Anda di halaman 1dari 28

Pengertian Akidah Islam

H. Masan menjelaskan dalam buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak, akidah berasal
dari bahasa Arab aqada-ya'qudu-aqidatan yang artinya mengikat atau mengadakan perjanjian.
Para ulama mendefinisikan akidah sebagai sesuatu yang terikat dari hati nurani.

Adapun menurut istilah, akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus
dipegang oleh orang yang mempercayainya. Sehingga, pengertian akidah Islam adalah
pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim dengan
bersandar pada dalil-dalil naqli dan aqli.

Menurut Taofik Yusmansyah dalam buku Aqidah Akhlaq, landasan akidah Islam adalah
rukun iman, yakni beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
utusan-Nya, hari akhir, dan kepada qada dan qadar-Nya.
Dasar-dasar Akidah Islam

Dasar-dasar akidah Islam merujuk pada Al-Qur'an dan hadits. Allah SWT banyak menyebut
dalam firman-Nya terkait pokok-pokok akidah, seperti nama-nama dan sifat-sifat yang
dimiliki-Nya, tentang malaikat, kitab-kitab Allah, hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain.

Sebagaimana termaktub dalam surah Al Baqarah ayat 285. Allah SWT berfirman:
ۤ
ُ ‫ٰا َمنَ ال َّرسُوْ ُل بِ َمٓا اُ ْن ِز َل اِلَ ْي ِه ِم ْن َّرب ِّٖه َو ْال ُمْؤ ِمنُوْ ۗنَ ُك ٌّل ٰا َمنَ بِاهّٰلل ِ َو َم ٰل ِٕى َكتِ ٖه َو ُكتُبِ ٖه َو ُر ُسلِ ٖ ۗه اَل نُفَ ِّر‬
‫ق بَ ْينَ اَ َح ٍد ِّم ْن رُّ ُسلِ ٖه ۗ َوقَالُوْ ا َس ِم ْعنَا‬
٢٨٥ ‫ص ْي ُر‬ ِ ‫َواَطَ ْعنَا ُغ ْف َرانَكَ َربَّنَا َواِلَ ْيكَ ْال َم‬

Artinya: "Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) "Kami tidak
membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya." Mereka juga berkata, "Kami dengar
dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami)
kembali."

Sementara itu, dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

"Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-


rasul-Nya, hari akhir dan hendaklah engkau beriman kepada qadar (ketentuan) baik dan
buruk." (HR Muslim)

Lebih lanjut H. Masan menjelaskan, Al-Qur'an dan hadits merupakan dasar akidah Islam dan
pegangan serta pedoman bagi kaum muslimin. Selama berpegang kepada keduanya, maka
akan selamat dari kesesatan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

‫َاب هللاِ َو ُسنَّةَ َرسُوْ لِ ِه‬ ِ َ‫ت فِ ْي ُك ْم َأ ْم َر ْي ِن لَ ْن ت‬


َ ‫ ِكت‬: ‫ضلُّوْ ا َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما‬ ُ ‫تَ َر ْك‬
"Telah kutinggalkan kepadamu dua pedoman, jika kamu tetap berpegang kepada keduanya,
kamu takkan tersesat selama-lamanya, yakni Kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunah Rasulullah."
(HR Al Hakim)
Tujuan Akidah Islam

Akidah Islam memiliki sejumlah tujuan, di antaranya:

Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir.


Memelihara manusia dari kemusyrikan.
Menghindarkan diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.

Akidah Islam harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Wahyuddin dkk mengatakan
dalam buku Pendidikan Agama Islam, hubungan antara akidah, syariah, dan akhlak seperti
hubungan antara akar, batang, dan buah di mana mereka saling membutuhkan dan tidak bisa
dipisahkan.

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum yang menjelaskan tentang fitrah umat
manusia yang diciptakannya.

ِ َّ‫ق هللاِ ٰذلِكَ ال ِّديْنُ ْالقَيِّ ُم َو ٰل ِك َّن َأ ْكثَ َر الن‬


. َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُموْ ن‬ ِ ‫اس َعلَ ْيهَا اَل تَ ْب ِد ْي َل لِخ َْل‬ ْ ِ‫فَاَقِ ْم َوجْ هَكَ لِل ِّد ْي ِن َحنِ ْيفًا ف‬
َ َّ‫ط َرتَ هللاِ الَّتِ ْي فَطَ َر الن‬
)٣٠ : ‫(الرّوم‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam) sesuai fitrah Allah
disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus tetapi pada umumnya manusia tidak mengetahui. (QS.
Ar-Rum : 30)
Perintah menghadapkan wajah (muka) artinya meluruskan tujuan tanpa menoleh kepada
yang lain. Wajah atau muka karena merupakan tempat berkumpulnya semua panca indera,
dan bagian tubuh yang paling terhormat.
Di sini harus ditegaskan bahwa “fitrah” diartikan “agama Islam”
. Karena manusia diciptakan untuk melaksanakan agama itu. “Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya menyembah-Ku”. (QS. Az-Zariat : 56). “Dan sembahlah
Tuhanmu sampai maut datang kepadamu”. (QS. Al-Hijr : 99).
َ َ‫“ ِإ َّن هللاَ خَ ل‬Sesungguhnya Allah telah
Rasulullah SAW bersabda: )‫ (رواه احمد‬. َ‫ق آ َد َم َوبَنِ ْي ِه ُحنَفَا َء ُم ْسلِ ِم ْين‬
menciptakan Adam dan anak cucunya cenderung kepada kebenaran dan Muslimin – patuh
kepada Allah”. (HR. Ahmad)
. Itulah ajaran tauhid karena sesungguhnya Allah menciptakan manusia atas fitrah tauhid itu
selagi mereka masih berada dalam perut ibunya, mengingat Allah telah meminta perjanjian
mereka “Bukankah Aku Tuhanmu?” mereka menjawab, “Benar, Engkau adalah Tuhan
kami”. (QS. Al-A’raf : 172).
Janganlah kamu mengganti agama Islam, janganlah kamu mengubah ajaran tauhid, karena
inilah agama yang lurus. Allah SWT telah membekali fitrah Islam kepada hamba-Nya,
kemudian sebagian dari mereka dirasuki oleh agama-agama yang telah rusak. Jadi itulah
sebabnya manusia tidak mengetahui (bahwa agama Islam itu adalah agama yang haq
َ ْ‫ُضلُّو‬
. )١١٦ : ‫ (االنعام‬.ِ‫ك ع َْن َسبِ ْي ِل هللا‬ ِ ْ‫َوِإ ْن تُ ِط ْع اَ ْكثَ َر َم ْن فِى ااْل َر‬
ِ ‫ضي‬
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka
akan menyesatkan mu dari jalan Allah”. (QS. Al-An'am : 116)

umlah rukun iman

1. Iman kepada ALLOH SWT


2. Iman kepada Malaikat ALLOH SWT
3. Iman kepada Kitab – kitab ALLOH
4. Iman kepada Nabi
5. Iman kepada Hari Ahkir atau kiamat
6. Iman kepada qodo dan qodar
7. Pengertian Iman dalam Al- Qur’an

ALQURAN mengartikan iman yaitu membenarkan dengan kepercayaan bahwa Allah,


mempunyai kitab-kitab yang diturunkan pada hamba-hambanya secara benar dan jelas,
sebagai petunjuk yang jelas. Serta, bahwa-Nya Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang
difirmankan-Nya dengan sangat benar.

Sedangkan Hadis mengartikan iman adalah suatu pembenaran batinyang mana Rasulullah
mengucapkan bahwa segala seseuatu sebagai iman, yaitu seperti bermurah hati, akhlak yang
baik, sabar, cinta rasul, cinta sahabat, rasa malu serta lainnya. Adapun yang mengartikan,
Iman (‫ )االيمان‬berasal dari bahasa Arab, yang artinya percaya atau membenarkan dengan hati.
istilah iman mempunyai 3 poin penting yaitu:

1. Membenarkan dengan hati.


2. Mengikrarkan dengan lisan.
3. Dan, mengamalkan dengan anggota badan.

Dari ke 3 poin tersebut, penjelasan arti iman yang jelas, yakni sebagai berikut:

 Membenarkan Dengan Hati

Untuk poin yang pertama ini, artinya adalah menerima segala sesuatu yang diajarkan oleh
Rasulullah.

 Mengikrarkan Secara Lisan

Dengan menggunakn lisan tentu artinya ialah mengucapkannya dengan kata, contohnya
dalam rukun iman yang pertama, yakni dengan mengucapkan atau mengikrarkan dua kalimat
syahadat yang bunyinya “
Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadu Rasullullah”. Yang artinya Aku bersaksi, tiada
tuhan yang di sembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan
Allah.”

 Mengamalkan Dengan Anggota Badan

Maksudnya iyalah hati mengamalkannya dengan wujud keyakinan, sedang anggota badan
mengamalkannya dengan bentuk ibadah-ibadah sesuai pada fungsinya.

Arti dan Penjelasan 6 Rukun Iman


 Iman Kepada Allah

Hal pertama yang wajib di amalkan oleh seorang muslim untuk menambah keimanannya
dalam islam adalah anda harus mengimani tentang keberadaan Allah Subhanallahu wa ta’ala.
Seperti saat kalian mau menjadi seorang muslim seutuhnya, maka kalian harus mengucapkan
dua kalimat syahadat yang menunjukkan bahwa kalian bersedia untuk beriman.

Dengan cara mengucap duakalimat syahadat yaitu“Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan
aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.” Hal ini menunjukkan bahwa saat
anda memilih islam sebagai agama anda, maka anda harus mengakui keesaan dari Allah dan
tidak ada dzat apapun yang mampu menjadi pesaing maupun mampu menjadi sekutu Nya.

