Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TAFSIR

AQIDAH ISLAMIYAH III


(Q.S Al-Baqarah [2] : 136, Q.S An-Nisa’ [4] : 125, dan Q.S As-Syura [42] : 13)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir.
Dosen pengampu : R.A Mulia Nur Amina, LC.M.Ag

Disusun oleh :
Arum Ratnasari
(50350210041)

JURUSAN AQIDAH FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesikan makalah ini guna memenuhi tugas
untuk mata kuliah Tafsir.
Kami berterimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
menghaarapkan segala bentuk saran, kritik serta masukan .

Salatiga, 7 September 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Larat Belakang Masalah

Aqidah islam memiliki landasan yang jelas dan murni yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah serta Ijma’
Salafush Shalih. Jadi, aqidah tidak ada kaitannya dengan hawa nafsu, akal ataupun sekedar aumsi
manusia. Aqidah islam sendiri bertumpu pada penyerahan diri dan kepasrahan terhadap segala
hal yang tidak dapat dilogika.
Seperti yang sudah tertera di atas sumber utama aqidah islam sangatlah murni, bahkan dalil-
dalilnya sangat jelas. Oleh karena itu, aqidah islam tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang
negative.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, umat islam sudah seharusnya selalu berpegang pada
aqidah islam.
Namun pada kenyataannya masih banyak orang yang mengaku dirinya islam tapi tidak pernah
melakukan apa yang telah diperinahkan-Nya. Dengan adanya makalah ini saya berharap bisa
berbagi ilmu tentang aqidah islam dan semoga dapat menggugah hati teman-teman sekalian.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Aqidah Islamiyyah
2. Penjelasan aqidah islamiyyah Q.S Al-Baqarah (2) : 136
3. Penjelasan aqidah islamiyyah Q.S Al-Nisa’ (4) : 125
4. Penjelasan aqidah islamiyyah Q.S As-Syura (42) : 13
C. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir, menambah wawasan tentang Aqidah Islamiyyah dan
membentuk dasar-dasar tentang pemahaman aqidah islamiyyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah Islamiyah
Aqidah secara bahasa etimologi berasal dari kata Al-‘aqdu-At-tautsiiqu-Al-ihkaamu-Ar-
rabthu biquwwah yang artinya ikatan-kepercayaan atau keyakinan yang kuat-mengokohkan atau
menetapkan-mengikat dengan kuat.
Sedangkan secara terminology aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada
keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.
Jadi, aqidah islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT
dengan segala kewajban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada malakat-malaikat-Nya,
Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari akhir, qodho dan qodhar serta mengimani segala sesuatu
yang telah shahih.
Allah SWT, berfirman sebagai berikut :
‫ٰۤل‬
‫ِاَّن اَّلِذ ْيَن َقاُلْو ا َر ُّبَنا ُهّٰللا ُثَّم اْسَتَقاُم ْو ا َتَتَنَّز ُل َع َلْيِهُم اْلَم ِٕىَك ُة َااَّل َتَخ اُفْو ا َو اَل َتْح َز ُنْو ا َو َاْبِش ُرْو ا ِباْلَج َّنِة اَّلِتْي ُكْنُتْم ُتْو َع ُد ْو َن‬

Latin: Innallażīna qālụ rabbunallāhu ṡummastaqāmụ tatanazzalu 'alaihimul-malā`ikatu allā


