Anda di halaman 1dari 162

TUGAS POWER POINT

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA : FADILLA RATNA PRATIWI


NIM : F3616022
PRODI : D3 KEUANGAN DAN PERBANKAN A
BAB 1

VISI MISI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM DI PERGURUAN TINGGI
Deskripsi Pendidikan Agama Islam
• Menurut Hasan Langgulung, pendidikan Agama Islam
adalah sebagai suatu proses penyiapan generasi muda
untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan
dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi
manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat. Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba
pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.
Visi Pendidikan Agama Islam
• Visi pendidikan islam sesungguhnya melekat pada visi
ajaran islam itu sendiri yang terkait dengan visi kerasulan
yaitu membangun sebuah kehidupan manusia yang patuh
dan tunduk kepada Allah, sesuai dengan firman-Nya :QS : Al
‘Ankabut : 16
Artinya : Dan (Ingatlah) Ibrahim, ketika ia Berkata kepada
kaumnya: “Sembahlah olehmu Allah dan bertakwalah kepada-
Nya. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu
Mengetahui”
Misi Pendidikan Agama Islam
• Misi Pendidikan Islam juga erat kaitannya dengan misi
ajaran islam yaitu adanya upaya memperjuangkan,
menegaskan, melindungi, mengembangkan, menyantuni,
dan membimbing tercapainya tujuan keadilan agama bagi
manusia.
BAB 2
AJARAN POKOK AGAMA ISLAM
1. Sumber Nilai Islam
2. Aqidah Islam
3. Syari’ah
1. Sumber Nilai Islam
a. Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah firman Allah SWT, Allah berfirman dalam Q.S An-Najm 53:4
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
 Al-Qur'an adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai dengan al-Qur'an, baik
satu mushaf maupun hanya satu ayat.
 Al-Qur'an itu diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS (QS 26:192).
Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur'an masuk ke dalam hati kita. Perubahan perilaku
manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hati terisi dengan al-Qur'an, maka al-Qur'an akan
mendorong kita untuk menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada diri
Rasululullah SAW, ketika al-Qur'an diturunkan kepada beliau. Ketika A’isyah ditanya tentang akhlak
Nabi SAW, beliau menjawab: Kaana khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah al-Qur'an.
 Al-Qur'an disampaikan secara mutawatir. Al-Qur'an dihafalkan dan ditulis oleh banyak sahabat.
Secara turun temurun al-Qur'an itu diajarkan kepada generasi berikutnya, dari orang banyak ke
orang banyak. Dengan cara seperti itu, keaslian al-Qur'an terpelihara, sebagai wujud jaminan Allah
terhadap keabadian al-Qur'an. (QS 15:9)
 Membaca al-Qur'an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Allah SWT. Nabi bersabda: “Aku tidak
mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan
satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (al-Hadist).
b. As-Sunnah
As-Sunnah atau disebut juga Hadist adalah : segala
perkataan, perbuatan, dan apa-apa yang
diperbolehkan oleh Nabi Muhammad SAW.
c. Ijtihad
Yaitu penggunaan akal (dalil aqli) untuk menemukan
suatu keputusan hukum yang tidak diterapkan secara
eksplisit dalam Al-qur’an dan As-sunnah.
2. Aqidah Islam
Aqidah membahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan Allah dan sifat-sifat-Nya, yang berkaitan dengan rasul
rasul-Nya, dan juga yang berkaitan dengan malaikat, kitab
kitab, hari akhir, dan takdir (qodho dan qodar)

Kepatuhan terhadap ajaran islam, atau keterikatan seorang


muslim dengan Islam meliputi:
a. Iman, yaitu meyakini ajaran Islam
b. Amal, yaitu melaksanakan ajaran Islam
c. Ilmu, yaitu mempelajari Islam
d. Da’wah/jihad, yaitu menyebarluaskan agama Islam dan
membelanya
e. Sabar, yaitu tabah dalam ber-Islam
3. Syariah
Syari’ah adalah sistem hukum yang didasari Al-Qur’an, As-Sunnah, atau
Ijtihad. Seorang pemeluk Agama Islam, berkewajiban menjalankan ketentuan ini
sebagai konsekwensi dari ke-Islamannya. Menjalankan syari’ah berarti melaksanakan
ibadah. Dalam hal ini tidak hanya yang bersifat ritual, seperti yang termaktub dalam
Rukun Islam, seperti: bersyahadat, sholat, zakat, puasa, dan berhaji bagi yang mampu.
Akan tetapi juga meliputi seluruh aktifitas (perkataan maupun perbuatan) yang
dilandasi keiman terhadap Allah SWT.
Perkataan syari’at (syari’ah) (dalam bahasa arab) berasal dari kata syari’,
secara harfiah berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Syari’at adalah suatu
jalan hidup yang ditetapkan oleh Allah sebagai patokan hidup setiap muslim. Secara
sederhana hukum syari’at adalah semua ketentuan hukum yang disebut langsung oleh
Allah melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.
KEPRIBADIAN ISLAM
Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial
senantiasa mengalami warna warni kehidupan. Berbagai macam cara dilakukan agar
manusia dapat memperoleh kebahagiaan dan terhindar dari hal-hal yang
mengecewakan. Mampu tidaknya seseorang dalam mencapai keinginannya tergantung
dari vitalitas, temperamen, watak serta kecerdasan seseorang. Kepribadian juga
merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Ia akan ikut
menentukan sukses tidaknya seseorang. Kepribadian meskipun ia merupakan faktor
yang penting dalam kejiwaan dan berada pada tataran rohani namun wujudnya dapat
terlihat pada tingkah laku dan sikap hidup seseorang.
ِْ ‫ل ْال ِكتَا‬
‫ب لَ َكانَْ َخي ًْرا‬ َِّْ ‫ن ْال ُم ْن َك ِْر َوتُؤْ ِمنُونَْ ِب‬
ُْ ‫اّلل َولَ ْْو آ َمنَْ أ َ ْه‬ ِْ ‫اس تَأ ْ ُم ُرونَْ ِب ْال َم ْع ُر‬
َ َْ‫وف َوت َ ْن َه ْون‬
ِْ ‫ع‬ ْْ ‫ْر أ ُ َّمةْ أ ُ ْخ ِر َج‬
ْ ِ َّ‫ت ِللن‬ َْ ‫ُك ْنت ُْْم َخي‬
َْ‫لَ ُه ْْم ِم ْن ُه ُْم ْال ُمؤْ ِمنُونَْ َوأ َ ْكث َ ُر ُه ُْم ْالفَا ِسقُون‬
Artinya : “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan kepada manusia.
Kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Dan kalian beriman
kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)
Demikian firman Allah SWT, yang seharusnya diusahakan oleh ummat Islam
perwujudannya, yakni menjadi ummat terbaik, ummat terunggul. Berkemampuan
melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Tapi, faktanya sekarang ini masih jauh dari
harapan. Tanpa menutup mata terhadap gejala kebangkitan di sana-sini yang mulai
nampak, secara umum nasib ummat Islam tidak menggembirakan. Ummat dan
negeri-negeri Islam, sama sekali tidak berdaya menyelesaikan problemanya sendiri,
Mengapa demikian? Gejala penyebab yang melanda ummat muslim adalah “cinta
dunia dan takut mati”. Maka ummat Islam memerlukan perbaikan.
Pada hakekatnya kepribadian Islam atau Syakhshiyah Islamiyah terbentuk
dari aqliyah Islamiyah (pola pikir Islam) dan nafsiyah Islamiyah (sikap jiwa Islami).
Artinya, seseorang dikatakan memiliki syakhshiyah Islamiyah, jika dalam dirinya
terbentuk aqliyah dan nafsiyah yang islami. Aqliyah Islamiyah hanya akan terbentuk
dan menjadi kuat pada diri seseorang bila ia memiliki keyakinan yang benar dan kokoh
terhadap Aqidah Islamiyah dan ia memiliki ilmu-ilmu keislaman yang cukup untuk
bersikap terhadap berbagai ide, pandangan, konsep dan pemikiran yang ada di
masyarakat, kemudian pandangan dan konsep tersebut distandarisasi dengan ilmu
dan nilai-nilai islami. Untuk memperoleh Aqliyah islamiyah yang kuat, hanya bisa
diraih dengan cara menambah khasanah ilmu-ilmu islam (tsaqofah islamiyah),
sebagaimana dorongan islam bagi umatnya untuk terus menerus menuntut ilmu
kapanpun dan dimanapun.
BAB 3
KONSEP KETUHANAN ISLAM
Definisi Tuhan
Ibnu Taimayah memberikan definisi tuhan
sebagai sesuatu yang dipuja dengan penuh kecintaan
hati, tunduk kepadanya, takut dan mengharapkannya,
kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam
kesulitan, berdoa, dan bertakwa kepada-Nya untuk
keselematan dirinya di dunia dan akherat, dan juga
tempat untuk meminta perlindungan kepada-Nya.
Dalam konsep agama Islam, Tuhan disebut Allah
dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan
Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang
Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai
Yang Tunggal dan Maha Kuasa. Dia itu wahid dan Esa
(ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.
Definisi Tuhan
Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah
(asma’ul husna artinya: “nama-nama yang paling baik”)
yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang
berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah,
nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99
nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling
sering digunakan adalah “Maha Pengasih” (ar-rahman)
dan “Maha Penyayang” (ar-rahim). Penciptaan dan
penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu
tindakan kemurah hatian yang paling utama untuk
semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut
ajaran Islam, Tuhan muncul dimana pun tanpa harus
menjelma dalam bentuk apa pun.
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
1. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran
manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran
baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik
yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin.
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme,
yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan
yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan
menurut teori evolusionisme adalah sebagai berikut:
a. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah
mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam
kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh
pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula
yang berpengaruh negatif.
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
b. Animisme
Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif
sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai
sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang apabila
kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak
terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus
menyediakan kebutuhan roh.
c. Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan
kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan.
Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa.
d. Henoteisme
Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih
definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang
disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah)
bangsa lain. Kepercayaan satu tuhan untuk satu bangsa disebut dengan
Henoteisme (Tuhan Tingkat Nasional).
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
e. Monoteisme
Dalam Monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh
bangsa dan bersifat internasional. Bentuk Monoteisme ditinjau dari
filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga paham, yaitu: deisme,
panteisme, dan teisme.
2. Pemikiran Umat Islam
Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan
ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran
tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam
memahami Al-Quran dan Hadis dengan pendekatan kontekstual
sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian
umat Islam yang lain memahami dengan pendekatan antara
kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran yang bersifat antara
liberal dengan tradisional. Aliran-aliran tersebut yaitu:
a. Mu’tazilah
Merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan
pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan
keimanan dalam Islam.
Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
b. Qodariah
Berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat.
c. Jabariah
Berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan
dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia
ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan. Aliran ini merupakan
pecahan dari Murji’ah
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah
Hampir semua pendapat dari kedua aliran ini berada di antara
aliran Qadariah dan Jabariah. Semua aliran itu mewarnai
kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam
periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di
atas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam.
Filsafat Ketuhanan Dalam Islam
Filsafat adalah study tentang seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan
dijabarkan dalam konsep mendasar. Sedangkan Filsafat
Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan
pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang
dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan
Tuhan secara absolut atau mutlak, namun mencari
pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi
manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.
Dalam filsafat Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha
Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat
dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim
bagi semesta alam. Islam menitik beratkan
konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha
Kuasa (tauhid).
Filsafat Ketuhanan Dalam Islam
Filsafat ketuhanan dalam Islam digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Filsafat ketuhanan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits
Menurut para mufasir (ahli agama), melalui hadis al-Qur’an (Al-’Alaq
[96]:1-5), Tuhan menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan
mengajarkan manusia berbagai hal termasuk diantaranya konsep
ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah wahyu Allah,
sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan
“penuturan Allah tentang diri-Nya”.
Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada
dalam diri manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf
[7]:172). Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini
Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (Al-A’raf
[7]:172).
Filsafat Ketuhanan Dalam Islam
2. Filsafat Tuhan berdasar spekulasi
Spekulasi adalah membuat suatu keputusan dengan
pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki dan
keyakinan untuk mendapatkan yang diinginkan, dengan
pemikiran yang matang walaupun kadang hasil yang
diterima tidak sesuai harapan. Sebagian ulama berbeda
pendapat terkait konsep Tuhan. Namun begitu,
perbedaan tersebut belum sampai mengubah Al-
Qur’an. Pendekatan yang bersifat spekulatif untuk
menjelaskan konsep Tuhan juga bermunculan mulai
dari berfikir rasional hingga agnostisisme (ada teorinya)
dan lainnya dan juga ada sebagian yang bertentangan
dengan konsep tauhid sehingga dianggap sesat oleh
ulama terutama ulama syariat.
Pembuktian Wujud Tuhan
Adanya alam organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang
pelik, tidak boleh memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu
kekuatan yang telah menciptakannya, suatu akal yang tidak ada
batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan
percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan
kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan
kehidupan.
Banyak sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan
bahwa Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering
digunakan adalah tentang adanya alam semesta. Setiap sesuatu
yang ada tentu diciptakan dan pencipta adalah Allah SWT Tuhan
pencipta alam semesta. Pembuktian dengan pendekatan seperti
diatas sebenarnya bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat Islam
menggunakan pembuktian semacam itu, Plato telah
mengemukakan teori dalam bukunya Timaeus yang mengatakan
bahwa tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada yang menjadikan.
Proses Terbentuknya Iman
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak
langsung, baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat
berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua
dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan
bagi anak-anak. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, “Setiap anak,
lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan
anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau majusi”.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali
dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang
atau benci. Mengenal ajaran Allah SWT adalah langkah awal dalam
mencapai iman kepada Allah SWT. Jika seseorang tidak mengenal
ajaran Allah SWT, maka orang tersebut tidak mungkin beriman
kepada Allah SWT.
Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu
diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula
benci berubah menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan
untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi
hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah dewasa menjadi
senang dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.
BAB 4
KEIMANAN DAN KETAKWAAN
Keimanan
Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-
imanan yang secara etimologi berarti yakin atau percaya.
Dalam surat Al-Baqarah 165, yang artinya “Adapun orang-
orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.
Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran
Allah, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Apa yang
dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman,
sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan
apa saja untuk mewujudkan harapan dan kemauan yang
menuntut Allah kepadanya.
Dalam hadits dinyatakan bahwa iman adalah hati
membenarkan,lisan mengucapkan dan dikerjakan dalam
kehidupan sehari-hari (tashdiiqun bil qolbi waiqroru bil
lisan wa’amalu bil arkan) dan iman dalam Islam termaktub
dalam rukun iman sedang aplikasinya didalam rukun islam.
Keimanan dan Ciri - cirinya
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok
dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang
mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh. Seseorang dikatakan
beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya
untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.
Berbicara masalah keimanan, kita bisa melihat takaran keimanan seseorang
dari tanda-tandanya seperti:
1. Jika menyebut atau mendengar nama Allah SWT hatinya bergetar, dan
berusaha agar Allah SWT tidak lepas dari ingatannya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya
4. Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan Allah
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
6. Memelihara amanah dan menepati janji
Manfaat Keimanan
Manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia:
1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3. Iman memberikan ketentramann jiwa
4. Iman mewujudkan kehidupan yang baik
5. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Ketakwaan
Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut,
menjaga, memelihara, dan melindungi. Taqwa dapat diartikan
memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan
ajaran agama islam secara utuh dan konsisten (istiqomah).
Hakikat takwa sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin
Hubaib, “Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah
berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah SWT karena
mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan
maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut
akan siksa-Nya."
Karakteristik Ketakwaan
Karakteristik orang yang bertakwa secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam 5 kategori / indikator ketaqwaan:
1. Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan
para nabi, iman kepada hari kiamat, serta qada dan qadar
dengan kata lain instrumen ketaqwaan yang pertama ini
dikatakan dengan memelihara Fitrah Iman.
2. Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak
yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang putus di
perjalanan, Atau dengan kata lain mencintai umat manusia.
3. Mendirikan shalat, puasa dan zakat
4. Menepati janji
5. Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan
6. Menahan amarah dan memaafkaan orang lain.
BAB 5
HAKIKAT MANUSIA
Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah
swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi
fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran
menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.