Dua cara iman kepada Allah SWT, yaitu beriman secara rububuiah yang artinya bahwa tiada
yang mampu mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta kecuali Allah dan dengan
secara uluhiah yang artiya bahwa tidak ada zat yang berhak disembah kecuali Allah dan
mengingkari adanya tuhan lain selain Allah.

Mengimaminya, yaitu wujud qidam baqa’ almumatsalatu lil hawaditsi qiyamuhu binafsihi
wahdaniyat qudrat iradah ilmu hayat sama’ bashar’ kalam qadiran muridan ‘aliman hayyan
samian basyiran mutakalliman. Mengimani nya bisa membantu kalian untuk menambah
keimanan kepada Allah.

 Iman Kepada Malaikat

Malaikat diciptakan dari cahaya oleh Allah SWT, Ia mempunya sifat untuk selalu patuh dan
taat kepada apa yang diperintahkan oleh Allah. Ia tidak mempunyai nafsu, sehingga ia tidak
makan maupun minum, melainkan malaikat selalu berdzikir kepada Allah Subhanallahu wa
ta’ala.

Malaikat adalah makhluk yang selalu taat kepada perintah Allah, Malaikat dipercaya serta
diakui keberadaannya. Salah satu cara untuk mengimani keberadaan malaikat adalah dengan
menghafalkan dan memahami nama maupun tugas dari masing-masing malaikat Allah.
Kalian hanya cukup mengetahui srta menghafal 10 nma malaikat beserta tugas-tugasnya,
yakni:

1. Malaikat Jibril, memiliki tugas menyampaikan wahyu dari Allah kepada para Nabi
atau rasul Nya.
2. Malaikat Mikail, memiliki tugas untuk menurunkan hujan dan memberikan rezeki
kepada setiap makhluk Allah.
3. Malaikat Isrofil, Bertugas meniup sangkakala di hari penghabisan.
4. Malaikat Izroil, memiliki tugas untuk mencabut nyawa.
5. Malaikat Rakib, memiliki tugas mencatat amal baik manusia.
6. Malaikat Atid, memiliki tugas mencatat amal buruk manusia.
7. Malaikat Mungkar, memiliki tugas untuk menanyai roh dalam kubur.
8. Malaikat Nakir, memiliki tugas untuk menanyai roh dalam kubur.
9. Malaikat Malik, memiliki tugas untuk menjaga pintu gerbang neraka.
10. Malaikat Ridwan, memiliki tugas untuk menjaga pintu gerbang surga.

 Iman Kepada Kitab-kitab Allah

Allah SWT sudah menurunkan jenis-jenis kitab isinya tentang wahyu serta petunjuk kepada
nabi maupun rasul, sehingga dapat mereka jadikan petunjuk untuk para umat dan
pengikutnya. Berdasarkan Al Qur’an, Allah telah menurunkan empat buah kitab melalui
malaikat jibril ataupun secara langsung kepada masing-masing nabi dan rasul Nya. Berikut
ini adalah keempat dari kitab-kitab tersebut:
1. Kitab Taurat

Kitab taurat merupakan kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa AS sebagai petunjuk
kepada kaumnya. Karena beliau masa sudah menjadi Nabi di Bani Israil, maka kitab Taurat
merupakan kitab petunjuk yang di gunakan sebagai pedoman bagi Bani Israil. Isi dari kitab
Taurat merupakan 10 perintah tuhan atau dikenal sebagai The Ten Commandements.

2. Kitab Zabur

Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS. Kitab tersebut di turunkan untuk petunjuk dan
pedoman kepada kaum Nabi Daud. Kitab ini disebut juga sebagai “Mazmur” dan memiliki isi
berupa nyanyian dan pujian kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala atas segala nikmat dan
rahmat yang telah Dia berikan kepada kaum Nabi Daud pada saat itu.
3. Kitab Injil

Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS. Sama halnya dengan kitab Taurat, kitab Injil
diturunkan sebagai petunjuk dan pedoman bagi kaum Israil. Isi dari kitab Injil adalah pokok
tatacara untuk menjadalani kehidupan secara zuhud, dimana kita di haruskan untuk
meninggalkan berbuat kerusakan dan memiliki sifat ketamakan saat di dunia.

4. Kitab Al Qur’an

Berbeda dengan kitab-kitab yang lainnya, Al Qur’an merupakan kitab yang di turunkan
kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam untuk digunakan sebagai pedoman
seluruh umat manusia di dunia. Kitab ini diturunkan melalui perantara malaikat Jibril dan
secara berangsur-angsur atau tidak secara langsung, serta apabila kita membacanya maka kita
mendapat pahala.

 Iman Kepada Rasul

Mengimani nabi dan rasul yaitu dengan cara meyakini bahwa Allah telah mengutus merka
dengan kelebihannya agar memberikan petunjuk kepada kaumnya dan juga seluruh umat
manusia di muka bumi ini untuk beriman dan mengakui keesaan Allah Subhanallahu wa
ta’ala.

Berikut nama-nama nabi dan rosul yang wajib kalian ketahui yaitu:

1. Nabi Adam As.


2. Nabi Idris As.
3. Nabi Nuh As.
4. Nabi Hud As.
5. Nabi Sholeh As.
6. Nabi Ibrahim As.
7. Nabi Luth As.
8. Nabi Ismail As.
9. Nabi Ishak As.
10. Nabi Yakub As.
11. Nabi Yusuf As.
12. Nabi Ayub As.
13. Nabi Sueb As.
14. Nabi Musa As.
15. Nabi Harun As.
16. Nabi Zulkifli As.
17. Nabi Daud As.
18. Nabi Sulaiman As.
19. Nabi Ilyas As.
20. Nabi Ilyasa As.
21. Nabi Yunus As.
22. Nabi Zakariya As.
23. Nabi Yahya As.
24. Nabi Isa As.
25. Nabi Muhammad SAW.

Dari 25 nabi ada 5 orang rasul yang mempuyaii kelebihan dibandingkan nabi-nabi lain serta
mempunyai gelar Ulul Azmi yang berarti Nabi atau rasul yang memiliki kesabaran yang luar
biasa. Lima rosul tersebut yaitu Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi
Muhammad. Kelima tersebut wajib mempuyai sifat jujur, dapat dipercaya, amanah
sertacerdas.

 Iman Kepada Hari Akhir

Hari akhir merupakan berakhirnya semua kehidupan di dunia. Saat itu, dunia akan hancur
berkeping-keping. Tiada yang hidup saat itu baik manusia ataupun makhluk gaib seperti
malaikat atau iblis. Hari akhir  tidak ada satupun makhluk yang bisa lolos dari kehancuran.

Menanamkan keyakinan bahwa hari akhir itu akan benar-benar ada dan terjadi membuat anda
menjadi lebih meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala, agar
mendapatkan ampunan dari segala dosa dan diselamatkan dan di berikan tempat di surga
nantinya. Kedahsyatan hari akhir pun sudah banyak disebutkan dan ditulis dalam Al Qur’an
maupun hadis.

Surat Al Hajj atay 6-7 Allah telah berfirman, yang artinya Yang sedemikian itu agar kamu
mengerti bahwa Allah itu Tuhan yang benar dan Tuhan tersebut menghidupkan segala yang
telah mati. Lagi Allah itu maha kuasa atas segala sesuatu. Dan Sebenarnya hari akhir itu akan
datang, tidak ragu lagi. Allah STW benar-benar menghidupkan orang-orang yang sudah
mati.”
Firman allah berikutnya dalam surat Az Zumar ayat 68, “Sungguh pada hari akhir akan ditiup
sangkakala kemudian matilah seluruh apa yang ada di langit dan yang di bumi, kecuali siapa
yang dikehendaki Allah. Kemudian akan ditiup padanya sekali lagi, kemudian mereka
sekalian akan bangkit memandang (menunggu keputusan).”

 Iman Kepada Qodho dan Qodar

Qodho Iyalah keputusan atau nasib seseorang yang bersifat tetap serta tidak dapat di ubah
lagi, seperti hari kematian. Sedangkan qodar adalah takdir atau nasib yang masih berupa
perkiraan atau masih dapat diusahakan untuk diperbaiki atau diarahkan ke arah yang lebih
baik, dan tentunya atas izin Allah SWT, Misalnya ialah kapan rezeki akan di kasih.

Saat anda ingin mengimani qodho dan qodar Allah maka anda juga harus mengimana 4
perkara, yakni percaya bahwa Allah telah mengimani seluruh apa yang telah maupun yang
belum terjadi, Allah telah menuliskan segala ketentuan dan takdir makhluk hidup dan
menuliskannya di lauh al-Mahfudz, tidak ada segala sesuatu yang diam atau bergerak tanpa
izin Allah dan semua adalah ciptaan Allah.

Pentingnya Menjaga Keimanan


Setelah memahami 6 rukun iman, pasti lebih meyakini bahwa di dunia ini ada yang harus kita
yakini keberadaannya, serta harus diamalkan secara baik. Selain itu, dengan mengetahui 6
perkara ini, tentu harus lebih menjaga keyakinan, agar bisa selamat sampai di akhirat.

 Sulitnya Berjuang Untuk Menghadapi Tantangan

Wajib kalian tahui, menjadi mukmin yang beriman memang tidak gampang, butuh
perjuangan yang besar. Apalagi dengan melihat tantangan yang ada sekarang ini, tentu untuk
menjaga agar keimanan tetap di hati sangatlah sulit.

 Banyaknya Godaan tentang Keimanan

Berkaitan dengan poin pertama, bahwa di era yang telah serba maju ini, segala bidang telah
berkembang dengan pesat. Di dalamnya ada godaan iman yang sangat kuat, sehingga bila
kalian tidak mempuyai kekuatan tentu bisa menghilangkan keimanan. Misalnya saat ini
banyak kelakuan manusia yang mengikuti dunia barat, Sedagkan di dalamnya terdapat
kemusyrikan yang mengurangi Islam.

