NIM: 032011133088
Islam sebagai religiokultural terbagi menjadi dua korpus, yaitu korpus wahyu dan korpus
historis. Korpus wahyu adalah islam yang ideal dan berada dalam kerangka wahyu, bersifat
normatif sebagaimana terkandung dalam teks-teks dalam Al-Qur’an. Sedangkan korpus historis
merupakan islam yang berada dalam tradisi lokal sebagaimana yang dibaca, dimengerti, dan
dipraktikkan oleh umatnya dalam konteks ruang dan waktu yang berbeda.
Pada masa kolonial Belanda, Muhammadiyah dituding membuat keresahan di tengah masyarakat
muslim, yakni mengampanyekan pemberantasan TBC yang meliputi:
Contoh perkara agama yang dituding TBC antara lain, ziarah kubur, tahlil kematian (hari
ke-7, hari ke-40, hari ke-100), talqin di atas kubur, qunut subuh, tarawih 23 rakaat, yasinan tiap
malam jumat, memperingati hari-hari besar Islam). Kemudian, muncul organisasi dan Madzhab
NU untuk mempertahankan madzhab dan keyakinan religiusnya. Saat itu Muhammadiyah dan
NU saling bertentangan mengenai persoalan TBC.
Keberhasilan Revolusi Islam Iran 1979 (Ayatullah Khomeini) menggulingkan Syah Reza
Pahlevi yang korup dan otoriter yang memicu kebangkitan Islam di berbagai belahan dunia,
termasuk Indonesia dan membuat madzhab Syiah ramai dipelajari orang-orang Islam.
Masyarakat muslim Indonesia menolak Ahmadiyah dan JIL (Jaringan Islam Liberal). Karena
beragamnya mazhab dan keyakinan religius, sebagian ulama dan cendekiawan muslim
menggagas ukhuwah islamiah (Persaudaraan Muslim).
Model Ukhuwah Islamiah ada 3 yaitu:
1. Ukhuwah islamiah terbatas dalam rumpun Islam Suni ( NU, Muhammadiyah, Persis, dan
Islam Suni lainnya)
3. Ukhuwah islamiah lebih luas lagi hingga mencakup Ahmadiyah dan Islam Liberal (JIL)
Ketika Nabi masih berada diantara umat, semua permasalahan dikembalikan dan dijawab
beliau. Ketika Nabi wafat, permasalahan mulai muncul dan butuh solusi/penanganan. Itulah yang
merupakan cikal bakal lahirnya dua macam madzhab besar dalam Islam, yaitu:
1. Suni: lebih banyak memilih hadis yang diriwayatkan para sahabat nabi
Secara umum di Indonesia terdapat dua mazhab besar yaitu mazhab yang berpegang pada
empat mazhab (Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hambali) dan mazhab yang langsung berpegang
pada Al-Quran dan As-Sunnah. Masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) dan kaum ahlus sunnah wal
jama’ah (Aswaja) berpegang pada empat mazhab, sedangkan masyarakat Muhammadiyah dan
Persatuan Islam (Persis) berpegang pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, yakni Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
Menanggapi Video Bagaimana Islam Membangun Persatuan dalam Keberagaman
Menurut pendapat saya, kasus penghinaan Nabi Muhammad SAW yang ada di Prancis
tidak dapat ditolerir lagi. Prancis juga pernah menghina Nabi Muhammad SAW melalui majalah
Satir Charkie Hebdo dan sekarang hal ini terjadi lagi. Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi.
Kejahatan-kejahatan seringkali diatasnamakan kebebasan berekspresi. Padahal penghinaan
kepada Nabi Muhammad SAW bukanlah bentuk dari kebebasan berekspresi.
Kita bershalawat kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Mencintai beliau adalah
wujud cinta kita kepada Allah SWT dan ini adalah bentuk keimanan. Demikian pula sebaliknya,
menghina atau membenci beliau adalah wujud dari menghina dan membenci Allah dan ini
adalah bentuk kekafiran. Menghina atau mengolok-olok orang lain dalam Islam termasuk
perbuatan tercela dan terlarang. Ia bahkan disejajarkan dengan dosa pembunuhan. Rasulullah
SAW bersabda dari hadits Tsabit bin Dhahak:
َو َم ْن قَ َذفَ ُمْؤ ِمنًا بِ ُك ْف ٍر فَهُ َو َكقَ ْتلِ ِه،َو َم ْن لَ َعنَ ُمْؤ ِمنًا فَهُ َو َكقَ ْتلِ ِه
“Barang siapa melaknat (menghina) seorang mukmin maka sama seperti membunuhnya, dan
barang siapa menuduh seorang mukmin maka sama seperti membunuhnya.” (HR. Al-Bukhari)
Jika mencela orang lain secara umum dosanya sedemikian berat, maka bagaimana dengan
orang yang menghina Rasulullah SAW, panutan utama kaum muslimin di seluruh dunia? Tentu
lebih besar dosa dan hukuman yang akan diterima oleh pelakunya. Allah Ta’ala berfirman:
ََولَ ِٕى ْن َسا َ ْلتَهُ ْم لَيَقُوْ لُ َّن اِنَّ َما ُكنَّا نَ ُخوْ ضُ َون َْل َع ۗبُ قُلْ اَبِاهّٰلل ِ َو ٰا ٰيتِ ٖه َو َرسُوْ لِ ٖه ُك ْنتُ ْم تَ ْستَه ِْزءُوْ ن
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami
hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Mengapa kepada Allah, dan ayat-
ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. At-Taubah: 65)
ُۚۡوا قَ ۡد َكفَ ۡرتُم بَ ۡع َد ِإي ٰ َمنِ ُكم
ْ اَل ت َۡعتَ ِذر
“Tidak perlu kamu meminta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman” (QS. At-Taubah:66)
“Manusia yang paling keras siksanya nanti di hari kiamat adalah para pelukis.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
Sementara para ulama sepakat, menggambar Nabi Muhammad SAW hukumnya haram.
Menggambar fisik atau wajah Nabi Muhammad SAW termasuk dalam kedustaan atas nama
beliau. Dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
ْأ
ِ َّ فَ ْليَتَبَ َّو َم ْق َع َدهُ ِمنَ النŒ،ي ُمتَ َع ِّمدًا
ار َّ َب َعل
َ َم ْن َك َذ
“Barang siapa berdusta mengatasnamakan diriku maka bersiaplah menempati tempat duduk di
neraka.” (HR. Muslim)