Manusia merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki
peranan penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang
sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk Allah
SWT bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada Adam
Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki pandangan bahwa manusia adalah
makhluk yang memiliki jiwa dan raga serta dibekali dengan akal dan pikiran
Asal Kejadian Manusia

Asal usul manusia dalam Islam dapat dijelaskan dalam proses


penciptaan manusia pertama yakni nabi Adam As. Nabi Adam AS adalah
manusia pertama yang diciptakan Allah SWT dan diberikan ilmu
pengetahuan dan kesempurnaan dengan segala karakternya. Allah
mengangkat Adam dan manusia sebagai khalifah dimuka bumi sebagaimana
dijelaskan dalam ayat berikut ini
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” Mereka berkata:
“Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal
kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan engkau?”
Tuhan berfirman:”sesungguhnya aku mengetahui apa yan tidak kamu
ketahui”.(QS.Al-Baqarah : 30)
Proses penciptaan manusia dijelaskan dalam al-Qur’an dan
bahkan penjelasan dalam Alqur’an ini kemudian terbukti dalam ilmu
pengetahuan yang ditemukan setelah turunnya Alqur’an. Ada lima
tahap dalam penciptaan manusia yakni al-nutfah, al-‘alaqah, al-
mudhgah, al-‘idham, dan al-lahm sebagaimana yang disebutkan
dalam ayat berikut ini
”Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian
air mani itu kami jadikan segumpal darah, dan segumpal darah itu
kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami jadikan
segumpal daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk
yang(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, pencipta yang
paling baik”. (QS. Al-Mu’minun ayat 12-14)
Tujuan Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada


penciptanya yaitu Allah. Pengertian penyembahan kepada Allah
tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya membayangkan
aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia dalam hokum Allah dalam menjalankan
kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia
dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.
Oleh kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela,
karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia karena
termasuk ritual-ritual penyembahannya. Penyembahan yang
sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya
sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam
semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga
dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah ciptakan.
Fungsi dan Peran Manusia

Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36,


status dasar manusia yang mempelopori oleh adam AS adalah
sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Allah
maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan
sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt. Peran
yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang
ditetapkan oleh Allah di antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan
sesama ummat manusia dan hamba Allah, serta pertanggung
jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat,
pada Allah SWT.
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba & Khalifah
Allah SWT
1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan,
dan kepatuhan manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang
dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan
keadilan, Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun
waahlikun naran” (jagalah dirimu dan keluargamu dengan iman dari api
neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini
adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka
bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau
pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang
mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang
diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah
serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidpnya. Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi
dengan amaliah. Kerja keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang
muslim adalah membentuk amal saleh.
Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas
tingkah laku intelektual dan sosial.
3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang
positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.
5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam
usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain
dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama
dalam bidang sosial.
BAB 6
NILAI, NORMA, DAN ETIKA
Pengertian Nilai
Nilai adalah standart tingkah laku, keindahan,
keadilan, dan efisiensi yang mengikat manusia dan
sepatutnya dijalankan serta dipertahankan. Nilai adalah
bagian dari potensi manusiawi seseorang, yang berada
dalam dunia rohaniah (batiniah, spiritual), tidak berwujud,
tidak dapat dilihat, tidak dapat diraba, dan sebagainya.
Namun sangat kuat pengaruhnya serta penting peranannya
dalam setiap perbuatan dan penampilan seseorang. Nilai
adalah suatu pola normatif, yang menentukan tingkah laku
yang diinginkan bagi suatu system yang ada kaitannya
dengan lingkungan sekitar tanpa membedakan fungsi sekitar
bagian-bagiannya. Nilai tersebut lebih mengutamakan
berfungsinya pemeliharaan pola dari system sosial.
Pengertian yang menjadi prinsip standarisasi perilaku manusia
mencakup :

1. Wajib dan Fardhu


Yakni bila dikerjakan mendapat pahala, dan bila ditinggalkan akan
mendapat siksa atau berdosa.
2. Sunnah dan Mustajab
Yakni bila dikerjakan maupun ditinggalkan akan tidak disiksa.
3. Mubah dan Jaiz
Yaitu bila dikerjakan maupun ditinggalkan tidak akan disiksa atau
berdosa.
4. Makruh
Yaitu bila dikerjakan orang tidak disiksa atau berdosa, hanya tidak
disukai Allah, dan bila ditinggalkan tidak mempengaruhi pahala.
5. Haram
Yakni bila dikerjakan orang akan mendapat siksa atau berdosa, dan bila
tidak dikerjakan akan mendapatkan pahala.
Nilai yang mencakup dalam system nilai Islami yang
merupakan komponen adalah :

• Sistem nilai luhur yang senada dan senafas dengan


Islam
• Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak
yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera di
dunia dan bahagia di akherat.
• system nilai tingkah laku dari manusia yang
mengandung hubungan pribadi dengan lainnya.
Nilai dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

• Nilai material artinya segala sesuatu yang berguna bagi manusia.


• Nilai vital artinya segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat melakukan aktivitas atau kegiatan.
• Nilai kerohanian artinya segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia
Nilai kerohanian ini dibagi menjadi empat macam yaitu :
a. nilai kebenaran/keyakinan yaitu nilai yang bersumber dari akal
manusia
b. nilai keindahan yaitu nilai yang bersumber dari unsur rasa
manusia (perasaan atau estetika)
c. nilai moral/kebaikan yaitu nilai yang bersumber dari unsur
kehendak /kemauan(karsa,etika)
d. nilai relegius yaitu nilai yang bersumber dari kekyakinan atau
kepercayaan manusia, yang merupakan nilai kebutuhan kerohanian
yang tinggi dan mutlak
Fungsi dari nilai social
Pengertian Norma

Tolak ukur/alat untuk mengukur benar salahnya


suatu sikap dan tindakan manusia. Normal juga bisa
diartikan sebagai aturan yang berisi rambu-rambu yang
menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya
terkandung nilai benar/salah. yang melanggar norma
dapat hukuman yang berwujud sanksi, seperti sanksi
agama dari Tuhan dan dapartemen agama, sanksi akibat
pelanmggaran susila, kesopanan, hukum, maupun
kebiasaan yang berupa sanksi moral dari masyarakat.
Norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia ada lima :

• norma agama
• norma susila
• norma kesopanan
• norma kebiasan
• norma hukum,
Pembentukan Moral Melalui Pendidikan Agama

Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia berkualitas secara


lahiriyah dan bathiniyah. Secara lahiriyah pendidikan menjadikan manusia
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, serta dapat menentukan arah
hidupnya ke depan. Sedangkan secara bathiniyah pendidikan diharapkan
dapat membentuk jiwa-jiwa berbudi, tahu tata krama, sopan santun dan etika
dalam setiap gerak hidupnya baik personal maupun kolektif. Hal ini
mengandung arti bahwa pendidikan akan membawa perubahan pada setiap
orang sesuai dengan tata aturan.
Selain itu agama juga mempunyai peran penting dalam dunia pendidikan,
banyak ayat-ayat kauniyah yang menganjurkan umatnya untuk selalu belajar
kapanpun dan dimanapun, atau dengan istilah long life education sebagai
motivasi agama untuk dunia pendidikan. Misalnya wahyu pertama yang
diterima Nabi Muhammad SAW adalah tentang pendidikan, yaitu bagaimana
kita membaca perkembangan diri sendiri, orang lain bahkan dunia dengan
pengetahuan yang berorientasi agama (ketuhanan). Oleh sebab itu
pendidikan agama (Islam) akan memberi “imunisasi” pada jiwa seseorang
untuk selalu berada dalam jalan yang benar sesuai dengan ajaran agama itu
sendiri, yang selalu mengajarkan kebenaran hakiki pada setiap aktifitas
pemeluknya.
Pendidikan agama pada dunia pendidikan merupakan modal dasar
bagi anak untuk mendapatkan nilai-nilai ketuhanan, karena dalam pendidikan
agama (Islam) diberikan ajaran tentang muamalah, ibadah dan syari’ah yang
merupakan dasar ajaran agama. Hal inilah yang menjadikan pendidikan
agama sebagai titik awal perkembangan nilai-nilai agama pada anak.
Sebagai contoh, Allah SWT menganjurkan umatnya untuk bershadaqah,
dengan shadaqah anak didik diharapkan peduli dengan masyarakat sekitar
yang membutuhkan uluran tangah/bantuan. Shadaqah ini mengajarkan nilai-
nilai sosial (muamalah) dalam berinteraksi di masyarakat. Dengan shadaqah
seorang anak didik akan merasakan bahwa “saling membutuhkan” pada
setiap orang adalah ciri dari kehidupan. Ini merupakan contoh kecil dalam
kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Dari contoh di atas mengajarkan “simbiosis mutualisme” dalam
kehidupan yang menjadikan suatu bukti bahwa betapa pentingnya nilai-nilai
agama diajarkan kepada anak, dimana dalam dunia pendidikan dicakup dalam
satu bidang garapan yaitu pendidikan agama. Pendidikan agama dalam
kehidupan tidaklah sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru di sekolah,
melainkan juga orang tua sebagai contoh nyata dalam kehidupan anak.
Bagaimana mungkin anak akan menjadi baik, jika orang tuanya hidup dalam
ketidakbaikan. Oleh karena itu pendidikan agama harus ditanamkan kepada
anak dimanapun ia berada, baik formal maupun non formal.
Pengertian Etika
Dalam tradisi filsafat istilah etika lazim
difahami sebagai suatu teori ilmu pengetahuan yang
mendiskusikan mengenai apa
yang baik dan apa yang buruk berkenaan denganperilaku
manusia. Dengan kata lain, etika merupakan usaha
dengan akal budinya untuk menyusun
teori mengenai penyelenggaraan hidup
yang baik. Persolan etika muncul ketika moralitas
seseorang atau suatu masyarakat mulai
ditinjau kembali secara kritis.
Moralitas berkenaan dengan tingkah laku yang konkrit,
sedangkan etika bekerja dalam level teori. Nilai-nilai etis
yang difahami, diyakini, dan berusaha diwujudkan dalam
kehidupan nyata kadangkala disebut ethos.
Karakteristik Etika Islam
• Etika islam mengajarkan dan menuntut manusia pada tingkah
laku yang baik dan menjauhkan dar tingkah laku yang buruk.
• Etika islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral,
ukuran baik buruknya perbuatun, didasarkan pada ajaran Allah
SWT.
• Etika islam beersikap universal dan komprehensif, dapat diterima
dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia.
• Etika islam mengatur dan mengarahkan fitrahmanusia ke jenjang
akhlak yangluhur dan meluruskan perbuatanmanusia.
Macam-macam etika
• Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia,
serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni
mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi
dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam
penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan
kondisi tertentu yang memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
• Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki
oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa
yang bernilai dalam hidup ini. Jadi etika normatif merupakan norma-norma yang
dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang
buruk sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
• Etika Metaetika
Merupakan sebuah cabang dari etika yang membahas dan menyelidiki serta
menetapkan arti dan makna istilah-istilah normatif yang diungkapkan lewat
pertanyaan-pertanyaan etis yang membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan.
Istilsh-istilah normatif yang sering mendapat perhatian khusus, antara lain keharusan,
baik, buruk, benar, salah, yang terpuji, tercela, yang adil, yang semestinya.
Persamaan nilai, etika, dan norma
Pertama, etika, norma, dan nilai mengacu kepada ajaran atau
gambar tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang baik.
Kedua, etika, norma, dan nilai merupakan prinsip atau aturan
hidup manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya.
Sebaliknya semakin rendah kualitas akhlak, etika, moral seseorang
atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula kualitas
kemanusiaannya.
Ketiga, etika, norma, dan nilai seseorang atau sekelompok
orang tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat
tetap, stastis, dan konstan, tetapi merupakan potensi positif yang
dimiliki setiap orang. Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi
positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan keteladanan,
serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat secara tersu menerus, berkesinambangan, dengan
tingkat keajegan dan konsistensi yang tinggi.
Perbedaan nilai, norma, dan etika

Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau


tidak layak suatu perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai
dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari ajaran
Tuhan. Sementara itu, etika merupakan filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik
dan buruk. Jadi, etika bersumber dari pemikiran yang
mendalam dan renungan filosofis, yang pada intinya
bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika besifat
temporer, sangat tergantung kepada aliran filosofis yang
menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya.
Etika adalah suatu ajaran yang berbicara tentang
baik dan buruknya yang menjadi ukuran baik buruknya
atau dengan istilah lain ajaran tenatang kebaikan dan
keburukan, yang menyangkut peri kehidupan manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan
alam. Etika dalam islam disebut akhlak. Berasal dari bahasa
Arab al-akhlak yang merupakan bentukjamakdari al-khuluq
yang berart ibudi pekerti, tabiat atau watak yang tercantum
dalam al-qur’an sebagai konsideran. (Pertimbangan yg
menjadi dasar penetapan keputusan, peraturan)
“ Sesungguhnya engkau Muhammad berada di atas budi
pekerti yang agung” ( Q.S Al-Qalam: 4 )
Etika deskriptif Etika Normatif

Etika yang berbicara Etika yang


mengenai suatu fakta yaitu memberikan penilaian serta
tentang nilai dan pola himbauan kepada manusia
perilaku manusia terkait tentang bagaimana harus
dengan situasi dan realitas bertindak sesuai norma
yang membudaya dalam yang berlaku. Mengenai
kehidupan masyarakat. norma norma yang
menuntun tingkah laku
manusia dalam kehidupan
sehari hari.
• Dengan etika seseorang atau kelompok dapat menegemukakan
penilaian tentang perilaku manusia
• Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang
atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau
aktivitasnya sebagai mahasiswa
• Etika dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan
moral yang kita hadapi sekarang.
• Etika dapat menjadi prinsip yang mendasar bagi mahasiswa
dalam menjalankan aktivitas kemahasiswaanya.
• Etika menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan
dengan etika kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam
masyarakat.
Etika Dalam Penerapan Kehidupan Sehari-hari

Etika bergaul dengan orang Etika makan dan minum

• Hormati perasaan orang lain, • Berupaya untuk mencari


tidak mencoba menghina makanan yang halal.
atau menilai mereka cacat. • Hendaknya mencuci tangan
• Memaafkan kekeliruan orang sebelum makan dan begitu
lain dan tidak mencari-cari juga setelah makan.
kesalahan kesalahan orang • Hendaknya memulai
lain. makanan dan minuman
dengan membaca Bismillah
dan diakhiri dengan
Alhamdulillah.
• Tidak berlebih-lebihan di
dalam makan dan minum.
MORAL

Pengertian Perbedaan Antara Etika dan


Moral

Moral berasal dari bahasa Etika dan moral sama artinya


Latin mores yang berarti adat tetapi dalam pemakaian
kebiasaan. Moral selalu sehari-hari ada sedikit
dikaitkan dengan ajaran baik perbedaan. Moral atau
buruk yang diterima umum moralitas dipakai untuk
atau masyarakat. Karena itu perbuatan yang sedang dinilai,
adat istiadat masyarakat sedangkan etika dipakai untuk
menjadi standar dalam pengkajian system nilai yang
menentukan baik dan ada.
buruknya suatu perbuatan.
AKHLAK
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk
mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan),
dan pendekatan terminologik (peristilahan).
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa arab,
yaitu isim mashdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa,
yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala,
yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thobi’ah
(kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman),
al-maru’ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).
Faktor-faktor pembentuk akhlaq :
1. Instinct (naluri)
2. Nutritive instinct (auri maka sejak lahir)
3. Sexual istinct (naluri berjodoh)
4. Paternal instinct (naluri keibuan dan kebapakan)
5. Combative instinct (naluri berjuang)
6. Naluri bertuhan
7. Keturunan
Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:
• Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
• Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
• Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar.
• Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
• Dilakukan dengan ikhlas.
Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk
menyembahNya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah
membuktikanketundukkan terhadap perintah Allah.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
c. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan
inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan
ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah
terhadap segala sesuatu.
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa
dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu
tidak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan
orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2. Akhlak kepada diri sendiri
a. Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil
daripengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang
menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah,
menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
b. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah
yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam
bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah
memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur
dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c. Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang
dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk
melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki
yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
3. Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara
anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada
ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan
perbuatan.
4. Akhlak kepada sesama manusia
a. Akhlak terpuji (Mahmudah)
• Husnuzan
Berasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti
prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni
berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya
wajib.
• Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang
merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.
• Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai
sesama manusia.
• Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan
sesama manusia.
b) Akhlak tercela (Mazmumah)
• Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu
melihat orang lain beruntung.
• Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk
membalas kejahatan.
• Gibah dan Fitnah
Adalah membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk
menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan
tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan
apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan
itu disebut fitnah.
• Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan
seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud
terjadi perselisihan antara keduanya.
Manfaat etika, moral dan akhlak dalam
kehidupan :
1. Menjadikan insan yang lebih taqwa kepada Allah.
2. Dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
3. Memperbaiki tingkah laku manusia untuk menjadi pribadi
yang baik.
4. Mengetahui dampak positif hidup rukun dalam kehidupan.
5. Memahami pentingnya arti persatuan di dalam kehudipan.
6. Menumbuhkan kesadaran pribadi untuk membentuk nuansa
kebersamaan dalam kehidupan sosial.
7. Dapat berperilaku mahmudah yaitu berakhlak terpuji dan
mampu mennghindari akhlak madzmumah.
Perbedaan antara akhlak, moral dan etika
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari
dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya.
Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul,
sedangkan moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang
dibuat olehsuatu masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan
itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu.
Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan
temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam
pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa
seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-
hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya
“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(HR. Ahmad).
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada
dasarnya adalah akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh
dalam diri seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at
akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku
yang tampak apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.
BAB 8
PRANATA SOSIAL DAN PERADABAN
ISLAM
PENGERTIAN
Pranata sosial dalam ajaran Islam adalah
nilai-nilai yang mengaturan kehidupan sosial
Masyarakat Muslim berdasarkan syari'at Islam.
Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah
SAW pada masa dahulu untuk
diimplementasikan masa sekarang.
Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain,
walaupun ia sendiri dilahirkan sendirian tetapi ketika berinteraksi dengan
lingkungan ia memerlukan banyak orang untuk saling mengenal
bekerjasama dan saling tolong menolong.
Hal ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Surah al-Hujurat ayat 13 :

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.”
FAKTOR – FAKTOR
a) Pranata dibidang Agama
b) Pranata dibidang Ekonomi Islam
c) Pranata keluarga yang Islamiyah
d) Pranata pendidikan dalam Islam
e) Pranata politik dalam Islam
a) Pranata dibidang agama
Dalam Islam al-Qur’an dan hadits adalah sumber hukum yang harus dipatuhi dan serta
harus adil dalam menetapkan suatu hukum berdasarkan wahyu Allah sebagaimana
firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa
kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”
Islam sangat menekakan aspek spritual keagamaan dimana Wahyu Tuhan sebagai
pedoman hidup Umat Islam, agar Islam yang kita pahami sekarang tidaklah sama
seperti zaman dahulu, karena adanya perubahan zaman dan waktu.Oleh sebab itu,
pintu ijtihad tetap selalu terbuka dengan berdasarkan moralitas dan fitrah
kemanusiaan sehingga eksistensi Ajaran Islam berkembang dengan baik, maka Islam
dapat bertahan hingga kini.
Terbentuklah lembaga ke-Islaman seperti Majlis Ulama' Indonesia (MUI) sebagai
wahana bagi Umat Islam untuk meminta kejelasan hukum terhadap suatu
permasalahan. Pengadilan Agama Islam sebagai wahana untuk menyelesai berbagai
macam perkara hukum bagi Umat Islam baik menyangkut masalah perkawinan,
perceraian, wakaf dan lain sebagainya
b) Pranata dibidang ekonomi
Dalam Islam faktor ekonomi merupakan hal sangat penting dalam
membangun kesejahteraan Umat Islam. Salah satu buktinya adalah
eksistensi Bank Syari`ah dan mu`amalat di Indonesia. Keberadaan sudah
teruji dan terbukti ketika ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi maka
bank ini tetap bertahan, sebab prinsip yang ditanamkan adalah bagi hasil
dan tidak ada yang dirugikan malah sebaliknya sama-sama untung.Ide
yang dibangun dari bank syari’ah adalah bebas dari riba, sebagaimana
firman Allah SWT dalam Surah al-Baqarah ayat 275
Artinya: “Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila . Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba),
Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya. (ayat 276). Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan
sedekah. Dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam
kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”
Ayat ini memberikan pelajaran pada kita bahwa Islam memperhatikan
konsp ekonomin yang mengajarkan pada kita untuk berlaku jujur dan tidak
merugikan orang lain sehingga dengan kejujuran tersebut dapat
menghilangkan dari praktek riba dan monopoli, maka nikmat yang
dirasakan oleh semua orang.
c) Pranata keluarga yang Islamiyah
Ayat tersebut mengajarkan bahwa faktor keimanan seseorang
sebagai hal yang paling utama dalam membina rumah tangga sebab
keimanan dapat menjaga keharmonisasian rumah tangga, jika
rumah tangga tersebut harmonis maka akan membentuk kehidupan
sosial suatu masyarakat juga menjadi harmonis.

Akan tetapi sebaliknya, keadaan sosial yang terjadi pada masa


sekarang pada masyarakat modern dirasakan kurang ikatan
kekeluargaan mulai dari lingkungan keluarga sampai masyarakat
mulai melemah sebab dominasi sikap individu dan kesibukan kerja
untuk mengejar karir dan harta. Inilah yang terjadi pada mayoritas
Masyarakat Indonesia sekarang. Padahal sebaliknya, Islam
mengajarkan pada kita untuk mempererat ikatan kekerabatan
sebagai prioritas utama, mulai dari rumah tangga sampai tetangga.
Rasulullah SAW menyatakan bahwa “Rumahku adalah Surgaku dan
saling menghormati tetangganya” artinya adalah kaum muslim
wajib menjaga keutuhan rumah tangga dan berbuat baik pada
tetangganya.
Ciri-ciri keluarga sakinah, mawaddah,
dan rahmah
1. Semua anggota keluarga, suami dan Istri serta anak-
anaknya, dihiasi dengan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Dengan kata lain, nilai-nilai agama diimplementasikan
dengan baik.
2. Hubungan suami istri dibangun atas dasar saling
membutuhkan.
3. Suami dan istri dengan khlas menunaikan kewajiban
masing-masing dengan didasari keyakinan bahwa
menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT.
4. Rezeki yang selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT.
5. Terjalin komunikasi aktif (musyawarah) antar anggota
keluarga
6. Ungkapan-ungkapan mesra antara suami istri
d) Pranata pendidikan dalam Islam

Artinya: “ Hai, orang-orang beriman apabila kamu


dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Islam sangat menjunjung tinggi orang yang berilmu pengetahuan
yang diikuti keimanan yang mantap, tentu saja untuk memperoleh
pengetahuan tersebut perlu belajar. Maka dengan sendirinya
belajar itu menjadi wajib hukumnya. Begitu juga dengan
kehidupan sekarang bahwa posisi orang yang berilmu dan berbuat
baik mempunyai kesempatan menduduki posisi yang mulya.
Bagi kehidupan masyarakat modern memandang penting masalah
pendidikan untuk masa depannya. Asumsi yang muncul adalah
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar peluang
ia mendapatkan pekerjaan dan mencapai karir. Islam
mengajarakan hal yang sama pada kita. Rasulullah SAW berpesan
“Tuntutlah ilmu dari buaian sampai tiang lahat” atau dalam Teori
Ilmu Pendidikan terdapat istilah long live education maksudnya
adalah pendidikan sepanjang masa. Oleh sebab itu, adanya
dilembaga-lembaga Pendidikan Islam berupa Pondok Pasantren,
sekolah Islam, dan yayasan Islam lainnya merupakan wujud
pranata sosial umat Islam dalam bidang pendidikan.
BAB 9
KONSEP HUKUM, HAM DAN
DEMOKRASI ISLAM
Pengertian Hukum Islam
Pengertian hukum adalah
Hukum (peraturan/norma) adalah suatu hal yang
mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik
peraturan tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik
peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuhdan
berkembang dalam masyarakat maupun peraturan atau
norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh
penguasa.

