Anda di halaman 1dari 14

I

V
K
O
P
M
O
L

TUGAS AL-ISLAM DAN


E
K

KEMUHAMMADIYAHA
N
MADE BY

KELOMPOK VI

> MUH ILHAM MUDRAZKY Q


>NISWA
>DEVI VIDYA VINAYA
ISLAM DAN TOLERANSI

1. PENGERTIAN TOLERANSI

2. TOLERANSI DAN AGAMA

3. TOLERANSI DALAM ISLAM

4.DALIL DALIL DALAM AL-QURAN


1. PENGERTIAN TOLERANSI

Toleransi adalah kata serapan yang diambil dari


bahasa inggris yaitu
kata tolerance. Tolerance memiliki arti
membiarkan. Sehingga dari akar katanya,
toleransi adalah tindakan pembiaran. Jika
dikaitkan dengan bahasa arab, toleransi sepadan
dengan kata tasamuh. Kata tasamuh artinya
adalah mengizinkan atau bisa juga diartikan
saling memudahkan.
Jika ditarik kesimpulan dari kata tolerance dan
tasamuh, maka toleransi adalah tindakan yang
membiarkan atau mengizinkan seseorang
melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
pengertian dari toleransi adalah sifat atau sikap
toleran dan penyimpangan yang masih bisa
diterima dalam pengukuran kerja.
2. TOLERANSI DAN AGAMA

Islam adalah agama wahyu yang diturunkan oleh Allah melalui Rasul-Nya,
Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta, rahmatan li al-‘alamin,
dan berlaku secara undi Timur maupun di Barat, min masyariq al-ardhi ila
magharibiha. Namun, agama wahyu yang bersifat universal ini tetap mengakui
dan menerima kenyataan pluralitas agama di muka bumi, bahwa Allah memang
telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk menentukan dan memilih
agama yang disukai. Selanjutnya, sebagai rahmat bagi kehidupan semesta alam,
Islam sudah barang tentu memiliki komitmen untuk menciptakan suasana
kerukunan dan kedamaian bagi kehidupan bani insani. Maka, di samping
istiqamah berpegang teguh kepada dan ketat memelihara kemurnian akidah
tauhidiah di tengahtengah interaksi antarumat beragama, Islam menjadi
pelopor toleransi, demi kerukunan dan kedamaian kehidupan manusia di muka
bumi. Kekayaan akhlak toleransi Islam tersebut dapat ditelusuri dan mudah
ditemukan dari dasar teologis atau akidah, dari aspek syariah dan mu‘amalah,
dari etika dakwah, dan dari akhlak al-ukhuwah albasyariah atau persaudaraan
universal. Akhlak toleransi Islam ini tidak sekedar khazanah teoretis, melainkan
telah dipraktikkan secara historis oleh Rasulullah SAW dan oleh kaum
muslimin dari generasi ke generasi, baik dalam tataran kehidupan sosial sehari-
hari maupun dalam politik di suatu negeri
iversal sebagai petunjuk bagi manusia di seantero dunia,
3. TOLERANSI DALAM ISLAM

