuk mendukung dan memperjuangkan Islam yang
benar, yang diantara sifat-sifatnya sebagai berikut:
1. Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Allah.
2. Bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin.
3. Bersikap keras terhadap orang-orang kafir.
4. Berjihad di jalan Allah (berperang fie sabilillah).
5. Dan tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka
mencela.

Inilah sifat-sifat generasi yang menggantikan kaum munafiqin dan


kaum murtaddin yang meninggalkan dienul Islam yang benar (Q.S. Al-
Maidah (5): 54).
“Demikianlah sunnatullah, dan sekali kali kalian tidak akan
mendapatkan perubahan dan penyimpangan bagi sunnatullah”
(Q.S. Faathir (35): 43).

2[] Rujuk tulisan penulis, Islam Moderat dan Islam Ekstrem.

44
[4]. Wasiat Keempat
Camkan pada diri kalian beberapa prinsip penting dibawah
ini.
a) Tujuan hidup kita adalah untuk mencari ridha Allah
ta’ala dengan mengikuti Sunnah Nabi-nya, shallallahu
'alaihi wa salam.
b) Iman dan tauhid kita adalah sebagaimana iman dan
tauhid salaf (para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in
radhiyallohulahum wa rahimahullahu lahum ajma’iin).
c) Kita memahami Islam sebagaimana yang difahami oleh
ulama-ulama salaf yang tsiqat lagi terpercaya.
d) Target hidup kita adalah untuk memperhambakan
manusia kepada Allah satu-satunya dan membebaskan
diri kita dan mereka dari memperhambakan diri kepada
manusia, atau makhluk, dengan menegakkan kembali
daulah dan khilafah, sebab tanpa keduanya mustahil
target ini dapat tercapai, hanya orang yang bodoh dan
tidak memahami hakekat dienul Islam saja, yang
memandang remeh urusan ini. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir
I/75, yang menerangkan akan wajib menegakkan hal
tersebut).
e) Kita bermuamalat dan berwala’ kepada Allah Ta’ala,
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa salam, dan orang-orang
yang beriman.
f) Kita bersikap bara’ dan bermu’amalat terhadap musuh-
musuh Allah ta’ala, musuh-musuh Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wa salam, dan musuh-musuh orang-orang
beriman dari syetan-syetan manusia maupun syetan-
syetan jin.
g) Jalan perjuangan kita dengan dakwah, amar makruf
dan nahi mungkar (yang sesuai dengan sunnah), dan
dengan Jihad jika mampu. Jika tidak mampu dengan
i’dad, jika tidak mampu i’dad dengan hijrah, jika tidak
mampu berhijrah dan tidak ada jalan, maka dengan
uzlah, (meninggalkan dan menyingkir dari seluruh jalan-
jalan syetan dan kelompok-kelompok yang batil,
termasuk demokrasi)
h) Demokrasi adalah jalan Iblis dan syetan, jalan orang-
orang kafir yang sekuler, ladiniyah (sekulerisme, ed),
yang tidak beragama dengan agama yang benar, jalan
yang kufur lagi syirik yang diantara prinsip batilnya,
sesatnya, kufurnya dan syiriknya adalah bahwasanya
“Kedaulatan di Tangan Rakyat”, sedang menurut Dienul
Haq, bahwa “Kedaulatan adalah di Tangan Allah Rabbul
‘Alamiin”, satu-satunya. Inilah perbedaan antara Tauhid

55
dan Syirik. Oleh karena itu demokrasi sebenarnya hanya
merupakan perangkap yang dipasang oleh musuh-
musuh Islam dan ia tak ubahnya seperti fatamorgana
belaka bagi para peminatnya[3], di dunia sampai hari
kiamat tidak akan menang dalam arti kata yang
sebenarnya (tidak dapat menegakkan daulah
sebagaimana yang dituntut syariat), dan diakherat
terancam dengan siksa neraka karena mengikuti jalan
yang bukan jalan orang yang beriman (Q.S. (4): 15)
i) Bekal kita untuk menggapai tujuan dan target adalah
ilmu dan taqwa, yakin dan tawakkal, syukur dan sabar,
zuhud di dunia dan Itsar (lebih mementingkan)
kehidupan akherat, cinta jihad dan mati syahid di jalan
Allah.

[5]. Wasiat Kelima


Jauhkanlah diri kalian dari bid’ah, ahli bid’ah dan kelompok-
kelompok bid’ah dengan segala bentuknya, baik bid’ah dalam segi
nusuk (penyembelihan/pengorbanan) dan ibadah, maupun dalam segi
tashawwur dan manhaj. Ikutilah dan kembalilah kepada sunnah,
Ahlussunnah dan kelompok-kelompok Ahlussunnah, sebab hanya
golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah sajalah yang dijamin Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam, sebagai satu-satunya Al-Firqoh An-
Najiyah, yaitu kelompok yang terselamatkan dari api neraka.
Berusahalah untuk bergabung dengan Firqoh An-Najiyah Al
Manshurah (kelompok yang dijamin selamat dari api neraka dari yang
mendapat pertolongan Allah ta’ala), yaitu Al-Jama’ah Al-Jihadiyah As-
Salafiyah sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam,
yang diriwayatkan Imam Muslim dari shahabat Jabir bin Abdullah
radiyallahu 'anhum

‫طاَئبفعسسةة بمسسنن أليمتبسسي يلقعسساَتبللوُعن‬


‫ا ععلعنيبه عوعسسسليعم يعقلسسوُلل عل تعسسعزالل ع‬
‫صيلىَّ ي‬ ‫ت النيبب ي‬
‫ي ع‬ ‫هلل يعلقوُلل عسبمنع ل‬،‫ععنن عجاَببرر بن عبد ا‬
‫ظاَبهبريعن إبعلىَّ يعنوُبم انلقبعياَعمبة‬ ‫عععلىَّ انلعح ق‬
‫ق ع‬
Artinya: “Akan senantiasa ada segolongan dari umatku
yang berperang membela kebenaran dengan mendapat
pertolongan Allah hingga datangnya hari
kiamat…“(H.R.Imam Muslim)[4]

[6]. Wasiat Keenam


(A). Waspadailah, jauhilah dan tinggalkanlah para penyeru ke
pintu-pintu neraka Jahannam, karena pada diri mereka tidak ada
setitikpun dari kebaikan. Adanya hanya keburukan, kejahatan dan
kemungkaran. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-
3[] Baca :”Al Islamiyyun wa sarab Ad-Dimuqrotiyyah, Al Jihad wal Ijtihad, 99-109”
4[] HR. Muslim : Al-Imarah no. 173, Al-Iman no. 247, Abu 'Iwanah : Al-Jihad 5/105, Ahmad 3/345,384, Abu
Ya'la dalam Musnad 4/59 no. 313, Al-Baihaqi : Al-Jihad 8/180.

66
Bukhari dan Imam Muslim dari shohabat Hudzaifah radiyallahu
'anhum dinyatakan yang maksudnya[5] :
‫اسس ععلعنيسسبه عوعسسسليعم ععسسبن‬ ‫صسسيلىَّ ي‬ ‫ابسس ع‬ ‫س يعنسأ عللوُعن عرلسوُعل ي‬ ‫س انلعخنوُعلنبيي أعنيهل عسبمعع لحعذنيفعةع نبعن انليععماَبن يعلقوُلل عكاَعن اليناَ ل‬ ‫عحيدثعبني أعلبوُ إبندبري ع‬
.‫ت أعنسأ عللهل ععبن الشقر عمعخاَفعةع أنن يلندبرعكبني‬
‫ع‬ ‫ي‬ ‫انلعخنيبر عولكنن ل‬
. ‫ فعهعنل بعنععد هععذا انلعخنيبر بمنن عشرر؟ٍّ عقاَعل نعععنم‬.‫ال ببهععذا انلعخنيبر‬ ‫ فععجاَعءعناَ ي‬.‫ إبيناَ لكيناَ بفي عجاَبهلبييرة عوعشرر‬,‫اب‬ ‫ت عياَ عرلسوُعل ي‬ ‫فعقلنل ل‬
‫ع‬ ‫ن‬
.‫ك الشقر بمن عخنيرر؟ٍّ قاَعل نعععنم عوبفيبه عدعخةن‬ ‫ي‬ ‫ع‬
‫ت عوهعنل بعنععد ذلب ع‬ ‫قلنل ل‬
.‫ف بمننهلنم عوتلننبكلر‬ ‫ت عوعماَ عدعخنلهل ؟ٍّ عقاَعل قعنوُةم يعنهلدوعن ببعغنيبر هعندبيي تعنعبر ل‬ ‫قلنل ل‬
.َ‫ب عجهعنيعم عمنن أععجاَبعهلنم إبلعنيعهاَ قععذلفوُهل بفيعها‬ ‫ك انلعخنيبر بمنن عشرر ؟ٍّ عقاَعل نعععنم لدععاَةة إبعلىَّ أعنبعوُا ب‬ ‫ت فعهعنل بعنععد عذلب ع‬ ‫لُنل ل‬
‫ن‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ن‬
.َ‫صفهلنم لععناَ ! فععقاَعل هلنم بمنن بجلعدتبعناَ عويعتععكللموُعن ببألبسنعتبعنا‬ ‫ي‬
‫ ب‬,‫ت عياَ عرلسوُعل اب‬ ‫قلنل ل‬
.‫ك ؟ٍّ عقاَعل تعنلعزلم عجعماَععةع انللمنسلببميعن عوإبعماَعمهلنم‬ ‫ت فععماَ تعأنلملربني إبنن أعندعرعكبني عذلب ع‬ ‫قلنل ل‬
‫ت‬ ‫ن‬
‫ك العمسنوُ ل‬ ‫صسبل عشسعجعررة عحتيسسىَّ يلسسندبرعك ع‬ ‫ع‬
‫ض ببأ ن‬ ‫ع‬
‫ق لكلهعسساَ عولعسسنوُ أنن تعععس ي‬ ‫ي‬ ‫ن‬
‫ك الفبعر ع‬ ‫ن‬ ‫ة‬
‫ت فعإ بنن لعنم يعلكنن لعهلنم عجعماَععة عوعل إبعماَةم؟ٍّ عقاَعل عفاَنعتعبزنل تبل ع‬ ‫قلنل ل‬
‫ت عععلىَّ عذلب ع‬
‫ك‬ ‫عوأعنن ع‬
Hudzaifah radiyallahu 'anhum berkata: “Adalah manusia
bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam
tentang kebaikan, sedang aku bertanya kepadanya tentang
kejahatan, karena aku khawatir ia akan menimpaku, maka
aku katakan : “Hai Rasulullah! Sesungguhnya kami dahulu
berada dalam kejahiliyahan dan kejahatan lalu Allah
mendatangkan kebaikan ini kepada kami, maka apakah
sesudah kebaikan ini ada kejahatan?” Beliau berkata, “Ya”
Aku katakan lagi, “Dan apakah sesudah kejahatan itu ada
kebaikan?” Beliau bersabda “Ya, dan didalamnya ada asap”
aku katakan, “Apa asapnya?” beliau berkata, “Yaitu kaum
yang memberi petunjuk dengan bukan petunjukku, kamu
kenali mereka dan kamu ingkari. ” Aku katakan lagi, “Maka
apakah sesudah kebaikan itu ada kejahatan?” Beliau
berkata “Ya, para penyeru keatas pintu-pintu Jahannam,
barangsiapa menuruti mereka, kepadanya, mereka akan
mencampakkannya, di dalamnya.” Aku katakan, “Hai
Rasulullah, sifatilah mereka untuk kami.” Beliau berkata,
“mereka sekulit dengan kita, dan berbicara dengan bahasa
kita.” Aku katakan, “Apa yang Baginda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam, perintahkan kepadaku jika hal
itu menimpaku? ” Beliau bersabda, “Kamu lazimi (tetap
atas) jama’atul muslimin dan imam mereka.” Aku katakan,
“Jika mereka tidak mempunyai Jama’ah dan Imam?” Beliau
bersabda, “Maka tinggalkanlah kelompok-kelompok itu
semuanya, walaupun kamu menggigit akar pohon sampai
kematian menjemputmu, dan kamu tetap dalam keadaan

5[] rujuk risalah At-Thoifah al Manshurah I, II dst oleh penulis.

77
seperti itu”[6] (Muttafaq Alaihi)[7].

Para penyeru ke pintu-pintu Jahannam tersebut, meskipun


mereka sekulit dengan kita, sebangsa dengan kita, berbicara dengan
bahasa kita, dengan kata lain mengaku beragama Islam, berbicara
atas nama Islam dan sepertinya membicarkan tentang urusan Islam
dan kaum muslimin, tetapi pada hakekatnya tidak ada kebaikan sama
sekali pada diri mereka, yang ada hanyalah kejahatan dan
kemungkaran. Dan siapa yang menuruti dan mengikuti seruan dan
ajakan mereka akan dicampakkan dalam neraka Jahannam –
Al’iyadzubillah-. Siapakah mereka itu pada zaman sekarang ini?
Berkata Ibnu Hajar rahimahumullah: Al-Qobisi mengatakan :
“Mereka itu adalah orang-orang yang pada lahirnya kelihatan berada
diatas millah Islam, tetapi pada batinnya mereka orang-orang yang
menyelisihi Islam.” Fathul Bari Syarhu Shahih Bukhari 13/36.
Menurut Asy-Syaikh Al Mujahid Abu Abdullah bin Ladin :
“Mereka antara lain adalah para penguasa murtaddin dan perangkat-
perangkatnya, termasuk-ulama’-ulama’ Bal’am, mereka-mereka ini
siang malam senantiasa menyeru manusia ke pintu-pintu jahannam
dengan memalingkan manusia dari jalan yang lurus, menipu mereka
dan menghalang-halangi dari jalan Allah”. (rujuk Taujihat Manhajiyah
I/15).
Menurut Asy-Syaikh Salman Al Audah : “Mereka, antara lain
adalah para pengusung aliran-aliran sesat kebendaan (materialisme),
yaitu para pengusung Komunisme, Sosialisme, Nasionalisme,
Baatsisme, Sekulerisme, dan lain sebagainya, otak-otak mereka inilah
menjadi lahan yang subur bagi timur dan barat dalam menyebarkan
agama atau aliran mereka di negara-negara kaum muslimin.” Katanya
: “Kalau ulama’-ulama’ sunnah memasukkan ahlul ahwa’ seperti
khawarij dan sebagainya termasuk dari golongan mereka, maka
sangat mungkin untuk memasukkan dalam golongan mereka setiap
orang yang pura-pura menampakkan dirinya dengan Islam dan pada
6[] Dari hadits tersebut bisa diambil hikmah bahwa seorang muslim jika pada masa hidupnya mendapati
kholifah diatas sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dan kaum muslimin berkumpul diatasnya.
Maka ia wajib melazimi jama’atul muslimin dan Imam mereka dan inilah keadaan yang paling afdhal.
Seperti pada masa khulafaur Rasyidin radhiyalloohu anhum ajmain, atau terdapat kholifah yang memihak
kepada bid’ah tetapi ia menegakkan dien dan disana ada jama’ah ahlul ilmi yang berpegang kepada sunnah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, dan para shahabatnya radiyallahu 'anhum dan mengingkari bid’ah,
maka dalam keadaan seperti ini seorang muslim melazimi kholifah yakni tidak boleh keluar memerangi
dengan pedang, tetapi tidak boleh menyertainya dalam kemaksiatan , dalam hal ini boleh mengganti
khalifah jika mampu tanpa adanya mafsadah yang besar dan wajib beriltizam dengan jama’ah yang benar
yang menyeru kepadanya, sebaik-baik contoh dalam hal ini adalah Imam Ahmad bin Hambal
rahimahumullah, sewaktu menghadapi Al Makmun, Al Mu’tashim dan Al Watsiq. Dan jika tidak ada
kholifahtapi ada jama’ah diatas Al Haq, maka ia wajib iltizam kepadanya dan beramal untuk menegakkan
khalifah jika tidak ada khalifah dan jamaah maka wajib ia berdakwah kepada al Haq dan tegaknya jama’ah,
jika tidak mampu ia uzlah dari semua firqoh sampai ia mati diatas sunnah (Lihat buku Al Khuttuth Al
Aridhah lil Jama'ah Al-Islamiyah Al-Muqatilah, Libia, hal 38, karya syaikh Abu Mundzi As-Sa'idi)
7[] HR. Bukhari : Al-Manaqib dan Al-Fitan, Muslim : Al-Imarah, Abu Daud :Al-Fitan wal Malahim dan
Ahmad.

88
hakekatnya mereka adalah zindiq, munafiq dan memusuhi Islam
(Shifatul Ghuraba : 221-223) ”.
Para penyeru ke pintu-pintu neraka Jahannam dari para
pengusung agama materialisme Barat maupun Timur yag berkedok
dengan Islam, dengan berbagai status kehidupan sosialnya, dari
penguasa, menteri, tentara, polisi, dosen, mahasiswa, guru, pemuka-
pemuka masyarakat, hingga rakyat jelata. Orang-orang ini aneh bin
ajaib dalam beragama, terutama yang keranjingan dan keracunan
agama Sekulerisme, yang dengan taqdir dan kehendak Allah Ta’ala
hari ini sedang naik pamornya dan menguasai dunia. Mereka
mayoritasnya menjalankan agama Islam hanya sebagai kuda
tunggangan untuk memenuhi nafsu syahwatnya dan perutnya belaka.
Ada yang mengatakan Islam yang dibawa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa salam, tidak sesuai dengan masa kini, ada yang mau
menegakkan Islam diluar cara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam,
menegakkannya.
Ada yang menganggap semua agama sama, ada yang
mengatakan orang-orang Nasrani adalah saudara kita.
Ada yang bilang prinsip-prinsip salaf dan pendapat-pendapatnya
tidak sesuai lagi untuk masa kini.
Ada yang berprinsip dimana ada maslahat disitu ada hukum
Allah, mengukur maslahat sesuai dengan selera hawa nafsunya.
Ada yang dengan tolol dan dungunya mengatakan bahwa wajah
orang Nasrani meskipun di dunia hitam, tetapi di akherat akan
berseri-seri jika banyak berbuat kebaikan untuk kemanusiaan,
padahal orang-orang Nasrani dengan jelas mereka telah berbuat
dusta terhadap Allah dengan keyakinan trinitasnya dan sebagianya
yang menurut nash Al Qur’an wajah mereka menjadi hitam pada hari
kiamat (Buka Al-Qur’an surat : Az-Zumar (39): 60).
Ada juga diantara mereka yang mengaku sebagai mufakkir
(pemikir, cendekiawan) Islam. Mereka sengaja lari dari istilah
mujtahid, sebab dengan istilah itu mereka akan kebakaran jenggotnya
karena tidak memenuhi syarat sebagai mujtahid.
Ada sebagian dari kaum tersebut yang berupaya membuat ushul
fiqih baru yang berbeda dan bertentangan dengan ushul fiqh yang
telah dibuat oleh Imam-Imam yang agung lagi terpercaya seperti
Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i dan sebagainya.
Ada yang memahami Iman dan Islam dengan filsafat Aristoteles
(Aristotelian-ed) dan sebagainya. Ada yang menganggap Islam adalah
urusan pribadi dan seibut satu lagi pemikiran-pemikiran dan
pandangan-pandangan sampah yang tidak layak duduk dan tingal
melainkan di tong sampah. Oleh karena itu sekali lagi jauhilah dan
tinggalkanlah orang-orang yang modelnya seperti ini jika kalian ingin
selamat dari api neraka
(B). Kenalilah musuh-musuh kalian dan tipudaya mereka sebagaimana

99
yang telah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa salam
beritakan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, ingat! Bahwasanya musuh
selama-lamanya tetap musuh, lawan kapanpun tetap lawan, meskipun
bertopeng kawan. Serigala tetap serigala meskipun berkulit domba,
musang tetap musang walaupun berbulu ayam. Sadarlah singa
tersenyum bukan mengucapkan salam kepada kalian tetapi hendak
menerkam dan membantai kalian, Zionis, Salibis, Komunis, Majusi
dan Kafirin lainnya serta antek-anteknya dari kaum zindiq dan
munafiqun adalah musuh-musuh bebuyutan kalian. Mereka adalah
pembawa dan pembela panji-panji kebathilan, kufur, syirik nifaq dan
riddah, sedang kalian adalah pembawa dan pembela panji-panji
kebenaran, Islam, Iman dan Tauhid. Sudah menjadi Sunnatullah
bahwasanya dua kelompok ini akan senantiasa bergolak dan
bertarung. (Q.S. An-Nisa’ (4): 76), (Q.S. Al-Hajj (22): 19-25). Dan lain
sebagainya, pergolakan dan pertarungannya adalah permanen hingga
hari kiamat.
Maka dalam hal ini, hanya ada satu dari dua pilihan, apakah
memihak kelompok yang membawa panji-panji kebenaran atau yang
mengusung panji kebatilan. Tidak ada pilihan yang ketiga, tidak ada
netral atau non blok dalam pergolakan ini. Kalau yang berperang Blok
Barat (Sekuler/Kapitalis) melawan Blok Timur (Komunis/ Sosialis),
minimal kita bersikap netral dan non blok. Kita tidak boleh memihak
salah satu minimal dari keduanya atau ke dua-duanya, sebab kedua-
duanya adalah musuh bebuyutan kita. Jika mampu bahkan wajib
memerangi kedua-duanya sampai mereka tunduk dan dibawah
kekuasaan Islam, dalam keadaan damai, keadilan bisa ditegakkan,
kemungkaran, kemaksiatan, perilaku keji dan kejahatan dapat
dicegahdan diredam. Setiap agama bebas menjalankan ibadahnya
sesuai dengan keyakinannya masing-masing dibawah perlindungan
syariat Islam. Masing-masing merasa bebas dan merdeka hidup di
bawah naungan Islam, semuanya bisa menikmati kebahagian hidup
sesuai dengan usahanya.
Tidak sebagaimana sekarang ini, karena yang memimpin dunia
orang-orang tolol yang tidak mengerti halal dan haram. Tidak
memahami kebenaran, sehingga mengatur dunia mengikuti hawa
nafsunya, maka akibatnya seluruh penduduk bumi, teraniaya, berduka
cita, menderita, sengsara, tidak pernah mengecapi kebahagiaan lahir
apalagi batin. Meskipun segala materi ada dihadapannya –kecuali
orang-orang yang dirahmati Allah- maka kembalilah kepada Islam
secara kaffah, sebab ia membawa rahmat bagi alam semesta. Jika
Islam yang kalian ikuti tidak sebagaimana Islam yang diikuti oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dan para shahabatnya
radiyallahu 'anhum, yang berkuasa di dunia dengan segala kehebatan
dan kekuatannya sehingga disegani oleh lawan-lawannya, maka
jangan kalian mimpi Islam kalian akan membawa rahmat bagi

1010
semesta alam.
Sebaliknya Islam kalian akan menjadi bahan permainan bagi
musuh-musuh Islam, seperti keadaan hari ini. Lihat Iblis Bush –
laknatullahi alaihi- yang senantiasa mendapat dukungan dari
penguasa munafiqin, dan ulama’-ulama’ Bal’amnya dengan sesuka
hatinya mempermain-mainkan Islam dan kaum muslimin dari hari ke
hari.