Dengan demikian, tentu sebagai umat yang beriman, Anda harus benar-benar bisa menjaga
keimanan dengan sangat serius. Hal ini agar Allah selalu memberkahi setiap kegiatan yang
Anda lakukan di dunia, serta memudahkan Kita ke akhirat nantinya.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk menjaga keimanan? Yakni selain mempercayainya, juga
harus diimbangi dengan perbuatan baik seperti sholat wajib 5 waktu yang diimbangi dengan
sholat sunah, rajin membaca Al Quran terlebih lagi menjadi penghafal Al Qur’an,
memperbanyak sholawat dan amal saleh, serta masih banyak kebaikan lainnya yang harus
dilakukan.

Hal yang Membatalkan Iman


Berikut ini 10 hal yang dapat membatalkan keimanan seseorang yaitu:

1. Syirik dalam beribadah.


2. Menjadikan sesuatu antara diri dengan Allah sebagai perantara, yaitu dengan
memohon atau berdoa kepada sesuatu tersebut dan meminta syafaatnya, serta
menyandarkan diri kepadanya.
3. Orang yang tidak mengkafirkan kaum musyrikin, atau ragu-ragu terhadap kekafiran
mereka, atau membenarkan agama mereka.
4. Meyakini adanya petunjuk yang lebih sempurna selain petunjuk Nabi SAW, atau
meyakini adanya keputusan hukum yang lebih baik dari pada Rasulullah SAW,
seperti lebih mendahulukan hukum (undang-undang) manusia dari pada hukum
beliau.
5. Membenci sesuatu dari syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW sekalipun masih
mengerjakannya.
6. Mengubah-ubah agama Islam, atau mengubah-ubah tentang pahala dan siksa.
Dalilnya adalah firman Allah.
7. Menyihir untuk memisahkan pasangan suami istri atau pengasihan dan tidak rela
terhadap sihir.
8. Menolong dan membantu kaum musyrikin untuk melawan kaum muslimin.
9. Meyakini bahwa seorang muslim boleh-boleh saja keluar dari Islam dan tidak
mengikuti syariat Nabi Muhammad.
10. Berpindah dari agama Allah, tidak mempelajari serta tidak mengamalkannya.

Agama islam memiliki beberapa keutamaan dan keistimewan dibandingkan dengan agama
yang lain. Diantaranya :

1. Agama yang diterima disisi Allah Azza WaJalla

Islam adalah agama yang di akui oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’aala, Allah tidak menrima
agama selain agama islam setelah diutusnya Nabi Muhammad, Allah Subhaanahu Wa
Ta’aala ,menegaskan :

َ‫َو َمن يَ ْبت َِغ َغ ْي َر ٱِإْل ْس ٰلَ ِم ِدينًا فَلَن يُ ْقبَ َل ِم ْنهُ َوهُ َو فِى ٱلْ َءا ِخ َر ِة ِمنَ ْٱل ٰ َخ ِس ِرين‬
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
(QS.AliImran:85).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan “agama yang benar itu adalah mewujudkan
peribadahan kepada Allah dari segala sisinya ,dam juga mewujudkan kecintaan kepada Allah
dengan segala tingkatan nya.

2. Islam Agama yang Sempurna

Islam adalah agama yang universal,syariaatnya menyeluruh bagi seluruh maklhuk,ajaran nya
sempurna,tidk ada yang kurang dan tidak ada satupun permasalahan kecuali islam telah
menjelaskan hal terebut. Allah Ta’aala  menjelaskan :

‫يت لَ ُك ُم ٱِإْل ْس ٰلَ َم ِدينًا ۚ فَ َم ِن ٱضْ طُ َّر فِى‬


ُ ‫ض‬ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِى َو َر‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوَأ ْت َم ْم‬
ُ ‫ْٱليَوْ َم َأ ْك َم ْل‬
ٌ‫ف ِإِّل ْث ٍم ۙ فَِإ َّن ٱهَّلل َ َغفُو ٌر َّر ِحيم‬
ٍ ِ‫ص ٍة َغ ْي َر ُمتَ َجان‬ َ ‫َم ْخ َم‬
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa
terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.Al-Maidah: 3)

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan “ Ini adalah nikmat Allah yang paling besar
kepada ummat ini.Allah telah menyempurnakan agama islam bagi mereka, sehinga mereka
tidak butuh kepada agama selain nya,tidak pula kepada Nabi selain Nani Muhammad, oleh
karena itulah Allah menjadikan Nabi Muhammad sebagai penutup para Nabi dan
mengutusnya kepada manusia dan jin.

Thariq bin Syihab Rahimahullah  mengatakan “ orang orang yahudi mendatangi Umar bin Al
Khattab seraya berkata : ‘ Kalian menbaca satu ayat didalam Kitab kalian,andaikan ayat itu
turun kepada kami,niscaya akan kami jadikan hari turun nya ayat tersebut sebagai hari
raya’ ,Umar bertanya keheranan ‘Ayat apa itu? Mereka menjawab, “Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. Umar berkata ,demi Allah, sunguh aku sangat
tahu hari dan waktu diturunkannya ayat tersebut kepada RAsulullah, ayat itu turun kepada
Rasulullah akhir siang pada hari Arafah bertepatan hari Jum’at.

Maka tidak ada sesuatu apapun yang dibutuhkan ummat ini,baik sekarang maupun dimasa
yang akan datang kecuali Allah telah menjelaskan  dengan penjelasan yang jelas yang dapat
dipahami leh umat dari sisi hukum,halal dan haramnya. Pokok kaida yang agung ini telah
tetap didalam Alqur’an dan As Sunnah yang memberika keyakinan pasti yang tidak ada
keraguan di dalam nya, Allah Berfirman :

َ َ‫َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْيكَ ْٱل ِك ٰت‬


َ‫ب تِ ْب ٰيَنًا لِّ ُك ِّل َش ْى ٍء َوهُدًى َو َرحْ َمةً َوبُ ْش َر ٰى لِ ْل ُم ْسلِ ِمين‬
Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS.An
Nahl:89).

Allah Subhanahu Wata’ala juga berfirman :


ِ ‫َو ُك َّل َش ْى ٍء فَص َّْل ٰنَهُ تَ ْف‬
  ‫صياًل‬
“Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas” . (QS. Al Isra’:12).

Asy Syaikhl Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata “ dan ayat ayat semisal ini dalam
Alqur’an sangat banyak. Menunjukkan bahwa apa yang Allah jelaskan di dalam Kitab Nya
merupakan penjelas  bagi agama ini secara keseluruhan, pwnjelas untuk meniti jakan
petunjuk. ( Dar’ut Ta’arudhil ‘Aql wan Naql (x/304) Ibnu Taimiyyah).

Demikian juga Rasulullah telah memnjelaskan seluruh perkara aama ini dengan jelas,tidak
ada yang tertingal dan tersisa.

Dari Salman Al Farisi,bahwa ia pernah ditanya seorang musyrik : “Benarkah Nabi kalian
telah mengajarkan segala sesuatu hingga adab buang hajat? “Salman pun menjawab “iya”,
sungguh beliau melarang kami ketika buang hajat untuk menghadap kiblat, beristinja’ dengan
tangan kanan,beristinja’ kurang dari tiga batu dan beristinja’ dengan kotoran atau tulang.
(HR.Muslim:262)

Abu Dzar juga berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda :

‫ما بقي شيء يقرب إلى الجنة ويباعد عن النار إالوقد بين لكم‬
“Tidak tertinggal sedikitpun perkara yang dapat mendekatkan ke surga dan menjauhkan
dari neraka, kecuali telah aku jelaskan bagi kalian” (HR.Ath Tabrani),( Sanandnya
Haditsnya sahih sebagaimana ditegaskan oleh Syaikh Ali Haan Alhalaby dalam ‘ilmu Ushul
Bida’ hal 19.

Imam Asy Syatiby mengatakan “ sesungguhnya Allah telah  menurunkan syariaat ini kepada
Rasulullah, didalam nya terdapat penjelasan terhadap segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
setiap makhluk, tidaklah Rasulullah meninggal dunia hingga agama ini sempurna terlebih
dahulu. Maka barang siapa yang menyangka bahwa didalam agama ini ada sesuatu yang
tersisa belum sempurna sungguh ia telah mendustakan ayat ini(surat akmaidah ayat 3). ( Al
‘Itishaam(II/816) Asy Syatiby).

3. Islam Adalah agama yang Mudah

Termasuk tujuan besar dalam syariat islam adalah menghilangkan rasa berat dan kesempitan 
dari para mukallaf, sebagai bentuk kemudahan dan kasih sayang Allah Ta’aala kepada para
hamba-Nya, Allah Ta’aala berfirman :
ۖ ‫َربَّنَا َواَل تَحْ ِملْ َعلَ ْينَٓا ِإصْ رًا َك َما َح َم ْلتَهۥُ َعلَى ٱلَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِنَا ۚ َربَّنَا َواَل تُ َح ِّم ْلنَا َما اَل طَاقَةَ لَنَا بِِۦه‬
‫ف َعنَّا َوٱ ْغفِرْ لَنَا َوٱرْ َح ْمنَٓا ۚ َأنتَ َموْ لَ ٰىنَا فَٱنصُرْ نَا َعلَى ْٱلقَوْ ِم ْٱل ٰ َكفِ ِرين‬ ُ ‫َوٱ ْع‬
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir”.(QS.Albaqarah:286).