Islam menjunjung tinggi toleransi. Sudah dijelaskan dalam Al


Qur’an bagaimana mengatur hubungan dengan umat
beragama lain. Penting bagi setiap muslim untuk bersikap
toleran kepada umat lain selama tidak mengganggu agama dan
ibadah umat islam. Adapun bentuk-bentuk toleransi yang
diperbolehkan dalam islam diantaranya;
a. Berbuat Baik & Adil Kepada Siapapun
Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang hukum meremehkan
kaum non muslim, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik
kepada non muslim yang tidak memerangi kalian seperti
berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara
mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah
menyukai orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 7: 247).
b. Saling Menolong Terutama Orang Yang Membutuhkan (Orang
Miskin, Sakit, Orang Tua, Anak-Anak)
Dari konsep di atas, kita bisa mengambil kesimpulan untuk tidak pandang
bulu dalam membantu sesama. Kita tidak pernah tahu hidayah bisa
datang kepada siapa saja, sekalipun orang yang selama ini membenci
islam. Islam mengajarkan kita untuk membalas keburukan dengan
kebaikan.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran
pahala.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244). Lihatlah Islam
masih mengajarkan peduli sesama.
c. Menghormati Prinsip Agama Masing-Masing
ِ ‫لَك ُ ْم ِدينُك ُ ْم َول ِ َي ِد‬
‫ين‬
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. (Al- Kafirun: 6)
Islam mengajarkan kita toleransi dengan membiarkan ibadah dan
perayaan non muslim. Kita harus pahami bahwa Tuhan yang kita
sembah tidak sama, dan peribadatan kita juga tidak sama. Bagi kalian
agama kalian dan kalian bertanggung jawab atas hal itu, dan bagiku
agamaku dan aku bertanggung jawab atas hal itu.
4. DALIL DALIL DALAM ALQURAN
a. Ayat Al Qur'an tentang Toleransi
Surah Al-Kafirun
# ‫ َوال َ َأنَا َعا ِب ُد َما َع َب ْدتُ ْم‬# ‫ َوال َ َأنْتُ ْم َعا ِب ُد ْو َن َما ا َْع ُب ُد‬# ‫ ال َ ا َْع ُب ُد َما تَ ْع ُب ُد ْو َن‬# ‫ق ُْل يَاَأيُّ َها الْكَا ِف ُر ْون‬
‫ لَك ُ ْم ِديْنُك ُ ْم َول ِ َي ِديْ ِن‬# ‫َوال َ َأنْتُ ْم َعا ِب ُد ْو َن َما ا َْعبُ ُد‬
Artinya: Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
(Q.S. al-Kafirun: 1-6).
Kesimpulan:
Islam tegas untuk hanya menyembah dan patuh pada perintah Allah, tidak
akan menyekutukannya dengan lainNya.
Islam tidak memaksa kaum lain untuk menyembah Allah karena
kewajiban umat Islam hanya menyampaikan dakwah, tidak untuk
memaksa masuk Islam.
Yunus 40-41
ۡ‫ى َع َملِى‬ ۡ ِّ ‫ َواِنۡ َك َّذ ُبوۡ َك َفقُ ْل ل‬.‫َو ِمن ُۡهمۡ َّمنۡ يُّؤ ِۡم ُن ِب ٖه َو ِمن ُۡهمۡ َّمنۡ لَّا يُؤ ِۡم ُن ِب ٖ‌ؕه َو َر ّبُ َك اَعۡل َُم ِبال ُۡمف ِۡس ِدي َۡن‬
‫ىءٌ ِّم ّ َما َتع َۡملُو َۡن‬ٓۡ ‫ٓــو َۡن ِم ّ َماۤ اَع َۡم ُل َواَنَا َب ِر‬ُٔ ۡ‫َول َـكُمۡ َع َملُكُمۡ‌ۚ اَنۡـتُمۡ َب ِري‬
Artinya: Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada
Al Qur’an, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak
beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang
yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, Maka
Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu
berlepas diri terhadap apa yang Aku kerjakan dan akupun berlepas
diri terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Yunus: 40-41)
Kesimpulan
Ketika Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa Al-Qur’an, orang-
orang Quraisy ada yang beriman dan ada juga yang tidak
Allah SWT mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi,
yaitu mereka yang musyrik dan berbuat zalim serta aniaya.
Bentuk toleransi yang ada pada ayat ini adalah jika mendapati orang-
orang yang mendustakan agama Islam, maka umat Islam tidak perlu
marah, namun katakan kepadanya “Atamu amalmu dan atasku
amalku karena setiap amal akan dipertanggungjawabkan.”
Al Kahfi : 29
‫ين ن َ ًارا َأ َحاطَ ِب ِه ْم ُس َرا ِدق َُها ۚ َوِإ ْن‬
َ ‫اء َفل ْيَكْفُ ْر ۚ ِإنَّا َأ ْعتَ ْدنَا لِلظَّال ِ ِم‬
َ ‫اء َفل ْيُْؤ ِم ْن َو َم ْن َش‬
َ ‫َوق ُِل ال َْح ُّق ِم ْن َر ِّبـك ُ ْم ۖ ف ََم ْن َش‬
‫ت ُم ْرتَفَقًا‬ ْ ‫اء‬
َ ‫اب َو َس‬ ُ ‫وه ۚ بِْئ َس الش ََّر‬ َ ‫يَ ْستَ ِغيثُوا يُ َغاثُوا ِب َما ٍء َكال ُْم ْه ِل يَ ْش ِوي ال ُْو ُج‬
Artinya : Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-
orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi
yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk
dan tempat istirahat yang paling jelek.” (Q.S. al-Kahfi: 29)
Kesimpulan:
Ketika Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa Al-Qur’an, orang-orang
Quraisy ada yang beriman dan ada juga yang tidak.
Hidayah ada di Allah, maka tugas umat Islam hanya menyampaikan dakwah. Jika
dakwah diterima ataupun ditolak, maka hal yang musti dilakukan adalah
menyerahkan segala urusan kepadaNya.
Bentuk toleransi dalam ayat ini adalah tidak memaksakan hidayah atas seseorang,
namun hanya menyampaikan bahwa atas orang-orang yang zalim (yaitu
mengingkari dakwah), maka Allah mengancam atasnya neraka.
Surat Al-Baqarah 256