Kalian tentu masih ingat ketika Iblis Ariel Sharon –laknatullahi


alaihi- membunuh Asy-Syaikh Ahmad Yassin dengan brutalnya, lalu
dunia menyepakati untuk memboikot Israel. Tetapi negara pelacur
Amerika, negara syetan besar itu, dibawah pimpinan Iblis Bush –
laknatullahi alaihi- menggunakan hak hukum rimbanya (veto). Maka
dengan kepongahan dan kebrutalan Bush –laknatullahi alaihi- yang
selalu memihak kepada Israel itu, mendapat kecaman dan ultimatum
langsung dari pemimpin-pemimpin mujahidin –Al-Hammas- Asy-
Syaikh Abdul Aziz Rantisi rahimahumullah bahwasanya Bush adalah
musuh Islam dan beliau berjanji akan membunuhnya [8]. Maka dengan
tolol dan congkaknya si Iblis –laknatullahi alaihi- mengatakan, antara
lain “Bahwasanya kami tidak memerangi Islam, kami ingin
mempersatukan Islam dibawah demokrasi”. Coba fikirkan dengan
akal sehat kalian, apalagi jika dengan iman sehat kalian, mana ada
penghinaan yang lebih menyakitkan dari kata-kata iblis tersebut
terhadap kita, sebagai kaum mukminin.
Manusia Drakula yang berbuat durjana membantai beribu-ribu
kaum muslimin di sana-sini lalu dengan pongahnya konon ingin
mempersatukan kaum muslimin. Sebenarnya yang ingin dipersatukan
Bush –laknatullahi alaihi- adalah orang-orang munafiq, murtad.
Mustahil bagi seseorang yang masih ada iman sebiji iman dalam
hatinya mau diimpin oleh Iblis, dan mendukungnya bahkan
mencintainya, merasa gembira jika Bush gembira, dan merasa sedih
jika Bush ditimpa bencana. Sebaliknya jika mujahidin mendapat
kebaikan, mereka tidak senang dan jika mujahidin tertimpa musibah,
mereka senang (Q.S (9): 50). Orang-orang yang seperti inilah yang
disebut orang-orang munafiq yang akan Allah Ta’ala bakar di neraka
yang paling bawah (Q.S (4) : 145). Meskipun mereka sholat, puasa,
haji seribu kali dan sebagainya, tidak berarti sama sekali amalan
mereka, kecuali jika mereka bertaubat (Q.S (4) : 146) –Wallahu a’lam-
Sekali lagi waspadalah dan fahamilah tipudaya-tipudaya musuh-
musuh Islam agar kalian tidak tersesat. Hari ini diantara tipudaya,
pemecah belahan, taktik dan siasat yang dipergunakan oleh musuh-
musuh Islam untuk mengelabui orang-orang Islam dan memecah
belah mereka adalah dengan memunculkan dan mempropagandakan
ungkapan-ungkapan dan istilah-istilah yang bermuatan makar,
8[] dengan takdir Allah niat beliau ini tidak kesampaian akan tetapi beliau telah menang karena telah
berhasil menggondol titel Asy-Syahid –Insya Allah-

1111
misalnya : “Islam adalah agama damai, rahmatan lil alamin, bukan
agama yang keras dan tidak menyukai kekerasan.” Mereka membagi
Islam, ada Islam Ekstrem, ada Islam Moderat, ada istilah teroris,
ekstremis, fundamentalis radikal dan sebagainya dan sebagainya. Jika
ungkapan-ungkapan dan istilah-istilah seperti ini tidak kalian
kembalikan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, akan tetapi kalian
hanya mengikuti hawa nafsu, selera dan perasaan, maka kalian akan
terbius oleh propaganda syetan-syetan tersebut, dan kalian akan
merugi dan menyesal sendiri di kemudian hari.
Pada masa kini banyak dari kalangan kaum muslimin yang
terpengaruh dengan propaganda musuh-musuh Islam karena
kebodohannya. Maka begitu mujahidin dan para pejuang Islam
menyembelih dan membunuh orang-orang kafir tulen maupun kafir
munafiq baik di Pakistan, Afghanistan, negara-negara Arab, negara-
negara Eropa, Amerika, Rusia, Asia Tenggara, maupun yang lainnya,
langsung menanggapi dengan sinis. Bahkan karena sudah rusak iman
dan akalnya sampai ada yang mengutuk –al’iyadzubillah-. Tapi
sebaliknya jika yang dibantai dan ditimpa musibah para mujahidin,
ditanggapinya dengan dingin-dingin saja bahkan merasa suka sambil
berkata, itulah balasan terhadap para teroris dan orang-orang yang
melakukan kekerasan, bukankah agama Islam adah agama yang cinta
damai dan rahmatan lil alamiin?????
Wahai orang-orang yang masih tersisa iman dalam hatinya,
apakah kalian tidak pernah membaca Al Qur’an kitab suci dan
penuntun kita, ketahuilah bahwasanya didalam kitab suci kalian itu
berpuluh-puluh ayat yang memerintahkan kepada kalian agar
berjihad, berperang, membunuh, berbuat keras dan sebagainya, jika
kalian masih yakin dengan kitab kalian, silakan baca beberapa ayat
yang saya tunjukan ini : (Q.S. Al-Anfal (8) : 34), (Q.S. At-Taubah (5) :
14,15,29,36, 73, 111, 120, 121, 123), (Q.S. Muhammad (47) : 4-6),
(Q.S. Al-Maidah (5) : 54), (Q.S. Al-Fath (48) : 29), dan lain sebagainya.
Apakah kalian terlupakan bahwa membunuh orang-orang kafir
musuh-musuh Islam itu merupakan amal yang luar biasa fadhilah dan
keutamaannya. Camkan hadits shahih ini :
‫ا ععلعنيبه عوعسليعم عقاَعل عل يعنجتعبملع عكاَفبةر عوعقاَتبللهل بفي اليناَبر أعبعددا‬
‫صيلىَّ ي‬ ‫ععنن أعببي هلعرنيعرةع أعين عرلسوُعل ي‬
‫اب ع‬
“Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhum , bahwasanya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa salam bersabda : Tidak berkumpul orang kafir
dan pembunuhnya didalam neraka selama-lamanya” (H.R. Muslim
dalam shahihnya nomor 1891).

Adakah kalian tidak menyadari bahwa manusia junjungan kita,


serta tauladan kalian, tokoh-tokoh agung kalian, khususnya Nabi
Teragung Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam dan Khulafaur
Rasyidin (Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Al-Khattab, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib dan tokoh-tokoh besar lainnya radiyallahu

1212
'anhum ajma’in). mereka adalah orang-orang yang bersifat keras
kepada orang-orang kafir dan lemah-lembut kepada orang-orang yang
beriman (48: 29, 5:54).
Dan diantara kegiatan kegiatan utama mereka adalah berperang
dan membunuh orang-orang kafir. Tidak tahukah kalian bahwa
Baginda kita Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, hanya dalam 10
tahun menjadi imam negara Islam yang berpusat di Madinah,
menjalankan operasi jihad sebanyak 77 kali; 28 kali beliau pimpin
sendiri, sedang selebihnya, adalah brigade-brigade ekspedisi yang
dipimpin oleh salah seorang shahabat yang beliau tunjuk.
Coba bandingkan dengan ibadah haji beliau. Dalam riwayat,
setelah beliau hijrah hanya menunaikan ibadah haji sekali saja, dan
dalam riwayat lain dua kali. Maka dalam 10 tahun saja beliau telah
menguasai seluruh jazirah Arab, bahkan sudah sampai di wilayah
perbatasan negeri Syam. Kemudian pada masa Khulafaur Rasyidin
yang hanya 30 tahun saja, para shahabat telah berhasil
menumbangkan dua negara super power pada saat itu yaitu, Persia
(Majusi) dan Rumawi (Kristen), dan kekuasaan Islam pada saat itu
membentang ke negeri Sind di sebelah timur, ke negeri Khazar
(Kaspia), Armenia dan negeri-negeri Rusia di ujung utara, dan masuk
dalam kekuasaannya yang adil : negeri-negeri Syam, Mesir, Burqoh,
Tripoli dan negeri-negeri lain di benua Afrika.
Dan pada masa khilafah Bani Umayyah belum masuk tahun 102
Hijriyah, kekuasaan Islam menyebar luas lagi, sampai ke negeri-
negeri Sind dan sebagian besar wilayah India dan sampai ke
perbatasan negeri Cina, di bagian timurnya dan ke barat sampai ke
negeri Andalusia (Spanyol) di Eropa. Subhanallah. Dan seterusnya
dan seterusnya sampai runtuhnya dan hilangnya kekuasaaan
poemerintahan Islam yang terakhir dari bumi, yaitu Khilafah
Utsmaniyah di Turki, pada tahun 1924 M. akibat dari persekongkolan
jahat negara-negara Salibis (Inggris, Perancis, Italia dan Yunani) yang
dikendalikan oleh Zionis Internasional, bekerjasama dengan antek-
anteknya dari kaum munafiqin baik yang berada di Turki, seperti
Kamal Attaturk dan Ishmat Inonu dan sebagainya maupun yang
berada di negara-negara Arab –la’aainullaahi alaihi ajma’in-. Sehingga
kini pemerintahan Islam dalam arti kata yang sebenarnya menurut Al-
Qur’an dan As-Sunnah sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam dan para Salaf, belum bisa
bangkit lagi.
Adapun negara-negara yang pada biasa kita dengar dengan
sebutan-negara-negara Islam atau yang lebih sesuai sebagai negara-
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, pada
hakekatnya negara-negara tersebut pemerintahannya bukan
pemerintahan Islam tetapi merupakan boneka-boneka penjajah,
termasuk negara-negara Arab.
Kalian mesti pernah mendengar tentang kabar tentang revolusi,

1313
negara-negara Arab yang terjadi sekitar tahun 1917-an Masehi, dapat
disimpulkan revolusi itu itu adalah lari dari pangkuan pemerintahan
Islam di bawah kekuasaan Khilafah Utsmaniyah, masuk dalam ketiak
pemerintahan Kafir Salibis Inggris, Perancis dan sebagainya. Silahkan
anda baca sejarah berdirinya Kerajaan Saudi Arabia. Ia didirikan
dengan kekuatan Inggris, berwala’ kepada Inggris, dengan senjata
Inggris, dengan dana Inggris,. Raja pertamanya Abdul Aziz, menerima
gaji dari Inggris, lima ribu Junaih perbulannya, sesuatu jumlah uang
yang sangat besar pada saat itu. Diantara penyebab utama runtuhnya
Daulah Islamiyah atau Khilafah Islamiyah Utsmaniyah di Turki, adalah
persekongkolan jahat penjajah Salibis Inggris dengan Alu (Keluarga)
Saud. (Taujihat Manhajiyah I/17-18).
Maka janglanlah kalian merasa heran jika penguasa-penguasa
boneka Arab tidak terketuk sama sekali untuk membantu mujahidin
Palestina dalam memerangi negara-Zionis Israel. Bagaimana mereka
mau memerangi Israel, sedang mereka sama-sama tunduk dibawah
satu boss (waktu itu antara Israel dan boneka Arab dibawah satu
koordinasi Inggris, penulis menyebut kepemimpinan Inggris sebagai
boss-ed). Berdirinya negara mereka atas prakarsa sang boss,
demikian juga berdiri negara Israil pada tahun 1948 pun atas
prakarsa boss. Siapa bossnya? Siapa lagi kalau bukan Zionis dan
Salibis. Bagaimana mereka para boneka-boneka salibis zionis yang
mengaku beragama Islam itu akan membantu para mujahidin, justru
yang paling mereka takuti adalah jika mujahidin atau Islam menang,
sebab mereka yakin dengan kemenangan Islam akan menggusur
kekuasaan batilnya dan menghancurkan singgasananya.
Kemudian apa yang dimaksud “Agama Islam adalah agama yang cinta
damai.” Saya tidak tahu sumber ungkapan ini berasal darimana,
apakah dari ahlul ilmi ataukah ucapan orang awam. Taruhlah jika
ungkapan itu benar, bukan berarti karena Islam cinta damai maka
tidak suka berperang, tidak suka kekerasan, tidak suka senjata, tidak
suka bom dan sebagainya, sebab petunjuk Rasulullah shallallahu
'alaihi wa salam, tidak seperti itu. (buka firman Allah surat Al Anfal
(8): 61-62 dan surat Muhammad (47) : 35). Pada ayat 61 surat Al-Anfal
tersebut bermaksud, jika musuh cenderung kepada perdamaian, maka
kaum mukminin disuruh agar cenderung kepadanya, dengan kata lain
jika musuh mengajak damai terimalah ajakan itu. Menurut Ibnu
Abbas, Mujahid, Zaid bin Aslam, Atho’ Al Khurasaini, Ikrimah, Al
Hasan dan Qotadah ; bahwa ayat ini telah termansukhkan dengan
ayat pedang pada surat At-Taubah (9): 29. sedangkan ayat 35 dari
surat Muhammad, kaum mukminin dilarang meminta damai, kenapa
dilarang? Sebab kaum mukminin itu lebih tinggi daripada musuhnya,
sedang minta damai adalah sifat orang yang kalah dan hina.
Agar lebih jelas maksud darikata damai, maka baiklah kita lihat
secara ringkas sirah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam.

1414
Selama beliau dan para shahabat 13 tahun berada di Mekkah dalam
keadaan tertindas, pada waktu itu belum muncul istilah damai,
bagaimana berdamai dengan penguasa thaghut dari mereka, sedang
diri mereka diancam, diintimidasi, disiksa dan sebagainya, kebrutalan
orang-orang musyrik mereka hadapi dengan sabar dan berhijrah,
sebab pada waktu itu belum diizinkan untuk berperang (Q.S. An-Nisa’
(4): 77).
Setelah beliau berhijrah ke Madinah dan mendirikan
pemerintahan Islam disana, barulah ada ikatan perjanjian damai
dengan penguasa-penguasa lain baik Yahudi, kabilah-kabilah maupun
musyrikin Quraisy karena kekuatan kaum Muslimin belum cukup
untuk menundukkan mereka, disamping banyak lagi hikmah-hikmah
yang lain. Dalam masa-masa terikat perjanjian damai kaum mukminin
senantiasa memenuhi perjanjian, tetapi pihak kuffar selalu berkhianat
khususnya orang-orang Yahudi.
Yahudi Bani Nadhir berkhianat, bermakar hendak membunuh
Nabi shallallahu 'alaihi wa salam, maka mereka diusir dari kampung
halaman mereka, (Q.S. Al-Hasyr (59): 2-5).
Yahudi Bani Qoinuqo’ mengganggu dan sengaja melecehkan
seorang perempuan muslimah di pasar dengan menarik dan merobek
jilbabnya, akhirnya merekapun diperangi dan diusir.
Dan Yahudi Bani Quraidhah lebih hebat dan berbahaya
pengkhianatannya yaitu bersekongkol dengan musyrikin Quraisy
untuk menyerang kota Madinah, sebagai pusat pemerintahan pada
saat itu. Maka hukuman ganjaran bagi mereka adalah, laki-laki
dewasa dibunuh, perempuan dan anak-anak menjadi tawanan dan
harta bendanya menjadi ghonimah. Kemudian laki-laki dewasa dibawa
ke pasar Madinah dan di seru masuk Islam, semua menolak kecuali
dua orang yang masuk Islam, yang lain berjumlah tujuh ratus orang
ditebas tengkuknya oleh Az-Zubair dan Ali bin Abi Thalib radiyallahu
'anhum, dan dikuburkan dalam lubang di pasar tersebut yang sudah
dipersiapkan sebelumnya. Subhanallah.
Adapun bentuk damai dengan orang-orang kafir pada waktu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam telah memiliki kekuatan yang
cukup dan banyak. Yaitu orang-orang kafir hidup damai dibawah
payung pemerintahan Islam sebagai Ahludz dzimmah, dipungut
bayaran jizyah sekali dalam setahun, bagi laki-laki dewasa dan
mampu, dan bayarannya pun tidak begitu mahal. Tuntutan bayaran
zakat kepada penduduk yang muslim lebih banyak jumlahnya, sebab
tujuan pokok pembayaran jizyah bukan untuk mendzholimi mereka
atau untuk memperkaya pemerintah, tetapi sebagai pengakuan dan
keta’atan secara resmi mereka, terhadap pemerintahan Islam dan
imbalan dari pemenuhan kewajibannya memperoleh hak mendapat
jaminan darah maupun hartanya. (Q.S. At-Taubah (9): 29).
Demikianlah bentuk kedamaian yang dapat dinikmati oleh
ahludz-dzimmi, mereka memperoleh hak-hak sebagai rakyat

