Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ;

MAKALAH AGAMA ISLAM

“IMAN,ISLAM DAN IHSAN”


DOSEN PENGAMPU: Drs.H. Arsidik Asuru M.Ag

Disusun Oleh:

Nama; PUSHARSIN

Nim; 212831367

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER

2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT adalah semata-mata untuk


ta’abbudi yaitu penghambaan yang penuh dengan cara beribadah hanya karena Allah
SWT. Beribadah tanpa ilmu tiada guna dan akan sia-sia. Ada tiga komponen yang
saling berkaitan satu sama lain dan sangat urgen untuk dijaga dan diamalkan oleh
seorang hamba. Tiga komponen dasar yangK M menjadikan sempurnanya predikat
hamba disisi tuhannya.Tiga komponen tersebut adalah Iman, Islam, dan Ihsan.

Seseorang dikatakan beriman jikalau mereka meyakini dan membenarkan


adanya Allah ta’ala tuhan yang maha Esa, adanya Malaikat Allah, adanya Rasul,
Kitab-kitab samawi, hari Kiamat serta adanya Qadla’ dan Qadar. Sedangkan
seseorang dikatakan muslim ketika ia melaksanakan kewajiban dan meninggalkan
larangan agama dan dikatakan muhsin ketika seseorang dapat merasakan manisnya
beribadah serta selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, pada ujungnya segala yang
diperbuat lillahita’ala hanya karena-Nya.

Maka dari itu, mengingat betapa pentingnya tiga komponen tersebut, makalah
ini dibuat untuk terlebih dahulu mengetahui apa itu iman, islam dan ihsan,
mengetahui rukun-rukun iman dan islam, mengetahui tingkatan-tingkatan dalam iman
maupun islam, serta korelasi antarketiga komponen tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu iman, ihsan, dan islam?

2. Bagaimana proses terbentuknya iman dan upaya meningkatkannya?

3. Bagaimana manifestasi iman dan islam?

1.3 Tujuan

1. Memahami iman, ihsan, dan islam.

2. Mengerti proses terbentuknya iman dan upaya meningkatnya.

3. Memahami manifetasi iman dan islam.


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iman, Islam dan Ihsan

1. IMAN

Iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan
diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada
Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan
dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman)


sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.Apabila seseorang
mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, kemudian diikrarkan dengan lisan
dan dibuktikan dengan amal perbuatan.Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi


seseorang. Allah memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya,
sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman.Tetaplah beriman kepada Allah dan


RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada
RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka
sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.”(Q.S. An Nisa : 136)

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah,
maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan
kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya
adalah untuk kebaikan manusia.

Iman memiliki beberapa tingkatan, sebagaimana terdapat dalam sabda beliau


Shallallahu 'alaihi wa sallam :

ِ ‫ َوَأ ْدنَاهَا ِإ َماطَةُ اَْأل َذى ع َِن الطَّ ِري‬،ُ‫ضلُهَا قَوْ ُل الَ ِإلهَ ِإالَّ هللا‬
،‫ْق‬ َ ‫ فََأ ْف‬،ً‫ْاِإل ْي َمانُ بِضْ ٌع َو َس ْبعُوْ نَ َأوْ بِضْ ٌع َو ِستُّوْ نَ ُش ْعبَة‬
ِ ‫ َو ْال َحيَا ُء ُش ْعبَةٌ ِمنَ ْاِإل ْي َم‬.
‫ان‬

“Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang atau lebih dari enam puluh cabang,
cabang yang paling tinggi adalah ucapan laa ilaaha illallaah, dan yang paling rendah
adalah menyingkirkan duri (rintangan) dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang
iman.”
Rukun Iman ada enam, yaitu:

1. Iman kepada Allah.

2. Iman kepada Malaikat-Malaikat-Nya.

3. Iman kepada Kitab-Kitab-Nya.

4. Iman kepada Rasul-Rasul-Nya.

5. Iman kepada hari Akhir.

6. Iman kepada takdir yang baik dan buruk.

Keenam rukun iman ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari ‘Umar bin al-
Khaththab Radhiyallahu anhu dalam jawaban Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam atas
pertanyaan Malaikat Jibril Alaihissallam tentang iman, yaitu:

ِ ‫ َوتُْؤ ِمنَ بِ ْالقَد‬،‫آلخ ِر‬


‫َر خَ ي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬ ِ ‫ َو ْاليَوْ ِم ْا‬،‫ َو ُر ُسلِ ِه‬،‫ َو ُكتُبِ ِه‬،‫ َو َمالَِئ َكتِ ِه‬،ِ‫َأ ْن تُْؤ ِمنَ بِاهلل‬.

“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-


Rasul-Nya, hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik dan buruk.”

2. ISLAM

Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri.
Adapun menurut syari’at (terminologi), apabila dimutlakkan berada pada dua
pengertian:

Pertama: Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka
pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’
(cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, perkataan dan perbuatan.