Sedangkan pengertian hukum islam adalah


hukum-hukum yang diadakan oleh Allah untuk umat-
Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang
berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-
hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan).
Ruang Lingkup Hukum Islam

Hukum Islam dibagi ke dalam dua bagian :


1. Bidang Ibadah (ibadah mahdah)
Ibadah mahdah adalah tata cara beribadah yang wajib
dilakukan seorang muslim dalam berhubungan dengan Allah
seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
2. Mu’amalah ( ibadah ghairu mahdah)
Mu’amalat adalah ketetapan Allah yang langsung berhubungan
dengan kehidupan sosial manusia.Yang sifatnya terbuka untuk
dikembangkan melalui ijtiad manusia yang memenuhi syarat
untuk melakukan usaha itu.
Tujuan Hukum Islam
Tujuan hukum Islam secara umum adalah untuk
mencegah kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan.
Mengarahkan manusia kepada kebenaran untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat kelak. Menurut Abu
Ishak al-shatibi :
1. Memelihara agama
2. Memelihara jiwa
3. Memelihara akal
4. Memelihara keturunan
5. Memelihara harta
Sumber hukum islam
Berikut sumber hukum islam :
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril kepada
Rasulullah saw dengan menggunakan bahasa Arab disertai kebenaran agar dijadikan
hujjah(argumentasi) dalam hal pengakuannya sebagai rasul dan agar dijadikan sebagai
pedoman hukum bagi seluruh ummat manusia, di samping merupakan amal ibadah bagi
yang membacanya.
2. As-Sunnah
Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan / persetujuan / diamnya)
Rasulullah saw terhadap sesuatu hal/perbuatan seorang shahabat yang diketahuinya.
Sunnah merupakan sumber syariat Islam yang nilai kebenarannya sama dengan Al-Qur’an
karena sebenarnya Sunnah juga berasal dari wahyu.
3. Al-Ijtihad
Al-Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang ketiga berdasar pada QS.4 : 59 yang berisi
perintah kepada orang-orang yang beriman agar patuh, taat kepada ketentuan-ketentuan
Rasul (sunah/hadits) serta taat mengikuti ketentuan-ketentuan Ulil Amri (Ijtihad). Al-Ijtihad
yaitu berusaha dengan keras untuk menetapkan hukum suatu persoalan yang tidak
ditegaskan secara langsung oleh Al-Qur’an dan atau Hadits dengan cara istinbath (menggali
kesesuaiannya pada Al-Qur’an dan ataupun Hadits) oleh ulama-ulama yang ahli setelah
wafatnya Rasulullah.
Fungsi Hukum Islam Dalam Kehidupan
Bermasyarakat
a. Fungsi Ibadah
Fungsi utama hukum Islam adalah untuk beribadah kepada
Allah SWT.Hukum Islam adalah ajaran Allah yang harus dipatuhi
umat manusia, dan kepatuhannya merupakan ibadah yang
sekaligus juga merupakan indikasi keimanan seseorang.
b. Fungsi Amar Ma’ruf
Hukum Islam sebagai hokum yang ditunjukkan untuk mengatur
hidup dan kehidupan umat manusia, jelas dalam praktik akan
selalu bersentuhan dengan masyarakat. Ketika suatu hukum
lahir, yang terpenting adalah bagaimana agar hukum tersebut
dipatuhi dan dilaksanakan dengan kesadaran penuh. Hukum
Islam juga memperhatikan kondisi masyarakat agar hokum
tidak dilecehkan dan tali kendali terlepas.
c. Fungsi Zawajir
Fungsi ini terlihat dalam pengharaman membunuh dan berzina, yang
disertai dengan ancaman hokum atau sanksi hokum.Qishash, Diyat,
ditetapkan untuk tindak pidana terhadap jiwa/ badan, hudud untuk
tindak pidana tertentu (pencurian , perzinaan, qadhaf, hirabah, dan
riddah), dan ta’zir untuk tindak pidana selain kedua macam tindak
pidana tersebut
d. Fungsi Tandhim wa Islah al-Ummah
Fungsi hukum Islam selanjutnya adalah sebagai sarana untuk mengatur
sebaik mungkin dan memperlancar proses interaksi sosial, sehingga
terwujudlah masyarakat yang harmonis, aman, dan sejahtera. Dalam hal-
hal tertentu, hukum Islam menetapkan aturan yang cukup rinci dan
mendetail sebagaimana terlihat dalam hokum yang berkenaan dengan
masalah yang lain, yakni masalahmuamalah, yang pada umumnya
hokum Islam dalam masalah ini hanya menetapkan aturan pokok dan
nilai-nilai dasarnya.
HAK ASASI MANUSIA
Pengertian :
HAM merupakan hak yang secara alamiah diperoleh
seseorang sejak lahir, karena itu HAM sejalan dengan
fitrah manusia itu sendiri. HAM dalam Islam tidak
semata-mata menekanakan kepada hak asasi saja, tetapi
juga dilandasi kewajiban asasi manusia untuk mengabdi
kepada Allah sebagai Penciptanya.

Konsep :
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar
tentangh persamaan, kebebasan dan penghormatan
terhadap sesama manusia
Pandangan HAM dalam islam

HAM menurut Islam :


“Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu
haram atas kamu.” (H.R Bukhari dan Muslim). Maka
negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak
asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan
dan menjamin hak-hak ini.

Kewajiban umat Islam :


Setiap orang harus mengakui hak-hak orang lain, karena
hal ini merupakian sebuah kewajiban yang dibebankan
oleh agama untuk mematuhi hukum Allah
Kewajiban dalam Islam :
a. Huququllah (hak-hak Allah) : kewajiban-kewajiban manusia
terhadap Allah SWT diwujudkan dengan ritual ibadah.
b. Huququl’ibad (hak-hak manusia) : kewajiban-kewajiban manusia
terhadap sesamanya dan makhluk Allah lainnya.
Rumusan HAM dalam Islam
1. Hak-hak Alamiah
a. Hak Hidup
b. Hak kebebasan beragama dan kebebasan pribadi
c. Hak bekerja
2. Hak Hidup
a. Hak pemilikan
b. Hak berkeluarga
c. Hak keamanan
d. Hak keadilan
e. Hak saling membela dan mendukung
f. Hak keadilan dan persamaan
DEMOKRASI
Demokrasi adalah pemerintahan dengan kekuasaan
tertinggi berada ditangan rakyat dan dijalankan
langsung oleh mereka atau wakil-wakil yang mereka
pilih dibawah sistem pemilihan bebas.