1515
sebagaimana yang diperolehi rakyat yang muslim tentunya sesuai
dengan aturan syariat. Bahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam
bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang menyakiti seorang dzimmi,
maka aku menjadi lawannya di hari kiamat” (Hadits Hasan dari jalur
Ibnu Mas’ud). Tetapi jika mereka berkhianat, batallah ikatan janjinya
dan darah serta hartanya tidak terjamin lagi. (Minhajul Muslim, hal
256), dan (Tafsir Ibnu Katsir 4/195).
Sebagai tambahan, tatkala pemerintahan Islam telah kuat dan
mampu menghadapi penguasa-penguasa atau kekuatan-kekuatan
kafir, maka ketika itu pemerintahan Islam memberikan tiga alternatif
pilihan kepada mereka:
1. Diseru masuk Islam, jika bersedia akan selamat, dunia
dan akherat, selamat di dunia dari serangan mujahidin
dan di akhirat –Insya Allah- terselamatkan dari siksa
neraka. Jika mereka enggan dengan pilihan pertama,
maka:
2. Berdamai dan bersedia membayar jizyah sebagai
ahludz-dzimmi. Jika masih tetap tidak mau maka pilihan
terakhir bagi mereka adalah:
3. Perang.
Oleh karena itu, pemerintahan Islam wajib melakukan jihad
ekspansi minimal satu kali dalam satu tahun, lebih dari itu tentu lebih
baik sehingga tidak tinggal di muka bumi selain muslim atau musalim
(orang kafir yang suka damai). Demikian menurut pendapat Imam
Asy-Syafi’i dan para pengikutnya, begitu juga Imam Al Haramain Al
Juwaini dan Ibnu Qudamah (Bisa saudara lihat di Masyari’ul Asywaaq,
karangan Ibnu Nuhhas, syahid tahun 814 H, di Mesir, tahdzib dan
tahqiq oleh Dr. Sholah Abdul Fattah Al Kholidi hal 35).
Seterusnya apa yang dimaksud Rahmatan lil Alamiin? Allah
Ta’ala berfirman (Q.S. Al-Anbiya’ (21): 107):
‫ك إبليعرنحعمةد لقنلععاَلعبميعن‬
‫عوعمآَ أعنرعسنلعناَ ع‬
Artinya: “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, (Muhammad
shallallahu 'alaihi wa salam) melainkan utnuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam”
Orang-orang yang kurang ilmu dan pengalaman, memandang
sosok pribadi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, bagaikan orang
buta meraba dan memegang tubuh gajah. Jika yang ia pegang
kebetulan dua gadingya, maka gajah yang tergambar pada fikirannya
adalah seperti dua bayonet tajam yang terhunus. Jika sentuhan
tangannya mengenai telinganya, maka gajah terbayang seperti
sebuah kipas. Jika mengenai kakinya, menganggap seperti pohon atau
batang kayu. Jika badannya, maka anggapannya seperti batu raksasa
dan seterusnya. Maka informasi tentang gajah dari karakternya yang
diperoleh dari orang buta tidak boleh diterima begitu saja, sebab
tidak utuh.
Orang-orang Barat khususnya Yahudi dan Salibis karena

1616
kedengkiannya terhadap Islam dan kesempurnaannya, memandang
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam, dari segi kerasnya dan
jihadnya saja. Sehingga yang tergambar pada benak mereka, adalah
seorang teroris. Sebaliknya orang-orang Islam kebanyakannya –
kecuali yang dirahmati Allah – tidak pernah terbayang dalam
pikirannya bahwa belau shallallahu 'alaihi wa salam, adalah bersikap
keras terhadap musuh-musuhnya.
Diantara program utama hidupnya adalah perang, diutus sebagai
nabi terakhir dengan pedang. Dalam sebuah hadits shahih riwayat
Imam Ahmad dari Abdullah bin Umar radiyallahu 'anhum, beliau
besabda,
‫ك لعسسهل عولجبعسسعل برنزقبسسي تعنحس ع‬
‫ت بظسسقل‬ ‫ف عحيتىَّ يلنعبععد ال تعععسساَعلىَّ عونحسسعدهل لع عشسبرني ع‬
‫ي اليساَععبة بباَليسني ب‬ ‫) بلبعنث ل‬
‫ت بعنيعن يععد ن‬
.(‫ف أعنمبري عوعمنن تععشبيهع ببقعنوُرم فعهلعوُ بمننهلنم‬ ‫صعغاَلر عععلىَّ عمنن عخاَلع ع‬‫لرنمبحي عولجبععل القذيل عو ال ي‬
Artinya : “Aku diutus mendekati hari kiamat dengan
pedang, sehingga Allah disembah satu-satu-Nya, tidak ada
sekutu bagi-Nya, dan dijadikan rizkiku di bawah naungan
tombakku, dan dijadikan hina dan kerdil atas orang yang
menyelisihi peritahku, dan barangsiapa yang menyerupai
dengan suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka”
(H.S.R. Imam Ahmad).[9]
Yang terbayang pada benak mereka hanyalah, beliau shallallahu
'alaihi wa salam adalah sebagai seorang Nabi yang penyantun,
penyabar, lemah lembut, dilempar kotoran pun tak marah, dicemooh
dan diolok-olok pun tidak pernah membalas, tidak pernah
mengganggu orang lain, dan sifat-sifat terpuji lainnya.
Adapun yang sebenarnya, seluruh sifat-sifat yang mulia dan yang
terpuji terdapat pada diri Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, yang
keras maupun yang lemah lembut. Beliau keras pada waktu harus
bersikap keras, dan bersikap lemah lembut pada masa-masa mesti
berlemah-lembut. Perlu disadari, bahwa Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa salam adalah Nabi dan Rasul terakhir, kedatangannya
sebagai penyempurna bagi seluruh nabi-nabi dan rasul-rasul
sebelumnya. Oleh karena itu, segala keutamaan yang ada pada diri
para Anbiya’ dimiliki oleh beliau. Maka beliaulah yang dipilih Allah,
Ta’ala, menjadi manusia yang paling utama, paling mulia dan paling
sempurna yang pernah hidup di muka bumi, bahkan yang paling
terkemuka dari pada segala makhluk yang ada.
Beliau bisa menjadi contoh dan suri tauladan dalam segala segi
kehidupan, semua lapisan masyarakat bisa meneladaninya. Sebab
beliau sebagai kepala negara yang kekuasaan wilayahnya begitu
luasnya, sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, beliau juga
sebagai seorang Qodhi (hakim), seorang pendidik, pengajar, suami,
pedagang, majikan, pernah juga menjadi karyawan (pekerja yang
memperoleh gaji), sebelum diangkat sebagai Rasul dan lain
9[] HR. Ahmad dan Al-Thabrani. Dishahihkan syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ Shaghir 1/545 no. 2831
dan Irwaul Ghalil Takhriju Manari Sabil no. 1269.

1717
sebagainya.
Allah Ta’ala berfirman: (Q.S. Al-Ahzab (33): 21).
‫ليقعند عكاَعن لعلكنم بفي عرلسوُبل اب ألنسعوُةة عحعسنعةة لقعمن عكاَعن يعنرلجوُا اع عوانليعنوُعم نالعبخعر عوعذعكعر اع عكبثيدرا‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang
yang mengharap Allah dan hari akhir dan banyak berzikir
kepada Allah”
Ayat yang mulia ini merupakan dalil agung dalam hal meneladani
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, pada ucapannya,
perbuatannya dan keadaan-keadaannya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala
memerintahkan kepada manusia agar meneladani beliau pada perang
Al-Ahzab, beliau menghadapi perang itu dengan sabar, menguatkan
kesabaran, senantiasa siap siaga dan bermujahadah sambil menunggu
kelapangan, walaupun musuh-musuh Islam, tentara sekutu dan koalisi
telah mengepung daulah Islamiyah Madinah dari segala penjuru.
Maka jika kita perhatikan dengan seksama ayat tersebut (Q.S. 33:
21), terletak ditengah ayat-ayat yang menceritakan perang Ahzab,
baik sebelum maupun sesudahnya. Namun itu tidak berarti kita hanya
disuruh untuk meniru perangnya saja. Sebab ayat itu untuk umum,
hanya saja yang wajib menjadi perhatian, karena umat ini kebanyakan
telah terjangkit, penyakit dan kuman kehidupan sufi baik dalam cara
beribadah maupun manhaj hidup, maka peneladanan pada diri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam, dalam hal yang berhubungan
dengan perang yang menentukan Izzul Islam Wal Muslimin, setelah
iman justru tidak diindahkan sama sekali, tidak pernah dibicarakan,
bahkan tidak terbayangkan sedikitpun –kecuali yang dirahmati Allah-.
Inilah diantara penyebab utama kehinaan kaum muslimin pada masa
kini.

Presiden Amerika Serikat George W. Bush, terhuyung-huyung karena


dongengan-dongengan kehebatan Amerika hilang dan musnah dalam
beberapa kejap mata saja, dalam jumpa persnya lima hari setelah
ambruknya WTC, dan porak-porandnya markas angker Pentagon,
tepatnya pada hari Ahad tanggal 16/09/2001 Masehi bertepatan
dengan 28/06/1422 Hijriah. Presiden yang sedang duka dan sedih
serta kalang-kabut itu tidak mampu menyembunyikan aqidahnya yang
sebenarnya. Yang selama ini ditutup-tutupi dengan berbagai kedok
dan sandiwara, dengan jelas dan gamblang dalam jumpa pers itu ia
menyatakan sebagai berikut : “This crusade, this war on
Terrorism, is going to take a long time”, maksud dari ucapannya-
qotalalloh- Ini Perang Salib, perang melawan teroris, ini akan
memakan waktu yang lama.
Coba bayangkan ! Sudah jelasnya seperti itu, bagaikan matahari
di siang bolong masih juga ada diantara kaum muslimin yang
menyatakan bahwa Bush tidak memerangi Islam. Jika ucapannya dan
anggapan seperti ini datang dari para penguasa dan Bal’am-Bal’am

1818
mereka yang arab maupun yang ajam, kita tidak perlu heran sebab
mereka adalah orang-orang munafiq sudah menjadi sunnatullah
bahwa orang-orang munafiq itu akan senantiasa bekerjasama dengan
orang-orang kafir dalam memerangi Islam dan kaum muslimin. (Q.S.
Al-Hasyr (59): 11) dan lain sebagainya).
Dan bukalah sekali lagi sejarah! Kalian akan mendapati kaum
munafiqin senantiasa bergentayangan dalam panggung sejarah Islam.
Yang kita sayangkan adalah orang-orang Islam yang masih ada sisa
iman dalam hatinya, tetapi karena kurangnya ilmu dan pengalaman
sehingga terpengaruh dengan sihir dan ucapan manis yang keluar
dari mulut orang-orang kafir, zindiq dan munafiq.
Dengan demikian, meskipun Amerika dan Eropa telah menabuh
genderang Perang Salib dengan cara yang lebih licik dari perang-
perang salib sebelumnya, antara lain dengan dalih memerangi teroris,
mereka membantai kaum mukminin dimana-mana, dan
menghancurkan negara mereka dan menguasainya.
Sementara itu kaum muslimin dengan kebodohannya –kecuali
yang dirahmati Allah- masih tetap memegangi prinsip sesatnya,
katanya: “Agama Islam itu agama yang tidak suka peperangan, tidak
suka kekerasan, tidak suka persenjataan, tidak suka bom, agama
rahmatan lil alamin (rahmatan lil alamin menurut udelnya)”, dan lain
sebagainya.
Kita kembali kepada firman Allah (Q.S. Al-Anbiya), apa yang
dimaksud dengan rahmatan lil ‘alamin ‫عرنحعمسسةد لقنلععسساَلعبميعن‬, “menjadi rahmat
bagi semesta alam”. Dalam tafsir Ibnu Katsir dinyatakan bahwa
dengan ayat tersebut Allah Ta’ala memberitahukan bahwasanya Allah
menjadikan Nabi Muhammad sholallohu alaihi wa sallam, sebagai
rahmat bagi mereka seluruhnya. Maka barangsiapa yang mau
menerima rahmat itu dan mensyukuri nikmat ini, ia akan hidup
bahagia di dunia dan di akherat. Dan sebaliknya, barangsiapa yang
menolak rahmat dan mengingkari nikmat itu, ia akan rugi di dunia
dan di akherat, sebagaimana firman Allah Ta’ala (Q.S. Ibrahim (14):
28-29) dan (Q.S. Fushilat (41): 44).
Diutusnya Nabi Muhammad sholallohu alaihi wa sallam adalah
menjadi rahmat bagi orang yang beriman dan bagi orang kafir. Bentuk
rahmat yang dicapai oleh orang-orang yang beriman sudah jelas
seperti yang disebutkan diatas. Maka yang menjadi pertanyaan,
rahmat apa yang diperoleh orang-orang kafir dengan diutusnya Nabi
Muhammad sholallohu alaihi wa sallam, sebagai Nabi dan Rasul
terakhir? Dalam dua buah atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu
Hatim dan Ath-Thabrani, Ibnu Abbas rhodiyalloohu anhum dalam
mentafsirkan ayat ‫ك إبليعرنحعمسسةد لقنلععسساَلعبميعن‬
‫ وععمسسآَ أعنرعسسسنلعناَ ع‬berkata: “Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir atau mengikuti Rasulullah
sholallohu alaihi wa sallam, maka ia akan mendapat rahmat di dunia
dan di akherat. Dan barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya atau tidak mengikutinya akan (tetap diadzab oleh Allah)

1919
dihindarkan dari siksaan secara langsung sebagaimana yang
ditimpakan terhadap umat-umat sebelumnya, seperti dilenyapkan dari
bumi, dirubah menjadi monyet dan dihujani batu dari langit”
Dalam sebuah hadits yang agak panjang yang diriwayatkan oleh
Ath-Thabrani, bahwa Abu Jahal mengatakan kepada kepada orang-
orang Quraisy yang isinya makar dan menyudutkan Rasulullah
sholallohu alaihi wa sallam dan para pengikutnya, maka begitu berita
itu sampai kepada beliau, beliau bersabda :

‫هلل علعنقتللعنيهلنم عو علل ع‬،‫عواليبذي نعنفبسي ببيعبدبه‬


‫هلل إبقني عرنحعمةة بععععثنبعي ل‬،‫صلقبعنيهلنم عو علعنهبديعنيهلنم عوهلنم عكاَبرلهوُعن‬
‫اسس عو لع يعتععوُيفسساَبني‬
‫ظبهعر ال بدينعهل‬ ‫ىَّ يل ن‬
‫عحت ي‬
Artinya: “Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya,
sungguh benar-benar aku akan membunuh mereka dan
menyalib mereka, serta menunjukkan mereka, sedang
mereka tidak menyukainya. Sesungguhnya aku diutus Allah
menjadi rahmat dan Allah tidak akan mewafatkanku.
Sehingga Allah memenangkan dien (agama)-Nya” “H.R Ath-
Thabrani”
Dalam hadits marfu’ dari Abdullah bin Umar rhodiyalloohu
anhum berkata, Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
‫ض آعخبريعن‬ ‫ت ببعرنفبع قعنوُرم عوعخنف ب‬ ‫إبين اع بععععثنبي عرنحعمةد لمنهعداةد بلبعنث ل‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah mengutusku menjadi rahmat
lagi menjadi petunjuk [10] aku diutus dengan mengangkat
suatu kaum, dan merendahkan yang lainnya, (maksudnya
mengangkat kaum yang beriman dan merendahkan kaum
yang kafir-pen)” (Tafsir Ibnu Katsir 3/210-211).
Demikianlah penjelasan rahmatan lil ‘alamin, jadi bukan berarti
tidak suka perang, tidak suka membunuh orang kafir, tidak mengenal
kekerasan, yang dikenali hanya lemah lembut, lembek dan mengalah.
Sungguh tidak demikian.
Agar supaya kita tidak termakan dan terpengaruh dengan istilah-
istilah bermuatan makar yang dipropagandakan ahlul kitab, atau
musuh-musuh Islam, maka teladanilah sikap dan keberanian Imam
kita dibawah ini:
1. Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i rahimahullahu wa
rhodiya anhu, ketika beliau dituduh sebagai seorang rafidhi
(pengikut syiah rafidhah), maka dengan tegasnya beliau
mengatakan, “Jika yang dimaksud rafidhah, adalah orang
yang benar-benar mencintai keluarga Muhammad sholallohu
alaihi wa sallam, maka supaya manusia dan jin menyaksikan
bahwasanya aku seorang rafidhi.”
2. Imam Abul Abbas Ahmad Ibnu Taimiyah rahimahullahu wa
rodhiya anhu menyatakan, “Jika yang dituduh sebagai

10[] Minta tolong kepada akhi kita yang memiliki kesempatan untuk mencarikan makna yang lebih sesuai dengan,
maksud hadits, ana masih ragu kebenaran arti tersebut (menjadi petunjuk)

2020
nashibah orang-orang yang benar-benar mencintai shahabat-
shahabat Nabi sholallohu alaihi wa sallam, maka agar
manusia dan jin menyaksikan bahwa sesungguhnya aku
adalah seorang nashibi.”
3. Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyah rahimahullahu wa rodhiya
anhu, menyatakan, “Jika yang dituduh sebagai mujassim
adalah orang-orang yang mengitsbatkan shifat-shifat Allah
dan mensucikan-Nya dari setiap takwil yang diada-adakan,
maka dengan memuji Allah sebagai Rabb-ku sesungguhnya
aku adalah seorang mujassim, kemarilah kalian untuk
menyaksikan”
4. Imam Asy-Syahid Abdullah Yusuf Azzam, rahimahullahu
wa rodhiya anhu, menyatakan:
a) Jika yang kalian maksud fundamentalis adalah orang-
orang yang Iman, Tauhid dan Islamnya benar
sebagaimana yang di bawa Rasulullah sholallohu alaihi wa
sallam, maka saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang
fundamentalis.
b) Jika yang kalian maksud ekstrimis orang-orang yang
melakukan i’dad untuk memerangi musuh-musuh Allah,
maka saksikanlah bahwasanya kami adalah orang-orang
yang ekstrem.
c) Jika yang kalian maksud dengan teroris adalah orang-
orang yang berjihad, maka saksikanlah bahwa
sesungguhnya kami adalah para teroris, (lihat ceramah-
ceramah beliau yang terhimpun dalam Tarbiyah Jihadiyah
atau yang lainnya).

[7]. Nasehat Ketujuh


Kembalilah kepada Jihad karena ia adalah perintah Allah yang
wajib dilaksanakan, bahkan menurut sebagian ahlul ilmi, setelah
sirnanya kedaulatan dan kekhilafahan Islam dari muka bumi dan
negara-negara kaum muslimin dikuasai orang-orang kafir, maka jihad
menjadi fardhu’ain atas seluruh kaum muslimin, Allamah Abdul Qadir
bin Abdul Aziz rahimahumullah, berkata, “...Dari sini jelaslah
bahwasanya jihad hampir menjadi fardhu ‘ain atas seluruh kaum
muslimin pada masa sekarang ini. Khususnya apabila orang-orang
kafir telah turun di suatu negeri. Hari ini kebanyakan negeri-negeri
kaum muslimin diperintah dan dikuasai oleh orang-orang kafir, baik
penjajah asing yang kafir maupun pemerintah setempat yang kafir,
dan apabila jihad telah menjadi fardhu ain, maka meninggalkannya
termasuk dosa-dosa besar karena adanya ancaman siksa dalam
masalah ini, bahkan termasuk dari tujuh dosa-dosa besar
sebagaimana yang tertera dalam hadits Nabi sholallohu alaihi wa

2121
sallam” (lihat Al ‘Umdah fie I’dadil ‘Udah[11]).
Sesungguhnya nash-nash atau dalil-dalil yang menerangkan dan
memerintahkan berjhad banyak sekali dalam Al-Qur’an maupun As-
Sunnah, bahkan beratus-ratus, lebih banyak daripada yang
menerangkan perihal shalat, zakat, puasa dan haji. Namun
masalahnya bukan terletak pada dalil, akan tetapi masalahnya
terletak pada iman dan hati. Orang yang iman dan hatinya sehat akan
senantiasa siap dan sedia untuk melaksanakan perintah-perintah
Allah, baik perintah itu pada dzahirnya atau menurut fikirannya,
menguntungkan dirinya atau merugikannya. Sebab iman dan
keyakinannya lebih dominan pada dirinya, daripada perasaan dan
fikirannya. Ia yakin dan telah berhusnudzan kepada Allah, bahwa
setiap perintah-Nya akan berdampak dan berakibat baik. Jika ia
laksanakan, maka ia menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya.
Perhatikan suri tauladan kita Nabiyullah Ibrahim alaihi salam
diperintahkan untuk menyembelih putranya yang dicintainya
Nabiyullah Ismail alaihi salam. Beliau tanpa berfikir panjang ---
karena itu adalah perintah dari Allah---, maka terus dikerjakan. Begitu
juga dengan Nabi besar junjungan kita Muhammad sholallohu alaihi
wa sallam, beliau diperintahkan Allah untuk memerangi pasukan
kaum musyrikin Quraisy yang dipimpin Abu Jahal yang jumlahnya
berlipat ganda, lengkap dengan peralatan perangnya, sedangkan
pihak kaum muslimin yang dipimpin oleh beliau jumlah pasukannya
sedikit dengan peralatan perang yang seadanya. Menurut perasaan
dan fikiran, pasukan Islam akan kalah dan hancur. Tetapi karena ini
adalah perintah Allah, dengan berbekal iman yang teguh
dilaksanakan. Demikian pula para Anbiya’ yang lain, para Shiddiqin,
para Syuhada’ dan para Shalihin dalam menjalankan perintah-
perintah Allah. Mereka menunaikan perintah-perintah-Nya, atas dasar
cinta mereka kepada Allah, takut akan murka dan siksa-Nya dan
mengharap ridha dan surga-Nya, bukan karena maslahat duniawi
semata.
Adapun orang-orang yang beriman dan hatinya berpenyakit,
tidak demikian halnya. Mereka menyembah dan menjalankan perintah
Allah tidak sepenuh keyakinannya, dengan berada di tepi-tepi saja,
(Q.S. Al-Hajj (22): 11), apalagi jika penyakit “Al-Wahn” ( ‫ب اليدننعياَ عوعكعرابهييسسةل‬ ‫لح ي‬
‫ت‬ ُ‫و‬
‫ع ب‬‫ن‬ ‫م‬‫ل‬‫ن‬ ‫)ا‬ cinta dunia dan takut mati, atau “( ‫ل‬ ‫ع‬
َ‫تا‬
‫ب ب‬ ‫ق‬‫ل‬‫ن‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫ة‬‫ي‬ ‫ي‬‫ه‬ ‫را‬ ‫ع‬
‫ك‬
‫ع ع ع ب‬‫و‬ َ‫يا‬ ‫ن‬
‫ن‬ ‫ي‬
‫د‬ ‫ال‬ ‫ب‬
‫ي‬ ‫ح‬
‫ل‬ )” cinta dunia
dan benci perang, telah menjadi kronis pada dirinya. Maka orang-
orang seperti ini akan menolak “jihad”, sebab jihad tidak dapat
memenuhi nafsu syahwatnya, dan lebih buruk lagi jika fitnah
syahwatnya dipertahankan dan didukung oleh fitnah syubuhatnya,
karena malu mengakui kelemahan diri dan imannya di hadapan para
pengikutnya. Padahal kalau dengan ksatria mengakui kelemahannya,
akan lebih baik lagi bagi dirinya di hadapan Allah, maupun di hadapan
11[] Abdul-Qadir bin Abdul-Aziz, Al-Umdah fi I'dadil 'Uddah, hal 29, Oman, Darul Bayariq, cet , 1420 H /
1999 M.

