Anda di halaman 1dari 12

Study Club UTS

HUKUM
PIDANA
Erlangga Yudha Prasetya
Daniel Glori Dias
NO. 1 A
Dengan menyimpang seperlunya dari Peraturan Presiden Republik
Indonesia tertanggal 10 Oktober 1945 No. 2, menetapkan, bahwa
peraturan-peraturan hukum pidana yang sekarang berlaku, ialah
peraturan-peraturan hukum pidana yang ada pada tanggal 8 Maret
1942 (Ketentuan pidana yang berlaku adalah WvS 1915 sejak 1
januari 1918).

Peraturan Presiden 10 Oktober 1945 Nomor 2 adalah aturan


peralihan untuk kesuluruhan sistem hukum di Indonesia agar tidak
terjadi kekosongan hukum setelah kemerdekaan. Berdasarkan
aturan peralihan tersebut ketentuan pidana yang berlaku adalah
Ketentuan Pidana yang berlaku pada masa penjajahan Jepang.

Pemerintahan Jepang pada saat itu mengeluarkan maklumat yang


memuat ketentuan pidana dan memberlakukannya di wilayah
Indonesia. tapi tidak ada yang mencabut WvS 1915 sehingga terjadi
dualisme, termasuk setelah Indonesia merdeka.

Melalui UU No 1 tahun 1946, memberlakukan Kembali WvS sebagai


Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia, sehingga ketentuan
Peraturan Presiden 10 Oktober 1945 Nomor 2 sudah disimpangi.
NO. 1 B
Pasal V dan VIII
Pasal V dan VIII sebagai
penyesuaian WvS dengan Pasal V
sistem hukum di Indonesia,
dimana pasal VIII merupakan Peraturan hukum pidana, yang
pelengkap peralihan tersebut. seluruhnya atau sebagian
sekarang tidak dapat dijalankan,
atau bertentangan dengan Pasal VIII
kedudukan Republik Indonesia
sebagai negara merdeka, atau Pergantian Penyebutan Istilah
tidak mempunyai arti lagi, harus dalam hukum pidana (contoh:
dianggap seluruh atau sebagian Dalam pasal 20 perkataan "het
sementara tidak berlaku. hoofd van plaatselijk bestuur
(den assistent-resident) diganti
dengan "den jaksa".)
NO. 2 A

Asas Legalitas diatur dalam pasal 1


ayat 1. Untuk menentukan perbuatan
pidana bukan pertangggungjawaban
pidana, hal ini karena Indonesia
menganut sistem dualism dimana
dibedakan antara perbuatan pidana
dan pertanggungjawaban pidana

Unsur Asas Legalitas (Nullum delictum


nulla poena sine praevia lege) tidak
ada delik, tidak ada pidana tanpa
peraturan lebih dahulu
3 PENGERTIAN
1.Tidak ada perbuatan yang dilarang
dan diancam dengan pidana kalau hal
itu terlebih dahulu belum dinyatakan
dalam suatu aturan undang-undang
2.Untuk menetukan adanya perbuatan
pidana tidak boleh digunakan analogi
3.Aturan Hukum Pidana tidak berlaku
surut

PEMBAGIAN ASAS LEGALITAS


1.Tidak ada hukuman, kalua tidak ada
ketentuan undang-undang (Nulla Poena
sine lege)
2.Tidak ada hukuman, kalua taka da
perbuatan pidana
3.Tidak ada perbuatan pidana, kalua tidak
ada hukuman yang berdasarkan undang-
undang
NO. 2 B

Pasal 5 ayat (1) UU Kehakiman


"Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat."
NO. 3 A
Lex Temporis Delicti
Seseorang harus diadili menurut aturan
yang berlaku pada waktu perbuatan
dilakukan

Dikaitkan dengan makna asas legalitas.


NO. 3 B
Maksudnya semisal ada perkara yang
masih berjalan, terus kemudian ada
perubahan nanti dipakai yang memang
paling menguntungkan terdakwa.

Namun, berdasarkan putusan HR 1936


Harus dilihat maksud perubahan
- Jika perubahan pandangan tentang patut
tidaknya pidana, maka itu termasuk yang
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) KUHP
- Jika sifatnya sementara, maka itu bukan
perubahan dalam Pasal 1 ayat (2) KUHP
NO. 4 A
Sifat Melawan Hukum

Pendapat Ahli

Simons mengatakan dalam buku


S.R. Sianturi (2002:143)
pengertian dari bersifat
melawan hukum adalah
bertentangan dengan hukum
pada umumnya, tetapi dalam
hubungan bersifat melawan
hukum sebagai salah satu unsur
dari delik. Jika ada perselisihan
mengenai ada tidaknya sifat
melawan hukum dari suatu Melawan Hukum Formil Melawan Hukum Materiil
tindakan, hakim tetap terikat
pada perumusan undang- ketika perbuatan tersebut ketika perbuatan bertentangan
undang. Artinya yang harus memenuhi delik yang tercantum dengan kepentingan hukum
dibuktikan hanyalah yang dalam perundang-undangan. yang dimaksud pembuat uu
dengan tegas dirumuskan
dalam undang-undang dalam
rangka usaha pembuktian.
NO. 4 B
Pasal 305 KUHP
"Barang siapa menempatkan anak
yang umurnya belum tujuh tahun
untuk ditemukan atau meninggalkan
anak itu dengan maksud untuk
melepaskan diri daripadanya,
diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan."

Pasal 306 ayat (2) KUHP


jika mengakibatkan kematian pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
Asas Teritorial
Tindak pidana di wilayah teritorial NKRI, kapal,
pesawat Indonsia. Pengecualian dalam hukum
internasional (Pasal 9 KUHP), contohnya hak
imunitas.

Asas Nasional Aktif

NO. 5 Tindak pidana yang dilakukan WNI di luar negeri.


Syaratnya: di negara tersebut, tindakan tersebut
juga diancam sebagai tindak pidana. Ada di
Asas-asas berlakunya hukum pidana Pasal 5 dan Pasal 7 KUHP.

Asas Nasional Pasif


Tindak Pidana yang mengancam kepentingan
dan keamanan negara (Pasal 4 ayat (1) & ayat (3)
KUHP)

Asas Universal
Memelihara ketertiban dan keamanan secara
universal (Pasal 4 ayat (2) dan (4) KUHP)
TERIMA KASIH
Sukses UTS-nya!

Anda mungkin juga menyukai