Dan Allah juga berfirman :

ٍ ‫َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِى ٱلدِّي ِن ِم ْن َح َر‬


‫ج‬
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan .( QS.Al Haj:
78)

Imam Ibnu Hazm Rahimahullah berkata “ Setiap perintah dari Allah kepada kita,maka hal itu
mudah, dia menghendaki kemudahan dan menghilangkan kesusahan,yaitu memberi
keringanan. Tidak ada kemudahan,keringanan dan hilangnya kesulitan melainkan sesuatu
yang membawa kepada surga dan selamat dari Neraka Jahannam. (Al Ihkam II/176).

Akan tetapi perlu dipahami bahwa kemudahan dalam islam tidak membawa kita bermudah
mudahan dan mencari keringanan walaupun salah. Akan tetapi mewujudkan kemudahan
dalam islam adalah dengan mengikuti dalil ,mengikuti Al Quran dan As Sunnah.

Maka terimalah kemudahan islam ini dengan lapang dada,jangan memberatkan diri dengan
mengerjakan yang tidak ada perintahnya dalam agama.

Wallahul Muwaffiq.

4. Asas Agama Islam Adalah Meraih Kebaikan dan Menolak Keburukan

Inilah kaidah dalam agama islam ,bahwa islam datang untuk kebaikan para hamba dan
menolak bahaya, seluruh syariat yang ada dalam agama ini untuk kebaikan para pemeluknya
di dunia dan akhirat. Sangat banyak sekali dalilnya yang menerangkan bahwa agama islam
ini asasnya adalah meraih manfaat dan menolak keburukan, Diantaranya Allah Ta’aala
berfirman :

‫ِإ َّن ٱهَّلل َ يَْأ ُم ُر بِ ْٱل َع ْد ِل َوٱِإْل حْ ٰ َس ِن َوِإيتَٓاِئ ِذى ْٱلقُرْ بَ ٰى َويَ ْنهَ ٰى َع ِن ْٱلفَحْ َشٓا ِء َو ْٱل ُمن َك ِر َو ْٱلبَ ْغ ِى يَ ِعظُ ُك ْم‬
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
( QS. An Nahl:90)

Allah Ta’aala juga berfirman :


‫قُلْ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل يَْأ ُم ُر بِ ْٱلفَحْ َشٓا ِء‬
“Katakanlah: “Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji”
( QS.Al “Araf:28)

Imam Asy Syatiby Rahimahullah berkata “ Alqur’an yang mulia telah datang untuk
mengenalkan kebaikan kebaikan di dunia dan akhirat agar bisa diraih dan mengenalkan 
keburukan keburukan nya agar bisa dijauhi.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahulah mengatakan “ Syariat itu pondasi  dan asas nya untuk
kebaikan para hamba di dunia dan akhirat,seluruhnya adil, dan seluruh nya berisi kebaikan 
dan seluruhnya dengan hikmah.

Bukti akan hal ini,  andaikan kita renungi seluruh hukum hukum yang ada dalam agama islam
seluruhnya pasti memerintahkan yang baik dan melarang yang jelek. Misalkan kita
diperintahkan untuk mentauhidkan Allah dalam ibadah, maka dengan tauhid seorang hamba
bisa merih kebahagiaan dunia akhirat, sebaliknya  menyembah kepada selain Allah  hanya
akan membawa kerugian di dunia dan akhirat. Begitu pula larangan larangan yang ada dalam
agama islam pasti membawa keburukan,minuman keras merusak akal,zina menghancurkan
jiwa dan nasab dan sebagainya dari hukum islam yang lain nya.

5. Allah menjaga agama ini

Agama islam yang mulia ini selalu terjaga dari masa ke masa,oleh karena itu kita dapati
dakwah para Nabi dan Rasul dari masa ke masa tidak ada yang berbeda ajaran dan ajakan
mereka semuanya satu,yaitu mendakwahkan tauhid ,memurnikan ibadah hanya kepada
Allah . Allah Subhaanahu Wa Ta’aala b erfirman :
ٰ ۟ َ ۟ ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِى ُكلِّ ُأ َّم ٍة َّر ُسواًل َأن ٱ ْعبُ ُد‬
‫ُوا ٱلطَّ ُغوتَ ۖ فَ ِم ْنهُم َّم ْن هَدَى ٱهَّلل ُ َو ِم ْنهُم َّم ْن‬ ‫وا ٱهَّلل َ َوٱجْ تنِب‬ ِ
۟
َ‫ض فَٱنظُرُوا َك ْيفَ َكانَ ٰ َعقِبَةُ ْٱل ُم َك ِّذبِين‬ ۟ ٰ َّ ‫ت َعلَ ْي ِه ٱل‬
ِ ْ‫ضلَلَةُ ۚ فَ ِسيرُوا فِى ٱَأْلر‬ ْ َّ‫َحق‬

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-
orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah
pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS.An Nahl:36)

Dan termasuk penjagaan Allah terhadap agama ini adalah menjaga sumber hukum
Islam,Yaitu Alqur’an dan As Sunnah, berdasarkan firman Allah :

َ‫ِإنَّا نَحْ ُن نَ َّز ْلنَا ٱل ِّذ ْك َر َوِإنَّا لَهۥُ لَ ٰ َحفِظُون‬


“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya.” (QS.Alhijr:9).
Dalam ayat yang mulia ini Allah Ta’aala menjelaskan  bahwa Dialah yang menurunkan
Alqur’an dan Yang memeliharanya dari penambahan,pengurangan maupun perubahan.

Oleh karenanya,hukum hukum yang ada dalm dua sumber wahyu ini  tidak berubah dari
masa ke masa, tetap dan akan terus berlaku hingga akhir zaman, Allah berfirman :

‫ص ْدقًا َو َع ْداًل ۚ اَّل ُمبَد َِّل لِ َكلِ ٰ َمتِ ِهۦ ۚ َوهُ َو ٱل َّس ِمي ُع ْٱل َعلِي ُم‬
ِ ‫ك‬ ْ ‫َوتَ َّم‬
ُ ‫ت َكلِ َم‬
َ ِّ‫ت َرب‬
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil.
Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha
Mendenyar lagi Maha Mengetahui” (QS.Al An’am:115)

َ‫قَ ۡد َأ ۡفلَ َح ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُون‬

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

ِ ‫صاَل تِ ِهمۡ ٰ َخ‬


َ‫شعُون‬ َ ‫ٱلَّ ِذينَ هُمۡ فِي‬

(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam Shalatnya,

Shalat merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara manusia
dengan Allah SWT. Shalat juga merupakan sarana komunikasi bagi jiwa manusia dengan
Allah swt. Shalat juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam
Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain. Shalat sering kali
disebutkan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah: Q.S At-Taubah:18; Q.S Al-Baqarah:45; Q.S
Al-Baqarah:110 ; Q.S Al-Baqarah:177;  Q.S Ar-Ra’d:22; Q.S Ibrahim:31; Q.S Al-
A’raf:170; Q.S At-Taubah:18;  Q.S An-Nisa:43; Q.S An-Nisa:101; Q.S An-Nisa:102; Q.S
An-Nisa:103; Q.S An-Nisa:162; Q.S Al-Maidah:6; Q.S Al-Maidah:12; Q.S Hud:114; Q.S
Ibrahim:37; Q.S Ibrahim:40; Q.S Al-Hijr:98; Q.S Al-Isra’:78; Q.S Maryam:31; Q.S
Maryam:59 Q.S Thaha:14; Q.S Thaha:132; Q.S Al-Hajj:77; Q.S Al-Mukminun:2; Q.S An-
Nur:56; Q.S Al-Ankabut:45; Q.S Luqman:17; Q.S Fathir:29; Q.S Al-Fath:29; Q.S Al-
A’la:15; Q.S Al-Bayyinah:5. Dari sekian ayat dalam surat-surat yang terdapat Al-Qur’an
tersebut menunjukkan betapa pentingnya kedudukan shalat dalam kehidupan. Diantara
pentingnya Shalat dalam kehidupan adalah sebagai berikut:

1. Shalat adalah tolok ukur amal, yang berarti bahwa kualitas amal seseorang ditentukan
oleh Shalatnya. Hal ini seperti disebutkan dalam hadist Rasulullan yang diriwayatkan
Abu Dawud dan Tirdzi, “hal pertama yang akan dihisab kelak di hari pembalasan
adalah Shalat. Apabila baik Shalatnya, maka akan baik pula amal-amal lainnya. Dan
apabila Shalatnya rusak, maka akan rusak pula amal-amal lainnya,”
2. Shalat adalah tiang agama. Hal ini disebutkan dalam hadist Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Baihaqi “Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka
barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama; dan
barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merubuhkan agama”
3. Shalat adalah kunci surga. Hal ini disebutkan dalam hadist Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir yang dikutip dari kitab Ihya Uumuddin karya
Imam Ghazali.
4. Shalat merupakan perintah langsung dari Allah swt tanpa perantara malaikat kepada
Nabi Muhhamad saw ketika perjalanan Isra dan Mi’raj.
5. Shalat menjadi benteng yang menjaga diri kita dari perbuatan keji dan maksiyat. Hal
ini disebutkan dalam Al-Ankabut: 45, “Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
6. Shalat sebagai pengingat kita kepada Allah swt, seperti yang dituliskan dalam Surat
Ta Ha ayat 14, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.”