Allah Azza wa Jalla juga berfirman:

‫ت‬ َ ‫اختَلَفَ الَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِكت‬


ِ ‫َاب ِإاَّل ِمن بَ ْع ِد َما َج„ ا َءهُ ُم ْال ِع ْل ُم بَ ْغيً„„ا بَ ْينَهُ ْم ۗ َو َمن يَ ْكفُ„„رْ بِآيَ„„ا‬ ْ ‫ِإ َّن ال ِّدينَ ِعن َد هَّللا ِ اِإْل ْساَل ُم ۗ َو َما‬
‫ب‬ِ ‫هَّللا ِ فَِإ َّن هَّللا َ َس ِري ُع ْال ِح َسا‬

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.Tidaklah berselisih orang-orang yang


telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di
antara mereka.Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah
sangat cepat perhitungan-Nya.” [Ali ‘Imran: 19)

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

ِ ‫َو َمن يَ ْبت َِغ َغي َْر اِإْل ْساَل ِم ِدينًا فَلَن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوهُ َو فِي اآْل ِخ َر ِة ِمنَ ْال َخ‬
َ‫اس ِرين‬

“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat
dia termasuk orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]

Menurut Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahulllah, definisi Islam


adalah:

‫ك َوَأ ْهلِ ِه‬


ِ ْ‫ َْاِإل ْستِ ْسالَ ُم ِهللِ بِالتَّوْ ِح ْي ِد َو ْاِإل ْنقِيَا ُد لَهُ باِلطَّا َع ِة َو ْالبَ َرا َءةُ ِمنَ ال ِّشر‬:‫اِإل ْسالَ ُم‬.ْ
“Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan
patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan para
pelakunya.”

Kedua: Apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang
dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga
diri dan hartanya , baik dia meyakini Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan
dengan amal hati.

Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:

‫ت اَأْل ْع َرابُ آ َمنَّا ۖ قُل لَّ ْم تُْؤ ِمنُوا َو ٰلَ ِكن قُولُوا َأ ْس„لَ ْمنَا َولَ َّما يَ„ ْد ُخ ِل اِإْل ي َم„„انُ فِي قُلُ„„وبِ ُك ْم ۖ َوِإن تُ ِطي ُع„„وا هَّللا َ َو َر ُس„ولَهُ اَل‬
ِ َ‫قَال‬
ُ ‫هَّللا‬ ُ ‫َأ‬
ِ ‫يَلِتكم ِّم ْن ْع َمالِك ْم َش ْيًئا ۚ ِإ َّن َ َغفو ٌر ر‬
‫َّحي ٌم‬ ُ ْ

“Orang-orang Arab Badui berkata, ‘Kami telah beriman.’Katakanlah (kepada


mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami telah tunduk (Islam),’
karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalmu. Sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” [Al-Hujuraat: 14]

Tidak diragukan lagi bahwa prinsip agama Islam yang wajib diketahui dan
diamalkan oleh setiap muslim ada tiga, yaitu; (1) mengenal Allah Azza wa Jalla, (2)
mengenal agama Islam beserta dalil-dalilnya [4], dan (3) mengenal Nabi-Nya,
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mengenal agama Islam adalah landasan
yang kedua dari prinsip agama ini dan padanya terdapat tiga tingkatan, yaitu Islam,
Iman dan Ihsan. Setiap tingkatan mempunyai rukun sebagai berikut:

Islam memiliki lima rukun, yaitu:

1. Bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan
hanya Allah, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
adalah utusan Allah.
2. Menegakkan shalat.
3. Membayar zakat.
4. Puasa di bulan Ramadhan
5. Menunaikan haji ke Baitullah bagi yang mampu menuju ke sana.

Kelima rukun Islam ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam ;

‫ َوتَ ُح َّج‬، َ‫ض„ان‬ َ ‫َص„وْ َم َر َم‬ َّ ‫ َوتُقِ ْي َم ال‬،ِ‫ْاِإل ْسالَ ُم َأ ْن تَ ْشهَ َد َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمداً َرسُوْ ُل هللا‬
ُ ‫ َوت‬،َ‫ َوتُ„ْؤ تِ َي ال َّزك„اَة‬،َ‫صالَة‬
ْ
ً‫البَيْتَ ِإ ِن ا ْستَطَعْتَ ِإلَ ْي ِه َسبِ ْيال‬.

“Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan
benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan menunaikan
haji ke Baitullah jika engkau mampu menuju ke sana.

Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam :

‫ص„وْ ِم‬َ ‫ َو‬،‫ َوِإ ْيتَ„„ا ِء ال َّز َك„„ا ِة‬،‫الص„الَ ِة‬ ِ „َ‫ َوِإق‬،ِ‫ َش„هَا َد ِة َأ ْن الَ ِإلَ„هَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َر ُس„وْ ُل هللا‬:‫س‬
َّ ‫„ام‬ ٍ ‫بُنِ َي ْاِإل ْس„الَ ُم َعلَى َخ ْم‬
ِ ‫ضانَ َو َحجِّ ْالبَ ْي‬
‫ت‬ َ ‫ر َم‬.َ
“Islam dibangun atas lima hal: bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang
berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah
utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan
menunaikan haji ke Baitullah.”

3. IHSAN

Ihsan berasal dari bahasa yang artinya berbuat baik/ kebaikan.Sedangkan


menurut istilah yaitu perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat hati
beribadah kepada Allah SWT.

Para ulam menggolongkan Ihsan menjadi 4 bagian yaitu:

1. Ihsan kepada Allah


2. Ihsan kepada diri sendiri
3. Ihsan kepada sesama manusia
4. Ihsan bagi sesama makhluk
Untuk menelusuri ihsan secara mendalam» maka terlebih dahulu manusia
harus kembali menyadari posisinya serta mandat yang diberikan Allah SWT
kepadanya sebagai khalifah Allah. Sebagai khalifah, maka hendaknya ia menjadi
hamba yang setia sebagaimana tujuan penciptaannya. Begitu pula tugas di bumi, ia
harus memakmurkan bumi ini. Kedua tugas tersebut tidak boleh diabaikan sebab
dapat mencelakakan manusia sendiri.Allah SWT berfirman; Telah ditimpakan
kehinaan (krisis) kepada mereka (manusia) di mana saja berada, kecuali bagi mereka
yang baik hubungannya dengan Allah dan kepada sesama manusia.

Al - Ghazali mengemukakan bahwa orang yang mau berhubungan langsung


dengan Allah maka harus terlebih dahulu memperbaiki hubungannya dengan sesama
manusia.Untuk mengenal Allah SWT maka sebelumnya perlu mengenal diri sendiri,
karena pada diri sendiri setiap manusia ada unsur ketuhanan. Sementara cara untuk
mengenal diri adalah dengan mengetahui proses kejadian manusia itu sendiri.

Tingkatan Ketiga: Ihsan

Ihsan memiliki satu rukun yaitu engkau beribadah kepada Allah Azza wa Jalla
seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari
‘Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam kisah jawaban Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam kepada Jibril Alaihissallam ketika ia bertanya tentang ihsan, maka
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

َ‫َأ ْن تَ ْعبُ َ„د هللاَ َكَأنَّكَ تَ َراهُ فَِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَِإنَّهُ يَ َراك‬.

“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka bila engkau
tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”

Tidak ragu lagi, bahwa makna ihsan secara bahasa adalah memperbaiki amal dan
menekuninya, serta mengikhlaskannya. Sedangkan menurut syari’at, pengertian ihsan
sebagaimana penjelasan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam :
َ‫َأ ْن تَ ْعبُ َ„د هللاَ َكَأنَّكَ تَ َراهُ فَِإ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَِإنَّهُ يَ َراك‬.

“Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, maka jika engkau
tidak melihat-Nya, sesungguhnya Allah melihatmu.”

Maksudnya, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan


ihsan dengan memperbaiki lahir dan batin, serta menghadirkan kedekatan Allah Azza
wa Jalla, yaitu bahwasanya seakan-akan Allah berada di hadapannya dan ia melihat-
Nya, dan hal itu akan mengandung konsekuensi rasa takut, cemas, juga pengagungan
kepada Allah Azza wa Jalla, serta mengikhlaskan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla
dengan memperbaikinya dan mencurahkan segenap kemampuan untuk melengkapi
dan menyempurnakannya

Tanda-tanda seseorang mukmin menjadi seorang mukhsin yaitu:


1. Selalu mengingat Allah
2. Senang berbuat kebaikan
3. Meninggalkan hal-hal yang tidak berguna
4. Istiqomah

2.2 Proses Terbentuknya Iman dan Upaya Meningkatkannya


2.2.1 Fitrah Ilahi

ِ َ‫تَخَ لَّقُوْ ا بَِأ ْخال‬


ِ‫ق هللا‬

“Hendaklah kalian berakhlak dengan akhlak Tuhan sesuai kemampuan kalian sebagai
makhluk”.

Kita diperintahkan oleh Nabi untuk berusaha meneladani akhlak Tuhan sifat-
sifat Tuhan sesuai kemampuan kita sebagai makhluk, nah, puasa adalah salah satu
upaya untuk meneladani sifat-sifat Allah itu sesuai kemampuan kita sebagai makhluk,
Allah tidak makan, tidak minum, tidak memiliki pasangan, kita sebagai makhluk
berusaha meneladaninya sesuai kemampuan kita, maka dalam puasa kita tidak
makan, tidak minum dan tidak berhubungan suami istri sesuai dengan kemampuan
kita sebagai makhluk. Namun, akhlak banyak bentuk jama’nya menunjukkan bahwa
ada banyak aspek dari akhlak, karena itu ada akhlak kepda Allah ada akhlak sesama
manusia ada akhlak kepada binatang bahkan dengan lingkungan.