ْ ‫وت َويُْؤ ِم ْن ِبالل َّ ِه َفقَـ ِد‬


‫استَ ْم َس َك ِبال ُْع ْر َو ِة ال ُْو ْثقَى ال‬ ُ َّ ‫ين قَ ْد تَ َبيَّ َن ال ُّر ْش ُد ِم َن ال َْغ ِّي ف ََم ْن يَكْفُ ْر ِبالط‬
ِ ‫اغ‬ ِ ‫اه فِي ال ِّد‬
َ ‫ال ِإ ْك َر‬
‫يم‬ٌ ِ ‫يع َعل‬ ٌ ‫ان ْ ِف َصا َم ل ََها َوالل َّ ُه َس ِم‬
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam Sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa
yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada tali yang amat Kuat (Islam) yang tidak akan putus. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini berkenaan dengan Hushain dari golongan Anshar, suku Bani Salim bin ‘Auf
yang mempunyai dua orang anak yang beragama Nasrani, sedang ia sendiri
seorang Muslim. Ia bertanya kepada Nabi Saw: “Bolehkah saya paksa kedua
anak itu, karena mereka tidak taat kepadaku, dan tetap ingin beragama
Nasrani?.” Allah menjelaskan jawabannya dengan ayat tersebut bahwa tidak
ada paksaan dalam Islam.
Kesimpulan
Tidak dibenarkan adanya paksaan. Kewajiban kita hanyalah menyampaikan
agama Allah kepada manusia dengan cara yang baik dan penuh kebijaksanaan
serta dengan nasihat-nasihat yang wajar sehingga mereka masuk agama Islam
dengan kesadaran dan kemauan mereka sendiri.
Apabila kita sudah menyampaikan kepada mereka dengan cara yang
demikian tetapi mereka tidak juga mau beriman itu bukanlah urusan
kita melainkan urusan Allah swt..
Telah jelas perbedaan antara kebenaran dan kebatilan. Maka barangsiapa
yang mengikuti kebenaran, atasnya kebaikan. Namun jika mengikuti
hawa nafsunya, maka atasnya penyesalan di kemudian hari.
Surat Yunus : 99
َ ِ‫حتَّى يَكُونُوا ُمْؤ ِمن‬
‫ين‬ َ ‫َّاس‬ َ ْ ‫يعا َأ َفَأن‬
َ ‫ت تُكْ ِر ُه الن‬ ً ‫األر ِض ُكل ُّ ُه ْم َج ِم‬
ْ ‫آلم َن َم ْن فِي‬
َ ‫اء َربُّ َك‬
َ ‫َول َْو َش‬
Artinya : Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak)
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya. (QS. Yunus (10) : 99).
Kesimpulan
Ayat ini menerangkan bahwa jika Allah berkehendak agar seluruh
manusia beriman kepada-Nya, maka hal ini akan terlaksana, karena
untuk yang melakukan yang demikian adalah mudah bagi-Nya.
Sesungguhnya, andaikan Tuhanmu menghendaki untuk tidak
menciptakan manusia dalam keadaan siap menurut fitrahnya untuk
melakukan kebaikan dan keburukan, dan untuk beriman atau kafir
dan dengan pilihannya sendiri dia lebih suka kepada salah satu
diantara perkara-perkara yang mungkin dilakukan, dengan
meninggalkan kebalikannya melalui kehendak dan kemauannya
sendiri, tentu semua itu Allah lakukan. Namun, kebijaksanaan Allah
tetap untuk menciptakan manusia sedemikian rupa, sehingga manusia
mempertimbangkan sendiri dengan pilihannya, apakah akan beriman
atau kafir, sehingga ada sebagian manusia yang beriman dan adapula
Hadis tentang toleransi       
‫ب ِإل َى الل َّ ِه‬ َ ‫ان َأ‬
ُّ ‫ح‬ ِ َ‫ي اَْأل ْدي‬ُّ ‫عل َيْ ِه َو َسل َّ َم َأ‬
َ ‫ول الل َّ ِه َصلَّى الل َّ ُه‬
ِ ‫يل لِ َر ُس‬َ ‫َال ِق‬ َ ‫اس ق‬ ٍ َّ‫عب‬ َ ‫اب ِن‬
ْ ‫ع ِن‬َ
َّ ‫َال ال َْحنِي ِفيَّ ُة‬
‫الس ْم َح ُة‬ َ ‫ق‬.
Dari Ibnu ‘Abbas, ia manakah yang paling dicintai oleh Allah?”
maka beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus
lagi toleran)”
‫اشتَ َرى َوِإذَا‬ ْ ‫ع َوِإذَا‬ َ ‫حا ِإذَا َبا‬ َ ‫عل َيْ ِه َو َسل َّ َم ق‬
ً ‫َال َر ِح َم الل َّ ُه َر ُجل ًا َس ْم‬ َ ‫َأنَّ َر ُس‬
َ ‫ول الل َّ ِه َصلَّى الل َّ ُه‬
‫اقْتَ َضى‬.
Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Allah merahmati
orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli,
dan ketika memutuskan perkara”.
berkata; ditanyakan kepada Rasulullah saw. “Agama

Anda mungkin juga menyukai