takhāfụ walātaḥzanụwaabsyirụbil-jannatillatīkuntumtụ'adụn

Terjemah: Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka
(dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (Q.S
Fussilat/41:30)
Selain itu umat Islam memiliki modal yang sangat besar untuk bersatu, karena mereka beribadah
kepada ilaah (Tuhan) yang satu, mengikuti nabi yang satu, berpedoman kepada kitab suci yang
satu, berkiblat kepada kiblat yang satu. Selain itu, ada jaminan dari Allah dan Rasul-Nya, bahwa
mereka tidak akan sesat selama mengikuti petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, berpegang-
teguh kepada Alquran dan al Hadits. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫} َو َم ْن َأْع َر َض َعن ِذ ْك ِر ى َفِإَّن َلُه َم ِع يَش ًة َض نًك ا َو َنْح ُش ُر ُه َيْو َم‬123{ ‫َفِإَّم ا َيْأِتَيَّنُك م ِّم ِّني ُهًدى َفَمِن اَّتَبَع ُهَداَي َفَال َيِض ُّل َو َال َيْش َقى‬
)124( ‫اْلِقَياَم ِة َأْع َم ى‬

Latin: 123. qaala ihbithaa minhaa jamii’an ba’dhukum liba’dhin ‘aduwwun fa-immaa
ya/tiyannakum minnii hudan famani ittaba’a hudaaya falaa yadhillu walaa yasyqaa

124. waman a’radha ‘an dzikrii fa-inna lahu ma’iisyatan dhankaan wanahsyuruhu yawma
alqiyaamati a’maan
Artinya: Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari
peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (Q.S Thaha: 123, 124).

Dalam menjelaskan kedua ayat ini, Abdullah bin Abbas berkata, “Allah menjamin kepada siapa
saja yang membaca Alquran dan mengikuti apa-apa yang ada di dalamnya, bahwa dia tidak akan
sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.” [Tafsir ath Thabari, 16/225].

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ‫ ِكَتاَب ِهللا َو ُس َّنَة َر ُسْو ِله‬: ‫َتَر ْكُت ِفْيُك ْم َأْمَر ْيِن َلْن َتِض ُّلْو ا َم ا َتَم َّسْكُتْم ِبِهَم ا‬

Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada
keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. (Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-
Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di
dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah, hlm. 12-13).

B. Penjelasan tentang Aqidah Islamiyyah Q.S Al-Baqarah [2] : 136

‫ٰٓل‬
‫قۡو ُلٓۡو ا ٰا َم َّنا ِباِهّٰلل َو َم ٓا ُاۡن ِز َل ِاَلۡي َنا َو َم ٓا ُاۡن ِز َل ِا ى ِاۡب ٰر ٖه َم َو ِاۡس ٰم ِع ۡي َل َو ِاۡس ٰح َق َو َيۡع ُقۡو َب َو اَاۡلۡس َباِط َو َم ٓا ُاۡو ِتَى ُم ۡو ٰس ى َوِع ۡي ٰس ى َو َم ٓا ُاۡو ِتَى‬

‫الَّنِبُّيۡو َن ِم ۡن َّرِّبِهۡمۚ‌ اَل ُنَفِّر ُق َبۡي َن َاَحٍد ِّم ۡن ُهۡم َو َنۡح ُن َلٗه ُم ۡس ِلُم ۡو َن‬

Latin: Quuluuu aamannaa billaahi wa maaa unzila ilainaa wa maaa unzila ilaaa Ibraahiima wa
Ismaa'iila wa Ishaaqa wa Ya'quuba wal Asbaati wa maauutiya Muusa wa 'Eesaa wa maaa uutiyan
Nabiyyuuna mir Rabbihim laa nufaariq baina ahadim minhum wa nahnu lahuu muslimuu

Terjemah: Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya,
dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan
kami berserah diri kepada-Nya."

Penjelasan

Katakanlah, wahai orang-orang yang beriman kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani,” Kami
beriman kepada Allah SWT Yang Maha Sempurna dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami, baik berupa Al-Qur’an maupun tuntunan lain yang disampaikan oleh Nabi Muhammad
SAW dan demikian pula kami percaya kepada wahyu yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim a.s,
Nabi Ismail a.s, Nabi Ishak a.s, Nabi Yakub a.s, dan anak cucunya. Kepada apa yang dibeeikan
kepada Nabi Musa a.s dan demikian juga kami percaya kepada apa yang diberikan kepada Nabi
Musa a.s dan Nabi Isa a.s, baik berupa kitab suci maupun ajaran dalam bentuk lain, serta apa
yang diberikan kepada nabi-nabi yang lain yang bersumber dari Tuhan mereka Allah SWT.
Kami tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka, sehingga kami percaya kepada
semuanya. Dan dalam persoalan ini kami berserah diri kepada-Nya”.