Agungkanlah Allah dan berprasangka baik turus kepadaNya itulah dasar


akhlak kepada Allah, perlakukanlah manusia sebagaimana anda ingin di perlakukan
itulah dasar akhlak sesama manusia dan pelihara, bimbinglah, antarlah segala sesuatu
menuju tujuan penciptaaannya itulah dasar akhlak kepada lingkungan kita

2.2.2 Hidayah

Kata Hidayah adalah dari bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an yang telah
menjadi bahasa Indonesia. Akar katanya ialah : hadaa, yahdii, hadyan, hudan,
hidyatan, hidaayatan. Khusus yang terakhir, kata hidaayatan kalau wakaf (berhenti) di
baca : Hidayah, nyaris seperti ucapan bahasa Indonesia. Hidayah secara bahasa
berarti petunjuk. Lawan katanya adalah : “Dholalah” yang berarti “kesesatan”. Secara
istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan
menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Allah
berfirman yang artinya:
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka, dan
(sebab itu) merekalah orang-orang yang sukses.” (Q.S. Al-Baqarah: 5)

Namun salinan bahasa Indonesia tersebut (petunjuk atau pimpinan) dari kata-
kata hidayah itu tidaklah menggambarkan makna haqiqi yang dalam perkataan
hidayah tersebut.sebab arti yang terkandung dalam perkataan Hidayah itu
mengandung kekhususan,yaitu satu petunjuk yang datangnya dari yang maha suci
(Allah) yang di karuniakan kepada semua mahluk-Nya,baik mahluk insani maupun
mahluk hewani dan lain-lain.jadi perkataan hidayah itu boleh di katakan semacam
satu hak prerogatif yang khusus hanya dimiliki oleh Tuhan.

Maksudnya, petunjuk itu dikaruniakan Tuhan kepada Mahluk-Nya sehingga


dengan petunjuk tersebut ,seseorang dalam menempuh jalan yang di tujuanya dapat
tercapai,lurus tidak terperosok dalam jurang kenistaan.kalau boleh saya ibaratkan
hidayah itu suatu cahaya kilat atau pelita yang menerangi jalan yang di tempuhnya
pada malam hari yang gelap gulita.

MACAM-MACAM HIDAYAH.

Hidayah ialah satu petunjuk yang di karuniakan Tuhan kepada semua mahluk-
Nya,baik mahluk hewani maupun mahluk insani.Menurut Syekh Muhammad
Abduh,bahwa hidayah itu ada 4 macam tingkatanya, yaitu :
1. Hidayatul Wijdan

Potensi naluriah yang Allah tanamkan pada manusia untuk dapat


mempertahankan kehidupannya.insting/naluri = berupa tindakan-tindakan sederhana
yang dilakukan manusia sebagai akibat langsung dari nalurinya dalam meraih suatu
kenikmatan atau menghindari suatu penderitaan tertentu. hidayah ini bersifat bawaan
dan diperoleh sejak lahir.

Contoh = bayi ketika sakit atau lapar akan menangis, padahal tidak ada yang
pernah mengajarkan bayi untuk menangis jika ia merasa lapar atau sakit. Kita
mencari air ketika meras haus.

2. Hidayatul Hawas

Kemampuan indrawi untuk menangkap/ menerjemahkan rangsang dari luar


diri manusia.tanpa kemampuan ini manusia tidak akan mampu bertahan hidup.
Contoh: kemampuan melihat, mendengar, merasakan manis, pahit, dingin, panas dll
Kemampuan indrawi ini, walaupun sangat bermanfaat ternyata memiliki
kelemahan, ingat fenomena fatamorgana?dari jauh seperti ada air, ketika didekati
ternyata tidak ada. fenomena gaung dan gema, seseorang berbicara sekali, tetapi
terdengar lebih dari sekali. fenomena garis horizon, apakah bumi itu datar?
3. Hidayatul Aqli

Kemampuan berpikir, kemampuan untuk memahami suatu fenomena,


memberikan persepsi, kemampuan untuk menginterpresetasikan realita yang
tertangkap oleh alat indra. Akal dapat membantu kelemahan indra.akal lah yang akan
menerangkan hal-hal yang tak dapat dijelaskan pleh indra, akal lah yang berdasarkan
prinsip-prinsip rasional akan menolak, mempertanyakan, mencari sebab membuat
penilaian dan penafsiran terhadap hasil indrawi kita. pada banyak ayatnya, Allah
sering menambahkan Quote "bagi kaum yang berpikir". dengan menggunakan Akal
manusia tidakkan tertipu oleh keterbatasan kemampuan indrawi. tetapi tetap saja,
Akal pun memiliki keterbatasan.

