Anda di halaman 1dari 4

Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1) UUD 1945

Hak dan kewajiban di bidang pertahanan dan keamanan diatur dalam UUD 1945 hasil
amandemen, yaitu diantaranya pasal 27 ayat (3) dan pasal 30 ayat (1). Pasal 27 ayat (3)
yang berbunyi, Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara. Sedangkan pasal 30 ayat (1) berbunyi, Tiap tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.
Untuk pasal 27 ayat (3), pelaksanaannya di Indonesia belum terwujud dengan baik. Hal
ini terbukti dengan munculnya 5 UU Politik tahun 1985 yang telah melumpuhkan
atau menyimpang dari UUD 1945. Undang-Undang No 1/1985 tentang Pemilu hanya
sebagai sarana untuk melegitimasi kekuasaan, bukan untuk menegakkan kedaulatan rakyat seperti yang dikehendaki UUD 1945. Undang-Undang No 2/1985 memberi
hak kepada presiden untuk mengangkat 60% anggota MPR/DPR (baru untuk Pemilu
1997 hanya 57,5%). Hal ini bertentangan dengan Pasal 27 Ayat 1 UUD 1945 yang
menyatakan semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum
dan pemerintahan.
Selain itu, penyimpangan lainnya yaitu tentang depolitisasi massa. Depolitisasi massa
melalui konsep massa mengambang di kecamatan dan pedesaan. Depolitisasi pada
prakteknya tidak berlaku bagi warga yang tinggal di perkotaan. Konsep massa
mengambang merupakan jaminan kemenangan mutlak bagi Golkar dalam setiap
Pemilu.
Dan untuk pasal 30 ayat (1),pelaksanaannya pun belum sesuai dengan isi pasal tersebut.
Dwifungsi ABRI tidak terdapat dalam UUD 1945. Dalam Pasal 30 Ayat 1 UUD 1945
hanya dikatakan, " Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara". Jadi, kalau ada Dwifungsi, tentu berlaku bagi semua warga negara,
tidak hanya bagi ABRI.
Mengenai Dwifungsi ABRI ini, mantan staf PB Front Nasional Kie Oetomo
Dharmadi, mengatakan, "....dalam Demokrasi Terpimpin semua golongan fungsionil berDwifungsi ABRI, berDwifungsi Hankam dan sosial politik. Begitu juga semua
golongan fungsionil selain berfungsi menurut profesinya, masing-masing juga
berfungsi sosial politik, karena masuk dalam MPR. Sesungguhnya semua rakyat
sipi pun berDwifungsi bila menilik Pasal 30 Ayat 1 yang berbunyi 'Tiap-tiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara".
Undang - Undang Dasar 1945 Bab XII yang berjudul "Pertahanan dan Keamanan
Negara". Dalam bab itu, Pasal 30 Ayat (1) menyebut tentang hak dan kewajiban tiap
warga negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Dari pembacaan Pasal 30 secara utuh dapat disimpulkan, meski TNI dan Polri berbeda
dalam struktur organisasi, namun dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing
keduanya bekerja sama dan saling mendukung dalam suatu "sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta". Pengaturan tentang sinkronisasi tugas pertahanan negara
(hanneg) dan keamanan negara (kamneg) itulah yang seyogianya ditata ulang melalui

undang-undang yang membangun adanya kesisteman yang baik dan benar.


Sejalan dengan tekad itu, perluasan dan pendalaman sekitar makna Bab XII dan Pasal
30 UUD 1945 adalah salah satu tugas menteri pertahanan. Namun, Bab XII UUD 1945
bukanlah monopoli departemen dan/atau kementerian negara yang sehari-hari ada di
bawah koordinasi Menko Polhukam. Bab XII UUD 1945 adalah bagian dari bab dan
pasal lain dalam UUD 1945 secara keseluruhan.
Mencermati dengan saksama Bab XII Pasal 30 UUD 1945, tentang makna Pasal 30
serta ayat-ayat yang terkandung di dalamnya secara utuh dan lengkap, termasuk
kaitannya dengan pasal-pasal lain dalam UUD 1945. Pertahanan dan keamanan negara
yang dijiwai "sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta" adalah hal yang terlalu
penting untuk dibahas hanya di kalangan TNI dan Polri. Dalam negara demokrasi,
kepedulian tentang pertahanan dan keamanan negara dalam arti luas adalah hak dan
kewajiban tiap warga negara, sebagaimana tertuang dalam Ayat (1), Pasal 30 UUD
1945.
Syarat-syarat tentang pembelaan negara diatur dengan undang-undang. Jadi sudah pasti
mau tidak mau kita wajib ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman,
gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam,
sebagai wujud cinta tanah air dan bangsa.
Dengan hak dan kewajiban yang sama setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando
dapat berperan aktif dalam melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus
dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan dengan cara lain seperti :
1. Ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling),
2. Ikut serta membantu korban bencana di dalam negeri,
3. Belajar dengan tekun pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
atau PKn,
4. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti Paskibra, PMR dan Pramuka.
Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara
dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ATHG / ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan pada NKRI / Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti para
pahlawan yang rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan NKRI.
Beberapa jenis / macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara :
1. Terorisme Internasional dan Nasional.
2. Aksi kekerasan yang berbau SARA.
3. Pelanggaran wilayah negara baik di darat, laut, udara dan luar angkasa.
4. Gerakan separatis pemisahan diri membuat negara baru.
5. Kejahatan dan gangguan lintas negara.
6. Pengrusakan lingkungan.

Hati-hati pula dengan gerakan pendirian negara di dalam negara yang ingin membangun
negara islam di dalam Negara Indonesia dengan cara membangun keanggotaan dengan
sistem mirip MLM dan mendoktrin anggota hingga mereka mau melakukan berbagai
tindak kejahatan di luar ajaran agama islam demi uang. Jika menemukan gerakan
semacam ini laporkan saja ke pihak yang berwajib dan jangan takut dengan ancaman
apapun.

Anda mungkin juga menyukai