Selain itu, demokrasi juga menyerukan kebebasan


manusia secara menyeluruh dalam hal :
a. Kebebasan beragama
b. Kebebasan berpendapat
c. Kebebasankepemilikan
d. Kebebasan bertingkah laku
Ciri demokrasi dalam Islam
1. Berada di bawah payung agama Islam
2. Rakyat diberi kebebasan untuk menyuarakan aspirasinya yang
tentunya sesuai dengan nilai-nilai Islam
3. Pengambilan keputusan senantiasa dilakukan dengan
musyawarah
4. Suara mayoritas tidak bersifat mutlak meskipun tetap menjadi
pertimbangan utama dalam musyawarah
5. Musyawarah hanya berlaku pada persoalan ijtihad; bukan pada
persoalan yang sudah ditetapkan secara jelas oleh Al-Qur’an dan
sunnah
6. Produk hukum dan kebijakan yang diambil tidak boleh keluar dari
nilai-nilai agama Islam
7. Hukum dan kebijakan tersebut harus dipatuhi oloeh semua warga
Prinsip Demokrasi dalam Islam
1. Syura adalah suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan
yang secara eksplisit ditegaskan dalam Al-Qur’an
2. Al-’adalah adalah keadilan, artinya dalam berbagai jabatan
pemerintahan harus dilakukan secara adil dan bijaksana, tidak
boleh kolusi dan nepotis
3. Al-Musawah adalah kesejajaran, artinya tidak ada pihak yang
merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan
kehendaknya.
4. Al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan
seseorang kepada orang lain, sehingga amanah harus dijaga
dengan baik.
5. Al-Masuliyyah adalah tanggung jawab
6. Al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya setiap orang, setiap
warga masyarakat diberi kebebasan untuk mengekspresikan
pendapatnya.
BAB 10
KONSEP MASYARAKAT
MADANI DAN KERUKUNAN
Pengertian dan Sejarah Masyarakat Madani
Munculnya konsep masyarakat madani di berbagai belahan dunia
dilatarbelakangi adanya ketidakpuasan beberapa kalangan akibat
kurang kondusifnya tatanan sosial yang belum menerapkan prinsip
toleransi, kebebasan publik, terjadinya kesenjangan sosial, dan
diskriminasi yang merajalela. Hal ini menyebabkan masyarakat yang
ada belum mencerminkan masyarakat yang berperadaban maju.
Pengertian masyarakat madani dalam arti yang luas sangat
beragam. Hal ini disebabkan konsep masyarakat madani muncul di
berbagai belahan dunia dengan latar belakang yang berbeda pula.
Di Barat telah dikenal dengan istilah civil society meskipun tidak
semua kalangan sependapat bahwa civil society adalah padanan
dari kata masyarakat madani. Masyarakat madani lebih dekat
dengan istilah mujtama’ madani yang merupakan konsep tatanan
ideal bermasyarakat yang telah diterapkan oleh Rasulullah SAW
ketika membangun masyarakat Madinah.
Untuk memahami konsep masyarakat madani, terlebih dahulu perlu
diketahui pengertiannya. Secara harfiah, kata “masyarakat” dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan sejumlah manusia dalam arti seluas –
luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.
Kata “madani” berasal dari bahasa Arab madinatun yang berarti kota atau
berhubungan dengan perkotaan yang menjunjung tinggi nilai, norma, dan
hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yang
berperadaban. Kata madaniyun dalam bahasa Arab juga diartikan dengan
peradaban atau hadharah. Namun demikian, kata madani disini
penekanannya bukan terletak pada unsur geografis, melainkan karakter
atau sifat – sifat tertentu yang cocok untuk penduduk sebuah kota.
Tujuan Masyarakat Madani
Konsep masyarakat madani ditelaah dari penafsiran Al –
Qur’an dengan umat yang terbaik (khairah ummah),
masyarakat yang seimbang (ummatan wasathan), dan
masyarakat moderat (ummah muqtashidah). Kutipan ayat –
ayat yang menggunakan istilah – istilah tersebut sebagai
berikut.
1. Khairah ummah dalam QS. Al – Imran (3): 110
َْ‫ن ْال ُم ْن َك ِْر َْوتُؤْ ِمنُون‬ ِْ ‫اس تَأ ْ ُم ُرونَْ ِب ْْال َم ْع ُر‬
َ َْ‫وف َوت َ ْن َه ْون‬
ِْ ‫ع‬ ْ ِ َّ‫ت ِللن‬ ْْ ‫ْر أ ُ َّمةْ أ ُ ْخ ِر َج‬َْ ‫ُك ْنت ُْْم َخي‬
َْ‫ب لَ َكانَْ َخي ًْرا لَ ُه ْْمْۚ ِم ْن ُه ُْم ْال ُمؤْ ِمنُونَْ َوأ َ ْكث َ ُر ُه ُْم ْالْفَا ِسقُون‬
ِْ ‫ل ْال ِكتَا‬ ُْ ‫اّللْۗ َولَ ْْو آ َمنَْ أ َ ْه‬
َِّْ ‫ِب‬
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan
untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang – orang yang fasik.
2. Ummatan wasathan dalam QS. Al – Baqarah (2): 143
َٰ
ْ ‫ْۗو َماْ َج َْع ْلن‬
َْ‫َاْال ِق ْبلَة‬ َ ْ‫ش ِهيدًا‬ َ ْ‫علَ ْي ُك ْم‬
َ ُْ‫سول‬ َّ َ‫اس َو َي ُكون‬
ُ ‫ْالر‬ ْ ِ َّ‫علَىْالن‬ َ ْ‫ش َه َدا َء‬ُ ْ‫طاْ ِلتَ ُكونُوا‬ ً ‫س‬ َ ‫ْو‬ َ ً‫َو َك َذ ِل َكْ َج َع ْلنَا ُك ْمْأ ُ َّمة‬
ْ َ‫علَىْالَّذِين‬ َ ْ‫َتْلَ َكِْبي َرةًْ ِإ ََّّل‬
ْ ‫ْۚو ِإ ْنْ َكان‬ َ ْ‫علَ َٰى‬
َ ْ‫ع ِق َب ْي ِه‬ َ ْ‫ب‬ ُ ‫ن َي ْنقَ ِل‬
ْْ ‫ْم َّم‬
ِ ‫سو َل‬ َّ ‫علَ ْي َهاْ ِإ ََّّلْ ِلنَ ْعلَ َمْ َم ْنْ َيت َّ ِب ُع‬
ُ ‫ْالر‬ َ ْ‫ت‬ َ ‫الَّتِيْ ُك ْن‬
ْ‫ْر ِِيم‬ َ ‫اسْلَ َر ُءوف‬ َ َّ ‫ضي َعْ ِإي َمانَ ُك ْمْْۚ ِإ َّن‬
ِ َّ‫َّْللاْبِالْن‬ َّ َ‫ْۗو َماْ َكان‬
ِ ُ‫َّْللاُْ ِلي‬ َ ُْ‫ىَّْللا‬
َّ ‫َه َد‬
Artinya: Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu
(umat islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan
Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya
nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa
amat berat, kecuali bagi orang – orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia – nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada manusia.
3. Ummah muqtashidah dalam QS. Al – Mai’dah (5): 66
ْ‫ت‬ ْْ ‫ن َف ْوقِ ِه ْْم َو ِم‬
ِ ِْ َ ‫ن ْت‬ ْْ ‫ن َر ِب ِه ْْم ََل َ َكلُوا ِم‬ ْْ ‫ل ِإلَ ْي ِه ْْم ِم‬ َْ ‫اْل ْن ِجي َلْ َو َما أ ُ ْن ِز‬
ِ ْ ‫َولَ ْْو أَنَّ ُه ْمْ أَقَا ُموا الت َّ ْو َراْة َ َو‬
َْ‫سا َْء َما يَ ْع َملُون‬َ ‫ص َدةْْۖ َو َكثِيرْ ِم ْن ُه ْْم‬ ِ َ ‫أ َ ْر ُج ِل ِه ْْمْۚ ِم ْن ُه ْْم أ ُ َّمةْ ُم ْقت‬
Artinya: Dan sekiranya mereka sungguh – sungguh
menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al – Qur’an)
yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya
mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah
kaki mereka. Di antara mereka ada golongan yang
pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan
oleh kebanyakan mereka.
Dari kutipan ketiga ayat tersebut, dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa Al – Qur’an mengindikasikan kelebihan
yang dimiliki oleh orang – orang muslim sebagai umat yang
terbaik, umat yang tawasut atau moderat jika telah benar –
benar mengamalkan nilai – nilai yang diajarkan oleh Islam.
Perbedaan konsep masyarakat madani dengan konsep civil society adalah
adanya pemahaman yang berbeda. Islam di sini dalam konteks keimanan
atau akidah keislaman merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dalam
ranah penerapan konsep tersebut. Dengan demikian, sangat masuk akal
ketika ayat yang pertama di atas menyebutkan andai kata ahli kitab itu
beriman akan berpotensi menjadi umat yang baik pula.
Selain dari ketiga ayat diatas, ada juga ayat yang berkaitan dengan visi
kemasyarakatan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al – Imran: 103 – 104.
Ayat 103:
ْ‫فْ َبيْنَ ْقُلُو ِب ُك ْم‬ َْ َّ‫علَ ْي ُك ْمْ ِإ ْذْ ُك ْنت ُ ْمْأَ ْع َدا ًءْفَْأ َل‬
َ ِْ‫َّْللا‬
َّ ‫ت‬ َ ‫ْۚوا ْذ ُك ُرواْنِ ْع َْم‬
َ ْ‫اْو ََّلْتَفَ َّرقُوا‬َ ً‫َّْللاِْ َج ِميع‬
َّ ‫ص ُمواْ ِب َِ ْب ِل‬ ِ َ‫َوا ْعت‬
ْ‫َّللاُْلَ ُك ْمْآ َيا ِت ِهْلَ َعلَّ ُك ْم‬
َّ ‫ن‬ُْ ‫ْم ْن َهاْْۗ َك َٰ َذ ِل َكْيُ َبِْي‬
ِ ‫ارْفَأ َ ْنقَ َذ ُك ْم‬ ِْ ‫شفَاْ ُِ ْف َرة‬
ِ َّ‫ْمنَ ْالن‬ َ ْ‫علَ َٰى‬َ ْ‫اْو ُك ْنت ُ ْم‬ ْ َ ‫فَأ‬
َ ً‫ص َب ِْت ُ ْمْ ِب ِن ْع َم ِت ِهْ ِإ ْخ َوان‬
َْ‫تَ ْهتَدُون‬
Ayat 104:
َْ‫ْوأ ُ لو َٰلَِِ َكْ ُْه ُمْٱ ْل ُم ْف ِل ُِون‬َ ‫ْٱل ُمن َك ِر‬ ْ ‫ع ِن‬ َ ْ َ‫ْويَ ْن َه ْون‬ َ ‫وف‬ ِ ‫ْويَأ ْ ُم ُرونَ ْبِ ْٱل َم ْع ُْر‬ ْ َ‫عونَ ْإِل‬
َ ‫ىْٱل َخي ِْر‬ ُ ‫نْمن ُك ْمْأ ُ َّمةْيَ ْد‬ ِ ‫َو ْلتَ ُك‬
Artinya: (103) Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai – berai, dan ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh – musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang – orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat – ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk. (104) Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang –
orang yang beruntung.
Kedua ayat ini memiliki hubungan yang erat:
1. Ayat pertama adalah perintah untuk membentuk kesatuan umat
yang bersatu di bawah hukum Illahi.
2. Ayat kedua dapat ditafsirkan agar ada sekelompok orang,
mungkin di antara pemimpin masyarakat, yang membantu
ummah atau organisasi (menurut Ibnu Khaldun, organisasi di
zaman modern tak lain adalah negara atau pemerintahan).
Ada dua visi kemasyarakatan yang dapat ditarik dari ayat 103
1. Pertama, kesatuan umat yang menghindarkan diri dari
perpecahan. Dalam konteks sejarah Indonesia, visi ini
diterjemahkan menjadi sila ketiga Pancasila, yaitu Persatuan
Indonesia.
2. Kedua, adanya hukum yang disepakati sebagi pegangan. Tanpa
hukum, masyarakat akan kebingungan dengan apa mereka harus
berpegangan. Hukum sebagai penyelaras yang mengontrol
tatanan masyarakat.
Dengan demikian, telah jelas bahwa munculnya konsep masyarakat
madani adalah dalam upaya membentuk masyarakat yang memiliki
peradaban yang tinggi. Artinya, semua elemen, baik pemerintahan
maupun masyarakat dapat menjalankan tugas sesuai peran masing
– masing tanpa tumpang tindih. Jika hal itu dilakukan, masyarakat
yang sejahtera, berpendidikan, dan memiliki loyalitas tinggi
terhadap negara dan kesatuan warga negara dapat tercipta.
Karakteristik Masyarakat Madani
• Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi
sebuah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak
mau pluralitas telah menjadi suatu kaidah yang abadi.
• Tingginya sikap toleransi, baik terhadap saudara seagama maupun
terhadap umat agama lain. Secara sederhana, toleransi dapat
diartikan sebagai sikap suka mendengar dan menghargai pendapat
dan pendirian orang lain.
• Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekadar kebebasan
dan persaingan. Demokrasi juga suatu pilihan untuk bersama –
sama membangun dan memperjuangkan perikehidupan warga dan
masyarakat yang semakin sejahtera.
Selain ketiga ciri dasar di atas, masyarakat madani juga mempunyai ciri
– ciri ketakwaan kepada Tuhan yang tinggi, hidup berdasarkan sains
dan teknologi, berpendidikan tinggi, mengamalkan nilai hidup modern
dan progresif, mengamalkan nilai kewarganegaraan, akhlak dan moral
yang baik, mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat
keputusan, dan menentukan nasib masa depan yang baik melalui
kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat.
Piagam Madinah dan Potret Kerukunan Antar Umat Beragama
Perjuangan dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah SAW melalui tahapan yang
panjang. Dakwah islam mula-mula dengan cara diam-diam. Setelah wahyu yang
mengutus Rasulullah SAW untuk menyampaikan kepada orang lain turun beliau
berdakwah kepada kerabat dekatnya dan setelah itu disebarkan secara terang-
terangan.
Setelah perjuangan dakwah Islam di Mekah di rasa cukup Rasulullah SAW
berdakwah ke luar Mekah. Di antara bukti-bukti yang meneladani kaum
muslimin untuk bisa hidup bermasyarakat yang madani adalah dengan melihat
kronologi dan rangkaian-rangkaian dakwah yang dilakukan Rasul SAW saat di
Madinah.
Dillokasi terdapat kuburan orang musyrik nabi memerintahkan untuk
menggalinya dan memindahkan di tempat lain. Ini mengidentifikasi bahwa
Rasulullah SAW mengajarkan untuk bersikap toleransi. Masjid yang dibangun
juga sebagai tempat untuk menyampaikan ajaran islam sebagai tempat
pertemuan para kabilah untuk membicarakan berbagai urusan serta menjadi
parlemen untuk melakukan musyawarah dan mengagendakan suatu rencana.
Setelah nabi menjadikan masjid sebagai tempat berkumpul berkumpul dan
bersatu langkah berikutnya adalah mempersatukan antara kaum Muhajirin
dan Anshar. Ini menandakan bahwa ikatan persaudaraan yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW telah melunturkan unsur-unsur kesukuan,perbedaan ras dan
warna kulit yang melatarbelakangi mereka. Selain itu mempersatukan orang-
orang mukmin dari dua wilayah yang berbeda.
Setelah itu membuat perjanjian dengan penduduk Madinah yang non muslim.
Tujuan nya untuk menciptakan keamanan dan ketentraman untuk seluruh
manusia di bawah satu peraturan yang melindungi dan mengayomi.
Begitulah Rasulullah SAW ketika mengatur umatnya. Tidak hanya mengayomi
para penduduk muslimin melainkan juga mengatur bagaimana sebisa
mungkin dapat hidup berdampingan dengan nonmuslim secara rukun dan
damai serta saling menjaga hak dan kewajiban masing-masing sesuai yang
telah disepakati.
Masyarakat Madani di Indonesia Paradigma dan Praktik
Gagasan masyarakat di Indonesia mulai tampak menjelang tumbangnya rezim
Orde Baru. Dominasi terhadap lembaga peradilan dan lembaga perwakilan
rakyat telah menimbulkan gangguan terhadap prinsip-prinsip keadilan dan
mekanisme demokrasi. Hal ini mengindikasikan bahwa konsep masyarakat
madani muncul berkaitan erat dengan gagasan dan visi demokratisasi yang
diperjuagkan banyak kalangan mengingat proses demokratisasi yang
digembor-gemborkan seolah-olah tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Untuk kasus di Indonesia agama mengambil peranan penting dalam
membentuk masyarakat madani khususnya sebagai masyarakat politik.
Namun hal ini mengalami hambatan disebabkan idealisme negara menjadi
kecenderungan yang dominan.
Hal ini sangat mencolok ketika dibandingkan dengan konsep masyarakat
madani yang diterapkan di dunia barat agama relatif tidak pernah menjadi
pusat kekuasaan.
Dengan demikian rasanya tidak pas kalau ada sebagian kalangan
beranggapan bahwa menerapkan konsep masyarakat madani di
Indonesia ini tidak relevan dan tidak cocok. Mereka beranggapan
bahwa konsep ini lahir dari pemikiran orang barat yang
dikhawatirkan akan mengarah pada pemahaman yang sekuler
dan liberal tanpa batas,istilah boleh sama tetapi muatan dan
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tentu berbeda. Padahal
setiap negara memiliki latar belakang sosisal budaya berbeda.
Latar belakang merupakan elemen penting untuk menganalisis
permasalahan-permasalahan untuk ditindaklanjuti dengan
mencari solusi dan jalan keluar. Dengan demikian jika ingin
berhasil penerapan konsep masyarakat madani harus
disesuaikan dengan konteks keindonesiaan.
Strategi Membangun Masyarakat Madani di Indonesia
Strategi yang dapat ditempuh untuk membangun masyarakat madani melalui
pemberdayaan masyarakat ada tiga cara.
1. Dengan memperluas golongan menengah melalui pembangunan ekonomi
yang lebih terarah
2. Memberdayakan sistem politik dengan menciptakan kerangka
kelembagaan yang lebih kondusif terhadap demokratisasi.
3. Dengan upaya penyadaran dan pendidikan politik tidak hanya dilapisan
menegah ke bawah tetapi di kalangan elit politik.
Dalam kerangka pemikiran masyarakat madani persatuan umat dipandang
sangat penting. Persatuan ini dilandasi oleh kebijakan umum yang diterima
bersama. Persatuan dan kesatuan adalah modal awal sebelum melangkah
untuk melakukan strategi-strategi mewujudkan masyarakat madani. Jika
persatuan telah melekat dan perbedaan telah terkikis langkah untuk
mewujudkan cita-cita bersama adalah perkara yang tidak mustahil dan
masyarakat madani pun segera terealisasi.
BAB 11
KONSEP BUDAYA DAN ETOS KERJA
A. Pengertian Budaya Islam
- kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu
budhdhayah yaitu bentuk plural (jamak) dari buddhi
yang berarti budi atau akal sebagai alat batin untuk
menimbang baik-buru, benar-tidak, dan sebagainya.
- dengan demikian, jika kata kedudayaan disandingkan
dengan Islam, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
Islam adlaah kebudayaan yang benar-benar disepakati
dan tidak diragukan oleh para ahli sebagai kebudayaan
yang datang dari Islam, baik yang dihasilkan oleh umat,
pemerintah, maupun sebagai manifestasi dari nilai-
nilai ajaran islam
B. Unsur Pembentuk Kebudayaan Islam
1. Sistem politik
- pada awal sejarah isalam, negara dan pemerintahan yang dibangun adalah
bercorak teokrasi.
- Dalam surat Al Hajj 64-65 Allah SWT berfirman :