Bahkan Rasulullah dalam sebuah hadistnya menegaskan bahwa Shalat menjadi pembeda
atau pembatas yang tegas antara seorang muslim dengan orang kafir. “Perjanjian antara
kami dengan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat, barangsiapa meninggalkannya
maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Senada dengan hadis tersebut, Umar bin Khattab juga menyatakan, “Tidak ada islam bagi
seseorang yang tidak menegakkan shalat”.

akat Dalam Islam, Kedudukan dan Tujuan Syar’inya


Zakat merupakan salah satu rukun Islam. Zakat diwajibkan atas setiap orang Islam yang telah
memenuhi syarat. Selain melaksanakan perintah Allâh Subhanahu wa Ta’ala, tujuan
pensyariatan zakat ialah untuk membantu umat Islam yang membutuhkan bantuan dan
pertolongan. Oleh karena itu, syariat Islam memberikan perhatian besar dan memberikan
kedudukan tinggi pada ibadah zakat ini. Kedudukan zakat dalam Islam sudah banyak
diketahui oleh kaum Muslimin secara garis besarnya, namun untuk menegaskan pentingnya
masalah zakat ini perlu dirinci kembali permasalahan ini dalam bentuk yang lebih jelas dan
gamblang.

KEDUDUKAN ZAKAT DALAM ISLAM

Kedudukan dan arti penting zakat dapat dilihat dari beberapa hal berikut:

1. Zakat adalah rukun Islam yang ketiga dan salah satu pilar bangunannya yang agung
berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

ِّ‫ضانَ َو َحج‬ َ ‫وم َر َم‬ِ ‫ص‬ َّ ‫ َشها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ ْن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ وَِإقا َ ِم ال‬: ‫س‬
َ ‫صالَ ِة وَِإيْتا َ ِء ال َّز َكا ِة َو‬ ٍ ‫بُنِ َي اِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
َ
‫ت لِ َم ِن ا ْستَطا َع ِإلَ ْي ِه َسبِيْأل‬
ِ ‫البَ ْي‬

Islam dibangun di atas lima perkara: syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh
dan bahwa Muhammad adalah utusan Allâh, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa
Ramadhan dan haji ke Baitullah bagi siapa yang mampu [Muttafaqun ‘alaihi]

2. Allâh Azza wa Jalla menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan perintah


melaksanakan shalat di dua puluh delapan tempat dalam al-Qur`ân.[1] Ini menunjukkan
betapa urgen dan tinggi kedudukannya dalam Islam. Kemudian penyebutan kata shalat dalam
banyak ayat di al-Qur`ân terkadang disandingkan dengan iman dan terkadang dengan zakat.
Terkadang ketiga-tiganya disandingkan dengan amal shalih adalah urutan yang logis. Iman
yang merupakan perbuatan hati adalah dasar, sedangkan amal shalih yang merupakan amal
perbuatan anggota tubuh menjadi bukti kebenaran iman. Amal perbuatan pertama yang
dituntut dari seorang mukmin adalah shalat yang merupakan ibadah badaniyah (ibadah
dengan gerakan badan) kemudian zakat yang merupakan ibadah harta. Oleh karena itu,
setelah ajakan kepada iman didahulukan ajakan shalat dan zakat sebelum rukun-rukun Islam
lainnya. Ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallamsaat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’âdz Radhiyallahu
anhu ke Yaman, beliau bersabda kepadanya:

‫ك فََأ ْعلِ ْمهُ ْم َأ َّن‬


َ ِ‫ب فا َ ْد ُعهُ ْم ِإل َى َشها َ َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ فَِإ ْن هُ ْم َأطا َ ُعوكَ لِذل‬
ِ ‫ك تَأتِي قَوْ ًما ِم ْن َأ ْه ِل ال ِكتَا‬َ َّ‫ِإن‬
ُ
‫ص َدقَةً تُْؤ خَ ذ ِم ْن‬ َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم‬ ْ ‫َأ‬ ‫َأ‬
َ ‫ك فَ ْعلِ ْمهُ ْم َّن هللاَ اِفتَ َر‬ ‫َأ‬ ْ
َ ‫ت فِي ُك ِّل يَوْ ٍم َوليَل ٍة فَِإ ْن هُ ْم طاَعُو‬
َ ِ‫ك لِذل‬ ٍ ‫صلوا‬ َ ‫س‬ َ ‫ض َعلَ ْي ِه ْم َخ ْم‬ ْ
َ ‫هللاَ اِفتَ َر‬
‫َلى فُقَ َراِئ ِه ْم‬َ ‫ع‬ ُّ
‫د‬ ‫ر‬ُ ‫ت‬َ ‫ف‬ ‫م‬
َ ْ ِ ‫ِ ِئ‬‫ه‬ َ ‫ا‬ ‫ي‬‫ن‬‫غ‬ ْ ‫َأ‬

Sesungguhnya kamu akan datang kepada suatu kaum dari ahli kitab, ajaklah mereka kepada
syahadat bahwa tidak ada Rabb yang haq selain Allâh dan bahwa aku adalah utusan Allâh,
bila mereka mematuhi ajakanmu, maka katakanlah kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan
atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam, bila mereka mematuhi ajakanmu maka
katakan kepada mereka bahwa Allâh mewajibkan sedekah yang diambil dari orang-orang
kaya dari mereka dan diberikan kepada orang-orang miskin dari mereka [2]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamhanya menyebutkan shalat dan zakat (dalam hadits di atas)
karena besarnya perhatian terhadap keduanya dan keduanya didahulukan sbelumnya
selainnya dalam berdakwah kepada Islam. Juga dalam rangka mengikuti prinsip at-tadarruj
(bertahap fase demi fase) dalam menjelaskan kewajiban-kewajiban Islam.[3]

Dan masih banyak lagi dalil-dalil dari al-Qur’an maupun al-hadits yang menunjukkan
kedudukan zakat yang tinggi dalam Islam.

TUJUAN-TUJUAN SYAR’I DIBALIK KEWAJIBAN ZAKAT[4]


Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan menjadikannya sebagai salah satu
rukunnya serta memposisikannya pada kedudukan tinggi lagi mulia. Karena dalam
pelaksanaan dan penerapannya mengandung tujuan-tujuan syar’i (maqâshid syari’at) yang
agung yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat, baik bagi si kaya maupun si miskin.
Di antara tujuan-tujuan tersebut adalah :

1. Membuktikan Penghambaan Diri Kepada Allâh Azza wa Jalla Dengan Menjalankan


Perintah-Nya.
Banyak dalil yang memerintahkan agar kaum Muslimin melaksanakan kewajiban agung ini,
sebagaimana Allâh Azza wa Jalla firmankan dalam banyak ayat, diantaranya :

َّ ‫َوَأقِي ُموا ال‬


َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوارْ َكعُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” [al-
Baqarah/2:43]

Allâh Azza wa Jalla juga menjelaskan bahwa menunaikan zakat merupakan sifat kaum
Mukminin yang taat. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

َ‫ش ِإاَّل هَّللا َ ۖ فَ َع َس ٰى ُأو ٰلَِئكَ َأ ْن يَ ُكونُوا ِمن‬ َّ ‫ِإنَّ َما يَ ْع ُم ُر َم َسا ِج َد هَّللا ِ َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َوَأقَا َم ال‬
َ ‫صاَل ةَ َوآتَى ال َّز َكاةَ َولَ ْم يَ ْخ‬
ْ
َ‫ال ُم ْهتَ ِدين‬
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah orang-orang yang beriman kepada
Allâh dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allâh, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. [at-Taubah/9:18]

Seorang mukmin menghambakan diri kepada Allâh Azza wa Jalla dengan menjalankan
perintah-Nya melalui pelaksanaan kewajiban zakat sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan syari’at.

Zakat bukan pajak. Zakat adalah ketaatan dan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla yang
dilakukan oleh seorang Mukmin demi meraih pahala dan balasan di sisi Allâh Azza wa Jalla .
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ٌ ْ‫صاَل ةَ َوآتَ ُوا ال َّز َكاةَ لَهُ ْم َأجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َواَل خَ و‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُون‬ َّ ‫ت َوَأقَا ُموا ال‬
ِ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Rabbnya. tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [al-Baqarah/2:277].

Juga firman-Nya.

َّ ‫ك َو َما ُأ ْن ِز َل ِم ْن قَ ْبلِكَ ۚ َو ْال ُمقِي ِمينَ ال‬


َ‫صاَل ةَ ۚ َو ْال ُمْؤ تُونَ ال َّز َكاة‬ َ ‫ٰلَ ِك ِن الرَّا ِس ُخونَ فِي ْال ِع ْل ِم ِم ْنهُ ْم َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ يُْؤ ِمنُونَ بِ َما ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي‬
ِ ‫ك َسنُْؤ تِي ِه ْم َأجْ رًا ع‬
‫َظي ًما‬ ٰ
َ ‫َو ْال ُمْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ُأولَِئ‬

“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang Mukmin,
mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-Quran), dan apa yang telah
diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang
beriman kepada Allâh dan hari Kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan
kepada mereka pahala yang besar.” [an-Nisa`/4:162]

2. Mensyukuri Nikmat Allâh Dengan Menunaikan Zakat Harta Yang Telah Allâh Azza wa
Jalla Limpahkan Sebagai Karunia Kepada Manusia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫وَِإ ْذ تََأ َّذنَ َربُّ ُك ْم لَِئ ْن َشكَرْ تُ ْم َأَل ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَِئ ْن َكفَرْ تُ ْم ِإ َّن َع َذابِي لَ َش ِدي ٌد‬

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [Ibrâhim/14:7]

Mensyukuri nikmat adalah kewajiban seorang muslim, dengannya nikmat akan langgeng dan
bertambah. Imam as-Subki rahimahullah mengatakan, “Diantara makna yang terkandung
dalam zakat adalah mensyukuri nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Ini berlaku umum pada
seluruh taklief (beban) agama, baik yang berkaitan dengan harta maupun badan, karena Allâh
Azza wa Jalla telah memberikan nikmat kepada manusia pada badan dan harta. Mereka wajib
mensyukuri nikmat-nikmat tersebut, mensyukuri nikmat badan dan nikmat harta. Hanya saja,
meski sudah kita tahu itu merupakan wujud syukur atas nikmat badan atau nikmat harta,
namun terkadang kita masih bimbang. Zakat masuk kategori ini.” [5]
Membayar zakat adalah pengakuan terhadap kemurahan Allâh, mensyukuri-Nya dan
menggunakan nikmat tersebut dalam keridhaan dan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla .

3.Menyucikan Orang Yang Menunaikan Zakat Dari Dosa-Dosa.


Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ك َس َك ٌن لَهُ ْم ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬


َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬
َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬
َ َ‫صاَل ت‬

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allâh Maha mendengar lagi Maha mengetahui. [at-
Taubah/9:103].

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya kewajiban membayar zakat dalam


ayat di atas berkaitan dengan hikmah pembersihan dari dosa-dosa.”[6]

Ada juga hadits yang menegaskan makna di atas, sebagaimana dalam hadits Muadz bin Jabal
Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

ْ ‫طفُِئ الخَ ِطيَْئةَ َك َما ي‬


َ َّ‫ُطفِئ ُال َما ُء الن‬
‫ار‬ ْ ُ‫ص َدقَةُ ت‬
َّ ‫ال‬

Sedekah itu bisa memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.”[HR. Ahmad
5/231 dan at-tirmidzi no. 2616 dan dishahihkan al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi]

Ayat di atas mengumpulkan banyak tujuan dan hikmah syar’i yang terkandung dalam
kewajiban zakat. Tujuan-tujuan dan hikmah-hikmah itu terangkum dalam dua kata yang
muhkam yaitu, “Dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”

4. Membersihkan Orang Yang Menunaikannya Dari Sifat Bakhil.


Al-Kâsâni rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya zakat membersihkan jiwa orang yang
menunaikannya dari kotoran dosa dan menghiasi akhlaknya dengan sifat dermawan dan
pemurah. Juga membuang kekikiran dan kebakhilan, karena tabiat jiwa sangat menyukai
harta benda. Zakat dapat membiasakan orang menjadi pemurah, melatih menunaikan amanat
dan menyampaikan hak-hak kepada pemiliknya. Semua itu terkandung dalam firman Allâh
Azza wa Jalla :

َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬


َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬
‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم‬

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.[7]

Kikir adalah penyakit yang dibenci dan tercela. Sifat ini menjadikan manusia berupaya untuk
selalu mewujudkan ambisinya, egois, cinta hidup di dunia dan suka menumpuk harta. Sifat
ini akan menumbuhkan sikap monopoli terhadap semua. Tentang hakikat ini, Allâh Azza wa
Jalla berfirman :

‫َو َكانَ اِإْل ْن َسانُ قَتُورًا‬

Dan manusia itu sangat kikir. [al-Isrâ`/17:100]


Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ت اَأْل ْنفُسُ ال ُّش َّح‬ ِ ْ‫َوُأح‬


ِ ‫ض َر‬

Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. [an-Nisâ`/4:128]

Sifat kikir ini merupakan faktor terbesar yang menyebabkan manusia sangat tergantung
kepada dunia dan berpaling dari akhirat. Sifat ini menjadi sebab kesengsaraan. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

َ َ‫س َوِإ َذا ِش ْيكَ فَالَ ْانَتق‬


‫ش‬ َ ‫س َوا ْنتَ َك‬ ِ ‫ص ِة ِإ ْن ُأ ْع ِط َي َر‬
َ ‫ض َي وَِإ ْن لَ ْم يُ ْعطَ َس ِخطَ ت َِع‬ َ ‫َار َو َع ْب ُد الدِّرْ ه َِم َو َع ْب ُد ال َخ ِم ْي‬
ِ ‫س َع ْب ُد الدِّين‬
َ ‫تَ ِع‬

Sengsara hamba dinar, sengsara hamba dirham, sengsara hamba khamishah ! Bila dia diberi
maka dia rela, bila tidak maka dia murka, sengsara dan tersungkurlah dia, bila dia tertusuk
duri maka dia tidak akan mencabutnya. [8]

Cinta dunia dan harta adalah salah satu sumber dosa dan kesalahan. Bila seseorang
terselamatkan darinya dan terlindungi dari sifat kikir maka dia akan sukses, sebagaimana
firman Allâh Azza wa Jalla yang artinya, “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang orang yang beruntung.” [al-Hasyr/59:9]

Allâh Azza wa Jalla berfirman tentang orang-orang yang kikir lagi bakhil,

‫َواَل يَحْ َسبَ َّن الَّ ِذينَ يَبْخَ لُونَ بِ َما آتَاهُ ُم هَّللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ِه ه َُو َخ ْيرًا لَهُ ْم ۖ بَلْ هُ َو َش ٌّر لَهُ ْم ۖ َسيُطَ َّوقُونَ َما بَ ِخلُوا بِ ِه يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allâh berikan kepada
mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan
kelak di lehernya di hari kiamat. [Ali Imrân/3:180]

al-Fakhrurrazi rahimahullah berkata, “Kecintaan mendalam terhadap harta bisa melalaikan


jiwa dari kecintaan kepada Allâh dan persiapan menghadapi kehidupan akhirat. Hikmah
Allâh Azza wa Jalla menuntut agr pemilik harta mengeluarkan sebagian harta yang
dipegangnya; Agar apa yang dikeluarkan itu menjadi alat penghancur ketamakan terhadap
harta, pencegah agar jiwa tidak berpaling kepada harta secara total dan sebagai pengingat
agar jiwa sadar bahwa kebahagiaan manusia tidak bisa tercapai dengan sibuk menumpuk
harta. Akan tetapi kebahagian itu akan terwujud dengan menginfakkan harta untuk mencari
ridha Allâh Azza wa Jalla . Kewajiban zakat adalah terapi tepat dan suatu keharusan untuk
melenyapkan kecintaan kepada dunia dari hati. Allâh Azza wa Jalla mewajibkan zakat untuk
hikmah mulia ini. Inilah yang dimaksud oleh firman-Nya, yang artinya, “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka.” Yakni membersihkan dan mensucikan mereka dari sikap berlebih-
lebihan dalam menuntut dunia.” [9]

5. Membersihkan Harta Yang Dizakati.


Karena harta yang masih ada keterkaitan dengan hak orang lain berarti masih kotor dan
keruh. Jika hak-hak orang itu sudah ditunaikan berarti harta itu telah dibersihkan.
Permasalahan ini diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamsaat beliau n
menjelaskan alasan kenapa zakat tidak boleh diberikan kepada keluarga beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam ? Yaitu karena zakat adalah kotoran harta manusia.
6. Membersihkan Hati Orang Miskin Dari Hasad Dan Iri Hati Terhadap Orang Kaya.
Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan harta yang melimpah
sementara dia sendiri harus memikul derita kemiskinan, bisa jadi kondisi ini menjadi sebab
timbulnya rasa hasad, dengki, permusuhan dan kebencian dalam hati orang miskin kepada
orang kaya. Rasa-rasa ini tentu melemahkan hubungan antar sesama Muslim, bahkan
berpotensi memutus tali persaudaraan.

Hasad, dengki dan kebencian adalah penyakit berbahaya yang mengancam masyarakat dan
mengguncang pondasinya. Islam berupaya untuk mengatasinya dengan menjelaskan
bahayanya dan dengan pensyariatan kewajiban zakat. Ini adalah metode praktis yang efektif
untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut dan untuk menyebarkan rasa cinta dan belas
kasih di antara anggota masyarakat. [10]

Orang yang menunaikannya akan dilipatgandakan kebaikannya dan ditinggikan derajatnya.


Ini termasuk tujuan syar’i yang penting. Allâh Azza wa Jalla berfirman.

ُ ‫ضا ِعفُ لِ َم ْن يَ َشا ُء ۗ َوهَّللا‬ ْ ‫َمثَ ُل الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ َأ ْم َوالَهُ ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة َأ ْنبَت‬
َ ُ‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِي ُكلِّ ُس ْنبُلَ ٍة ِماَئةُ َحبَّ ٍة ۗ َوهَّللا ُ ي‬
‫اس ٌع َعلِي ٌم‬ ِ ‫َو‬

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di


jalan Allâh adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap
bulir seratus biji. Allâh melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan
Allâh Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” [al-Baqarah/2:261]

7. Menghibur Dan Membantu Orang Miskin.


Al-Kâsâni rahimahullah berkata, “Pembayaran zakat termasuk bantuan kepada orang lemah
dan pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Zakat membuat orang lemah menjadi
mampu dan kuat untuk melaksanakan tauhid dan ibadah yang Allâh wajibkan, sementara
sarana menuju pelaksanaan kewajiban adalah wajib.” [11]

8. Pertumbuhan Harta Yang Dizakati.


Telah diketahui bersama bahwa di antara makna zakat dalam bahasa Arab adalah
pertumbuhan. Kemudian syariat telah menetapkan makna ini dan menetapkannya pada
kewajiban zakat. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

‫ار َأثِ ٍيم‬


ٍ َّ‫ت ۗ َوهَّللا ُ اَل يُ ِحبُّ ُك َّل َكف‬ َّ ‫ق هَّللا ُ ال ِّربَا َويُرْ بِي ال‬
ِ ‫ص َدقَا‬ ُ ‫يَ ْم َح‬

Allâh memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allâh tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.” (al-Baqarah/2:276). Yakni
menumbuhkan dan memperbanyak. [12]

Juga firman-Nya, yang artinya, “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allâh akan
menggantinya dan Dia-lah pemberi rizki yang sebaik-baiknya.” (Saba`/34:39). Yakni Allâh
menggantinya di dunia dengan yang semisalnya dan di akhirat dengan pahala dan balasan.
[13]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