Ayat ini juga memberikan petunjuk cara mengemukakan dalil-dalil dalam bertukar pikiran, yaitu
dengan membandingkan asas suatu agama dengan suatu asas agama yang lain. Yang dimaksud
dengan “beriman kepada nabi-nabi” adalah ajakan para nabi Allah SWT untuk beriman kepada-
Nya. Prinsip-prinsip pokok agama yang dibawa oleh para nabi sama yaitu ketauhidan. Kalimat
“kami berserah diri kepada-Nya”, merupakan sindiran untuk kaun Yahudi dan Nasrani yang
mengatakan dan mengakui bahwa mereka pengikut Nabi Ibrahim a.s sedangkan Nabi Ibrahim a.s
tidak menyekutukan Allah SWT, seperti yang telah mereka lakukan.

C. penjelasan tentang aqidah islamiyyah Q.S An-Nisa’ [4] : 125

‫َو َم ۡن َاۡح َس ُن ِد ۡي ًنا ِّمَّم ۡن َاۡس َلَم َو ۡج َهٗه ِهّٰلِل َو ُهَو ُم ۡح ِس ٌن َّو اَّتَبَع ِم َّلَة ِاۡب ٰر ِهۡي َم َح ِنۡي ًفا‌ؕ َو اَّتَخ َذ ُهّٰللا ِاۡب ٰر ِهۡي َم َخ ِلۡي‬

Latin : Wa man ahsanu diinam mimmman aslama wajhahuu lillaahi wa huwa muhsinunw
wattaba'a Millata Ibraahiima haniifaa; wattakhazal laahu Ibraahiima khaliilaa
Terjemah : Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah
diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus?
Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya).

Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa ada 3 macam hal yang dapat dijadikan landasan untuk
meningkatkan ibadah seseorang, yaitu :

1. Berserah diri kepada Allah SWT,


2. Berbuat baik kepada sesame, dan
3. Mengikuti agama Ibrahim yang hanif.

Seseorang dapat dikatakan sudah berserah diri kepada Allah SWT ketika dia menyerahkan
seluruh jiwa raganya serta seluruh hidupnya hanya untuk Allah SWT saja. Karena itu jika hanya
dengan berdoa, memohon, meminta pertolongan dan merasa dirinya terikat kepada Allah SWT.
Maka secara tidak langsung dia sudah berhubungan dengan Allah SWT tanpa ada sesuatu pun
yang menghalanginya. Untuk mencapai yang demikian seseorang harus mengetahui dan
mempelajari sunah Rasul dan sunatullah yang berlaku di alam ini, kemudian segala sesuatu yang
diamalkannya semata-mata hanya mencari keridaan Allah SWT.

Jika seseorang benar-benar menyerahkan diri kepada Allah SWT, maka ia akan melihat dan
merasakan sesuatu pada waktu melaksanakan ibadahnya, sebagaimana yang dirasakan oleh
Rasulullah SAW.