(64) ‫َّللا لَ ُه َْو ْالغَنِيْ ْال َِ ِمي ُْد‬


ََّْ ‫ن‬ َّْ ‫ض َو ِإ‬
ْ ِ ‫اَلر‬
ْ ‫ت َو َما فِي‬
ِْ ‫س َم َاوا‬َّ ‫لَ ْهُ َما فِي ال‬
‫ض ِإَّل‬ ْ ‫ن ْت َقَ َْع َعلَى‬
ْ ِ ‫اَلر‬ َّ ‫ض َو ْالفُ ْلكَْ تَجْ ِري ِفي ْال َبِْ ِْر ِبأ َ ْم ِرِْه َويُ ْم ِسكُْ ال‬
ْْ َ ‫س َما َْء أ‬ ْ ‫س َّخ َْر لَ ُك ْْم َما ِفي‬
ْ ِ ‫اَلر‬ َ ‫َّللا‬
ََّْ ‫ن‬َّْ َ ‫( لَ ْْم ت ََْر أ‬65) ْ‫اس لَ َر ُءوفْ َر ِِيم‬
ْ ِ َّ‫َّللا ِبالن‬ َّْ ‫ِبإ ِ ْذ ِن ِْه ِإ‬
ََّْ ‫ن‬
artinya :
Apakah kamu tidak melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu
jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.
Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi.
Dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa lagi Maha Terpuji. Apakah
kamu tiada melihat bahwa Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi
dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan dia menahan
(benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia.

- dalam sistem politik Islam, dikenak adanya institusi kekhalifahan. Institusi ini
terbentuk pasca Rasulullah wafat. Khalifah diartikan sebagai pengganti Nabi.
2. Sistem Ekonomi
- ada dua bidang yang menjadi lndasan sistem ekonomi sebagai salah
satu pilar pembentukan kebudayaan islam, yaitu pertanian dan
perdagangan.
- dalam bidang pertanian, masyarakat Arab pra Islam telah mengenal
alat pertanian semimodern seperti alat bajak, cangkul, garu dan tongkat
kayu untuk menanam.
- Dalam bidang perdagangan, juga telah mencapai kemajuan pesat yang
ditandai dengan dijadikannya Mekah sebagai pusat perdagangan
internasional.
3. Sistem Kemasyarakatan
- masyarakat Islam merupakan masyarakat yang rabbani, insani, akhlaqi.
Dan masyarakat yang seimbang (tawazun). Masyarakat dituntut untuk
mendirikan masyarakat seperti ini sehingga dapat memperkuat agama,
membentuk kepribadian, dan bisa hidup dibawah naungan-Nya.
4. Ilmu Pengetahuan
- sejak kedatangannya, islam selalu mengadakan penelitian dan
eksplorasi terhadap sesuatu yang belum pernah diketahui sebelumnya.
Dasi segi pendidikan, ilmu pengetauan termasuk science, kemajuan
peradaban, dan kultur pada islam, tetapi mengukur dengan gemilang
dalam kemajuan peradaban dunia.
C. Sejarah Perkembangan Kebudayaan Islam
1. Kebudayaan Saba’
- salah satu pengaruh kebudayaan Saba’ yang dapat ditelusuri alam
kebudayaan Arab pra-Islam adalah sebuah tulisan Abrahah tahun
532-543 tentang hancurnya bendungan ma’rib di Saba’ dimulai
dengan kata – kata “dengan kekuatan, kemukiaan, dan kasih sayang
Yang Maha Pemurah (Rahman) dan Penyelamat serta Roh Kudus”
2. Kebudayaan Abissinia
- Orang Abissinia membentuk suatu bagian penting dalam aktivitas
perdagangan internasional yang ketika itu dionopoli oleh orang-
orang Saba-Himyar, khususya dalam komoditas rempah-rempah
yang jakur utamanya melintas Hijaz.
3. Kebuayaan Persia
- budaya ini mulai memasuki Arab pada abad menjelang
kemunculan agama Islam. Persia yang menganut agama Zoroaster
bersaing dengan Abissinia untuk memperoleh supremasi di Yaman
4. Kebudayaan Gassan
D. Karakteristik Kebudayaan Islam
1. Kesatuan
- Jika unsur peradaban tidaka bersatu, berjalin, dan selaras
satu dengan lainnya, unsur-unsur itu tidak membentuk
peradaban, tetapi himpunan campur aduk.
2. Rasionalisme
- rasionalisme terdiri atas 3 aturan atau hukum, yaitu ; (a)
menolak semua yang berkaitan dengan realitas, (b)
menafikan hal-hal yang sangat bertentangan, dan (c) terbuka
terhadap bukti baru dan/atau berlawanan.
3. Toleransi
- sebagai prinsip metodologis dalam intisari peradapan Islam,
toleransi adalah keyakinan bahwa Tuhan tidak membiarkan
umat-Nya tanpa mengutus rasul dari mereka sendiri.
Toleransi adalah keyakinan bahwa keanekaragaman agama
terhadi karena sejarah dengan semua faktir yang
mempengaruhinya, kondisi ruang dan waktunya yang
berbeda, prasangka, keinginan, dan kepentingannya.
A. KONSEPSI DAN URGENSI

1. Budaya Akademik
 Budaya akademik (Academic culture), Budaya Akademik
dapat dipahami sebagai suatu totalitas dari kehidupan
dan kegiatan akademik yang dihayati, dimaknai dan
diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga
pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.
 Budaya akademik sebenarnya adalah budaya universal.
Artinya, dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan
dirinya dalam aktivitas akademik. Membanggun budaya
akademik bukan perkara yang mudah. Diperlukan upaya
sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga terjadi
kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan
norma-norma kegiatan akademik tersebut.
“Ciri-Ciri Perkembangan Budaya
Akademik”
(1) penghargaan terhadap pendapat orang lain secara
obyektif;
(2) pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan
tanggungjawab moral;
(3) kebiasaan membaca;
(4) penambahan ilmu dan wawasan;
(5) kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat;
(6) penulisan artikel, makalah, buku;
(7) diskusi ilmiah;
(8) proses belajar-mengajar, dan
(9) manajemen perguruan tinggi yang baik
2. Etos Kerja
 Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberEtos
berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti
sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas
sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi
juga oleh kelompok bahkan masyarakat .
 Secara terminologis kata etos, yang mengalami perubahan
makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang
berbeda yaitu:
1. suatu aturan umum atau cara hidup
2. suatu tatanan aturan perilaku.
3. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat
aturan tingkah laku .
Akhlak menurut para Tokoh
• Akhlak atau etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin
adalah membiasakan kehendak. Kesimpulannya, etos
adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan
antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya .
• Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau
kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan
yang disertai dengan semangat yang tinggi guna
mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.
• Menurut K.H. Toto Tasmara etos kerja adalah totalitas
kepribadian dirinya serta caranya mengekspresikan,
memandang, meyakini dan memberikan makna ada
sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan
meraih amal yang optimal (high Performance) .
Tujuan Etos Kerja
• Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai
alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi
etos kerja adalah:
1. Pendorang timbulnya perbuatan
2. Penggairah dalam aktivitas.
3. Penggerak, seperti mesin bagi mobil
besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu perbuatan .
Untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia
dan di manapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam
mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan,
wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah
tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat
menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak melupakan kehidupan
akhirat.
ْ ِ ‫سا َْد ِفي ْاَل َ ْر‬
‫ض‬ َ َْ‫َّل تَب ْْغِ ْالف‬ َْ ‫َّللاُ ِإ َلي‬
َْ ‫ْك َو‬ َ ِْ َ ‫ن َك َما أ‬
َّْ َْ‫سن‬ ْْ ‫ك ِمنَْ الد ْنَْيا َوأ َ ِْ ِس‬
َْ ‫َصي َب‬
ِ ‫سن‬ َْ ‫َّار ْاْل ِخ َرْة َ َو‬
َْ ‫َّل ت َ ْن‬ َْ ‫َّللاُ الد‬
َّْ ‫اك‬َْ َ ‫َوا ْبت َ ْغِ ِفي َما َءات‬
َْ‫َّل يُ ِِبْ ْال ُم ْف ِسدِين‬
َْ ‫َّللا‬
ََّْ ‫ن‬ َّْ ‫ ِإ‬.

Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. Al-
Qashash: 77)
Pandangan islam mengenai etos kerja
• Pandangan Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap
sedalam-dalamnya sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk
kerja itu tergantung pada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya
tinggi (mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja
yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya hanya bertujuan
memperoleh simpati sesama manusia belaka) maka setingkat pula nilai
kerjanya . Beberapa Surat Yang Mengarah dalam Etos Kerja dalam Islam di
antaranya :

• (Q.S. Al-Baqarah: 148)


• (Q.S. Al-Isra’: 7)
• (Q.S. Al-Ashr: 1-3)
• (Q.S. Al-Qashash: 77)
• (Q.S. Al-Najm::{53}:39)
• (Q.S. Ar-Ra’d{13}: 11)
• (Q.S Al Mu’minun : 1 – 11)
• (Q.S. At-Tabah,9 : 105)
• (Q.S. Al An’am (6):135
Gunnar Myrdal dalam bukunya Asian Drama mengemukakan 13
sikap yang menandai etos kerja tinggi pada seseorang

1. efisien 8. bersedia menerima


2. Rajin perubahan
3. Teratur 9. gesit dalam
4. disiplin/tepat waktu memanfaatkan kesempatan
5. Hemat 10. Energik
6. jujur dan teliti 11. ketulusan dan percaya
diri
7. rasional dalam
mengambil keputusan dan 12. mampu bekerjasama;
tindakan dan
13. mempunyai visi yang
jauh ke depan.
Etos Kerja Islami (Telaah Psikologi)
• Bahwasannya kepribadian terdiri dari sistem-sistem psiko-
fisik. Kehidapan manusia kalau diibaratkan sebagai
perjalanan, jasmani memang laksana kendaraan.
Perjalanan bisa sangat terganggu bila kendaraan tidak
normal dan sering rusak. Kesehatan jasmani adalah
perpaduan yang serasi antara bermacam-macam fungsi
jasmani, disertai kemampuan menghadapi kesukaran-
kesukaran biasa yang dijumpai dalam lingkungan, di
samping secara positif merasa gesit, kuat, dan
bersemangat. Sedangkan kesehatan mental ialah
perpaduan atau integrasi yang serasi antara fungsi-fungsi
jiwa ringan yang biasa terjadi pada manusia umumnya, di
samping secara positif dapat menikmati kebahagiaan dan
menyadari kemampuan.
Dari sejumlah pendapat dan uraian di atas, dapat ditarik
kesimpulan, indikasi-indikasi orang beretos kerja tinggi pada
umumnya meliputi sifat-sifat:

1.Aktif dan suka bekerja keras;


2.Bersemangat dan hemat;
3.Tekun dan profesional;
4.Efisien dan kreatif;
5.Jujur, disiplin, dan bertanggung jawab;
6.Mandiri;
7.Rasional serta mempunyai visi yang jauh ke depan;
8.Percaya diri namun mampu bekerjasama dengan orang lain;
9.Sederhana, tabah dan ulet;
10.Sehat Jasmani dan rohani;
PRINSIP BUDAYA DAN ETOS KERJA ISLAMI

1. Orientasi kemasa depan.


2. Kerja keras dan teliti serta menghargai waktu.
3. Bertanggung jawab.
4. Hemat dan sederhana.
5. Adanya iklim kompetisi atau bersaing secara jujur
dan sehat.
BAB 12
KONSEP EKONOMI DAN
KESEJAHTERAAN UMAT
Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama
Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun
iman dan rukun Islam.