ً ‫ان يَ ْن ِزالَ ِن فَيَقُو ُل َأ َح ُدهُ َما اَللهُ َّم َأ ْع ِط ُم ْنفِقا ً َخلَفا ً َويَقُو ُل اآلخَ ُر اللهُ َّم َأ ْع ِط ُم ْم ِسكا ً تَلَفا‬
ِ ‫َما ِم ْن يَوْ ٍم يُصْ بِ ُح ال ِعبَا ُد ِإالَّ َو َمل َك‬
Tidak ada satu hari di mana manusia mendapatkan waktu pagi kecuali ada dua malaikat
turun, salah satu dari keduanya berkata, ‘Ya Allâh berikanlah pengganti kepada orang yang
berinfak.’ Sedangkan yang lainnya berkata, ‘Ya Allâh berikanlah kebinasaan kepada orang
yang menahan.” [Muttafaqun ‘alaihi]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda :

ٍ ‫ص َدقَةٌ ِم ْن َم‬
‫ال‬ ْ ‫ص‬
َ ‫ت‬ َ َ‫َما نَق‬

Sedekah tidak mengurangi harta. [HR Muslim]

9. Mewujudkan Solidaritas Dan Kesetiakawanan Sosial.


Zakat adalah bagian utama dari rangkaian solidaritas sosial yang berpijak kepada penyediaan
kebutuhan dasar kehidupan. Kebutuhan dasar kehidupan itu berupa makanan, sandang,
tempat tinggal (papan), terbayarnya hutang-hutang, memulangkan orang-orang yang tidak
bisa pulang ke negara mereka, membebaskan hamba sahaya dan bentuk-bentuk solidaritas
lainnya yang ditetapkan dalam Islam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :

َ ‫َمثَ ُل ال ُمْؤ ِمنِينَ فِي تَ َوا ِّد ِه ْم َوت ََرا ُح ِم ِه ْم َوتَ َعاطُفِ ِه ْم َك َمثَ ِل ال َج َس ِد ال َوا ِح ِد ِإ َذا ا ْشتَ َكى ِم ْنهُ عُضْ ٌو تَدَاعَى لَهُ َساِئ ُر‬
‫الج َس ِد باِل َسه ِْر‬
‫َوال ُح َّمى‬

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling menyayangi, mengasihi dan


melindungi adalah seperti jasad yang satu, bila ada satu anggota jasad yang sakit maka
anggota lainnya akan ikut merasakannya dengan tidak tidur dan demam. [HR Muslim]

10. Menumbuhkan Perekonomian Islam.


Zakat mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan dalam mendorong gerak roda
perekonomian Islam dan mengembangkannya. Karena pertumbuhan harta individu pembayar
zakat memberikan kekuatan dan kemajuan bagi ekonomi masyarakat. Sebagaimana juga
zakat dapat menghalangi penumpukan harta di tangan orang-orang kaya saja. Allâh Azza wa
Jalla berfirman, yang artinya, “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allâh. Sesungguhnya
Allâh amat keras hukumanNya.” [al-Hasyr/59:7]

Keberadaan uang di tangan kebanyakan anggota masyarakat mendorong pemiliknya untuk


membeli keperluan hidup, sehingga daya beli terhadap barang meningkat. Keadaan ini dapat
meningkatkan produksi yang menyerap tenaga kerja dan membunuh pengangguran. [14]

11. Dakwah Kepada Allâh Azza wa Jalla .


Di antara tujuan mendasar zakat adalah berdakwah kepada Allâh dan menyebarkan agama
serta menutup hajat fakir-miskin. Semua ini mendorong mereka untuk lebih lapang dada
dalam menerima agama dan menaati Allâh Azza wa Jalla .

Demikian banyaknya faedah dan hikmah pensyariatan zakat lainnya yang belum
disampaikan, namun semua yang telah disampaikan diatas sudah cukup menunjukkan betapa
penting dan bergunanya zakat dalam kehidupan individu dan masyarakat Islam.

Semoga ini bisa lebih memotivasi kita untuk menunaikannya. Apalagi bila melihat kepada
manfaat yang akan muncul dari pensyariatan zakat ini.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XV/1432/2011M. Penerbit Yayasan
Lajnah Istiqomah Surakarta.
_______
Footnote
[1]. Lihat al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâzhil Qur`ân al-Karîm , Muhammad Fuâd ‘Abdul
Bâqi hlm. 421
[2]. HR. al-Bukhâri no. 4347 dan Muslim no. 130.
[3]. Lihat Nailul Authâr 2/479
[4]. Maksud dari tujuan syar’i adalah makna-makna dan hikmah-hikmah serta rahasia-rahasia
yang terkandung dalam sesuatu yang disyariatkan oleh peletak syariat. Lihat Maqashid asy-
Syari’ah al-Islamiyyah karya Thahir Asyur 2/51 dan Qawaid al-Wasail karya Mushthafa
Karamatullah Makhdum hal. 34.
[5]. Fatawa al-Imam as-Subki 1/198.
[6]. Al-Majmu’ 5/197.
[7]. Bada`i’ ash-Shana`i’ wa Tartib asy-Syara`i’ 2/7.
[8]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari adari Abu Hurairah Kitab al-Jihad Bab al-Hirasah fil
Ghazwi fi Sabilillah no. 2886.
[9]. At-Tafsir al-Kabir 16/81.
[10]. Lihat Fiqhuz Zakah 2/930.
[11]. Bada`i’ ash-Shana`i’ wa Tartib asy-Syara`i’ 2/7.
[12]. Tafsir Ibnu Katsir 1/311.
[13]. Tafsir Ibnu Katsir 3/519.
[14]. Lihat Atsaru az-Zakah ala Tasyghil al-mawarid al-Iqtishadiyah hal 145, Khuthuth
Raisah fil Iqtishad al-Islami hal. 15-16 dan az-Zakah wa Tathbiqatuha al-Muashirah hal. 23

Ibadah Haji adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim, khusus untuk mereka
yang mampu. Ibadah haji di laksanakan pada tanggal 9 sampai 13 Dzulhijjah.

Berikut adalah dalil naqli  Mengenai Ibadah Haji

Al -- qur'an surah Ali Imran ayat 97 berikut;

"Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam".

Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah

"Islam dibangun atas lima perkara; bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, puasa di bulan
Ramadan dan melakukan haji ke Baitullah bagi orang yang mampu melakukan perjalanan ke
sana."

Ketika melaksanakan ibadah haji ada amalan -- amalan yang wajib dikerjakan dan diminta
tidak mengerjakan salah satu dari amalan tersebut. Amalan -- amalan wajib ini disebut
dengan rukun haji. Ada lima rukun haji, yaittu :

1. Ihram : niat melakukan ibadah haji


2. Wuquf : berdiam diri di Padang Arafah, dimulai pada tanggal 9 Dzulhijjah saat
tergelincinya matahari hinnga terbitnya matahari pada tanggal 10 Dzulhijjah. 

3. Tawaf : Berputar, berpindah Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran. Tawaf di mulai dan
diakhiri di Hajar Aswad, di mana posisi Ka'bah terletak di sebelah kiri jamaah haji yang akan
melakukan tawaf, kemudian memutar kebalikan dari arah jarum jam.

4. Sa'i : lari kecil diantara Shofa dan Marwah, sebanyak tujuh kali putaran.

5. Tahallul : mencukur rambut kepala setelah seluruh rangkaian haji selesai. Waktunya
sekurang-kurangnya adalah setelah lewat tanggal 10 Dzulhijjah.   

Adapun syarat -- syarat ibadah haji antara lain :

1. Islam : Ibadah haji diwajibkan kepada setiap muslim dan hal ini berarti jika orang kafir dan
musyrik melakukan ibadah haji maka ibadah haji yang mereka lakukan tidak akan diterima.

2. Berakal Sehat : Seseorang yang hendak melaksanakan ibadah haji haruslah berakal sehat.
Oleh sebab itu, orang gila tidak memiliki kewajiban berhaji meskipun ia adalah muslim dan
jika seandainya dia melakukan, maka ibadah haji dan umrahnya tidaklah sah, disebabkan
karena hilang akal dari dirinya.

3. Dewasa atau Baligh : Ibadah haji tidak diwajibkan bagi anak kecil hingga dirinya dewasa.

4. Merdeka : tidaklah wajib ibadah haji bagi seorang budak. Sehingga jika ia dia berhaji maka
hajinya sah. Namun, hajinya belum memenuhi haji dalam Islam.

5. Mampu : Ibadah haji hanya diwajibkan bagi orang yang mampu untuk melakukan
perjalanan ke Baitul Haram berdasarkan al-Qur'an dan hadits. Dan yang dimaksud dengan
mampu disini ialah mencakup mampu dari sisi fisik dan juga materinya.

6. Adanya Mahram bagi wanita : Syarat lainnya yang juga ditetapkan khusus untuk wanita
adalah adanya muhrim yang menemaninya ketika berhaji.

Ada tiga macam Ibadah haji diantanya yaitu :

A. Ifrad

Haji ifrad adalah orang yang berniat saat ihramnya hanya untuk haji saja. Ia mengucapkan ( )
kemudian memasuki Mekah untuk thawaf qudum, dan terus ihram hingga datang waktu haji.
Kemudian ia tunaikan manasik haji; wukuf di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah
Aqabah, thawaf ifadhah, sa'iy antara Shafa Marwa, bermalam di Mina untuk melontar jumrah
pada hari tasyriq. Kemudian setelah usai menunaikan seluruh manasik haji itu ia tahallul
kedua, lalu keluar dari Mekah memulai ihram yang kedua dengan niat umrah, jika mau
melaksanakan manasiknya.