D. Penjelasan tentang aqidah islamiyyah Q.S As-Syura’ [42] : 13


‫َش َر َع َلُك ْم ِّم َن الِّدْيِن َم ا َو ّٰص ى ِبٖه ُنْو ًحا َّو اَّلِذ ْٓي َاْو َح ْيَنٓا ِاَلْيَك َو َم ا َو َّصْيَنا ِبٖٓه ِاْبٰر ِهْيَم َوُم ْو ٰس ى َوِع ْيٰٓس ى َاْن َاِقْيُم وا الِّدْيَن َو اَل َتَتَفَّر ُقْو ا ِفْيِۗه‬
‫َك ُبَر َع َلى اْلُم ْش ِكْيَن ا َتْدُع ْو ُهْم ِاَلْيِۗه ُهّٰللَا َيْج َت ْٓي ِاَلْيِه ْن َّيَش ۤا ُء َو َيْهِد ْٓي ِاَلْيِه ْن ُّيِنْيُۗب‬
‫َم‬ ‫َم‬ ‫ِب‬ ‫ِر َم‬

Terjemah: Diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah
agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat
bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah
memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-
Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya)

Penjelasan

Kata syara’ mempunyai arti penjelasan dan tentunya penjelasan yang dimaksud merupakan
penjelasan yang sudah jelas. Itu artinya kehendak dari Allah SWT tanpa adanya campur tangan
yang lain. Berbeda lagi dengan pengangkatan presiden yang perlu adanya keterlibatan/campu
tangan orang lain.
Tetapi untuk mengikuti tuntunan syariat yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah aqidah
islamiyyah ini ditunjukkan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang mau berproses menjadi
pribadi yang lebih baik dari yang ssebelumnya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan dari Q.S Al-Baqarah [2] : 136 Ayat ini memberikan petunjuk cara mengemukakan
dalil-dalil dalam bertukar pikiran, yaitu dengan membandingkan asas suatu agama dengan suatu
asas agama yang lain. Yang dimaksud dengan “beriman kepada nabi-nabi” adalah ajakan para
nabi Allah SWT untuk beriman kepada-Nya.
Kesimpulan dari Q.S An-Nisa’ [4] : 125 Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa ada 3 macam hal
yang dapat dijadikan landasan untuk meningkatkan ibadah seseorang, yaitu :

1. Berserah diri kepada Allah SWT,


2. Berbuat baik kepada sesame, dan
3. Mengikuti agama Ibrahim yang hanif.

Kesimpulan dari Q.S As-Syura’ [42] : 13 Allah SWT telah memberikan wasiat kepada para nabi
dan rasul-Nya untuk ditegakkan dan jangan sampai terjadi perpecahan didalamnya. Karena, bagi
orang-orang musyrik agama islam sulit diterima dan pastinya nanti akan banyak pertentangan.
Maka dari itu, Allah SWT hanya memberikan petunjuk/wahyu-Nya hanya kepada orang-orang
pilihan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ketiganya sama-sama membahas tentang
ketauhidan, wahyu yang Allah turunkan, iman kepada nabi-nabi, dan ibadah.

2. Saran

Itulah yang bisa saya sampaikan dalam makalah ini, yang tentunya membahas tentang islam dan
al-qur’an. Walaupun, masih banyak kesalahan-kesalahan yang ada didalamnya, karena
keterbatasan pengetahuan dan untuk mempelajarinya dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Jadi, saya mengharapkan kritik serta sarannya agar kedepannya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir ath Thabari, 16/225


Hadits Shahih Lighairihi, H.R. Malik; al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm.
Dishahihkan oleh Syaikh Salim al-Hilali di dalam At Ta’zhim wal Minnah fil Intisharis Sunnah,
hlm. 12-13).

https://www.merdeka.com/quran/asy-syura/ayat-132013&text=13.%20diwasiatkan%2DNya
%20kepada%20Nuh,kamu%20berpecah%20belah%20di%20dalamnya.Referensi:
https://tafsirweb.com/6289-quran-surat-al-furqan-ayat-33.html
https://www.kompasiana.com/ulfa_yulianingsih/565281a1ae92730c048b4569/aqidah-islamiyah-
3-agama-islam?page=all
http://www.ayat-kursi.com/2017/01/pengertian-aqidah-islam-dan.html?m=1

https://tafsirweb.com/9012-quran-surat-fussilat-ayat-30.html

Anda mungkin juga menyukai