4. Hidayah Ad-din

Hidayah berupa petunjuk-petunjuk ajaran agama.agama memberikan jawaban


untuk hal-hal yang tak dapat dijawab hanya dengan pendekatan akal. agama berbicara
mengenai hakikat kehidupan, kematian, kebahagiaan dll.

5. Hidayah taufik

Suatu kekuatan yang Allah berikan pada manusia untuk mengamalkan dengan
sungguh-sungguh apa yang telah diketahuinya. hidayah taufik adalah kemauan dan
kemampuan untuk mengamalkan hidayah dilalah.
Contoh: pengetahuan kita bahwa sholat itu wajib, tata cara sholat, rukun sholat, syarat
sah sholat, semua itu adalah hidayah dilalah yang kita dapatkan melalui proses
belajar. tapi ketika kita mampu dan mau mengamalkan sholat, itulah hidayah taufik.
jika kita tahu sholat itu wajib,tetapi kita tidak melaksanakannya, iyu berarti kita
punya hidayah dilalah tetapi tidak punya hidayah taufiq.

2.2.3 Ikhtiar insani

Setiap muslim hendaknya mengetahui cara-cara meningkatkan iman, dan


mempraktekkannya, terutama saat iman sedang turun. Agar dirinya punya
kesempatan besr meninggal dunia dlam keadaan membawa iman, atau kusnul
khatimah. Berikut ini dijelaskan sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan iman.

1. Penciptaan lingkungan yang kondusif

Setiap diri manusia sebenarnya mempunyai potensi bahwa Allah itu esa
(tauhid). Potensi tersebut akan menjadi kenyataan biladiiringi dengan penyediaan
lingkungan yang kondusif guna tumbuh dan berkembangnya potensi tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan, dalam koteks ini pendidikan,


memiliki kekuata yang luar biasa dalam membentuk keyakinan dan pandangan hidup
seseorang. Manusia yang didik di lingkunga keluarga, sekolah, dan masyarakat islam,
maka fitrah tauhidnya akan tumbuh dan berkembang sehingga jadilah dia seorang
muslim. Dan sebaliknya.
2. Dzikir, tafakkur, dan tadabbur

Iman dapat terbentuk mellui zikir, yaitu mengingat Allah, dan menyebut
nama-nama-Nya setiap saat dalam segala posisi dan keadaan. Menghadirkan asma
Allah setiap waktu akan membawa efek yang sangat besar terhadap kedalaman dan
kemantapan iman.

Berzikir dapat dilakukan pula dengan merenung (tadabbur) dan memikirkan


(tafakkur) ciptaan Allah., memikirkan proses kejadian alam dan segala peristiwa yang
terjadi didalamnya. Iman dapat terbentuk ketika manusia memikirkan denga sungguh-
sungguh dan mendalam semua realitas yang ada di alam semesta.

3. Ingat mati

Mati akan dirasakan oleh manusia setelah tiba saatnya. Mati adalah misteri
yang sering dilupakan namun juga sangat ditakuti manusia. Ssalah satu cara untuk
mengingat mati adalah bertakziyah kepada orang yang mati dan dengan ziarah kubur.
Karena dengan melaksanakan aktifitas inni seseorang akan sadar bahwa cepat atau
lambatiapun atau mati. Bila tidak sempat berziarah kubur, maka saat lewat kuburan
dianjurkan mengucapkan salam kepada ahli kubur muslim yang telah mendahului
kita.

2.3 Ibadah : Manifestasi Iman dan Islam

2.3.1 Hakikat dan Manfaat Ibadah

a. Hakikat Ibadah

Ibadah adalah bentuk penghambaan diri kepada Allah yang bukan hanya
hubungan manusia sebagai hamba dengan Tuhan (hablun minallah) tetapi juga
hubungan manusia dengan sesamanya (hablun minannas), bahkan juga hubungan
manusia dengan semua makhluk (mu’amalah ma’al khalqi). As-Siddieqy misalnya
mengartikan ibadah sebagai: “nama yang meliputi segala yang meliputi segala
kegiatan yang disukaidan dan diridhoi oleh Allah, baik berupa perkataan ataupun
perbuatan, secara terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi”.

Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyimpulkan bahwa hakikat


ibadah ialah: “suatu pengertian yang mengumpulkan kesempurnaan cinta, tunduk dan
takut (kepada Allah)” (as-Siddieqy, 1963:24). Namun pengertian takut (khauf) yang
dimaksud bukanlah sebagaimana takut kepada harimau tetapi takut kalau
pengabdiannya kepada Allah yang didasarkan kepada cinta yang sempurna
(muhabbah) kepada-Nya itu ditolak atau tidak diterima oleh-Nya.
b.Manfaat Ibadah

Ibadah yang berfungsi sebagai Pupuk yang dapat menumbuh-suburkan benih


iman.Seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Hijr:99 berikut:

َ َ‫ك َحتَّ ٰى يَْأتِي‬


ُ‫ك ْاليَقِين‬ َ َّ‫َوا ْعبُ ْد َرب‬

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai keyakinan (ajal) dating kepadamu!”