2222
manusia. Namun hal ini tidak ditempuhnya, demi mempertahankan
status quonya. Malah dengan beraninya menipu diri sendiri, menipu
Allah, menipu orang-orang yang beriman. Katanya; Itu bukan jihad
yang sebenarnya, atau jihad bukan perang saja, mencari nafkah untuk
keluargapun jihad, berkecimpung dalam arena dakwah dan tarbiyah
pun jihad, berdagang dan bertanipun jihad, membuang sampah dan
membersihkan saluran pembuangan air pun jihad, menceburkan diri
dalam pesta demokrasi ala orang kafir juga bisa disebut jihad dan
sebagainya dan sebagainya.
Begitulah kebanyakan kaum muslimin, terutama pimpinan-
pimpinannya, dalam menyikapi perintah jihad –kecuali yang dirahmati
Allah-. Sungguh Maha Benar Allah Ta’ala dengan segala firman-Nya,
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat: Al-Baqarah (2): 216,
‫ب ععلعنيلكلم انلقبعتاَلل عوهلعوُ لكنرهلل ليلكنم عوعععسىَّ عأن تعنكعرلهوُا عشنيدئاَ عوهلعوُ عخني للر ليلكنم عوعععسىَّ عأن تلبحيبوُا عشنيدئاَ عوهلعوُ عشرَر‬
‫لكتب ع‬
‫ليلكنم عوال يعنعلعلم عوعأنتلنم لع تعنعلعلموُعن‬
Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal
berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci, boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat
buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak
mengetahui”
Belum sampaikah kepada kalian kecaman, celaan dan ancaman
Allah Ta’ala melalui firman-firman-Nya dan sabda-sabda Rasul-Nya
terhadap orang-orang yang meninggalkan jihad karena tidak
menyukainya dan ancaman itu akan menimpa mereka baik di dunia
maupun diakherat?
Silahkan anda baca firman Allah ini (yaitu Al-Qur’an Surat: At-
Taubah (9): 24, 38, 39) dan sebagainya, dan beberapa hadits dibawah
ini:

‫السس ععلعنيلكسسنم لذللد ل يعننبزلعسسهل‬ ‫ع عوتععرنكتللم انلبجعهاَعد عسسسلي ع‬


‫ط ي‬ ‫ب انلبعقعبر عوعر ب‬
‫ضيتلنم بباَليزنر ب‬ ‫إبعذا تععباَيعنعتلنم بباَنلبعينعبة عوأععخنذتلنم أعنذعناَ ع‬
‫عحيتىَّ تعنربجلعوُا إبعلىَّ بدينبلكم‬
Artinya: “Apabila kalian telah berjual beli dengan ‘inah
(salah satu dari bentuk riba), dan kalian mengambil ekor-
ekor lembu dan suka bercocok tanam dan kalian
meninggalkan jihad, Allah akan menguasakan kehinaan
keatas kalian dan tidak mencabutnya sehingga kalian
kembali kepada dien (agama) kalian” H.S.R. Abu Daud dan
Imam Ahmad.[12]
Yang dimaksud dengan hatta tarji’uu ilaadiinikum (khot arabnya),
(sehingga kalian kembali kepada dien kalian) ialah : kembali
menunaikan kewajiban yang Allah wajibkan atas kalian yaitu berjihad
memerangi orang-orang kafir, menegakkan dien dan menolong Islam
dan kaum muslimin. (“Masyaari’ul Asywaaq” Ibnu Nuhhas –Asy-
12[] HR. Abu daud. Al-Daulabi, Ibnu ‘Adi, Al-Baihaqi, Al-Thabrani dan Ahmad. Dishahihkan syaikh Al-
Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah 1/42 no. 11, Shahih Jami’ Al-Shaghir 1/136 no. 423.

2323
Syahid- tahdzib halaman 41).
‫ت مولمممنم يمنغممزز مولمممنم‬‫ "ممممنن مممماَ م‬:‫صيلىَّ ال عععليبه عوعسسليعم‬ ‫ عقاَعل عرلسوُلل اب ع‬:‫ضعي ال ععننعه؛َ عقاَعل‬ ‫ععنن أعببي هلعريعرةع عر ب‬
"‫ق‬ ‫شنعبمةة همنن نهمفاَ ة‬‫ت معملىَ ز‬ ‫يزمحددنث بههه نمنف م‬
‫سزه؛ُ مماَ م‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah rhodiyalloohu anhum dari
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, bersabda,
“Barangsiapa yang mati dan belum pernah berperang, dan
tidak terdetik dalam dirinya dengannya (untuk berperang),
ua mati diatas cabang dari kemunafikan.” (H.S.R. Imam
Muslim dalam kitab “Imarah (Kepemimpinan)” Bab Celaan
Terhadap Orang yang Belum Berperang).
ِ‫ف مغاَهزييماَ هفمي‬ ‫ "ممنن لمنم يمنغمزز أمنو يزمجدهمنز مغاَهزييماَ أمنو يمنخلزمم ن‬:‫صيلىَّ ال ععلعنيبه عوعسليعم؛َ قعاَعل‬ ‫ععنن أعببي ألعماَعمسةع ععبن النيببقي ع‬
"‫أمنهلههه بهمخنيةر؛ُ مأصَمماَبمهز از بهمقاَهرمعةة قمنبمل يمنوهم انلقهمياَممهة‬
Artinya : “Dari Abu Umamah Al Bahili rhodiyalloohu anhum
dari Nabi sholallohu alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa yang tidak pernah berperang, atau
menyiapkan orang yang berperang, atau mengurus
keluarga orang yang berperang dengan baik, Allah akan
menimpakan kepadanya suatu bencana sebelum hari
kiamat” (H.S.R Abu Daud dan Ibnu Majah, dalam kitab
Jihad, masing-masing dengan jalur periwayatan dan sanad
Shahih ).
Janganlah kita menyangka bahwa diri-diri kita akan dengan
mudah dapat masuk surga tanpa berjihad melawan musuh-musuh
Islam, perhatikan firman Allah berikut (Al-Qur’an Surat: Al-Baqarah
(2): 214, Al-Qur’an Surat: Ali Imran (3): 142, dsb ).
Dan di dalam sebuah hadits shahih diriwayatkan sebagai berikut:
‫ي‬ ‫ط ععلع ي‬ ‫ عفاَنشتععر ع‬,‫صيلىَّ ال عععليبه عوعسليعم بللعباَيبععهل عععلىَّ نابلنسلعبم‬ ‫ت عرلسوُعل اب ع‬ ‫ أعتعني ل‬: ‫ضعي ال ععننهل عقاَعل‬ ‫صييبة عر ب‬ ‫صاَ ب‬ ‫ععنن بعبشيبر نببن انلعخ ع‬
‫ت عو‬ ‫ضاَعن عوتلعؤقدي اليزعكسساَةع عو تعلحسسيج نالبعنيسس ع‬ ‫صوُلم عرعم ع‬ ‫س عو تع ل‬ ‫صقلي انلعخنم ع‬ ‫ عوتل ع‬,‫ عو أعين لمعحيمددا ععنبلدهل عوعرلسوُللهل‬,‫ تعنشهعلد أعنن لع إبلعهع إبلي ال‬:
‫ع‬
‫س لبسسي إبلي ععنشسسلر عذنورذ هلسسين برنسسسلل أنهلبسسي‬ ‫ اليزعكاَةل بلنيسسهل لعنيسس ع‬: َ‫ أعيماَ انثعناَبن فعلع ألبطيقلهلعما‬,‫ عياَ عرلسوُعل اب‬: ‫ت‬
‫ع‬ ‫قلنل ل‬...‫تلعجاَبهلد فبي عسببيبل اب‬
‫ت عو‬ ‫ت انلعمسسنوُ ع‬
‫ضعربني قبعتاَةل عكبرنه ل‬ ‫ف إبنن عح ع‬ ‫ عو أععخاَ ل‬.‫ب بمعن اب‬ ‫ عوأعيماَ انلبجعهاَلد فعإ بنيهلنم يعنزلعلموُعن أعنيهل عمنن عول ي‬.‫عوعحلموُلعتلهلنم‬
‫ىَّ فعقعند عباَعء ببعغ ع‬
‫ض ر‬
,‫ يعسساَ عرلسسسوُعل ابسس‬: ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ن‬
‫ فعببعماَعذا تعندلخلل العجنيةع ؟ٍّ قل ل‬,‫صعدقعةع عولع بجعهاَعد‬ ‫ لع ع‬: ‫ ثليم عقاَعل‬,َ‫ض عرلسوُلل اب يععدهل ثليم عحيرعكعها‬ ‫ فعقعبع ع‬.‫ت نعنفبسي‬ ‫عخعشعع ن‬
.‫ فععباَيعععبني ععلعنيبهين لكلقبهين‬.‫ك‬ ‫ألعباَيبلع ع‬
Artinya: “Dari Bisyr bin Khashashiyah rhodiyalloohu
anhum, berkata: “Aku mendatangi Rasulullah sholallohu
alaihi wa sallam, untuk berbai’at kepadanya atas Islam,
maka beliau menetapkan kepadaku, “Kamu bersaksi
bahwasanya tiada Ilah selain Allah, dan bahwasanya
Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, membayar
zakat, dan menunaikan haji ke Baitullah dan berJihad Fie
Sabilillah”. Aku katakan, “Wahai Rasulullah sholallohu
alaihi wa sallam, adapun yang dua perkara aku tidak
sanggup, yaitu zakat, sebab aku hanya mempunyai sepuluh
ekor unta, susunya untuk keluargaku, dan untuk keperluan
transportasi mereka, adapun Jihad mereka menyatakan
bahwasanya barangsiapa yang lari mundur kebelakang
maka ia kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah,

2424
dan aku khawatir jika aku ikut berperang aku takut mati,
dan mentalku jatuh.” Lalu Rasulullah sholallohu alaihi wa
sallam, memegang tangannya, kemudian menggerak-
gerakkanya, lalu berkata, “Tidak (mau) bershadaqah dan
tidak (mau) berjihad terus dengan apa kamu masuk surga?”
Aku katakan, “Wahai Rasulullah, Aku membai’atmu, lalu
Rasulullah membai’atku atas semuanya” (H.S.R Al-Baihaqy
dan Al-Hakim, menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-
Dzahabi).
Ataukah kalian termasuk orang-orang yang mengatakan bahwa
jihad sudah berhenti, tiada lagi dan tidak sesuai dengan masa kini?
Jika demikian persepsi kalian, maka ketahuilah bahwa pada zaman
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam masih hidup pun sudah muncul
kaum yang berpemahaman seperti itu. Silahkan ikuti hadits dibawah
ini;
‫ عياَ عرلسوُعل‬: ‫ا ععلعنيبه عوعسليعم إبنذ عدعخعل عرلجةل فععقاَعل‬ ‫صيلىَّ ي‬
‫اب ع‬ ‫س بعننعد عرلسوُبل ي‬ ‫ي عقاَعل بعنينععماَ أع عناَ عجاَلب ة‬
‫ععنن عسلععمةع نببن نلفعنيرل انلبكننبد ق‬
َّ‫صسيلى‬ ‫ابسس ع‬ ‫ فعقعسساَعل عرلسسسوُلل ي‬.َ‫ب أعنوعزاعرعها‬
‫ت انلعحنر ل‬ ‫ضعع القسعللح عوقعند عزعععم أعنقعوُاةم أعنيهل لع قبعتاَعل قعند عو ع‬
‫ضعع ب‬ ‫ت عولو ب‬ ‫ إبين انلعخنيعل قعند لسيقبع ن‬,‫اب‬ ‫ي‬
‫ع‬ ‫ع‬
,‫ضيرهلنم عمنن عخاَلفهلنم‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ة‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬
‫ عو إبنهل لع تععزالل أيمة بمنن أيمبتي يلقاَتبلوُعن بفي عسببيبل اب لع يع ل‬.‫ العن ! العن! عجاَعء القبعتاَلل‬.‫ عكذلبوُا‬:‫ا ععلنيبه عوعسلعم‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ي‬
‫صي انلعخنيبل إبلعسسىَّ يعسسنوُبم‬‫ يلعقاَتبللوُعن عحيتىَّ تعلقوُعم اليساَععةل عو لع يععزالل انلعخنيلر عمنعلقوُددا بفي نععوُا ب‬,‫ب أعنقعوُارم عويعنرلزقلهلنم بمننهلنم‬ ‫عيلبزيلغ ي‬
‫ال لعهلنم قلللوُ ع‬
‫ن‬ ‫ن‬ ‫ن‬
.‫ب أنوعزاعرعهاَ بحنيعن يعخلرلج يعألجوُلج عو عمألجوُلج‬ ‫ع‬ ‫ن‬
‫ضلع العحنر ل‬ ‫ تع ع‬,‫انلقبعياَعمبة‬
Artinya : “Dari Salamah bin Nufail rhodiyalloohu anhum
berkata, “Ketika aku sedang duduk-duduk bersama
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, tiba-tiba masuk
seorang laki-laki lalu berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kuda telah dibiarkan (tidak diperdulikan),
dan senjata telah diletakkan, dan beberapa kaum telah
mengatakan bahwasanya perang tidak ada lagi, dan
sesungguhnya peperangan sudah usai”, maka Rasulullah
sholallohu alaihi wa sallam, berkata, “Mereka berdusta,
sekarang perang telah tiba, dan sesungguhnya akan
senantiasa ada sekelompok umat dari umatku yang
berperang dijalan Allah, tidak memberi mudhorot terhadap
mereka orang yang tidak menyetujui mereka, Allah
menyimpangkan (menyesatkan) untuk mereka (para
mujahidin), hati-hati beberapa kaum, untuk memberikan
rizki kepada mereka (para mujahidin), dari mereka (orang-
orang kafir-maksudnya ghonimah-), mereka berperang
hingga hari kiamat, dan kebaikan akan senantiasa
diikatkan pada ubun-ubun kuda sampai hari kiamat,
peperangan akan berhenti ketika keluarnya Ya’juj dan
Ma’juj” (H.R An-Nasa’i dan Imam Ahmad, sanadnya Shahih)
[13]
.
Sesungguhnya penyebab orang-orang tidak mau berperang,
enggan mengarungi pertempuran dan kikir untuk menggadaikan
13[] HR. An Nasai : Al-Khail 6/214, Ahmad 4/104, Bukhari dalam At Tarikh Al-Kabir 4/70, Ibnu mandah
dalam Kitab Tauhid 1/295 no. 130, Ath Thabrani dalam Al-Kabir 7/59. Sanad hadits ini shahih.

2525
nyawa dan hartanya di jalan Allah, tidak lain dan tidak bukan
hanyalah karena hal-hal berikut, yaitu : panjang angan-angan, atau
takut cepat mati, atau takut berpisah dengan sesuatu yang dicintai,
takut terpisah dengan keluarganya dan hartanya, atau anak-anaknya,
atau pembantunya dan sanak familinya, atau saudara kandungnya,
atau orang dekatnya yang dikasihinya, atau orang tua yang
dimuliakannya, atau shahabat karibnya, atau konon katanya ingi
menambah amal-amal shalih terlebih dahulu, atau karena cintanya
kepada istri yang cantik, lawa dan molek, atau karena pangkat yang
disandangnya, atau karena makanan yang lezat dan nyaman dan
nikmat-nikmat duniawi lainnya.
Tidak ada penyebab lainnya yang menjadikan kalian enggan
berjihad dan menjauhkan diri kalian dari Allah Ta’ala selain hal-hal
tersebut diatas. Demi Allah, sungguh tidak baik kedudukan kalian,
jika kalian seperti itu, belum dengarkah kalian firman Allah Ta’ala
yang tersebut dibawah ini?
‫ضيلتم بباَنلعحيعسساَبة السسيدننعياَ بمسسعن نالعبخسسعربة‬
‫ض أععر ب‬
‫عياَأعييعهاَ اليبذيعن عءاعملنوُا عماَلعلكنم إبعذا بقيعل لعلكلم اننفبلروا بفي عسببيبل اب ايثاَقعنلتلنم إبعلىَّ نالعنر ب‬
‫ع انلعحعياَبة اليدننعياَ بفي نالعبخعربة إبلي قعبليةل‬ ‫فععماَ عمعتاَ ل‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman apakah sebabnya
apabila dikatakan kepadamu kamu , “Berangkatlah (untuk
berperang), di jalan Allah”, kamu merasa berat dan ingin tinggal di
tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai
ganti kehidupan di akherat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini
(dibandingkan dengan kehidupan) di akherat hanyalah sedikit” Q.S.
At-Taubah (5): 38.
Sekarang ikutilah hujjah-hujjah yang bernash yang melemahkan
dan membatilkan alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan
syahwat dan syubuhat kalian –Insya Allah-, dengan hujjah-hujjah ini
kalian akan menyadari bahwasanya sikap kalian enggan untuk
berjihad itu, apalagi membencinya dan membenci orang-orang yang
menunaikannya, tidak lain hanyalah merugikan diri kalian sendiri di
dunia dan di akherat.
Katakanlah misalnya kalian tidak mau berjihad itu karena angan-
angan kalian terlalu panjang, ingin hidup di dunia seribu tahun lagi
demi meraih harapan, cita-cita, lamunan dan khayalan yang terdetik
dalam benak kalian, yang jauh lebih panjang dari jatah umur yang
diberikan dan ditaqdirkan bagi kalian. Sehingga kalian khawatir dan
takut jika kalian berjihad akan cepat mati dan tidak dapat meraih
idaman dan cita-cita kalian.
Ketahuilah! Bahwa kalian berjihad di medan perang atau kalian
tidak berjihad berdiam diri di rumah dengan anak-anak kalian tidak
mempengaruhi sama sekali pendek dan panjangnya umur, karena
umur seseorang itu sudah ditetapkan dalam kitab Lauhul Mahfudz