Konsep Ekonomi Islam


Ekonomi Islam pada hakekatnya bukanlah sebuah ilmu dari
sikap reaksioner terhadap fenomena ekonomi konvensional. Awal
keberadaannya sama dengan awal keberadaan Islam di muka bumi ini
(1500 tahun yang lalu), karena ekonomi islam merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari Islam sebagai system hidup. Islam yang diyakini
sebagai konsep hidup tentu melingkupi ekonomi sebagai salah satu
aktivitas hidup manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi Islam
merupakan aktivitas agama atau ibadah kita dalam berekonomi.
Ilmu ekonomi sebagaimana ilmu kemanusiaan lainnya sampai
saat sekarang masih tetap sebagai ilmu dalam proses diterima atau
ditolak. Ilmu ini belum sampai atau tidak samapi kepada titik
kematangan untuk menetapkan suatu paham yang benar.
Sistem Ekonomi Islam
Sistem ekonomi Islam harus terikat dengan syariat Islam, sebab segala aktivitas
manusia (termasuk kegiatan ekonomi) wajib tunduk kepada syariat Islam. Sistem ekonomi
Islam adalah suatu konsep penyelenggaraan kegiatan kehidupan perekonomian baik yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, ataupun penukaran yang berlandaskan kepada
syariat Islam yaitu al-Qur’an dan as Sunnah.
Sistem ekonomi Islam kontras dengan system ekonomi kapitalis yaitu
sekulerisme di mana paham sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Dalam
kapitalisme pemanfaatan kepemilikan tidak membuat batasan tata caranya, dan tidak ada
pula batasan jumlahnya. Sebab pada sistem ekonomi kapitalisme adalah cermin dari
paham kebebasan (freedom/liberalisme) di bidang pemanfaatan hak milik. Seseorang
boleh memiliki harta dalam jumlah berapa saja dan diperoleh dengan cara apa saja.oleh
karena itu tidak heran dibolehkan seseorang bekerja dalam usaha perjudian dan
pelacuran. Sedang dalam Islam ada batasan tatacara tetapi tidak membatasi jumlahnya.
Tatacara itu berupa hukum-hukum syariah yang berkaitan dengan cara pemanfaatan
(tasharruf) harta, baik pemanfaatan yang berupa kegiatan pembelanjaan (infaqul mâl),
seperti nafkah, zakat, shadaqah, dan hibah, maupun berupa pengembangan harta
(tanmiyatul mal), seperti jual beli, ijarah, syirkah, shina‟ah (industri), dan sebagainya.
Seorang Muslim boleh memiliki harta berapa saja, sepanjang diperoleh dan dimanfaatkan
sesuai syariah Islam
Prinsip ekonomi islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar sebagai berikut:
1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT
kepada manusia.
2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir
orang saja.
5. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
6. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).
7. Islam melarang riba dalam segala bentuk
Tujuan Ekonomi Islam
Secara umum tujuan ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan ekonomi umat supaya lebih makmur atau meningkatkan
tarap hidup ke arah yang lebih baik.
2. Menciptakan ekonomi umat yang adil dan merata.
3. Mewujudkan perekonomian yang stabil, namun tidak menghambat laju
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
4. Mewujudkan perekonomian yang serasi, damai, bersatu, dalam suasana
kekeluargaan sesama umat, menghilangkan nafsu menguasai atau serakah.
5. Mewujudkan perekonomian yang menjamin kemerdekaan dalam hal produksi,
distribusi serta menumbuhkan rasa kebersamaaan.
6. Mewujudkan peri kehidupan ekonomi yang tidak membuat kerusakan di muka
bumi, sehingga kelestarian alam dapat dijaga dengan sebaik-baiknya, baik alam
fisik, kultural, sosial maupun spiritual keagamaan.
7. Menciptakan ekonomi yang mandiri
Islam dan Kesejahteraan Umat
Ajaran Islam sangat perhatian terhadap terwujudnya kesejahteraan umat
(Islam sangat filantropis). Hal ini dibuktikan dengan adanya ajaran tentang
perintah-perintah dan larangan-larangan:
 Adanya perintah membayar zakat bagi umat Islam yang memenuhi syarat
 Adanya anjuran untuk waqaf, infaq, shadaqoh bagi umat Islam yang
mampu.
 Adanya perintah untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, dan
menyintai sesama umat.
Bukti filantropis Islam yang bersifat larangan:
 Islam melarang riba (memungut tambahan dari harta pokok dengan cara
yang tidak dibenarkan)
 Islam melarang jual beli ghoror (jual beli yang mengandung
ketidakpastian/ berspekulasi)
 Islam melarang ikhtikar (menimbun)
 Islam melarang menipu dalam semua bentuknya
 Islam melarang mubadzir (boros/berlebih-lebihan)
 Islam melarang jual beli najasy (memuji/mengaku telah ditawar lebih
mahal pada barang dagangannya sendiri)
 Islam melarang talaqqi rukban (membeli dengan mencegat pedagang yang
tidak tahu harga pasar), dll.
Manajemen zakat, infaq, dan shadaqah
Pengertian dan dasar hukum zakat
 Kata zakat berarti suci, menyucikan. Zakat juga semakna/ dapat diartikan dengan
nama’ (pertumbuhan), thaharah (suci), barakah (tambah kebaikan).
 Zakat adalah pengambilan tertentu dari harta yang tertentu untuk diberikan pada
golongan tertentu
 Menurut UU No 38 Than 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, zakat adalah : Harta yang
wajib disisihkan oleh seorang Islam atau badan yang dimiliki oleh orang muslim
sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan pada yang berhak menerimanya.
Dasar Hukum zakat antara lain: Q.S. 9:103, Q.S. 2:110, Q.S. 9:60, dll., dan banyak Hadits
Nabi.
Harta yang wajib dibayarkan zakatnya adalah:
1. Emas, perak, dan uang.
2. Barang yang diperdagangkan
3. Hasil peternakan
4. Hasil bumi
5. Hasil tambang dan barang temuan.
Pengertian Infaq dan shadaqah
 Infaq adalah pengeluaran sukarela yang dilakukan oleh seseorang setiap
kali ia memperoleh rizki sebanyak yang dikehendakinya sendiri
 Shadaqah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang
pada orang lain dengan tidak ditentukan jenis, jumlah, maupun
waktunya, dengan tujuan untuk mendekatkan diri pada Allah.
 Infaq biasanya secara khusus diberikan pada mereka yang memiliki
hubungan kekerabatan dengan kita
Manajemen zakat produktif
 Berhasilnya pengelolaan zakat tidak hanya bergantung pada banyaknya zakat yang
terkumpul, tetapi juga pada dampak dari pengelolaan zakat itu sendiri
 Pengelolaan zakat baru dikatakan berhasil jika benar-benar mampu mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyarakat. Inilah makna manajemen zakat
yang produktif.
 Keadaan ini sangat bergantung dari kinerja Amil dan political will pemerintah
 Pijakan untuk mencapai hal tersebut telah ada, yaitu Undang-Undang No 38 tahun
1999 Tentang Pengelolaan zakat, juga telah dibentuk Direktorat Zakat dan Wakaf
dalam Departemen Agama.
Dalam pengelolaan zakat produktif, setidaknya diperlukan beberapa prinsip antara lain:
 Pengelolaan harus berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah
 Keterbukaan/transparansi/akuntabilitas.
 Menggunakan manajemen dan administrasi modern
 Berpegang teguh pada tujuan utama pengelolaan zakat, yaitu:
- Mengangkat harkat dan martabat mustahiq, juga bangsa dan negara
- Membantu memecahkan persoalan ekonomi yang dihadapi para mustahiq
- Meningkatkan syiar Islam
- Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial masyarakat.
Manajemen Wakaf
Wakaf dan Permasalahannya di Indonesia
 Wakaf secara bahasa berasal dari kata : waqafa-yaqafu-waqfan yang berarti:
menghentikan, berdiam di tempat, menahan sesuatu
 Dalam Ensiklopedi Islam: Wakaf adalah memelihara suatu barang atau benda
dengan jalan menahannya agar tidak menjadi milik pihak ketiga.
 Menurut PP No. 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik: Wakaf
adalah perbuatan hukum dari seseorang yang dengan sengaja memisahkan
atau mengeluarkan harta bendanya yang tertentu untuk digunakan atau
diberikan manfaatnya bagi keperluan di jalan Allah/kebaikan.
Wakaf memiliki rukun dan syarat-syarat yaitu:
 Waqif, yaitu orang yang berwakaf. Syaratnya: Aqil, baligh, rasyid, tak
terhalang melakukan tindakan hukum, dan atas kehendak sendiri.
 Mauquf alaih, yaitu sasaran atau pihak yang dituju dalam wakaf. Syaratnya
tidak boleh bertentangan nilai-nilai ibadah.
 Mauquf, yaitu barang yang diwakafkan. Syaratnya: Barang kekal tak lekas
rusak, milik waqif, jelas wujud dan batas-batasnya, lepas dari kekuasaan
wakif.
 Shighat, pernyataan serah terima wakaf baik secara lisan atau tulisan.
Syaratnya harus jelas dan dapat dimengrti, serta tegas untuk seseorang
atau umum.
Di samping itu dalam wakaf juga sebaiknya ada mutawalli/nadzir yaitu orang
atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta
wakaf dengan sebaik-baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya.
BAB 13
PENDIDIKAN DAN KESEHATAN
ISLAM
Pendidikan dalam islam
A. Hakikat pendidikan islam
Pendidikan islam senantiasa memantulkan nilai – nilai ajaran islam
yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan hadist. Pendidikan dalam islam
dikenal dengan penggunaan term at-tarbiyah, at-ta’lim, at-ta’dib, dan ar-
riyadlah.
1. at-tarbiyah, sebagai penanaman etika yang mulia pada jiwa anak yang
sedang tumbuh dengan memberi petunjuk dan nasihat sehingga
memiliki potensi dan kompetensi jiwa yang mantap yang dapat
membuahkan sifat bijak, baik, cinta akan kreasi, dan berguna bagi tanah
air.
2. at-ta’lim, proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian,
tanggung jawab, dan penanaman amanah sehingga terjadi tazkiyah /
pembersihan diri manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri
manusia itu berada dalam suatu kondisi yang memungkinkan untuk
menerima al-hikmah.
3. at-ta’dib, pengenalan dan pengakuan yang secara bengangsur –
angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sehingga
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan
keagungan Tuhan dalam tatanan wujud dan keberadaannya.
4. ar-riyadlah, pelatihan terhadap individu pada fase anak-anak. Hal
ini diprioritaskan dengan pertimbangan jika anak kecil sudah
terbiasa berbuat sesuatu yang positif, masa remaja dan
dewasanya akan lebih mudah berkepribadian saleh.
B. Prinsip dan Fungsi Tugas Pendidikan Islam

1. Prinsip pendidikan islam


a. Pendidikan merupakan proses pemberian dalam pencapaian
tingkat kesempurnaan, yaitu manusia yang mencapai tingkat iman
dan ilmu yang setinggi-tingginya.
b. Pada diri manusia terdapat potensi baik dan buruk, potensi negatif
seperti lemah, tergesa-gesa, berkeluh kesah. Pendidikan islam
sebagai pembangkit potensi-potensi yang baik pada diri anak didik
dan upaya mengurangi potensi buruk.
c. Model pendidikan islam adalah Rasulullah SAW sebagai suri
tauladan yang baik / uswatun hasanah (QS. Al-Ahzab :21) yang
dijamin oleh Allah SWT memiliki akhlak yang agung.
(QS. Al-Ahzab :21)

َ ‫سنَةٌ ِل َم ْن َك‬
‫ان‬ ٌ
َ َ َ ‫َّللاِ أ‬
‫ح‬ ‫ة‬ ‫و‬ ‫س‬
ْ ُ ‫سو ِل ه‬ُ ‫ان لَ ُك ْم ِفي َر‬
َ ‫لَقَ ْد َك‬
َ ‫يرا‬ ‫روذَ َك َر ه‬
ً ‫َّللاَ َك ِث‬ َ ‫خ‬
ِ ْ
‫اْل‬ ‫م‬ ْ
َ ‫َّللاَ َو‬
‫و‬
ْ َ ‫ي‬‫ال‬ ‫يَ ْر ُجو ه‬
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah.
2. Fungsi Tugas Pendidikan islam
a. Pendidikan islam sebagai pengembangan potensi.
b. Pendidikan islam sebagai pewarisan budaya.
c. Pendidikan islam mendewasakan interaksi.

