(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadits)
Nama Mahasiswa:
Lutfia Nasrul Latifi
(210104210060)
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
Dr. Fahmi Al-Kautsar Fakhruddin, MA
STUDI PASCASARJANA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas rahmat dan karunia yang
dilimpahkan-Nya akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat beriring
salam terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan makalah yang berjudul ”Metodologi Takhrij Hadits secara teknologi” tentu
tidak lepas dari dukungan dan juga do’a dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penyusun
ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsih
pemikirannya baik secara langsung maupun tidak langsung demi terselesaikannya makalah ini.
Khususnya kepada Ustadz Dr. Fahmi Al-Kautsar Fakhruddin, MA selaku dosen pembimbing
mata kuliah Studi Hadits yang senantiasa membimbing kami.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penyusun sangat mngharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
C. Kelebihan Dan Kekurangan Takhrij Hadits Secara Teknologi dengan Aplikasi املوسوعة
احلديثية
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
ii
ABSTRAK
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak terjadi feomena umat muslim khususnya menyalahgunakan
potongan-potongan hadits sebagai hujjah memperkuat pribadi maupun kelompoknya. Yang
apabila ditelusuri potongan hadits tersebut tidak benar ke-shohihan-nya. Hadis dalam Islam
menempati posisi yang sakral, yaitu sebagai sumber hukum setelah Al-Qur‘an. Untuk
memahami ajaran dan hukum Islam, pengetahuan terhadap hadis menjadi suatu hal yang
pasti. Rasulullah SAW adalah orang yang diberikan amanah oleh Allah SWT untuk
menyampaikan syariat yang diturunkannya kepada umat manusia. Beliau tidak
menyampaikan sesuatu terutama dalam bidang agama, kecuali bersumber dari wahyu.
Dengan itu kerasulan beliau dan kemaksumannya menghendaki wajibnya setiap umat Islam
untuk berpegang teguh kepada hadis Nabi SAW.1 Hadits merupakan sumber pedoman kedua
setelah Al-Qur’an yang mempunyai tingkatan berbeda-beda disesuaikan kedudukan sanad
dan matannya.
Dilansir dari Republika.co.id terdapat beberapa contoh amalan popular yang rujukannya
adalah sebuah hadits. Contohnya membaca surat yasin di makam.
من دخل املقابر فقرأ سورة يس خفف اهلل عنهم وكان له بعدد من فيها حسنات
"Barang siapa yang memasuki pekuburan kemudian membaca surat yasin, maka Allah akan
meringankan (siksaan) untuk mereka, dan dia mendapat kebaikan-kebaikan sejumlah orang
di dalamnya. Hadits ini la ashla lahu (tidak ada dasarnya).2 Penjelasan tersebut merupakan
salah satu uraian hadits namun berasal dari hadits dhoif. Hadits do’if merupakan hadist yang
tidak memenuhi salah satu syarat-syarat hadist shohih dan hasan. Diantara faktor
penyebabnya adalah terputusnya sanad dan adanya cacat dalam diri pribadi seorang perowi
1
Septi Aji Fitra Jaya, “Al-Qur’an Dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam,” INDO-ISLAMIKA 9 No. 2
(2019): 212.
2
Nashih Nashrullah, “3 Amalan Populer Dengan Hadits Dhaif, Apa Sikap Kita?,” n.d.,
https://www.republika.co.id/berita/qqg0sh320/3-amalan-populer-dengan-hadits-dhaif-apa-sikap-kita. diakses pada
tanggal 13 April 2022, pkl. 09.23.
4
hadits.3 Hadits do’if tidak dapat digunakan sebagai hujjah juga tidak bisa dihukumi untuk
ditolak. Untuk pengamalan hadist dhaif tersebut bisa diamalkan dalam hal fadhoil a’mal,
mauidhoh, kisah dengan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan para muhaditsin.
Mengamalkan hadist dhaif dalam fadhoil a’mal inimerupakan pendapat yang sudah
disepakati para muhaditsin dan fuqoha.
Dengan maraknya kalam-kalam hadits yang berkedudukan rendah yang seharusnya
hanya dijadikan sebagai fadoilul amal tidak digunakan sebagai hujjah atau dalil hukum,
maka perlu kepekaan dan kesadaran dari umat muslim untuk menelusuri baik matan atau
sanad hadits tersebebut. Dalam posisi ini yang perlu dilakukan adalah upaya pentakhrijan
hadits atau takhrij hadits. Takhrij hadist adalah usaha menemukan matan dan sanad hadits
secara lengkap dari sumber-sumbernya yang asli yang darinya akan bisa diketahui kualitas
suatu hadist baik secara lansung karena sudah disebutkan oleh kolektornya maupun melalui
penelitian selanjutnya.4 Takhrij hadits digunakan sebagai upaya penentan kualitas hadits
baik dari segi sanad maupun matannya. Besar harapan dengan diketahuinya kedudukan
hadits tersebut menjadi bekal dan bahan hujjah perkara umat dalam menjalani kehidupan
dunia.