2626
Allah Ta’ala berfirman,
‫ك عععلىَّ اب يعبسيةر‬ ‫ص بمنن لعلمبربه إبلي بفي بكعتاَ ر‬
‫ب إبين عذلب ع‬ ‫عوعماَيلععيملر بمن يمععيمرر عولعلينقع ل‬
Artinya : “Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur
seseorang yang berumur panjagn dan tidak pula dikurangi
umurnya, melainkan sudah ditetapkan dalam kitab (lauh
mahfudz), sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah
adalah mudah” (Q.S. Al-Fathir (35) : 11).
Silahkan buka ayat-ayat yang hampir semakna dengannya seperti
dalam Q.S Ali Imran (3) : 145-185, An-Nisa (4): 78, Al-A’raf (7): 34, Al-
Ankabut (29) : 57 dan Al-Munafiqun (63) :11.
Maka kalian tidak bisa lari dari jatah umur kalian, dan saat
kematian yang telah Allah tentukan. Dan apabila kalian mati dalam
keadaan bermaksiat kepada Allah termasuk meninggalkan jihad
apalagi membenci orang-orang yang berjihad, maka kalian akan mati
dalam keadaan tersiksa dan kesakitan yang luar biasa di masa-masa
sekarat, dan dikuburpun ada siksa yang sangat mengerikan tidak
selamat darinya, melainkan orang-orang yang shalih, Allah Ta’ala
berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim (14) : 27 yang dijelaskan
dalam buku tafsir Ibnu Katsir II/550-557, kalian akan mengetahui
gambaran dahsyatnya, siksa sewaktu sakaratul maut dalam kubur,
dan seterusnya akan tersiksa lagi yang lebih mengerikan sewaktu di
Mahsyar, kemudian di dalam neraka akan diadzab dengan berbagai
adzab yang tidak dapat kita bayangkan –Al-‘Iyadzubillah-.
Tetapi sebaliknya, jika ajal kalian datang sedang kalian dalam
keadaan berjihad fie sabilillah, maka kalian akan aman dari segala
siksa dan hal-hal yang menakutkan tersebut, bahkan merasakan dan
menikmati berbagai macam nikmat, meskipun nampak pada lahirnya
badan terobek oleh peluru, bercerai berai karena bom dan roket,
dicincang-cincang oleh orang-orang kafir dan munafiq, tetapi pada
hakekatnya tidak merasakan sakit melainkan dicubit saja
-Subhanalloh-
‫س انلقعنتسسبل إبيل عكعمسساَ يعبجسسلد‬
‫ال ععلعنيبه عوعسليعم عماَ يعبجسسلد اليشسسبهيلد بمسسنن عمسس ق‬
‫صيلىَّ ي‬ ‫ععنن أعببي هلعرنيعرةع عقاَعل عقاَعل عرلسوُلل ي‬
‫اب ع‬
‫س انلقعنر ع‬
‫صبة‬ ‫أععحلدلكنم بمنن عم ق‬
Artinya: “Orang yang mati syahid tidak merasakan sakit
sewaktu dibunuh melainkan sebagaiman salah seorang dari
kamu meerasa sakit sewaktu dicubit” (H.R. At-Tirmidzi, An-
Nasai, dan Ibnu Majah dari Abi Hurairah rhodiyalloohu
anhum).
Dan jka kalian mati syahid berbagai-bagai fadhilah dan
keutamaan, kemuliaan, kehormatan, pahala, ganjaran kenikmatan-
kenikmatan yang kalian raih di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, hal ini
diterangkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an seperti surat Al-Baqoroh (2):
154, Ali Imran (3): 169-171, Muhammad (47): 4-6 dan sebagainya

2727
serta berpuluh-puluh hadits, antara lain;
‫صاَرل يلنغعفسسلر‬‫ت بخ ع‬ ‫اب بس ي‬ ‫ال ععلعنيبه عوعسليعم بلليشبهيبد بعننعد ي‬ ‫صيلىَّ ي‬‫اب ع‬ ‫ب عقاَعل عقاَعل عرلسوُلل ي‬ ‫ععبن انلبمنقعدابم نببن عمنعبدي عكبر ع‬
,‫ عويعسسأنعملن بمسسعن انلفعسسعزعب انلعنكبعسسبر‬,‫ب انلقعنببر‬
‫ عويلعجاَلر بمنن عععذا ب‬,‫ عويععرىَ عمنقعععدهل بمعن انلعجنيبة‬,‫لعهل بفي أعيوبل عدنفععرة بمنن عدقمبه‬
‫ عويلسسعزيولج اثنعتعنيسسبن عوعسسسنببعيعن عزنوعجسسةد‬,َ‫ضلع عععلىَّ عرنأبسبه عتاَلج انلعوُعقاَبر انلعياَلقوُتعةل بمننعهاَ عخنيةر بمعن اليدننعياَ عوعماَ بفيعها‬
‫ن‬ ‫عوليوُ ع‬
.‫ عويلعشفيلع بفي عسنببعيعن بمنن أععقاَبربببه‬,‫بمعن انللحوُبر انلبعيبن‬
Artinya : Imam Ahmad dan At-Thabrani meriwayatkan dari
Ubadah bin Shamit rhodiyalloohu anhum dari Nabi
sholallohu alaihi wa sallam," Sesungguhnya bagi orang
yang mati syahid di sisi Allah memiliki enam perkara,
“Diampunkan dosanya pada awal terkucurnya darahnya. Ia
melihat tempat duduknya di surga, (dalam sebagian riwayat
ada tambahan: Ia dihiasi dengan hiasan iman). Ia
dihindarkan dari siksa kubur, Ia aman dari ketakutan yang
maha dahsyat pada hari kiamat. Diletakkan diatas
kepalanya mahkota kebesaran, satu butir yakut darinya
lebih baik daripada dunia dan apa yang ada didalamnya. Ia
dijodohkan dengan tujuh puluh bidadari surga dan diberi
hak memberi syafaat pada tujuh puluh orang kerabatnya.”
(H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad dari Miqdam bin
Ma'di Yakrib. Juga oleh Ahmad dan Ath-Thabrani dari
Ubadah bin Shamit, sanadnya shahih).
Jika yang menjadikan kalian enggan dan tidak mau berjihad itu,
karena kecintaan kalian terhadap bapak-bapak kalian, anak-anak
kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, keluarga kalian, harta
kekayaan yang kalian usahakan, perniagakan yang kalian khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai
(lihat At-Taubah (9) : 41), serta kenikmatan-kenikmatan duniawi yang
lain seperti emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sholallohu alaihi wa sallamah ladang (Lihat surat Ali Imran (3) : 14),
dan lain sebagainya, misalnya tahta, pangkat gelaran-gelaran, dan
seterusnya dan seterusnya, maka ketahuilah bahwa segala jenis
kenikmatan duniawi itu adalah kenikmatan yang menipu (Q.S 57: 20,
31:33), dan kenikmatan yang sangat sedikit, Rasulullah sholallohu
alaihi wa sallam, bersabda :
‫ت اليدننعياَ تعنعبدلل بعننعد ي‬
‫اب عجعناَعح بعلعوُ ع‬
‫ضرة‬ ‫ال ععلعنيبه عوعسليعم لعنوُ عكاَنع ب‬
‫صيلىَّ ي‬ ‫ععنن عسنهبل نببن عسنعرد عقاَعل عقاَعل عرلسوُلل ي‬
‫اب ع‬
‫عماَ عسعقىَّ عكاَفبدرا بمننعهاَ عشنربعةع عماَرء‬
Artinya : “Dari Sahal bin Sa’ad rhodiyalloohu anhum dari Rasulullah
sholallohu alaihi wa sallam, bersabda, “Seandainya dunia ini di sisi
Allah seharga satu sayap nyamuk, Allah tidak akan memberi minum
kepada orang kafir seteguk airpun.” (H.S.R At-Tirmidzi).

Memang, nikmat duniawi benar-benar sedikit dibandingkan


dengan kenikmatan di akherat. Sedikit ditinjau dari segala seginya
baik dari segi jumlahnya, banyak hal yang pada lahirnya sepertinya

2828
nikmat, tetapi dalam jiwa ternyata sebagai azab. Taruhlah misalnya
kalian orang yang terkaya di negeri kalian, berapa banyak harta
kalian? Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, sebagai manusia yang
paling pakar mendidik dan mengajar pada suatu saat beliau
mengatakan dihadapan pada shahabat rhodiyalloohu anhum yang
maksudnya : “Tiadalah dunia ini dibandingkan dengan akhirat
melainkan sebagaimana kamu memasukkan jari tangannya ini ke
dalam lautan, maka hendaklah ia melihat air yang menempel di
jarinya sewaktu diangkatnya, waktu itu beliau berisyarat dengan jari
telunjuk beliau[14]”
Atau sebagaimana sabda Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam.
Itulah jumlah nikmat dunia keseluruhannya, apalagi dunia yang
berada di tangan kalian. Kemudian berapa lama kalian hendak
menikmati kenikmatan-kenikmatan duniawi kalian? Ingatlah
bahwasanya satu hari di sisi Allah adalah seperti seribu tahun
menurut perhitungan kita (Al-Hajj (22): 47). Kalaulah misal umur
kalian 100 tahun, itupun sudah keriput, berarti kalian hanya hidup
selama satu jam dua belas menit saja, dihitung dengan waktu akherat.
Kalau kalian dijatah umur 50 tahun berarti hanya 36 menit saja. Kalau
masa pensiun kalian hanya 20 tahun, berarti kalian hanya menikmati
gaji pensiun kurang lebih 15 menit, dan seterusnya. Hitung-hitunglah
sendiri, umur yang begitu singkat itupun tidak sepenuhnya bisa
merasakan nikmat meskipun segala nikmat duniawi ada di tangan
kalian, bahkan nikmat-nikmat itu kebanyakan membawa
kesengsaraan baik di dunia maupun di akherat, karena tidak dipandu
oleh iman dan syareat. Kata orang Jawa “Enake sak klentheng
rekasane sak rendheng”, nikmatnya hanya sebesar biji kapuk randu,
sengsaranya sepanjang musim hujan.
Demikianlah sifat nikmat dunia, karena Allah Ta’ala menjadikan
kehidupan dunia bukan utnuk tempat bernikmat-nikmat, tetapi
sebagai kampung untuk beramal dan ujian. Adapun tempat
bernikmat-nikmat adalah di surga nanti
Oleh karena itu jangan sampai kenikmatan-kenikmatan dunia
yang palsu dan menipu itu memperdayakan diri kalian dari
melaksanakan perintah Allah, termasuk perintah jihad yang
mengakibatkan kalian tidak dapat memperoleh nikmat yang
sebenarnya di akherat kelak, yaitu surga yang kerudung bidadarinya
saja lebih baik daripada dunia dan segala yang ada di dalamanya, dan
jelas kenikmatan surga jauh lebih baik bagi kalian, jika kalian benar-
benar orang yang bertaqwa (bisa anda lihat pada surat Ali Imran (3):
15 dan lainnya).
Dan didalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori
dari Sahal bin Sa’ad As-Sa’idi rhodiyalloohu anhum, Rasulullah

14[] H.S.R Muslim dan Imam Ahmad

2929
bersabda:

‫اس ععلعنيسبه عوعسسليعم عقساَعل برعبساَطل عيسنوُرم بفسي‬ ‫صيلىَّ ي ل‬ ‫اب ع‬ ‫ال ععننهم أعين عرلسوُعل ي‬ ‫ضي ي‬ ‫ي عر ب‬ ‫ععنن عسنهبل نببن عسنعرد اليساَبعبد ق‬
َ‫سممنوهط أممحممهدزكنم هممممن انلمجننممهة مخنيممرر هممممن الممددننمياَ مومممماَ معلمنيمهمما‬
‫م‬ ‫ع‬
‫ز‬ ‫مم‬
‫ض‬ ‫و‬‫م‬ ‫و‬
‫ع م من ه‬ َ‫سسا‬
‫ه‬ ‫ن‬
‫ي‬ ‫ع‬ ‫ل‬ ‫ع‬
‫ع‬ ‫اب عخنيةر بمعن السسيدننعياَ عو ع‬
َ‫سسا‬
‫م‬ ‫عسببيبل ي‬
‫م‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ز‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫م‬
‫سهبيهل اه أهو الغندموة خنيرر هممن الممددنمياَ مومممماَ معلنيمهمماَ موهحمممماَزر مجاَهريمممةة همممنن أنهممهل‬‫ن‬ ‫ن‬ ‫ز‬
‫موالنرنومحة يمزروزحمهاَ المعنبزد هفيِ م‬
.َ‫انلمجننهة مخنيرر هممن الددننمياَ مومماَ فهنيمها‬
Artinya: “Tempat letak cambuk salah seorang dari kamu
dalam surga itu lebih baik daripada dunia dan isinya, dan
pergi perang di jalan Allah pada pagi hari atau sore hari itu
lebih baik daripada dunia dan isinya. Dan kain kerudung
seorang wanita dari penduduk surga itu lebih baik dari
dunia dan seisinya.” (H.R Imam Bukhori no 2892).
Jika yang menghalangi kalian untuk berjihad itu karena kalian
mampu tidak meninggalkan dan berpisah dengan keluarga kalian
terutama istri yag kalian cintai, cantiknya, lawanya dan moleknya,
lembutnya, kasihnya, sayangnya, penampilannya, adabnya dan
sebagainya, maka ketahuilah bahwa alasan kalian itu salah dan batil.
Anggaplah istri kalian sebagai wanita yang terbaik dan paling
cantik di zaman kini, bukankah awalnya adalah setetes air mani yang
busuk dan pada akhirnya akan menjadi bangkai yang kotor, dan pada
masa hidupnya body yang kalian lihat mempesona, cantik lagi
menawan kalian itu adalah sebuah tong yang memuat segala kotoran,
haidhnya menghalangi kalian darinya separoh umurnya, durhakanya
terhadap kalian lebih banyak dari baiknya, bila tidak bercelak
matanya jadi kabur tidak bercahaya, bila tidak berhias nampak
jeleknya, bila tidak bersisir kusut rambutnya, jika tidak bermake-up
pudar sinar raut mukanya, jika tidak berminyak wangi berbau bacin,
jika tidak mandi berbau busuk, banyak penyakitnya, cepat
membosankan kalau sudah tua, putus asa, kalau sudah sangat tua
lemah lagi cacat, kalian telah berbuat baik kepadanya dengan
sungguh-sungguh, namun begitu kalian berbuat kurang baik sedikit
saja, semua kebaikan kalian diingkarinya.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari
dan Imam Muslim dari shahabat Ibnu Abbas rhodiyalloohu anhum
bahwasanya Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam bersabda,
berkenaan dengan pengingkaran istri terhadap kelebihan suaminya,
‫ك عخنيدرا قع ي‬
‫ط‬ ‫ت عماَ عرأعني ل‬
‫ت بمنن ع‬ ‫ك عشنيدئاَ عقاَلع ن‬ ‫ت إبعلىَّ إبنحعداهلين اليدنهعر ثليم عرأع ن‬
‫ت بمنن ع‬ ‫لعنوُ أعنحعسنن ع‬
Artinya: “Seandainya kamu berbuat baik kepada salah
seorang dari mereka dalam masa panjang lalu dia melihat
darimu (sesuatu yang tidak berkenan), ia akan berkata aku
tidak melihat sama sekali kebaikan dalam diri kamu.”
‘Ala kulli hall kalian tidak akan mungkin bersenang-senang
dengannya, tanpa menemui kebengkokannya, dan tidak akan

3030
berlangsung panjang pergaulan kalian dengannya tanpa disertai
kesempitan dan kesempitan.
Aduhai, sungguh mengherangkan, bagaimana cinta kalian kepada
istri yang kayak gitu itu, menghalangi kalian untuk dapat menyunting
pasangan yang dicipta dari cahaya, yang dipingit di bawah naungan
istana bersama anak-anak dan bidadari-bidadari, di tempat tinggal
yang penuh dengan kenikmatan dan sukaria.
Demi Allah tidak kering darah orang yang mati syahid, sehingga
bidadari menemuinya dan kedua matanya bernikmat-nikmat
menyaksikan cahaya kecantikan dan kemolekannya.
Sesungguhnya dia adalah bidadari surga, luas matanya, cantik
jelita, selamanya dalam keadaan gadis, bagaikan permata yakut, tidak
pernah disentuh oleh manusia maupun jin, suaranya halus lagi merdu,
badannya tegap, rambutnya hitam sekali, nilai dan standartnya sangat
tinggi dan besar, cantiknya luar biasa, moleknya tiada taranya,
genitnya mempesona, matanya bercelak, kuku-kukunya amat indah,
bicaranya sedap dan enak di dengar, penciptaanya sangat
menakjubkan, akhlaknya sungguh baik, perhiasan beraneka ragam,
banyak kecintaannya dan kasih sayangnya, tak mengenal bosan,
cintanya semata-mata hanya untuk kalian saja tidak mengenal pria
lain, selalu bermain cinta dengan kalian sesuai dengan segala
kebutuhan selera birahi kalian.
Seandainya dia menampakkan kukunya, cahaya bulan purnama
akan menjadi pudar dan padam. Seandainya dia memperlihatkan
gelangnya pada malam hari niscaya alam persada menjadi terang
benderang. Seandainya ia menampakkan pergelangan tangannya,
niscaya akan terpikat seluruh manusia. Andaikan dia muncul diantara
langit dan bumi niscaya keduanya akan dipenuhi dengan bau
harumnya. Andaikan dia meludah di lautan, air laut akan menjadi
tawar, dan andaikan telapak kakinya menginjak tanah pasir, serta
merta akan tumbuh rumput diatasnya. Setiap kali kalian melihatnya,
akan bertambah-tambah kecantikannya. Setiap kalian bercinta
dengannya yang sudah lawa itu akan bertambah lagi lawanya.
Apakah bagus bagi orang yang berakal, mendengar bidadari yang
begitu cantiknya, lawanya, moleknya, jelitanya, baiknya, agungnya,
menawannya, mempesonanya, kasihnya, sayangnya, cintanya dan
segala-galanya, lalu ia duduk-duduk dan nongkrong-nongkrong begitu
saja tanpa ada hasrat untuk menggapainya dan menyuntingnya???
Kalau kalian benar-benar orang yang berakal dan iman kalian
normal, kalian pasti gandrung, untuk meminangnya. Adapun jalan
meminangnya silakan memperhatikan bait syair yang sering
dilantunkan oleh Asy-Syaikh Asy-Syahid, Abdullah Azzam, orang yang
sudah pengalaman meminang dara cantik molek itu, dan Insya Allah
kalian telah menggapainya, katanya:

3131
‫ فعهععذا أعيودل انلعمنهبسر عوهلعوُ انللمعقسيدلم‬# َ‫ت عرابغدباَ ببعها‬
‫ب انلعحنوُعرابء إبنن لكنن ع‬
‫عياَ عخاَبط ع‬
“Wahai Pelamar Bidadari, jika kamu hendak
menyuntingnya, maka inilah awal maskawinnya (perang)
dan ia mesti di dahulukan.”
Kembali pada masalah keluarga, terutama istri. Ketahuilah
bahwasanya kalian pasti akan berpisah dengan istri kalian, dan
seakan-akan telah terjadi perpisahan itu, dan di surga –Insya Allah-
akan mengumpulkan kalian dengan istri kalian, itulah sebaik-baik
perkumpulan, pertemuan kalian dengannya. Jika ia sholihah dan
kalian sholeh dengan izin Allah, mesti terjadi, namun tidak boleh tidak
mesti berpisah terlebih dahulu, yaitu dengan kematian. Kemudian
kalian akan menjumpainya di akherat, lebih cantik daripada bidadari-
bidadari surga, tidak ada yang mengetahui kemolekannya selain Rabb
Semesta Alam. Dan dia akan menjadi sayyidah (puan, ratu-ed)
bidadari-bidadari surga.
Sedangkan sesuatu yang tidak kalian sukai semasa di dunia baik dari
segi fisiknya, wataknya, sifatnya, akhlaknya; seluruhnya hilang dan
sirna. Segala-galanya berubah, akhlaknya menjadi baik sekali,
ciptaannya menjadi serba sempurna, cantik, molek, lawa, perawan
terus menerus, bersih dari haidh dan nifas, hilang segala
kebengkokannya, bertambah keayuannya, menjadi agung lagi tinggi
nilai dan kedudukannya, lebih afdhal dari bidadari-bidadari yang
diciptakan di surga, dalam segala-galanya sebagaimana afdhalnya,
karena ia pernah hidup di dunia dan menjadi wanita yang sholihah.
Maka jika hari ini kalian meninggalkan istri kalian karena ,
kalian keluar untuk berjihad di jalan Allah, maka Allah akan
mengkaruniakan ganti untuk kalian, dan apabila di akherat istri kalian
termasuk ahli surga, maka pasti menjadi milik kalian.
Oleh karena itu janganlah kehidupan dunia yang sedikit
kenikmatannya ini, melalaikan kalian. Jangan sampai terperdaya
dengan pesona-pesonanya. Ingat dunia bukan kampung yang
sebenarnya, hidup di dunia hanya sebentar saja. Kalaupun harus
berpisah dengan semua keluarga, termasuk istri, anak-anak, orang
tua, saudara, dan sebagainya, tidak mengapa, demi meraih pertemuan
yang sebenarnya. Mana ada kebahagiaan hidup sukses dibandingkan
dengan kehidupan sukses dan kebahagiaan orang yang seluruh
keluarganya, bisa masuk surga, bertemu lagi dan bersenang-senang
di sana?.
Resapilah dan hayatilah firman Allah Ta’ala di bawah ini,