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan islam


Dasar yang menjadi acuan pendidikan islam merupakan sumber nilai
kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan pada aktivitas
yang dicita-citakan yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist, kata-kata sahabat
nabi, kemaslahatan masyarakat, nilai tradisi dan adat istiadat, hasil
ijtihad. Pendidikan islam bertujuan mencapai pertumbuhan yang
seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui pelatihan
spiritual, kecerdasan, rasio, perasaan, dan panca indra agar maksimal
pertumbuhan dan perkembangnya menuju manusia paripurna (insan
kamil).
Kesehatan dalam Islam
Hakikat kesehatan dalam islam

Islam menaruh perhatian yang besar terhadap dunia


kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama untuk bekerja,
beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu
menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal
menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan
merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang. Sebagaimana
Firman Allah yang terdapat dalam Q.S. Al Baqarah : 168.
(Q.S. Al Baqarah : 168)

َ ‫ض َح ََل ًًل‬
‫ط ِيبًا َو ًَل‬ ِ ‫اس ُكلُوا ِم هما فِي ْال َ ْر‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها النه‬
َ ‫ان ۚ ِإنههُ لَ ُك ْم‬
ٌ ‫عد ٌُّو ُم ِب‬
‫ين‬ ِ ‫ط‬َ ‫ش ْي‬
‫ت ال ه‬ ُ ‫تَت ه ِبعُوا ُخ‬
ِ ‫ط َوا‬
Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal
lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.
Anjuran Islam untuk bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan,
dan kebersihan di pandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran
Islam sangat melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti
buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah
di sungai atau sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam
sangat menekankan Kesucian atau Al-thaharah, yaitu kebersihan atau
kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan
semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit
sering kali berasal dari lingkungan yang kotor. Islam dan seluruh
ajarannya, memberikan sebuah pandangan yang tegas mengenai
kesehatan. Kesehatan bukan hanya sebuah anjuran tetapi juga merupakan
juga kewajiban. Semua ibadah-ibadah dalam Islam mengandung ajaran
tentang pentingnya menjaga kesehatan. Karena penelitian terbaru
mengungkapkan bahwa sebuah kondisi akan dikatakan sehat bila
lingkungan di sekitarnya bersih. Oleh karena itu, Nabi mengatakan
“kebersihan sebagian dari pada iman”
Tujuan dan unsur kesehatan
• Tujuan Islam mengajarkan hidup yang bersih dan sehat adalah
menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan
sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat yang pilihan.
• Dalam Islam dikatakan sehat apabila memenuhi tiga unsur , yaitu
kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan kesehatan sosial.
1. Kesehatan jasmani, merupakan bentuk dari keseimbangan manusia
dengan alam. Kesehatan rohani di mana ada keseimbangan dan
hubungan yang baik secara spiritual antara khalik atau pencipta yang di
wujudkan dari aktivitas makhluk dalam memenuhi semua perintah sang
khalik. keinginan manusia yang tidak terbatas kadang membuat manusia
menjadi rakus. Makan berlebih, pola hidup yang tidak baik,
penggundulan hutan untuk bahan bangunan, eksploitasi laut yang tidak
bertanggung jawab, semuanya itu akan membuat keseimbangan alam
terganggu. Di sadari maupun tidak, manusia merupakan bagian dari
alam. . Nabi pernah bersabda “sesungguhnya badanmu mempunyai hak
atas dirimu”.
2. kesehatan rohani

Seperti yang dijelaskan dalam Firman Allah yang tertuang dalam Al –


Qur’an surat Al- Ra’d : 28 yang berbunyi :

‫َّللاِ ۗ أ َ ًَل ِب ِذ ْك ِر ه‬
ِ‫َّللا‬ ْ َ ‫ين آ َمنُوا َوت‬
‫ط َم ِئ ُّن قُلُوبُ ُه ْم ِب ِذ ْك ِر ه‬ َ ‫اله ِذ‬
‫وب‬ ْ َ‫ت‬
ُ ُ‫ط َمئِ ُّن ْالقُل‬
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah lah hati menjadi tentram. (Q.S. Al-Ra’d: 28)
3. kesehatan sosial
Hidup bermasyarakat dalam arti yang seluas-luasnya adalah salah satu
naluri manusia. Menurut Aristoteles menyebutkan manusia adalah Zone
Polition, yaitu manusia yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain.
Oleh karena itulah dalam Islam di kenal istilah Ukhuwah (persaudaraan)
yang akan mendatangkan muamalah (saling menguntungkan), hal ini
memungkinkan rasa persaudaraan lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan Q.S.
Al – Hujurat ayat 13 yang menyatakan : “hai manusia , sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. (Q.S. Al-
Hujarat: 13)
Apabila ketiga unsur ini terpenuhi maka akan tercipta sebuah keadaan baik
fisik, mental, maupun spiritual yang produktif dan sempurna untuk
menjalankan aktivitas kemakhlukan.
Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan berjalan baik bila sang
makhluk menaati apa yang di perintahkan Allah, ciri-ciri jiwa yang sehat yang
dalam Al-Qur’an di sebut Qalbun Salim, seperti hati yang selalu bertobat (at-
taqwa), hati yang selalu menjaga dari hal-hal keduniaan (al-zuhd), hati yang
selalu ada manfaatnya (al-shumi), hati yang selalu butuh pertolongan Allah .
BAB 14

KONSEP ILMU
PENGETAHUAN, TEKNOLOGI
DAN SENI DALAM ISLAM
Definisi Ipteks
 Pengetahuan dan ilmu pengetahuan
- Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui
tangkapan pancaindera, intuisi, firasat atau yang lainnya.
- Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi,
disistemisasi, diorganisasi, dan diinterpretasi sehingga menghasilkan
pengatahuan yang obyektif, general, dan verivikatif. Atau sains adalah
pengetahuan yang rasional, empiris, obyektif, terukur, verivikatif, serta
komunal/general.
 Teknologi adalah metode ilimiah untuk mencapai tujuan praktis.
Keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yangg diperlukan
bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
 Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia yang bernilai keindahan.
Ipteks Dalam Pandangan Islam
 Ilmu dalam Islam diartikan sebagai:Segala pengetahuan yang bersifat dapat
menjelaskan/memberi kejelasan terhadap segala sesuatu yang dihadapi
atau dibutuhkan oleh manusia baik dalam kapasitasnya sebagai hamba
ataupun khalifah Allah.
 Sumber ilmu dalam pandangan Islam adalah berasal dari wahyu, pemikiran
(akal), serta pengalaman manusia.
 Ilmu yang berasal dari wahyu bersifat perennial/ abadi, mutlak, dan
berfungsi sebagai pedoman hidup manusia.
 Sedangkan ilmu yang berasal dari akal ataupun pengalaman manusia itu
bersifat aquired/ perolehan, relatif, dan berfungsi sebagai sarana dalam
kehidupan manusia.
 Dalam pandangan Islam, Ipteks itu bersifat terikat nilai (tidak bebas nilai),
yaitu harus disesuaikan dengan nilai-nilai ajaran islam
 Ipteks merupakan hasil olah pikir dan rasa manusia, karenanya harus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan akal budi manusia.
 Pengembangan ipteks merupakan bagian dari pelaksanaan kewajiban
manusia sebagai makhluk Allah yang berakal
 Ipteks merupakan pedoman dan sarana bagi manusia dalam melaksanakan
tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah, agar kualitas ibadah dan
kesejahteraannya meningkat
 Islam sangat mendorong pengembangan ipteks, terbukti dengan banyaknya
ayat Al-Qur’an atau Hadits Nabi yang memerintahkan untuk memperhatikan
penciptaan atau keberadaan alam semesta, bahkan ayat yang pertama
adalah perintah untuk membaca (dalam arti luas) bukan perintah tentang
ibadah ritual tertentu.
Integrasi Iman, Ilmu, dan Amal
Makna integrasi iman, ilmu, dan amal
 Dalam pandangan Islam antara iman (taqwa) di satu sisi, dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni di sisi lain, haruslah terjadi hubungan yang
harmonis dan tidak boleh dipisah-pisahkan. Sistem yang terintegrasi inilah
yang dinamakan dengan Dinul Islam karena berarti telah memuat aqidah,
syari’ah, dan akhlaq.
 Aktivitas manusia tidak akan bernilai sebagai amal shalih kalau tidak
dibangun di atas iman dan ilmu yang benar.
 Pencarian dan pengembangan ipteks yang lepas dari keimanan dan
ketaqwaan tidak akan bernilai ibadah, serta tidak akan menghasilkan
kemaslahatan bagi umat manusia dan lingkungannya, bahkan bisa menjadi
malapetaka.
Keutamaan Orang-orang Yang Berilmu
 Orang yang berilmu itu sangat dimuliakan Allah, karena itu umat Islam diwajibkan
menuntut ilmu sepanjang hayatnya. (Al-Hadits)
 Orang yang beriman dan berilmu dijamin oleh Allah akan ditinggikan derajatnya,
bahkan tidurnya orang yang berilmu itu lebih utama daripada ibadahnya orang bodoh.
(QS.58:11)
 Di antara yang lebih berhak untuk dijadikan sebagai pemimpin adalah mereka yang
lebih tinggi ilmunya (Q.S. 2:247)
 Orang yang berilmu merupakan salah satu pilar dalam tegaknya kehidupan dunia (Al-
Hadits)
 Orang yang paling takut kepada Allah adalah orang yang berilmu (Q.S. 35:28)
 Manusia diangkat sebagai khalifah Allah adalah karena ilmunya (Q.S. 2:30-32)
 Ibadah yang diterima Allah adalah yang dilakukan atas dasar iman dan ilmu yang
benar (Al-Hadits)
 Sejarah menunjukkan bahwa bahwa bangsa yang memimpin peradaban adalah yang
lebih unggul dalam penguasaan dan penerapan iptek.
Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan
 Ilmuwan dianggap memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam
pemanfaatan dan pelestarian lingkungan dibanding orang-orang awam
 Ilmuwan harus mendorong pengembangan ipteks ke arah
kemashlahatan ummat, dan mencegah terjadinya kerusakan yang sia-
sia, karena kerusakan alam dan lingkungan itu lebih banyak disebabkan
oleh ulah manusia.
 Ilmuwan harus selalu menyadari bahwa dirinya adalah hamba dan
khalifah Allah yang akan dimintai pertanggungjawaban atas keilmuannya.
َْ ْ‫ونْ لَ ْهُ ْال ُم ْل ُك‬
‫علَ ْينَا‬ ُ ‫تْ َم ِل ًكا قَالُوا أَنَّى يَ ُك‬ َ ‫طالُو‬
َ ‫ث لَ ُك ْْم‬َْ َ‫َّللاَ قَ ْْد بَع‬
َّْ ‫ن‬ َّْ ‫ل لَ ُه ْْم نَبِي ُه ْْم ِإ‬ َْ ‫ََقَا‬
ُ‫علَ ْي ُْك ْْم َوزَ ا َدْه‬
َ ُ‫طفَاْه‬ َ ‫ص‬
ْ ‫َّللاَ ا‬
َّْ ‫ن‬ َّْ ‫ل ِإ‬ ِْ ‫سعَ ْةً ِمنَْ ْْال َما‬
َْ ‫ل قَا‬ َ ‫ت‬ َْ ْ‫ك ِم ْن ْهُ َولَ ْْم يُؤ‬ ِْ ‫ن أ َ َِقْ ِب ْال ُم ْل‬ ُْ َِْ ‫َون‬
)٢٤٧( ‫يم‬
ْ ‫ع ِل‬
َ ْ‫َّللاُ َوا ِسع‬ ْْ ‫َّللاُْ يُؤْ تِي ُم ْل َك ْهُ َْم‬
َّْ ‫ن يَشَا ُْء َو‬ َّ ‫ط ْةً فِي ْال ِع ْل ِْم َو ْال ِج ْس ِْم َو‬
َ ‫بَ ْس‬

247 Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah


mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut
memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan
daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi
(mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan
pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-
Nya lagi Maha mengetahui.
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM
 IPTEK adalah analisis dari uraian rahasia-rahasia dibalik fenomena alam yang
didokumentasikan dan disebarkan dalam bentuk tulisan yang disimbolkan dengan
pena yang kemudian dapat diwujudkan dalam kehidupan
 Kompilasi pengetahuan manusia kemudian didokumentasikan dan disebarkan dalam
bentuk tulisan. Pembacaan ayat - ayat kauniyah ini melahirkan sains dalam upaya
menafsirkan. Ada astronomi, Matematika, Fisika, Kimia, biologi, dsb.
 Dari segi esensinya, semua sains sudah islami, sepenuhnya tunduk pada Hukum
Allah. Hukum-hukum yang digali dan dirumuskan adalah hukum-hukum alam yang
tunduk pada Sunatullah.
 Pembuktian teori yang dikembangkan dilandasi pencarian kebenaran, bukan
pembenaran nafsu manusiawi.
 Sedangkan tujuan manusia meningkatkan ilmu pengetahuan adalah untuk
meningkatkan harkat kemanusiaannya, meredam rasa kesombongan dan
memperbanyak berbuat kebajikan melalu karunia akal.
INTEGRASI ILMU, IMAN , TEKNOLOGI DAN SENI
 Dengan pemahaman atas IPTEK kesadaran atas kemahaEsaan Allah semakin
mempertebal iman sehingga menuntut ilmu menjadi kewajiban bagi manusia. Dengan
menuntut ilmu berarti manusia memanfaatkan semua anugerah fasilitas akal dan
alam semesta.
 Memikirkan perihal pembentukan, susunan dan evolusi alam semesta dalam tinjauan
astronomi merupakan cara mengenal kekuasaan Allah yang pada gilirannya akan
memperkuat Aqidah.
 Untuk mengembangkan Etos keilmuan perlu senantiasa diciptakan stabilita yang
dinamis dalam kehidupan bernegara. Melalui keadaan yang stabil itu proses-proses
mempertajam pikiran, memperluas pandangan syiar ilmu, menciptakan buah pikiran
dan menggerakkan aktifitas memajukan IPTEK dapat dilaksanakan dengan baik.
 Salah satu pilar penting kemajuan suatu bangsa adalah bergantung pada kemajuan
penguasaan terhadap ilmu dan teknologi. Ilmu dan teknologi membawa bangsa ke
derajat kemuliaan, kebahagian, dan kekuasaan.
KEUTAMAAN ORANG BERILMU
 Barang siapa yang mendapat ilmu pengetahuan orang beriman ia telah
mendapat banyak kebajikan ( QS. Al- Baqarah 269 )
 Allah meninggikan beberapa derajat kedudukan orang beriman dan berilmu
pengetahuan ( QS. Al-Mujadalah 11 )
 Barang siapa meninggalkan rumahnya untuk untuk mendapat ilmu
pengetahuan maka ia dalam jalan Allah sampai sekembalinya. Barang siapa
yang bepergian untuk mendapatkan ilmu pengetahuan , dimudahkan Allah
jalannya ke surga dst.

Anda mungkin juga menyukai