Diantara fungsi-fungsi pokok ibadah bagi manusia yaitu:

1) Menjaga keselamatan akidah, terutama terkait dengan kedudukan manusia dan


Allah dimana manusia dalam posisi sebagai hamba yang menyembah dan Allah
dalam posisi sebagai Tuhan yang disembah (‘abdun ya’budu wa rabbyu’badu).

2) Menjaga agar hubungan antara manusia dan Tuhan itu berjalan dengan baik dan
abadi (daiman Abadan) yang telah ditelah diterangkan pada Q.S. Al-fath:4

ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ُ ‫ض ۚ َو َك„„انَ هَّللا‬ َّ ‫ب ْال ُمْؤ ِمنِينَ لِيَ ْزدَادُوا ِإي َمانً„„ا َم„ َع ِإي َم„„انِ ِه ْم ۗ َوهَّلِل ِ ُجنُ„„و ُد‬
ِ ‫الس„ َما َوا‬ ِ ‫هُ َو الَّ ِذي َأ ْن َز َل ال َّس ِكينَةَ فِي قُلُو‬
‫َعلِي ًما َح ِكي ًما‬

“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin


supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).
Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana,”

3) Mendisiplinkan sikap dan perilaku agar etis dan religius. Sikap etis didasarkan
pada paradigm agama (Tim Dosen PAI UM.,2005:38). Allah berfirman:

ِ ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬


ٍ ‫ت طُوبَ ٰى لَهُ ْم َو ُحسْنُ َمآ‬
‫ب‬

“Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat
kembali yang baik.”

2.3.2 Macam-macam Ibadah

Ibadah pada umumnya dibagi menjadi dua macam, yaitu ibadah mahdhah
(ibadah ritual) dan ibadah ghairu mahdhah (ibadah social). Ibadah ritual adalah
ibadah yang terangkum dalam rukun islam dan ibadah social adalah ibadah yang
berupa perbuatan baik yang dilakukan oleh mukallaf dalam rangka melaksanakan
perintah Allah.

Ibadah dengan segala ragamnya merupakan bentuk penghambaan diri kepada


Allah, baik yang berdimensi vertical (hablun minallah) maupun horizontal (mablun
minannas) oleh para ulama dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:

a. Ibadah Khusus (ibadah mahdhah)

Yaitu ibadah yang pelaksanaannyatelah dicontohkan langsung oleh Nabi


Muhammad SAW.
Tatacara (kaifiat), syarat, dan rukunnya telah diatur dan ditetapkan oleh agama.
Dalam ibadah khusus para ulama menetapkan kaidah: “Semua tidak boleh dilakukan,
kecuali yang diperintahkan Allah atau dicontohkan rasul-Nya.”. melakukan hal yang
tidak dicontohkan dalam ibadah ini disebut dengan bid’ah dhalalah (sesat). Adapun
menurut HR. al-Bukhari dan muslim bahwa “Siapa yang mengerjakan suatu amalan
(ibadah) yang tidak sesuai dengan perintahku, maka tertolak”.

Selain bid’ah dhalalah yang dilarang adapula bid’ah hasanah yaitu yang baik
dan tidak dilarang agama karena merupakan sunnah al-Khulufa al-Rasyidin (Abu
bakar, Umar, Usman, Ali) yang oleh Nabi SAW diperintahkan mengikutinya. Nabi
SAW bersabda bahwa “Hendaklah kamu mengikuti sunahku dan sunnah al-Khulufa
al-Rasyidin yang akan mendapat hidayah.”

Contoh bid’ah hasanah antara lain:


1) Dua kali adzan dalam shalat Jum’at seperti yang dilakukan oleh Khalifah Usman
bin Affan, sedang Nabi SAW hanya satu kali adzan, yaitu sesudah khatib
menyampaikan salam dan duduk di mimbar.
2) Shalat Tarawih berjamaah sebulan Ramadhan penuh dengan 20 rakaat dan witir 3
rakaat, sebagaimana dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khaththab. Sedangkan
Nabi SAW shalat Tarawih hanya 8 rakaat dan witir 3 rakaat.
3) Membukukan kitab suci Al-Quran yang diprakarsai oleh Khalifah Abu Bakar
kemudian disempurnakan oleh Khalifah Usman.