‫صسلعةع عوعأنفعلقسوُا بميمساَ عرعزنقعنساَهلنم بسسدلرا عوععلعنبعيسةد عوعيسندعرلءوعن‬‫صسبعلروا انبتبعغسآَعء عونجسبه عربقبهسنم عوأععقساَلموُا ال ي‬‫عواليبذيعن ع‬
‫ن‬ ‫ع‬ ‫ع‬
‫صسسلعح بمسسنن عءابعسسآَئببهنم عوأزعوابجبهسسنم‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ي‬ ‫ن‬
‫ك لهلنم لعقعبىَّ اليدابر }{ عجناَت ععسسندرن يعسسندخلوُنععهاَ عوعمسسن ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ل‬
‫بباَنلعحعسنعبة اليسيقئعة أنولئب ع‬
‫ع‬
‫صبعنرتلنم فعنبنععم لعنقعبىَّ اليدابر‬
‫ب }{ عسلعةم ععلعنيلكم ببعماَ ع‬ ‫عولذقريياَتببهنم عوانلعملعئبعكةل يعندلخللوُعن ععلعنيبهم قمن لكقل عباَ ر‬

3232
Artinya:

Dan orang-orang yang sabar, karena mencari keridhaan Rabbnya,


mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan
kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan,
serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang
mendapatkan tempat kesudahan (yang baik). Yaitu surga ‘Adn yang
mereka masuk ke dalamnya, bersama-sama dengan orang-orang Yang
sholeh dan bapa-bapaknya, istri-istrinya, dan anak cucu dan cicitnya,
sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari
segala pintu. Sambil mengucapkan salamun ‘alaikum bima sabartum,
keselamatan atas kamu berkat kesabaranmu. Maka alangkah baiknya
tempat kesudahan itu (Ar-Ra’du (13): 22-24).
Selanjutnya, jika kalian enggan dan tidak mau berjihad itu karena
disamping terkena fitnah (bencana) syahawat duniawi, sebagaimana
yang telah disebutkan sebelumnya, terkena juga fitnah (bencana)
syubuhat (kebodohan), tidak dapat memahami sunnah yang
sebenarnya, sebagaimana yang dikehendaki syariat, misalnya dengan
alasan-alasan antara lain sebagai berikut:
1. Kalian enggan berjihad, dengan alasan hendak menempuh
cara ibadah dan jalan hidup sufi, karena mereka lebih afdhal
amalnya, jihadnya jihad akbar (melawan hawa nafsu),
prinsipnya hendak memasukkan setiap manusia ke dalam
surga. Jika orang kafir dibunuh berarti menyengajakan
memasukkan orang ke dalam neraka, mereka orang yang
cinta damai dan tidak suka dengan kekerasan, tidak minat
pedang dan senjata, mereka hendak merubah dunia dengan
tasbih saja.
Ada juga bentuk sufi dengan gaya lain, katanya hendak
merubah dunia, dengan cara merubah diri sendiri, tidak
perlu dengan kekerasan, tak perlu memerangi para thaghut,
tak perlu membunuh tentara-tentara Iblis musuh-musuh
Islam, yang penting beraqidah salaf, (dengan pemahaman
yang picik), dan beribadah, (dengan pemahaman yang picik
juga), mengikuti sunnah Nabi sholallohu alaihi wa sallam.
Jika seluruh kaum musimin beraqidah salaf dan beribadah
mengikuti sunnah Nabi sholallohu alaihi wa sallam, maka
tanpa jihadpun dengan sendirinya, daulah dan khilafah
dengan sendirinya akan tegak di muka bumi. Demikianlah
hujjah-hujjah orang-orang sufi yang beragama mengikuti
perasaan sesat kesufiannya,
Ingat kata-kata Imam Ahlus-Sunnah Muhammad bin Idris
Asy-Syafi’i rahimahumullah,
‫صلعةل انلعع ن‬
‫صبر إبلي عوهلعوُ عمنجلنوُةن‬ ‫ف عرلجةل ععاَقبةل أعيوعل النيعهاَبر عوأعتع ن‬
‫ت عععليبه ع‬ ‫عماَ تع ع‬
‫صيوُ ع‬

3333
Artinya: “Tidak ada seseorang yang berakal menjadi orang
sufi pada awal siang hari, dan shalat ashara datang
kepadanya melainkan dia sudah dalam keadaan gila” (Ibnul
Jauzi dalam Shifatu ash Shohwah dan Talbis al Iblis).
Benar sekali apa yang dikatakan oleh Imam Asy-Syafi’i rha,
orang-orang sufi memang majnun (gila-ed). Tentunya gilanya
tidak dimaksudkan seperti orang gila yang tidak normal
syarafnya, akan tetapi gilanya –wallahu a’lam- tidak normal
fikirannya dalam memahami kebenaran sesuai dengan Al-
Quran dan As-Sunnah, sehingga pendapat-pendapatnya dan
amal-amalannya nyleneh-nyeleneh, ora ngalor, ora ngidul,
pembicaraannya mengambang tidak pernah menukik kepada
persoalan ushul, esok tempe sore dele, dan seterusnya.
Amal yang paling mereka sukai dan menurutnya paling
afdhal adalah menghitung tasbih dan ijtima’-ijtima’ ala
mereka. Ada juga yang lebih suka terjun dalam bidang
tarbiyah dan dakwah, koleksi buku-buku, menulis dan
sebagainya dan menganggap hal itu lebih afdhal daripada
jihad, sehingga tidak tertarik bahkan tidak terdetik sama
sekali untuk berjihad. Demikianlah sufi. Adapun sunnah tidak
begitu adanya, Al-Qur’an dan As-Sunnah menyatakan bahwa
amalan yang paling afdhal setelah Iman adalah Jihad,
dalilnya sampai beratus-ratus.
Oleh karena itu Jihad merupakan amal yang paling disukai
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, para shahabatnya,
para Tabi’in dan orang-orang yang mengikutinya
radhiyalloohu anhum wa rahimakumullahu ajma’iin.
Keterangan dalam masalah ini memenuhi kitab-kitab hadits
dan kitab-kitab tulian ulama’ Ahlus-Sunnah wal Jama’ah,
silakan merujuk kepadanya [15]. Al Imam Al Faqih Asy-Syahid
Abdullah bin Mubarak rahimahumullah, adalah seorang
tokoh besar Ahlus-Sunnah wal Jama’ah, beliau sangat tamak
untuk berjihad, berperang dan ribath. Beliau menggalakkan
dan menghasung manusia agar berjihad, dan mengecam atas
orang-orang yang ber i’tikaf untuk beribadah, yang duduk-
duduk enggan berjihad.
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa Muhammad bin
Ibrahim bin Abu Sakinah sedang menunaikan ribath bersama
Abdullah bin Mubarak di Thursus. Ketika ia hendak
menunaikan haji, beliau menitip surat kepadanya agar
disampaikan, kepada shahabatnya seorang ulama’ besar juga
yaitu Al-Fudhail bin Iyadh, yang pada waktu itu ia sedang

15[] Rujuk kitab Masyaari’ul Asywaaq ila Mashari’ul Usysyaq, Fie Fadhoilil Jihad, Tahdzib dan Tarqib oleh
Dr. Sholah Abdul Fattah al Kholidi, hal 5-365

3434
bertempat tinggal di dekat ka’bah, dan beri’tikaf di masjidil
Haram. Isi surat beliau sebagai berikut:

‫عياَ ععاَببعد انلعحعرعميبن لعنوُ أعنب ع‬


َ‫صنرتععنا‬ ‫ب‬ ‫ك بفي انلبععباَعدبة تعنلعع ل‬ ‫ت أعني ع‬ ‫لعععلبنم ع‬
‫ب عخيدهل ببلدلموُبعبه‬ ‫ض ل‬ ‫عمنن عكاَعن يلنخ ب‬ ‫ب‬
‫ض ل‬ ‫فعنللحوُلرناَ بببدعماَئبناَ تتخ ي‬
‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع‬
‫ب عخنيلعهل بفي عباَبطرل‬ ‫أعنو عكاَعن يلنتبع ل‬ ‫ب‬‫صببيعحبة تعنتعع ل‬ ‫فعلخليوُللعناَ يعنوُعم ال ي‬
َ‫هلل عونعنحلن ععببيلرعنا‬،‫بريلح انلععببيبر لعلكنم‬ ‫ب‬‫طيع ل‬ ‫ك عوانللغعباَلر نالع ن‬ ‫عرنهلج اليسعناَبب ب‬
َ‫عولعقعند أععتاَعناَ بمنن عمعقاَبل نعببيقعنا‬ ‫ن‬
‫ لع يعكبذ ل‬...‫ق‬
‫ب‬ ‫صاَبد ة‬ ‫صبحيةح ع‬ ‫قعنوُةل ع‬
‫لع يعنستعبوُي عولغعباَلر أعنهبل اب بفي‬ ‫ب‬ ‫ف انمبرىَرء عولدعخاَبن عناَرر تلنلبه ل‬ ‫أعنن ب‬
َ‫ق بعنينععنا‬ ‫ب اب يعننبط ل‬ ‫هععذا بكعتاَ ل‬ ‫ب‬ ‫ن‬
‫ت لع يعكبذ ل‬ ‫ي‬
‫س الشبهيلد ببعميق ر‬ ‫لعني ع‬
 Wahai abid yang beribadah di masjidil Haram dan
Masjid Nabawi. Andaikan kamu menengok kami,
niscaya kamu akan tahu bawasanya kamu dalam
beribadah sekedar main-main saja.
 Kalau kamu membasahi pipimu dengan air mata-air
mata kamu, maka ketahuilah bahwa kami membasahi
tenggorokab-tenggorokan kami dengan darah-darah
kami.
 Kalau kamu melelahkan kudamu dalam kebatilan
(urusan duniawi), maka ketahuilah bahwasanya kuda-
kuda kami berlelah-lelah pada hari pertempuran.
 Bau semerbak harum bagimu, dan kami mempunyai
keharuman tersendiri, hentakan kaki kuda dan debu
lebih harum bagi kami.
 Sungguh telah datang kepada kita sabda nabi kita,
sabda yang betul lagi benar yang tidak dusta.
 Tidaklah sama debu kuda Allah pada diri seseorang
dan asap api neraka yang menjilat-jilat.
 Ini Kitabullah (Al-Qur’an) berbicara dihadapan kita.
 Orang yang syahid bukanlah mati, ia (Al-Qur’an)
tidak berdusta.
Dan ketika Muhammad bin Ibrahim (pembawa surat)
bertemu dengan Al-Fudhail bin Iyadh, di dekat Ka’bah,
diserahkanlah surat Ibnul Mubarak kepadanya. Maka tatkala
ia membaca surat itu berlinanglah air matanya dan berkata,
“Benar Abu Abdurrahman (kunyah Abdullah bin Mubarok)
dia telah menasehatiku.” (Siyar ‘A’lamin Nubala’ –Adz-
Dzhahabi 8/412).
Al Imam Al Faqih Asy-Syahid Ahmad bin Hambal
rahimahumullah, salah seorang tokoh agung Ahlus-Sunah
yang namanya tidak asing lagi bagi orang awam, beliau

3535
syahid sebab cambukan penguasa dzalim[16], demi
mempertahankan Iman, Tauhid dan Kebenaran.
Pada suatu hari diceritakan tentang perang dihadapan
beliau, maka beliau menangis dan berkata, “Tidak ada
amalan yang baik yang lebih utama, dan tidak ada sesuatu
yang dapat menandingi bertemu dengan musuh lalu
menceburkan diri dalam peperangan secara langsung
merupakan hal yang paling utama. Orang-orang yang
memerangi musuh adalah orang-orang yang
mempertahankan Islam, kaum muslimin dan kehormatan
mereka, maka amalan apa yang lebih utama daripada itu....?
Manusia dalam keadaan aman, sedangkan mereka dalam
keadaan takut. Mereka telah mengorbankan darah dan jiwa
mereka, di jalan Allah” Tarikh Al Baghdadi oleh Al Khatib Al
Baghdadi I/168.
Begitulah persepsi, tanggapan, interest (ketertarikan) dan
semangat tokoh-tokoh Ahlussunnah wal Jama’ah kepada
Jihad. Perbedaannya dengan Ahlul Bid’ah dan Ahludh-Dholal
antara langit dan bumi, maka ambilah pelajaran wahai orang-
orang yang punya sisa hati.
2. Kalian tak mau berjihad dengan alasan hendak mengishlah
dan memperbaiki amalan-amalan kalian, hendak mentarbiyah
diri terlebih dahulu, hendak mengumpulkan pahala dan
ganjaran dulu, hendak memperbaiki aqidah dan ibadah agar
sesuai dengan sunnah dan sebagainya.
Ketahuilah bahwa alasan-alasan kalian itu batil dan bid’ah!
Ingatlah justru Jihad adalah sarana yang paling efektif untuk
mengishlah amalan kalian, mentarbiyah diri kalian dalam
segala aspek baik Imaniyah ruhiyah, tashawwuriyah, fikriyah,
khuluqiyah, amaliyah dan jismiyah, dan sebagainya. Di
medan perang kalian akan memahami dengan cepat dan
tepat makna tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid
Asma’ wa Shifat. Disanalah kalian akan terdidik dan terbekali
secara langsung dengan bekalan ilmu dan taqwa, yakin dan
tawakkal, syukur dan sabar, zuhud terhadap kehidupan dunia
dan Itsar lebih mementingkan kehidupan akhirat. Disana
kalian akan memperoleh bekal yang sangat mahal lagi
berharga dengan mudah, yang amat sulit di dapatkan di
tempat-tempat lain, termasuk pesantren bahkan Al-
Haramain, yaitu cinta jihad dan cinta mati syahid. Berapa
banyak orang yang baru masuk Islam baik pada masa

16[] Imam Ahmad bin Hambal rahimahumullah, menentang bid’ah yang diikuti oleh Khalifah Al
Makmun, Mu’tashim dan Al Watsiq pada masa Khilafah Abbasiyah, mereka terpengaruh dan terobsesi oleh
golongan Al Mu’tazilah Yang berpendapat bahwa Al-Qur’an adalah makhluk

3636
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, hinga masa kini,
karena langsung menceburkan diri dalam kancah jihad, maka
Allah Ta’ala mengkaruniakan kepadanya rasa cinta kepada
jihad dan mati syahid, dan akhirnya memperoleh syahadah,
mengakhiri hidup yang paling afdhal. Tapi sebaliknya tidak
sedikit orang-orang yang menggondol gelaran S1, S1,S3,
dalam bidang ushuluddin, syariah dan lain sebagainya,
namun tidak pernah mampir dalam hatinya rasa cinta
terhadap jihad dan mati syahid bahkan bersikap acuh tak
acuh. Dan yang lebih parah lagi merasa sinis mendengar
berita medan laga, bunyi peluru dan suara bom, sambil
nyeletuk dan mengatakan; “Jihad kan bukan dengan
kekerasan saja, membahagiakan istri kan juga jihad” –
Wallaahul musta’an-
Kalau kalian beralasan mau mengumpulkan pahala, coba
perhatikan dengan seksama satu hadits saja dibawah ini,
yang lainnya masih berpuluh-puluh lagi.
‫ا ععلعنيسسبه عوعسسسليعم بببشسسنع ر‬
‫ب فبيسسبه لعيعنينعسسةة بمسسنن عمسساَرء‬ ‫صيلىَّ ي‬‫اب ع‬ ‫ب عرلسوُبل ي‬ ‫صعحاَ ب‬ ‫ععنن أعببي هلعرنيعرةع عقاَعل عمير عرلجةل بمنن أع ن‬
‫ب عولعنن أعنفععسسعل عحتيسسىَّ أعنسسستعأنبذعن عرلسسسوُعل ابسسي‬ ‫ق‬ ‫ع‬
‫س فعأقعنمت بفي هعذا الشنع ب‬‫ل‬ ‫ع‬ ‫ععنذبعةة فعأ عنععجبعنتهل لببطيببعهاَ فععقاَعل لعبوُ انعتععزنلت الناَ ع‬
‫ي‬ ‫ل‬
‫سممهبيهل‬ ‫ا ععلعنيبه عوعسليعم فممقاَمل مل تمنفمعنل فمإ هنن زممقاَمم أممحممهدزكنم فهمميِ م‬‫صيلىَّ ي‬
‫اب ع‬ ‫ك لبعرلسوُبل ي‬ ‫ا ععلعنيبه عوعسليعم فععذعكعر عذلب ع‬‫صيلىَّ ي‬ ‫ع‬
َ‫سنبهعيمن معاَيما‬
‫ضزل همنن هعمباَمدتههه هفيِ بمنيتههه م‬ ‫ن‬
‫اه أف م‬‫م‬ ‫ن‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah rhodiyalloohu anhum dari
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, bersabda:
Sesungguhnya berdirinya seseorang dalam barisan di jalan
Allah lebih utama dari ibadahnya dalam keluarganya selama
tujuh puluh tahun.” (Hadits Hasan Riwayat At-Tirmidzi, Al-
Baihaqi dan Al Hakim).
Kalau kalian mau mengishlah amal kalian dan mentarbiyah
diri kalian dengan berdakwah, ketahuilah bahwasanya
dakwah yang paling efektif juga dengan jihad. Rujuklah dan
bacalah siroh, Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, para
shahabatnya dan Tabi’in serta orang-orang yang mengikuti
mereka hingga hari ini.
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, selama 13 tahun
berdakwah di Mekah, hanya mendapatkan pengikut sebanyak
ratusan orang saja, tidak sampai seribut orang. Tetapi
dengan Jihad yang hanya 10 tahun saja di Madinah,
berpuluh-pluh ribu (seratus ribu lebih) orang berduyun-
duyun masuk Islam dengan sukarela tanpa dipaksa
-Subhanallah-.
3. Jika kalian enggan memperjuangkan Islam dengan
menempuh jalan jihad sebab dengan jihad akan banyak
memakan korban baik harta maupun jiwa, banyak harta
benda yang hilang dan hangus, banyak putra-putra Islam

3737
yang baik-baik yang akan ditawan dan dipenjara, dan tentu
akan banyak yang mati, sedangkan target yang dicanangkan
yaitu tegaknya daulah dan khilafah belum tentu dapat diraih
maka kami tidak mau mengorbankan mereka dengan sia-sia.
Oleh karena itu kami lebih memilih memperjuangkan Islam
dengan jalan damai, yaitu dengan pesta demokrasi dan
parlementer, sebab dengannya banyak maslahat yang bisa
dicapai dengan tidak mengorbankan harta benda maupun
jiwa dan raga. Dan tambahnya dengan cara inipun kita bisa
menang, kenapa kita mesti memilih dengan cara kekerasan,
cara yang berat, cara yang tidak manusiawi, cara yang brutal
dan sebagainya dan sebagainya.
Ketahuilah dan sadarilah! Jika kalian mengaku sebagai orang
beriman, bahwasanya hujjah dan alasan-alasan kalian
tersebut adalah batil, dhalal, sesat dan bid’ah, tidak sesuai
dengan dien dan akal sehat.
Jika harta benda dan jiwa raga yang terkorbankan dalam
perjuangan fie sabilillah itu kalian anggap sia-sia, yang perlu
kalian tanyakan kepada diri-diri kalian, sebenarnya tujuan
hidup kalian itu untuk mencari apa? Dan perjuangan kalian
dalam rangka apa? Bukankah semata-mata untuk mencari
ridha Allah Ta’ala? Jika benar demikian dan kalian betul-betul
tulus dan ikhlas, justru apabila kalian berhasil mengorbankan
harta benda, darah, raga, jiwa dan nyawa kalian dan orang-
orang yang berada di bawah kepemimpinan kalian berarti
telah mencapai tujuan akhir kalian yaitu ridha Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Bapak Dr. Muhammad Natsir, salah seorang tokoh Islam
bertaraf internasional dan sangat terkenal namanya
khususnya di kalangan dunia Islam. Pada saat-saat jihad
Afghanistan melawan Uni Sovyet sedang semarak-
semaraknya, beliau pernah diajak Asy-Syaikh Al Ustadz
Abdullah Sungkar, lebih dari sekali, untuk memperjuangkan
Islam dengan jalan Jihad, namun beliau selalu menolak untuk
memperjuangkan Islam dengan pertimbangan antara lain,
“Tidak mau mengorbankan darah-darah kaum muslimin
dengan sia-sia”. Pertimbangan seperti ini adalah semata-
mata didasarkan pada akal dan rasio yang bertentangan
dengan sunnah, memang kebanyakan orang-orang yang telah
terkena virus dan kuman demokrasi ala barat, yang sesat,
kufur dan syirik itu, selalunya dalam memahami masalah
perjuangan menegakkan Islam, mereka mendahulukan
‫ن‬
‫)تعنقبديلم اليرأ ب‬.
pendapat dan ra’yunya diatas sunnah (‫ي عععلىَّ اليسنعبة‬
Akan tetapi, alhamdulillah, ana mendengar dari salah