Haji ifrad adalah manasik paling afdhal menurut Syafi'i dan Maliki karena dengan manasik
ini tidak membayar dam. Dan kewajiban dam adalah untuk menambal kekurangan yang ada.
Sebagaimana haji Rasulullah saw, menurut mereka adalah ifrad.
B. Tamattu'

Haji tamattu' adalah haji dengan terlebih dahulu ihram untuk melaksanakan umrah dari miqat.
Dengan mengucapkan ( )  kemudian memasuki kota Mekah, menyempurnakan manasik
umrah thawaf dan sa'i lalu memotong atau mencukur rambut, kemudian tahallul dari ihram.
Halal baginya segala larangan ihram termasuk berhubungan suami istri. Ia dalam keadaan
demikian sehingga dating tanggal 8 Dzulhijjah lalu ihram haji, melaksanakan manasiknya
wukuf di Arafah, thawaf, sa'i dsb. Ia melaksanakan seluruh  manasik umrah, kemudian
melaksanakan manasik haji dengan sempurna pula. Haji tamattu' adalah cara paling afdhal
menurut mazhab Hambali.

Syarat haji tamattu adalah memadukan umrah dan haji dalam satu perjalanan di satu musim
(bulan) haji di tahun yang sama menurut jumhurul fuqaha'. Mazhab Hanafi menambahkan
syarat lain yaitu: bukan penduduk Mekah, seperti dalam firman Allah:  ".... Apabila kamu
telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam
bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. (QS. Al Baqarah: 196)
dhamir (kata ganti) dalam kata ( ) menurut mazhab Hanafi kembali kepada tamattu' umrah,
sedangkan ulama lainnya mengembalikan dhamir ini kepada hadyu atau shiyam.

C. Qiran

Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus haji dan umrah dengan
mengucapkan: kemudian memasuki Mekah thawaf qudum, dan terus dalam keadaan ihram
sehingga datang waktu melaksanakan manasik haji. Ia melaksanakan manasik itu dengan
sempurna, wuquf di Arafah, melontar jumrah, thawaf ifadhah, sa'i antara Shafa dan Marwa
serta manasik lainnya. Ia tidak berkewajiban thawaf dan sa'i lain untuk umrah, cukup dengan
thawaf dan sa'i haji. Seperti yang pernah Rasulullah katakana kepada Aisyah RA: thawaf-mu
di Ka'bah dan sa'i-mu antara Shafa dan Marwa sudah cukup untuk haji dan umrahmu" HR.
Muslim.

Haji Qiran adalah haji yang paling afdhal menurut mazhab Hanafi.

Bagi orang menunaikan haji tamattu' dan qiran wajib menyembelih hewan hadyu, minimal
seekor kambing, dan jika tidak mampu bias diganti dengan puasa sepuluh hari: tiga hari di
antaranya dilakukan pada waktu haji, (setelah memulainya dengan ihram)  dan yang afdhal
pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, diperbolehkan pula puasanya pada hari tasyriq juga
seperti dalam hadits Al Bukhari: Tidak ada rukhshah berpuasa di hari tasyriq kecuali bagi
orang yang tidak mendapatkan al hadyu. Jika puasa tiga hari lewat waktunya maka ia wajib
mengqadha'nya. Dan tujuh hari lainnya ketika sudah kembali ke tanah air, tidak disyaratkan
berkelanjutan puasa itu  kecuali pada tiga hari pertama.  Dan tujuh hari berikutnya tidak wajib
berurutan.

Berikut adalah tata cara melaksanakan ibadah haji 1. Ihram dan niatPelaksanaan ibadah haji
dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah. Jamaah melakukan ihram dibarengi dengan niat dari
tempat asal.Setelah persiapan, seluruh jamaah haji berteduh di tenda sambil menunggu waktu
wukuf di Arafah yang dimulai pada tanggal 9 Dzulhijjah, ketika matahari tergelincir ke
barat.2. Wukuf di ArafahPada tanggal 9 Dzulhijjah, mulai waktu dzuhur sekitar pukul 12
siang hingga matahari terbenam sekitar pukul 6 sore, adalah waktu wukuf. Saat itulah jamaah
memohon doa kepada Allah SWT. 3. Mabit di MuzdalifahKetika matahari tenggelam pada
hari itu, jamaah meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah untuk menginap
(mabit). Perjalanan dari Arafah ke Muzdalifah disebut melelahkan dan macet karena jutaan
manusia berbondong-bondong menuju ke sana, sambil mengambil kerikil untuk melontar
jumrah. 

Jumrah Aqobah

Pada tanggal 10 Dzulhijjah, jamaah bertolak dari Muzdalifah menuju Mina sebelum matahari
terbit untuk melontar Jumrah Aqobah tujuh lontaran.

Setelah merampungkan lontar jumrah, jamaah dilanjutkan bertahallul (mencukur rambutnya),


kemudian diperbolehkan menggunakan baju biasa. 

5. Mabit di Mina

Setelah tahallul awal, jamaah kembali Mina untuk menginap minimal 2 hari, yaitu pada
tanggal 11-12 Dzulhijjah. 

Disunnahkan melontar jumrah dengan tiga sasaran.

6. Thawaf Ifadah

Setelah merampungkan mabit dan melontar jumrah di Mina, jamaah menuju Mekah untuk
melaksanakan Thawaf Ifadah dilanjutkan dengan Sai. 

Bagi yang telah melaksanakan tahallul dan mabit di Mina, berarti rangkaian hajinya rampung
bersama dengan pelaksanaan Sai. 

7. Thawaf Wada

Wa'da berarti perpisahan. Setelah menyelesaikan seluruh ritual haji, jamaah melaksanaan
thawaf wada sebelum meninggalkan Mekah untuk kembali ke negaranya masing-masing.

Melaksanakan Ibadah memiliki banyak hikmah bagi hidup ini, berikut adalah hikmah
melaksanakan ibadah haji.

Menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah hanya semata-mata untuk mendapatkan
ridha-Nya.

Diampuni dosa-dosanya

Untuk menyambut seruan Nabi Ibrahim AS

Saling Mengenal Dan Saling Menasehati

 Mempelajari lebih dalam lagi tentang agama Islam

Memperbanyak Dzikir Kepada Allah

B. Ibadah Puasa
Secara bahasa, puasa atau shaum dalam bahasa Arabnya berarti menahan diri dari segala
sesuatu. Jadi, puasa itu menahan diri dari segala perkara seperti makanan, minuman,
berbicara, menahan nafsu dan syahwat, dan lain sebagainya . Sementara itu, puasa berarti
menahan diri dari segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa yang dimulai sejak terbit fajar
hingga matahari terbit.

Berikut adalah dalil naqli mengenai puasa

Al -- quran surat al-Baqoroh dari ayat 183

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana


diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa" (Q.S al-Baqoroh:183)

Rukun Puasa

1. Niat

2. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa dengan kondisi ingat bahwa dia sedang
berpuasa dan tidak terpaksa.

Berikut adalah syarat -- syarat wajib menjalankan ibadah puasa

1. Islam.

2. Mukallaf (baligh dan berakal).

3. Mampu berpuasa.

4. Sehat. Tidak wajib berpuasa bagi orang yang sakit. Kriteria orang sakit yang baginya
diperbolehkan tidak berpuasa adalah apabila dia berpuasa maka akan menimbulkan ancaman
pada jiwanya, atau memperlambat kesembuhannya, atau menjadikan sakitnya tambah parah.

5. Domisili/ mukim. Tidak wajib puasa bagi orang yang bepergian menempuh jarak 82
kilometer. Dengan syarat perginya tersebut bukan dalam rangka maksiat kepada Allah Swt
dan berangkatnya sebelum terbitnya fajar shadiq (sebelum masuk waktu Shubuh). Bagi orang
yang bepergian tersebut, apabila dia tidak merasakan kepayahan dalam perjalanannya, maka
baginya lebih utama berpuasa. Sedangkan bila menemukan kepayahan, maka lebih utama
berbuka/ tidak berpuasa.

Berikut adalah macam -- macam puasa 

1). Puasa wajib yang terdiri dari: puasa ramadhan, nadzar dan kafarat.

2). Puasa sunnah yang terdiri dari: puasa senin kamis, muharam, syawal, arofah dls.

3). Puasa makruh yang terdiri dari puasa yang dikhususkan pada hari jumat dan sabtu.

4). Puasa haram yang terdiri dari puasa hari raya idul fitri dan hari raya idul adha dan puasa
sepanjang tahun.
Berikut adalah tata cata melaksanakan ibadah puasa 

1. Wajib berniat.

2. Dianjurkan untuk bersahur serta mengakhirkannya.

3. Melakukan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

4. Tidak melakukan perkara yang dapat      membatalkan puasa dan menjadikan puasa sia-sia.

5. Menyegerakan berbuka puasa.

Adapun hikmah yang terkandung dalam menjalankan ibadah puasa antara lain

1. Penyempurnaan diri atau sering disebut takwa.

2. Memupuk rasa kasih sayang antar sesama umat manusia.

3. Membina dan menata diri kita kaum Muslim agar senantiasa hidup teratur.

4. Menjadikan hati agar lebih suci dan bersih.

 Implementasi ibadah haji dalam kehidupan sehari-hari yaitu namun karena ibadah haji tidak
dapat di laksanakan oleh semua umat umat hanya bagi yang mampu saja namun menurut saya
selagi kita niat benar - benar niat ibadah haji maka akan ada jalannya. Bagi yang telah
melaksanakan ibadah haji penerapan dalam kehidupan sehari-harinya yaitu dapat lebih
mendekatkan diri kepada Allah, dapat menjadi insan yang lebih baik, insyaallah.

Sedangkan untuk ibadah puasa sendiri yaitu kita dapat menjadi orang yang  bersifat tawadhu
(atau rendah hati), dapat mengendalikan hawa nafsu serta dapat hidup dengan teratur.

Anda mungkin juga menyukai