Ibadah mahdhah dapat dibedakan antara yang bersifat badaniyyah (fisik) dan
maliyyah (harta):
1. Bersifat Badaniyyah, seperti: bersuci (thaharah) meliputi berwudhu, mandi,
tayammum, cara menghilangkan najis, adzan, iqamah, I’tikaf, doa, dan lain-lain.
2. Bersifat Maliyyah, seperti: qurban, aqiqah, al-hadyu, sedekah, wakaf, fidyah,
hibah, dan lain-lain.
b. Ibadah Umum (Ghair Mahdhah)
Ibadah Ghairu Mahdhah adalah ibadah yang jenis dan macamnya tidak
ditentukan, baik oleh Al-Quran atau sunnah Nabi SAW,berupa perbuatan apa
saja yang dilakukan oleh seseorang yang dibenarkan oleh agama contohnya,
bekerja, belajar, menolong sesame, silaturrahim, dan sebagainya.

Sebagai ibadah yang bersifat umum cakupan Ghairu Mahdhah cukup luas meliputi:

1. Hukum Keluarga (ahkam al-Ahwal al-Syakhsyiyah)


2. Hukum Perdata (al-ahkam al-Maliyah)
3. Hukum Pidana (ahkam al-Jinayah)
4. Hukum Acara (ahkam al-murafa’ah)
5. Hukum perundang-undangan
6. Hukum Kenegaraan (al-ahkam al-dauliyah)
7. Hukum Ekonomi dan Keuangan (al-ahkam al-iqtishadiyah)
2.3.3 Syarat Diterimanya Ibadah

Semua ibadah, baik yang khusus (mahdhah) maupun yang umum (ghairu
mahdhah) mempunyai tujuan yang sama, yaitu ridho Allah. Hanya kepada Allah-lah
semua ibadah di tujukan, karena hanya dia-lah yang berhak menerima peribadatan
dari semua makhluk yang di ciptakannya. Ada dua syarat yang harus di penuhi agar
semua ibadah bisa di terima oleh Allah SWT,

a. Dilakukan dengan niat yang ikhlas karena Allah semata. Diterangkan oleh Nabi
Muhammad SAW :

“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal ( perbuatan ) kecuali amal yang di


kerjakan secara ikhlas dan di tujukan untuk mendapatkan ridho Allah” (HR. al-
Nasa’i)

Dari segi bahasa, ikhlas berarti bersih atau murni, tidak ada campuran. Ibarat emas
yang bersih dari segala macam campuran bahan-bahan lain. Suatu ibadah yang di
sebut ikhlas, jika ibadah itu di lakukan murni karena Allah SWT Semata, tanpa di
campuri maksud-maksud selain Allah, seperti ingin di puji, terkenal daan sebagainya.
Allah SWT berfirman:

“Dan tidaklah mereka diperintah, kecuali untuk beribadah kepada Allah


dengan ikhlas, menjalankan agama dengan lurus” (Q.S. al-bayyinah:5)

Perusak ikhlas adalah riya’ dan sum’ah, yaitu beramal bukan karena Allah Subhanahu
wa Ta’ala, tetapi karena ingin dipertontonkan atau diperdengarkan kepada manusia.
Demikian pula beramal karena dunia dapat merusak keikhlasan. Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

‫إنما األعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى فمن ك„„انت هجرت„„ه إلى هللا ورس„„وله فهجرت„„ه إلى هللا ورس„„وله ومن‬
‫كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه‬

“Sesungguhnya amalan-amalan manusia tergantung niat, dan setiap orang


(mendapatkan balasan) sesuai niatnya.Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah
dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya (yakni mendapatkan
balasan kebaikan sesuai niatnya), dan barang siapa hijrahnya karena dunia yang ingin
dia raih, atau wanita yang ingin dinikahi, maka hijrahnya kepada apa yang dia
niatkan.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Amirul Mu’minin Umar Bin Khaththab
radhiyallahu’anhu).

b. Dilakukan sesuai dengan ketentuan Allah dan contoh Rasul-nya. Allah berfirman:

“barang siapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, hendaklah ia


mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada-nya” (Q.S. al-kahfi:110).

Maksud amal saleh dalam firman Allah tersebut ialah amal yang sesuai dengan
kehendak/petunjuk agama (as-shiddieqy, 1963;29). Ibadah yang dilakukan tidak
sesuai dengan petunjuk agama, disebut bid’ah dhalalah.Hukum bid’ah dhalalah
adalah sesat atau dosa.
Sudah tentu seorang muslim cinta pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
was sallam, bukti kalau kita cinta kepada Allah adalah ittiba’/mengikuti beliau
shallallahu ‘alaihi was sallam terutama dalam beramal, sebagaimana firman Allah
‘azza wa jalla (yang artinya), “Katakanlah (Wahai Muhammad) jika mereka
mencintai Allah maka iktutilah aku (Muhammad) maka Allah akan mencintai kalian”.
(QS. Al ‘Imron [3] : 31). Maka di antara konsekuensi dari mencintai Allah dan
mengimani kerosulan Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam adalah mengikuti
syari’at beliau yang tercakup d

i dalamnya ibadah. Bahkan mengikuti apa yang beliau perintahkan/syari’atkan


merupakan salah satu hak beliau yang teragung yang harus kita tunaikan.