3838
seorang saksi mata mengatakan, bahwa beliau pada akhir-
akhir hayatnya merasa menyesal dan bertaubat, mudah-
mudahan dosa dan kesalahannya diampunkan Allah Ta’ala.
Asy-Syaikh Sa’id Ramadhan (bukan Al Buthi), seorang tokoh
kawakan Jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin, pada masa Hasan
Al Banna, sekitar tahun delapan puluh enaman (86-an)
didatangi oleh salah seorang pimpinan mujahidin. Waktu itu
beliau sedang melaksanakan seminar di Eropa --- jikalau
tidak lupa di Swedia---. Begitu tamu berjumpa dengannya,
dan mengenalkan dirinya bahwa ia kenal dekat dengan Amir
Mujahidin dari Tandhim Al Ittihad Al Islamy lil Mujahidin
Afghanistan, yaitu Abdu ar Rabbi Ar Rasul Sayyaf, maka
beliau terus menerus mengelus-elus dadanya dengan tangan
kanannya, sambil mengatakan kasihan Sayyaf, kasihan
Sayyaf berulang-ulang.
Jika kata-kata seperti ini dinyatakan karena Sayyaf terjebak
dan terseret dalam mengikuti langkah Ahmad Syah Mas’ud
(koalisi utara), untuk menyerang Thaliban, tidak mengapa,
sebab Sayyaf benar-benar kasihan dalam persoalan ini.
Tetapi jika kasihannya itu karena Asy-Syaikh Sayyaf berjihad
melawan pemerintahan Kabul boneka Rusia dan Negara
komunis Rusia, maka yang perlu ditanyakan, kenapa mesti
dikasihani? Apakah karena Asy-Syaikh Sayyaf menempuh
jalan perjuangannya dengan kekerasan dan tidak memilih
jalan damai atau demokrasi???
Dr. Yusuf Al Qordhowi, nama yang sudah tidak asing lagi
memenuhi segala ufuk. Banyak orang yang terpesona dengan
pendapatnya dan fikirannya, bahkan ada sebagian orang
yang menyikapinya seolah-olah seperti nabi yang semua
pendapatnya di telan begitu saja. Padahal sebenarnya banyak
sekali pendapat-pendapatnya yang sesat lagi menyesatkan.[17]
Al Qordhowy dan orang-orang sejenisnya seperti Al-Ghazali,
Muhammad Sa’id Ramadhan Al Buthi, Fahmi Huwaidi, Hasan
Ath-Thurabi, Rasyid Al Ghanusyi, Jaudat Sa’id dan lain
sebagainya, yang pada masa kini sepak terjangnya sudah
menyebar kemana-mana termasuk Indonesia. Bahkan
sebagian orang-orangnya lebih jelek lagi pendapat dan
pemikirannya. Yang dimaksud disini adalah orang-orang yang
mengaku sebagai ilmuwan dan cendekiawan muslim. Adapun
yang diluar itu, misalnya orang-orang sekuler, tentu lebih
buruk lagi, meskipun mengaku beragama Islam dan jauh
lebih sesat lagi.
17[] baca Kesesatan-Kesesatan Al-Qordhowy, yang dikutip oleh penulis….Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al
Wadi’i rahimahumullah, berkata “Al-Qordowy adalah orang yang telah menggadaikan separuh dari
agamanya dan boleh jadi akan menjual keseluruhannya (baca Asy-Syaikh Muqbil Hayatuhu wa Da’watuhu).

3939
Orang-orang tersebut dalam memahami Islam mempunyai
qoidah tersendiri, lain sama sekali dengan qoidah-qoidah
yang telah diasaskan oleh ulama’ salaf yang tsiqat lagi
terpercaya. Mereka berbuat demikian karena didorong oleh
rasa mindernya dan kalahnya dalam menghadapi peradaban
dan tamadun syaitan yang pada hari ini mendominasi dunia
baik peradaban Barat yang mengusung sekulerisme dengan
demokrasinya dalam masalah politik, kapitalismenya dalam
ekonomi dan liberalismenya dalam masalah sosial.
Maupun peradaban timur dengan yang komunis dengan
diktatorismenya dalam bidang politik, sosialisme dalam
ekonomi dan permisifismenya dalam masalah sosial dan
kemasyarakatan. Tetapi yang banyak mempengaruhi mereka
bersikap demikian adalah peradaban Barat yang
dianggapnya lebih maju dan hebat.
Dengan perasaan minder dan kalahnya, maka mereka
menampilkan Islam tidak sebagaimana Islam yang
diperjuangakan oleh Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam,
dan para shahabatnya rhodiyalloohu anhum yaitu Islam yang
lengkap dan sempurna. (lihat surat Al-Ma’idah (5) : 3), yang
tidak memerlukan sama sekali penambahan dari segala
sistem dan peradaban di luar Islam. Islam yang tulen seperti
ini tidak disukai oleh orang-orang barat dan tidak mendapat
tanggapan positif dari mereka, maka orang-orang yang lari
dan kalah itu menampilkan model Islam yang direspon Barat,
Islam yang disukai oleh mereka, Islam yang mau kompromi
dan berkongsi dengan mereka, Islam yang moderat dan
sesuai dengan tuntutan zaman menurut selera mereka.
Untuk memenuhi hasrat itu, maka mereka membuat qoidah-
qoidah ushul yang aneh bin nyeleneh yang tidak pernah
dikenali oleh generasi salaf kita, sebagai contoh misalnya:

) ‫(لي يييونَيكير تييغيييير اوليوحيكاَمم بمتِييغييمي اوليوزيماَمن‬


Artinya: Tidak menolak adanya peradaban hukum karena
perobahan zaman.
Dengan qoidah ini mereka bisa menghukumi apa saja
menurut selera dan hawa nafsu mereka. Maka jangan kaget
kalau mendengar pendapat mereka yang nyeleneh-nyeleneh,
sesat lagi menyesatkan, seperti misalnya "Islam menerima
demokrasi dengan segala penampilannya", 'kekufuran bukan
dosa yang bersifat duniawi, ia dosa ukhrawi Allah sendiri
yang menghisab', maka orang kafir, berhak untuk hidup
terhormat dan kita wajib menghentikan panggilan kafir
terhadap mereka.

4040
"Orang nashrani adalah saudara kita", "ahludz-dzimmah
tidak ada lagi sebab orang-orang ahli kitab telah sama-sama
mempertahankan negara kita". "Hukum had atas orang yang
murtad telah gugur" dan seribu satu lagi. Pokoknya dengan
qoidah mereka, mereka bisa memain-mainkan syariat sesuka
hati mereka. Contoh yang lainnya,
‫ت الومصليحةي فييثيمم يشرع الم‬
‫م‬
‫وي‬ ‫يحويثييماَ يكاَني ي و ي‬
Artinya: Dimana saja terdapat maslahah (kepentingan, kemanfaatan
dan kebaikan), maka disanalah syariat Allah.

Kalian bisa bayangkan sesatnya qoidah ini, dan lebih sesat lagi
apabila mereka menyandarkan maslahat itu diatas maslahat
duniawi sesuai dengan hawa nafsu mereka yang biasa disebut Al-
Mashalih-Al Basyariah (maslahat kemanusiaan).
Coba sekarang bedakan dengan menggunakan akal dan iman yang
waras qoidah maslahah yang dikehendaki oleh mereka yaitu ahlul
bid’ah, ahlul ahwa’dan ahlul dholalah dengan qoidah mashlahah
menurut Ahlus-Sunnah wal Jamaah. Imam Asy-Syatibi, salah
seorang tokoh Ahlus-Sunnah wal Jamaah telah menjelaskan secara
detil kepada kita, mengenai mashlahah dalam kitab “Al-
Muwafaqat” beliau katakan:

‫ أي أن حكييم ال ي تعيياَل ف ي الزجئ يي )الييدليل‬،‫إن الصيياَل ه يي بنَظيير الشيياَرع ل بنَظيير الكلييف‬


‫ وإن فاَتت بعض الصاَل لدى النَظر القاَصر‬،‫الاَص ( هو الذي يقق الصلحة‬
Artinya: Sesungguhnya maslahah-maslahah itu adalah menurut
pandangan Dzat yang membuat syariat (Allah Ta’ala) bukan
menurut pandangan orang yang dibebani tanggung jawab
(manusia). Maksudnya hukum Allah ta’ala yang terdapat pada dalil
setiap permasalahannya, itulah yang merealisir maslahah,
meskipun dengan itu akan hilang sebagian maslahat menurut
pandangan orang yang picik. (Al-Muwafaqat fi Ushuli Syari'ah
2/27-28).
Katanya lagi:

‫الشاَرع إناَ قصد بوضع الشريعة إخراج الكلف عن اتباَع هواه حت يكون عبدا ل‬
Artinya:
Dzat Pembuat syariat (Allah) membuat syariat adalah dengan
tujuan mengeluarkan mukallaf dari mengikuti hawa nafsunya
sehingga ia menjadi hamba Allah." (Al-Muwafaqat 2/153). Katanya
lagi :

4141
‫ والفماَسييد السي يتِدفعة إنيياَ تعتِييب ميين حيييث تقيياَم الييياَة الييدنياَ للحييياَة‬،َ‫الصيياَل التِجلييية شييرعا‬
‫ ل من حيث أهواء النَفموس ف جلب مصاَلهاَ العاَدية أو درء مفماَسدهاَ العاَدية‬،‫الخرى‬
Artinya:
Maslahah-maslahah yang jelas secara syar’i dan sebab-sebab
kerusakan yang mesti dibendung, bahwasanya hal itu adalah dinilai
dari segi tegaknya kehidupan dunia untuk kehidupan akherat,
bukan diukur mengikut hawa nafsu dalam meraih kepentingannya
secara manusiawi atau mengelak kerusakan-kerusakannya secara
adat kebiasaan. (Al-Muwafaqat 2/27-28).
Beliau berkata lagi:

َ‫ كمييا‬:‫ كميياَ أن الضميياَر مفموفيية ببعييض النَيياَفع‬،‫النَيياَفع الاَصييلة للمكلييف مشييوبة باَلضميياَر عيياَدة‬
‫ بيييث إذا دار المير بيي إحياَئهياَ وإتلفا‬،‫ إن النَفموس متحمة مفموظة ومطلوبية للحيياَء‬:‫نقول‬
‫ كيياَن‬،‫ أو إتلفهاَ وإحياَء الاَل كاَن إحياَؤهاَ أول فإن عاَرض إحياَؤهاَ إماَتيية الييدين‬،َ‫الاَل عليها‬
.‫ وقتِل الرتد وغي ذلك‬،‫ كماَ جاَء ف جهاَد الكفماَر‬،َ‫ وإن أدى إل إماَتتِها‬،‫إحياَء الدين أول‬
Artinya: Biasanya kemanfaatan-kemanfaatan yang berhasil dicapai
oleh seorang mukallaf itu tercampur dengan kemadharatan-
kemadharatan, sebagaimana pula kemadharatan-kemadharatan
dikelilingi dengan sebagian kemanfaatan. Seperti yang kami
katakan: bahwasanya jiwa adalah terhormat lagi terpelihara dan
menuntut untuk hidup. Sekiranya dihadapkan kepada
permasalahan (pilihan) antara menghidupkan (menyelamatkan)
jiwa dan melenyapkan harta demi selamatnya nyawa, atau
melenyapkannya (kehilangan nyawa) dan menghidupkan
(menyelamatkan) harta, maka menghidupkan jiwa itu lebih
diutamakan. Akan tetapi jika menghidupkan jiwa, itu membawa
kepada kematian dien (agama), maka menghidupkan dien itu lebih
diutamakan, walaupun mengakibatkan kematiannya, sebagaimana
yang terdapat dalam syariat berjihad melawan orang-orang kafir
dan membunuh orang murtad dan lain sebagainya. Al-Muwafaqat
2/92. (Rujuk Al-Muwafaqat juz 2/ 92, 27, 8, 153, atau kitab Al-Jihad
wal Ijtihad hal 268-269).
Pada (Al Muwafaqat juz 2) halaman 176 beliau berkata:

‫ ولييذلك ل‬،‫ وضييرورة الييدين أرجييح ميين كييل ضييرورة‬،‫فمصييلحة الييدين مقدميية علييى أي مصييلحة‬
‫قيمة لظح النساَن أماَم أحكاَم الشريعة‬
Artinya: maka maslahat dien (agama) didahulukan diatas maslahat
apapaun juga dan darurat atau kepentingan dien lebih diberatkan

4242
dari segala darurat atau kepentingan lainnya. Oleh karena itu tidak
ada harganya bagi nasib manusia dihadapan hukum-hukum syariat.
Dari beberapa qoul Imam Asy-Syathibi tersebut kita, dapat
menyimpulkan bahwasanya “Maslahat dan Madharat” dalam Islam
itu dinilai berdasarkan syariat, bukan berdasarkan fikiran manusia
dan hawa nafsunya. Dan maslahat dien (agama), dan akherat
adalah didahulukan atau diutamakan diatas segala maslahat yang
lain.
Demikianlah pemahaman maslahah menurut Ahlus-Sunnah wal
Jama’ah. Adapun menurut kaum yang tidak mempunyai izzah lagi
dengan Islam yang asli dan tulen, bahkan minder, pesimis, dan
merasa kalah berhadapan dengan peradaban barat, mereka
mendasarkan maslahat diatas berdasarkan rasio, akal dan hawa
nafsunya. Maka maslahat menurut mereka adalah maslahat
duniawi tanpa memandang kepada maslahat dien dan ukhrawi.
Disinilah letak dan puncak kesesatan mereka, bukan sekedar
perselisihan antar madzhab dikalangan ahlus-Sunnah, misalnya
antara madzhab Asy-Syafi’i dengan madzhab Al-Hanafi, atau Al-
Hambali dengan Al-Maliki, atau Asy-Syafi’i dengan ketiganya, atau
sebaliknya atau keempat-empatnya dengan madzhab Adh-Dhahiri,
atau sebaliknya. Bahkan bukan hanya sekedar seperti perselisihan
antara ahlus-Sunnah wal Jama’ah dengan golongan Khowarij atau
golongan murji’ah terdahulu, tetapi lebih dari itu semua...
Bahkan sebagian ahlul ilmi tidak ragu lagi menghukumi orang-
orang seperti itu (kaum pesimistis-ed) sebagai zindiq (orang yang
berpura-pura beriman tetapi pada hakekatnya adalah kufur).
Berkata Imam Asy-Syafi’i dan Imam Malik rahimahumullah :
Ulama’ahlul kalam adalah zindiq (lihat Al Jihad wal Ijtihad 278).
Sedangkan jika diperhatikan tindakan kriminal yang dilakukan oleh
kaum tersebut tidak lebih kecil dibandingkan dengan apa yang
diperbuat oleh ahlul kalam. –wallahu ‘alam-
Jika ditanyakan apakah tidak ada takhshish (pengkhususan),
menurut hukum syar’i dalam hal maslahat ini?
Jawabnya, setelah memahami maslahah dengan pemahaman
yang benar menurut syara’, maka sesungguhnya pengkhususan
terdapat pada dua maudhu’ yaitu:
1) Berkata Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rahimahumullah:

‫صلييحمة المرامجيحمة‬ ‫م‬ ‫م م‬


‫يماَ يحريم يسددا للمذمرييعة أيمبييح لوليم و‬
Artinya: Sesuatu yang diharamkan karena menutup wasilah
keburukan yang mungkin terjadi, diperbolehkan, karena ada
maslahat yang lebih kuat (dari keburukannya).

4343
2) Berkata Asy-Syathibi rahimahumullah:

‫ وأميياَ التِاَبعييية‬،‫ فاَلصييلية ل يراعييى فيهيياَ حييق الكلييف‬،‫القاَصييد الشييرعية ضيرباَن أصييلية وتاَبعييية‬
‫فياعى فيهاَ حق الكلف‬
Artinya: maksud syariat ada dua macam, Ashliyah dan Tabi’iyah,
maksud yang asli adalah tidak mengambil kira (perhitungan)
padanya hak seorang mukallaf. Sedangkan maksud tabi’i di
dalamnya memperhatikanatau memperhitungkan hak mukallaf.
Keterangan yang lebih jelas dalam masalah ini, silahkan merujuk
pada kitab yang tertera diatas.
Kembali pada pembahasan pokok. Jika kalian enggan menempuh
jalan jihad dalam memperjuangkan tegaknya Islam, dan kalian
memilih dengan cara ikut pesta demokrasi ---salah satu syariat agama
sekuler itu--- dengan alasan demi maslahah, maka ketahuilah
bahwasanya alasan kalian itu batil, sebab kalian telah mendasarkan
maslahah diatas rasio atau akal perasaan dan hawa nafsu kalian, dan
bukan diatas syara’ sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
Ketahuilah bahwasanya segala cara apapun untuk menggantikan
Jihad (perang) baik dengan parlemen, tabligh, seminar-seminar,
menulis buku, bedah buku, dengan tarbiyah yang khayal, yang mana
semua orang Islam akan dididik agar seluruhnya menjadi sholeh,
bahkan iman mereka diharapkan dapat mendekati derajat iman para
shahabat, dengan membenahi perekonomian, ilmu pengetahuan,
teknologi maupun yang lain-lain. Semua cara-cara ini akan membawa
kepada kerendahan dan kehinaan, jika dijadikan sebagai jalan untuk
mencapai kemenangan dan kekuasaan Islam tanpa jihad. Dan Allah
Yang Maha Menunjukkan ke jalan yang lurus.
Jika ada diantara kalian yang bertanya, kita wajib berjihad, maka
siapakah yang harus kita lawan, bukankah kaum muslimin pada saat
ini adalah dalam keadaan aman, orang kafir kan tidak memusuhi kita?
Jawaban singkatnya orang kafir dari segi lahir kelihatannya tidak
memerangi kaum muslimin, sebab sadar atau tidak sadar sebenarnya
kaum muslimin telah menuruti kemauan mereka, mengikuti program-
program mereka, manhaj mereka dan undang-undang mereka, angan-
angan mereka, dan impiannya selama ini sudah tercapai. Mereka
telah berhasil menguasai kaum muslimin, dalam segala aspek, maka
untuk apa mereka memerangi dengan senjata??? Tetapi jika kaum
muslimin enggan mengikuti mereka, maka mereka tidak segan-segan
menggunakan cara apapun termasuk senjata pemusnah masal, dan
sebagainya. Lihatlah apa yang terjadi di Afghanistan, Irak, Filipina
Selatan, Chechnya, dan sebagainya!
Menurut ahlul ilmi, jihad pada masa kini hukumnya wajib, karena
beberapa sebab antara lain:

4444
(a) Negara-negara kaum muslimin dikuasai oleh orang-orang
kafir. Coba amati dengan sebaik-baiknya dengan
menggunakan ilmu syar’i dan ilmu kauni, apakah ada negara
kaum muslimin sekarang ini yang tidak dikuasai oleh
kekuasaan kufur? Jika kalian jujur mesti menjawab tidak ada,
walaupun jazirah Arabia sebagai pusat negara kaum muslimin,
bukankah yang berkuasa disana adalah pelacur Amerika dan
antek-anteknya.?
(b) Kebanyakan penguasa-penguasa kaum muslimin telah
murtad mereka telah melakukan berbagai kufur akbar, syirik
akbar dan nifaq akbar.
(c) Wujudnya para penguasa dan kekuatan-kekuatan mereka
sebagai golongan yang menolak syariat Allah.
(d) Sirnanya Khilafah Islamiyah.
(e) Penjara di mana-mana dipenuhi para pejuang Islam.
(Rujuk Al-Khuttuth Al Aridhah hal 105-129).

[8]. Wasiat Kedelapan


Janganlah kalian berputus asa, bersedih hati, pesimis, merasa
kecil, hina dan tidak memiliki apa-apa...Ingat! Kalian memiliki iman
yang lebih berharga dari segala-galanya. Jika iman kalian benar, maka
kalian paling tinggi derajat dan kedudukannya (Q.S. Ali Imran (3):
139). Ketahuilah bahwasanya masa depan adalah untuk Islam dan
kaum Muslimin, baik di dunia maupun di akherat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (Q.S. An-Nur (24): 55, Q.S.
Al-Mukmin (40): 51, Q.S. Al-Anbiyaa’ (21): 105, Q.S. Al-A’raf (7) : 128,
5, 11, 49, Q.S. Al Qoshos (28) : 83).
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, bersabda dalam beberapa
hadits, antara lain sebagai berikut:

َ,‫صيملى الليميه يعليوييمه يويسيلميم‬ ‫م م‬ ‫مم‬ ‫يعيمن النَييوعيميياَمن بويمن بيمشييي قييياَيل ي نَي‬
‫كمياَ قييعيييوددا مفي الويموسيجد يمييع يريسييول اللميه ي‬
‫َ أييوتيفمي ي‬,‫ييياَ بيمشييي بويين يسيوعيد‬: ‫َ فيييقياَيل‬,‫ن‬
‫ظح‬ ‫ويكاَين بمشي رجدل ييك ي م‬
‫ فييجاَءي أيبييو ثييوعليبييةي اولييشي م ي‬.‫ف يحديثييه‬ ‫ي ي ي يي ي‬
‫ أينييياَ أيوحيفمي ي‬: ‫صيملى الليميه يعليوييمه يويسيلميم مفي اولييمييرامء؟ِ فيييقيياَيل يحيذيوييفميةي‬
.‫ظح يخطوبيتِيييه‬ ‫حيمدي ي م م‬
‫ث يريسييول اللميه ي‬ ‫ي‬
.‫س أييبو ثييوعليبيية‬‫فييجلي ي‬
‫صيملى الليميه يعليوييمه يويسيلميم تييكييوين الينَبي يموةي مفييكيوم يميياَ يشيياَءي اللميهي أيون‬ ‫م‬
‫ قييياَيل يريسييويل اللميه ي‬: ‫فيييقيياَيل يحيذيوييفميةي‬
‫م‬ ‫م‬ ‫م‬
‫تييكوين يثم يييورفييعييهاَ إميذا يشاَءي أيون يييورفيييعيهاَ يثم تييكوين خيلفيةي يعيلى مونَييهاَمج الينَبي يموة فييتِييكييوين يميياَ يشياَءي اللميهي‬

4545
‫أيون تييكييوين يثمي يييورفييعييهيياَ إميذا يشيياَءي اللميهي أيون يييورفيييعيهيياَ يثمي تييكييوين يمولدكيياَ يعاَ د‬
‫ضيياَ فيييييكييوين يميياَ يشيياَءي اللميهي أيون‬
‫يييكوين يثم يييورفييعييهاَ إميذا يشاَءي أيون يييورفيييعيهاَ يثم تييكوين يمولدكيياَ يج ومبييمةد فييتِييكيوين يميياَ يشياَءي اللميهي أيون تييكييوين يثمي‬
‫م‬ ‫م‬ ‫م‬
‫يييورفييعييهاَ إميذا يشاَءي أيون يييورفيييعيهاَ يثم تييكوين خيلفيةد يعيلى مونَييهاَمج الينَبييموة يثم يسيك ي‬
‫ت‬
Artinya: “Dari Hudzaifah rhodiyalloohu anhum berkata,
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, telah bersabda, terjadi
nubuwwah (kenabian) di kalangan kamu, sebagaimana yang
Allah kehendaki untuk terjadi, kemudian Allah mengangkatnya
apabila Ia menghendaki mengangkatnya, kemudian terjadi
khilafah, diatas minhaj (jalan yang terang) kenabian, maka
terjadilah ia sebagaimana kehendak Allah untuk terjadi,
kemudian Allah, mengangkatnya apabila Allah menghendaki
untuk mengangkatnya, kemudian terjadi kerajaan yang
menggigit (kejam / bengis) maka terjadilah ia sebagaimana
kehendak Allah untuk terjadi, kemudian Allah, mengangkatnya
apabila Allah menghendaki untuk mengangkatnya, kemudian
terjadi kerajaan yang memaksa (sombong / angkuh), maka
terjadilah ia sebagaimana kehendak allah untuk terjadi,
kemudian mengangkatnya, apabila Allah menghendaki untuk
mengangkatnya, kemudian terjadi khilafah diatas minhaj
kenabian. Kemudian beliau diam” (H.H.R Imam Ahmad dalam
Musnad: 1843).
Sabda beliau lagi sholallohu alaihi wa sallam:

َ‫ لييويبيليغييمن يهييذا اوليوميير يميا‬: ‫صملى اللميه يعليوييمه يويسيلميم ييييقيويل‬ ‫م‬
‫ت يريسويل اللمه ي‬
‫م‬
‫ي يقاَيل يسوع ي‬ ‫يعون يمتييم المدامر ر‬
‫ت يمييدير يويل يوبييير إممل أيوديخلييهي اللميهي يهييذا اليرديين بمعميرزج يعمزجيييزج أيوو‬ ‫بييليييغ اللمويييل يوالنَمييهيياَير يويل يييوتِ ييريك اللميهي بييويي ي‬
‫ي ييييقييويل قيود‬ ‫ يويكياَين يتميييم اليمدامر ي‬.‫َ معيدزجا ييعمييزج اللميهي بميمه ا وملوسييليم يوذيدل يييمذيل اللميهي بميمه الويكوفميير‬,‫بمييذرل ذيلميييل‬
‫ك مف أيهمل بييمت لييقود أيصاَب من أيسليم ممونَيهم اوليير والمشر ي م‬ ‫عرفو م‬
‫ب يمون‬ ‫صاَ ي‬ ‫فا يوالوعيزج يولييقود أي ي‬ ‫ي ي ي و و ي ي ي يو ي ي ي‬ ‫ت ذيل ي و يو‬ ‫يي ي‬
* ‫صيغاَير يواولموزجييةي‬‫يكاَين ممونَييهوم يكاَفمدرا اليذيل يوال م‬
Artinya: “Dari Tamim ad Dari rhodiyalloohu anhum berkata, “Aku
mendengar Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam,
bersabda,”Sesungguhnya benar-benar urusan ini (Islam) akan
mencapai segala tempat yang dicapai malam dan siang dan Allah
tidak meninggalkan rumah yang terbuat dari tanah liat maupun
bulu unta melainkan Allah memasukkan dien ini kepadanya,
dengan memuliakan yang mulia dan menghinakan yang hina,
mulia karena Allah memuliakan dengannya Islam, dan hina
karena Allah menghinakan dengannya kekufuran ” (H.S.R Imam
Ahmad, dalam kitab Al-Musnad No: 16998 dan Al-Hakim dalam

4646
Al-Mustadrak no 8326, lihat Silsilah Ahadits Shahihah, syaikh
Albani no 3).
Sabdanya sholallohu alaihi wa sallam, lagi
‫م‬ ‫م م م م‬ ‫يعي يون ثييووبييياَين قييياَيل قييياَيل يريس ييويل اللمي يمه ي م م‬
‫ت‬‫ض فيييرأييوي ي ي‬
‫لي ي اوليور ي‬ ‫صي يلى الل ييه يعليويي يه يويسي يليم إمن اللي يهي يزيوى ي‬
‫م‬ ‫م‬ ‫م م‬ ‫م‬
‫يميش يياَرقيييهاَ يويميغاَربيييه يياَ يوإمن أيممتي ي يسي ييويبيلييغ يموليكيه يياَ يم يياَ يزمو ي‬
‫ي ملي ي مونَييه يياَ يوأيوعطيي ي ي‬
‫ت الويكونَييزجيوي يمن اوليوحيي يير‬
*‫ض‬ ‫يوا و يلبوييي ي‬
Artinya: “Dari Tsauban rhodiyalloohu anhum bahwasanya
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, bersabda, sesungguhnya
Allah menghimpun bumi untukku, maka aku bisa melihat penjuru
timurnya dan penjuru baratnya dn sesungguhnya umatku
kerajaan (kekuasaan) nya akan mencapai apa yang dihimpunkan
kepadaku darinya.” (H.S.R Muslim).
Sabdanya sholallohu alaihi wa sallam, yang lain:

‫صملى المله يعليويمه يويسلميم بيرشور يهمذمه اوليمةي مباَلمسينَاَمء يوالرفوييع يمة‬ ‫م‬
‫ب يقاَيل يقاَيل يريسويل اللمه ي‬ ‫ب بومن يكوع ي‬ ‫يعون أيير‬
‫ فييميون يعممييل ممونَييهيوم يعيمييل اولمخييرمة لملييدنوييياَ يلوي يييكيون لييهي مفي‬.‫ض‬ ‫الموممك م‬
‫يي مفي اوليور م‬ ِ‫صيمر يو ت‬
‫يواليرديمن يو نَالم و‬
‫م م‬
.‫ب‬‫اولخيرمة نيصي ي‬
Artinya: “Dari Ubay bin Kaab rhodiyalloohu anhum berkata
“Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, bersabda:
“Gembirakanlah umat ini dengan keluhuran, ketinggian dan
kemenangan, kejayaan dan berkuasa di muka bumi, maka
barangsiapa dari mereka yang mengerjakan amalan akhirat
untuk keduniaan, ia tidak mendapatkan bagian apapun di
akherat”” (H.R. Imam Ahmad).
Dan masih banyak lagi keterangan-keterangan lain yang
berhubungan dengan pembahasan masalah ini, bagi yang ingin
memperdalam silahkan melihat sebagian rujukan yang saya tuliskan
di bawah ini:
 Tafsir Ibnu Katsir : 3/211-213, 210-212, 4/90-91, 1/586-
597
 Al Mustaqbal li Haadzad-Dien –oleh- Ust. Sayyid Qutb.
 Armageddon (Huru-hara akhir Zaman) oleh Muhammad
Amin Jamaluddin.
 Armageddon Peperangan Akhir Zaman menurut Al-Qur’an,
Al-Hadits, Taurat dan Injil, oleh Ir. Wisnu Sasongko, M.T.
Untuk menyongsong kemuliaan, kemenangan, kejayaan dan
kekuasaan Islam dan kaum muslimin itu, meskipun kebanyakan umat

4747
Islam telah mabuk ke dunia, dan tidak sedikit juga yang terbuai
dengan kehidupan ala sufi dan manhaj Demokrasi Al-Ghorbi As-Syirki
Al-Kufri. Akan tetapi Sunnatullah dan taqdirnya telah menyatakan
bahwasanya akan senantiasa ada dari umat ini satu kelompok yang
membela dan memperjuangkan Islam dengan pedang dan kekuatan
dengan mendapat pertolongan Allah Ta’ala.
Ada sekitar dua ratus (yang lebih benar; dua puluh, ed) hadits
yang menjelaskan masalah ini, baiklah kita simak satu saja mudah-
mudahan Allah memberkati kita:

‫صيملى الليميه يعليوييمه يويسيلميم ييييقييويل يل تيييزجايل يطاَئميفميةي مميون‬ ‫م‬ ‫م م‬


‫بي ي‬ ‫يعيون يجياَبممر بويمن يعوبيد اللميه ييييقييويل يسيوع ي‬
‫ت نَالمم م‬
‫صيملى الليميه يعليوييمه‬ ‫م‬ ‫م م م‬ ‫م‬ ‫م‬
‫أيممت ييييقاَتيلوين يعيلى اوليرق يظاَهمريين إميل يييووم الوقيياَيمة يقاَيل فيييييونَمزجيل عييسى ابويين يموريييي ي‬
‫ض أيمراء تيوكمرميةي اللميمه هيمذهم‬ ‫م‬
‫ي‬ ‫ضميكوم يعيلى بييوع ي ي ي ي ي‬ ‫صرل ليينَاَ فييييييقويل يل إممن بييوع ي‬
‫يويسلميم فييييييقويل أيميييهوم تيييعاَيل ي‬
‫اوليمةي‬
Artinya: “Dari Jabir bin Abdullah rhodiyalloohu anhum berkata,
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam bersabda “Akan senantiasa
ada segolongan dari umatku yang berperang membela kebenaran
dengan mendapat pertolongan Allah hingga datangnya hari
kiamat.” “Beliau berkata, "Kemudian akan turun Isa putra
Maryam alaihi salam, lalu pemimpin mereka berkata (kepada Isa
alaihi salam). “Kemarilah silakan anda mengimami kami sholat!”
Lalu beliau menjawab, “Tidak sesungguhnya sebagian kalian
adalah pemimpin, bagi sebagian yang lain.” Sebagai
penghormatan dari Allah terhadap umat ini. (H.S.R Muslim).
Berdasarkan hadits-hadits yang banyak itu dan keterangan-
keterangan ahlul ilmi yang tsiqot, bisa disimpulkan –wallahu a’lam-
bahwa golongan tersebut pada masa kini adalah para mujahidin, yang
sedang berjihad dengan pedang dan kekuatan di mana-mana demi
membela kebenaran. Mereka inilah yang patut menyongsong
kemenangan dan kejayaan tersebut. Oleh karena itu bersegeralah
kalian untuk bergabung dengan mereka (bisa anda lihat dalam Al-
Qur’an surat ke 19 ayat ke 119), minimal hati dan perasaan kalian.
Sungguh merugi orang yang tidak menyertai mereka.

‫ي‬ ‫يأللمهمم أيحيمينَاَ مسلمممي وأيمموتِيينَاَ مسلمممي وأيولموقينَاَ مباَل مم‬


‫صاَل ي‬
‫ي‬ ‫ي و يو يي يو يي‬
Artinya: “Ya Allah, hidupkanlah kami dalam keadaan muslim dan
matikanlah kami dalam keadaan muslim, dan gabungkanlah kami
dengan orang-orang sholeh (di dunia dan di akherat)” (Lihat

4848
Tafsir Ibnu Katsir, 3/351, 2/510).

[9]. Wasiat Kesembilan


Berpeganglah kalian semuanya kepada tali Allah, kepada dien-
Nya, kepada Islam, kepada Al-Qur’an, kepada As-Sunnah, dan kepada
Al-Haq, dan berjama’ahlah, serta bersatulah dalam memegangi
kebenaran, dan jangan bercerai berai (silahkan buka firman Allah
Ta’ala surat Ali Imran (3) : 103).
Ingatlah bahwa berjama’ah atau bersatu dalam kebatilan, seperti
kufur, syirik, nifaq, riddah, bid’ah, dan sebagainya tidak berarti sama
sekali dalam perjuangan menegakkan kebenaran, bahkan dilarang
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka maksud dari jama’ah, dalam
Islam adalah jama’ah yang sesuai dengan syariat meskipun seorang
diri, seperti kata Abdullah bin Mas’ud rhodiyalloohu anhum seorang
faqih dari kalangan shahabat. Maka kumpulan, kelompok dan
golongan yang manapun juga, meskipun pengikutnya menakjubkan
kita jumlahnya, dan sistem organisasinya, dan lain sebagainya, tetapi
tidak sesuai dengan syari’at, maka kumpulan tersebut adalah
kumpulan batil. Kalian tidak boleh beriltizam dan mengikutinya,
karena sesat dan menyesatkan, tinggalkanlah jama’ah-jama’ah yang
seperti itu, dan kembalilah kepada jama’ah-jama’ah yang sesuai
dengan syara’ meskipun kelihatannya tidak banyak pengikutnya.
Berusahalah untuk mengishlah atau memperbaiki, perhubungan
sesama kaum mukminin, (al-Qur’an Surat Al-Anfal (8): 1). Sebab
kerusakan hubungan sesama kaum mukminin, berpengaruh negatif
terhadap dien dan dunianya, di dalam sebuah hadits disebut sebagai
Al Haliqoh (pencukur).

‫ضمييل مميون يديريجيمة‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫م‬


‫صيملى اللمييه يعليوييه يويسيلميم أييل أيوخمبييكيوم بمأيفو ي‬
‫يعيون أيمبي اليمدوريداء قييياَيل قييياَيل يريسييويل اللميه ي‬
‫يي وفيسيياَد يذا م‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫صييلمة وال م م‬ ‫ال ر م‬
‫ت‬ ‫صييليح يذات اولبيي و م ي ي ي‬ ‫ قيياَيل إم و‬.‫صييدقية ؟ِ قيياَليوا بييلييى يييياَ يريسييويل اللميه‬ ‫صيياَم يوال م ي‬
* ‫لاَلميقةي‬ ‫اولبيي و م‬
‫ي ا وي‬
Artinya: “Dari Abu Darda’ rhodiyalloohu anhum, berkata,
Rasulullah sholallohu alaihi wa sallam, bersabda: Ingatlah! Aku
akan memberitahukan kepada kalian dengan sesuatu yang lebih
utama dari derajat kedudukan puasa, shalat dan shodaqoh!” “Ya
apa itu wahai Rasulullah!” Beliau berkata, “Memperbaiki
hubungan sesama (kalian).” Beliau berkata “Dan rusaknya
hubungan sesama (kalian) adalah pencukur” (H.H.R Abu Daud
dan At-Tirmidzi), Dan dalam riwayat lain dikatakan sebagai
pencukur dien (agama).
Oleh karena itu, janganlah kita ribut sendiri dengan sesama

4949
kaum mukminin, hanya karena masalah duniawi, roti dan nasi
sehingga lupa terhadap masalah-masalah prinsip yang mesti dibela
sampai mati. Jadikanlah diri-diri kalian sebagai Ashabul Mabadi’
(orang-orang yang punya prinsip). Dan janganlah menjadi Ashabul
Masholih (orang-orang yang hidupnya demi kepentingan duniawinya).
[10]. Wasiat Kesepuluh
Bermujahadahlah sekuat tenaga dan kemampuan untuk
menghindarkan diri dari dua belas perkara yang diharamkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Insya Allah dengan izin-Nya dan rahmat-Nya
kalian akan diselamatkan dari siksa dunia dan akherat, kalian akan
terselamatkan dari neraka, dan dimasukkan ke dalam surga. Inilah
keberuntungan, kejayaan, kemenangan dan sukses yang sebenarnya,
(Al-Qur’an Surat Ali Imran (3): 185). Adapun 12 jenis yang
diharamkan itu ialah:
a) Kufur ‫الكفر‬
b) Syirik ‫الشرك‬
c) Nifaq ‫النفاَق‬
d) Kefasikan ‫الفسوُق‬
e) Kedurhakaan ‫العصياَن‬
f) Dosa ‫الثم‬
g) Pelanggaran ‫العدوان‬.
h) Perbuatan keji ‫الفخشاَء‬,
i) Kemungkaran ‫المنكر‬,
j) Dzhalim/melanggar hak manusia ‫الظلم‬
k) Mengada-adakan terhadap Allah tanpa ilmu ‫القوُل علىَّ ا بل علم‬
(lihat Qur’an Surat (7) : 33),
l) Mengikuti jalan yang bukan jalan orang mukmin. ‫اتباَع غير‬
‫( سبيل المؤمنين‬lihat Qur’an Surat An-Nisa (4) : 115). Bagi yang
ingin membaca syarahnya secara detail, bisa dilihat pada
kitab Madarijus Salikin, Ibnu Qoyyim 1/335-372, atau
Risalah kepada Shahabat-oleh penulis-
***
Demikianlah 10 wasiat dan pesan-pesan yang perlu kami
sampaikan kepada kalian semua, semoga bermanfaat bagi kita
sekalian. Yang benar dari Allah ta’ala, marilah kita berusaha, bersedia
menerima dan mengamalkannya, sedang yang batil dari saya sendiri
dan syaitan, saya beristighfar dan memohon ampun kepada-Nya.
Akhirnya marilah kita senantiasa berdo’a untuk diri kita,
keluarga kita, segenap kaum mukminin, terutama mujahidin yang
sedang berjihad dan berjuang dimana-mana, mudah-mudahan kita

5050
semua ditunjukkan Allah jalan yang benar dan diberi-Nya rizki untuk
dapat mengikuti-Nya, dan selalu sabar, tsabat dan istiqomah. Amiin.

(88: ‫)هود‬
.‫جزجاكم ال خي الزجاء‬
.‫و المد ل رب العاَلي‬
.‫و السلم عليكم ورحة ال وبركاَته‬
‫ هي‬1425 ‫ غرة ربيع الول‬، ‫غرفة اللوة‬
‫أخوكم ف ال‬
(‫)أبو الستِة التِنَجولون‬

5151

Anda mungkin juga menyukai