2.3.4 Sholat: ibadah utama yang istimewa

Sholat adalah ibadah yang paling penting bagi umat islam dari sekian banyak
ibadah.sholat adalah inti dari semuanya. Bahkan di bandingkan dengan semua macam
ibadah yang lain sekalipun, shalat adalah yang paling istimewa, maka seharusnya
setiap muslim dan muslimah menaruh perhatian khusus (serius) terhadap ibadah
shalat dengan cara rajin dan taat dalam melaksanakannya.

Di antara keistimewaan shalat dan kelebihannya ialah:

a. Shalat adalah ibadah badaniyah yang pertama kali di wajibkan oleh Allah,
mendahului ibadah badaniyah yang lain.

b. Perintah shalat (lima waktu) di wahyukan di luar planet bumi, yaitu di hadirat
Allah yang Maha Tinggi, langsung tanpa melalui perantara malaikat jibril, pada
saat Nabi Muhammad SAW melakkian isra’mi’raj memenuhi panggilaan Allah
SWT.

c. Sghyalat adalah tiang agama, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “barang
siapa mendirikan shalat, maka sesungguhnya ia telah mendirikan agama dan
barang siapa merusaknya, sesungguhnya ia telah merusak agama” (HR. Baihaqi
dari Umar RA)

d. Dengan shalat seorang dapat terhindar dari perbuatan jahat ( fakhsya’ dan munkar),
karena dirinya akan selalu ingat Allah sehingga akan timbul perasaan malu
kepadanya untuk melakkan kejahatan yang bertentang dengan ucapan dan
harapan-harapan doa shalatnya (Q.S. al –ankabut:45)

e. Shalat adalah ibadah yang paling keras perintahnya, melebihi kerasnya perintah
untuk ibadah-ibadah yang lain.

f. Shalat adal ibadah amal perbuatan manusia yang pertama kali di perhitungkan
(dihisab) oleh Allah, dan semua amal yang lain bergantung pada hasil perhitungan
shalatnya. Jika shalatnya baik, maka sempurnalah seluruh amalannya, jika
shalatnya buruk/tidak baik, maka rusaklah seluruh amal perbuatanya yan lain (HR.
al-Thabrani)
g. Shalat adalah wasiat terakhir semua Nabi kepada umatnya. Termasuk Nabi
Muhammad SAW. Di akhir hayatnya berwasiat: ‘shalat, shalat, shalat!’ (HR. Ibnu
Jurair dari Ummu Salamah).

h. Shalat adalah saat yang paling dekat antara hamba dengan Allah, yaitu saat hamba
bersujuddalam shalatnya, Nabi SAW berpesan agar kita memperbanyak doa dalam
sujud (HR. al-muslim, Abu Dawud dan al-Nasai dari Abu Hurairah).

i. Shalat adalah media untuk meminta memohon pertolongan kepada Allah,


sebagaimana di terangkan oleh Allah dalam Q.S. al-Baqarah:45:

“Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Namun
sesungguhnya yang demikian itu adalah berat, kecuali bagi orang-orang khususk”

j. Shalat adalah wujud rasa syukur manusia kepada Allah atas anugerah nikmat-Nya
yang tak terhingga banyaknya. Hal ini di perintah ole-Nya, salah satu dalam Q.S.
al-Kautsar:1-2:

“sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, maka


kerjakanlah shalat karena Tuhan-mu an berkorbanlah”(Q.S. al-Kautsar:1-2)

k. Shalat mrnjadi syarat pertama dri kebahagiaan orang-orang beriman yang akan
menjadi pewaris surga dalam kehidupan akhir nanti (Q.S. al-Mukminun:1-11)
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan


diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai
mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di
atas.

Islam secara etimologi (bahasa) berarti tunduk, patuh, atau berserah diri.
Secara istilah apabila kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang
dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga
diri dan hartanya , baik dia meyakini Islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan
dengan amal hati. Apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka
pengertian Islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’
(cabang), juga seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, perkataan dan perbuatan.

Ihsan yaitu perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat hati
beribadah kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Dani, Abang. “Syarat Diterimanya Ibadah [dan Perusak-perusaknya]”.

https://abangdani.wordpress.com/2010/07/07/syarat-diterimanya-ibadah-dan-perusak-
perusaknya/. 9-feb-2017

Hidayah.”Pengertian dan Macam-Macam Hidayah Secara Umum”.

https://onlinehidayah.wordpress.com/2011/10/12/pengertian-dan-macam-macam-
hidayah-secara-umum/.9-feb-2017

Trirnawati, Amalia.“macam-macam hidayah”.


http://amaliatrisnawati.blogspot.co.id/2009/05/macam-macam-hidayah.html.9-feb-
2017.

Anda mungkin juga menyukai