Di dunia ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat perkembangannya. Semua
ilmu pegetahuan yang heterogen dan klasik dikaitkan dengan teknologi. Kemajuan
teknologi telah mempengaruhi kehidupan ini dan tidak bisa dihindari, karena IPTEK
memberikan banyak manfaat dan memudahkan pekerjaan. Perkembangan IPTEK sekarang,
masyarakat dituntut untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kompetensinya, sehingga
manusia dapat menyeimbangkan dirinya di zaman modernini. IPTEK adalah awal dari
kesuksesan peradaban bangsa, karena bisa menciptakan sesuatu hal yang baru yang
sebelumnya tidak bisa terjadi dapat terjadi.5 Kemajuan IPTEK adalah cikal dimana sesuatu
yang belum ada menjadi ada. Contoh kaitannya dengan takhrij hadits adalah, upaya
3
Mohammad Maulana Nur Kholis, “Hukum Mengamalkan Hadits Dhaif Dalam Fadhail A’mal: Studi
Teoritis Dan Praktis,” Al-Tsiqoh: Islamic Economy and Da’wa Journal 1(02) (2016): 31,
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:odf2yRbBdNsJ:https://e-journal.ikhac.ac.id/index.php/
altsiq/article/download/159/114+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id.
4
Jon Pamil, “TAKHRIJ HADIST: LANGKAH AWAL PENELITIAN HADIST,” Jurnal Pemikiran Islam
37 No. 1 (2012): 53.
5
Fitri Mulyani and Nur Haliza, “Analisis Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (Iptek)Dalam
Pendidikan,” JPdK JURNAL PENDIDIKAN Dan KONSELING 3 Nomor 1 (2021): 101–2.
5
menelursuri hadits dengan basis teknologi. Dalam ini aplikasi menjadi salah satu media
paling efisien dan efektif yang menjadi wadah perkembangan takhrij hadits ini.
Salah satu aplikasi yang menjadi jawaban untuk kemudahan penelusuran hadits dengan
basis teknologi adalah املوسوعة احلديثية. Banyak sekali kemudahan yang ditemukan dalam
aplikasi ini. Dari penjelasan dan uraian diatas penulis akan mengangkat satu tema yang
digunakan untuk mengetahui secara umum takhrij hadits dan kaitannya dengan
perkembangan teknologi era sekarang. Judul tersebut adalah “METODOLOGI TAKHRIJ
HADITS SECARA TEKNOLOGI”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana takhrij hadits dan perkembangannya?
2. Untuk mengetahui dan memahami takhrij hadits secara teknologi melaui aplikasi
املوسوعة احلديثية
3. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan takhrij hadits secara
teknologi
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Dari uraian diatas disimpulkan, secara epistimologi takhrij artinya mengeluarkan.
Takhrij hadits merupakan upaya mengeluarkan hadits dari asalnya baik matan maupun
sanadnya dengan metode tertentu untuk mengetahui kualitas hadits tersebut.
2. Urgensi Takhrij Hadits
Takhrij hadis yang merupakan bagian dari bidang studi kutub al-hadis akan
menolong para peminat hadis dalam mempelajari hadis secara efektif dan efisien
sehingga penggunaan hadis sebagai sumber kedua ajaran Islam dapat dimanfaatkan
secara proporsional. Takhrij hadits ini penting dilakukan untuk mengetahui asal-usul
hadis, sanad dan matan hadits tersebut. Beberapa hal mengenai urgesi takhrij hadits
telah terangkum.8
a. Mengetahui asal usul riwayat hadis yang akan diteliti
Suatu hadis akan sangat sulit diteliti status dan kualitasnya apabila tidak
diketahui asal usul hadis tersebut. Tanpa diketahui asal usulnya, maka sanad dan
matan hadis yang bersangkutan sulit diketahui susunannya menurut sumber
pengambilannya. Tanpa diketahui susunan sanad dan matannya secara benar, maka
hadis yang bersangkutan akan sulit diteliti secara cermat. Dengan hal ini maka
takhrij perlu dilakukan untuk melacak bagaimana sanad dan matan hadis dalam
kitab sumber
b. Mengetahui seluruh rawi
Hadis yang akan diteliti mungkin memiliki lebih dari satu sanad. Mungkin saja
salah satu sanad hadis itu berkualitas dho’if, sedang yang lainnya berkualitas sahih.
Untuk dapat menentukan sanad yang berkualitas dho’if dan yang berkualitas sahih,
maka terlebih dahulu harus diketahui seluruh riwayat hadis yang bersangkutan.
Untuk mengetahui seluruh riwayat hadis yang akan diteliti, maka kegiatan takhrij
hadis ini perlu dilakukan.
c. Mengetahui Syahid dan Mutabi’ dalam sanad
Ketika hadis diteliti salah satu sanadnya, mungkin ada periwayat lain yang
sanadnya mendukung pada sanad yang diteliti. Dukungan (Corroboration) itu bila
terletak pada bagian periwayat tingkat pertama, yakni tingkat sahabat Nabi, disebut
sebagai syahid, sedang bila terdapat dibagian bukan periwayat tingkat sahabat,
8
Ahmad Izzan, 3–4.
8
disebut sebagai mutabi’. Dalam penelitian sanad, syahid yang didukung oleh sanad
yang kuat dapat memperkokoh sanad yang sedang diteliti. Begitu pula mutabi’
yang memiliki sanad yang kuat maka sanad yang diteliti mungkin dapat
ditingkatkan kekuatannya oleh mutabi’ tersebut. Untuk mengetahui, apakah suatu
sanad memiliki syahid atau mutabi’, maka seluruh sanad hadis harus ditelusuri. Ini
berarti, takhrij al-hadis harus dilakukan terlebih dahulu. Tanpa dilakukan takhrij
hadis lebih dahulu, maka tidak dapat diketahui secara pasti seluruh sanad untuk
hadis yang sedang diteliti.
d. Untuk menentukan kualitas suatu Hadis
Ibnu Hajar Al-Asqolani menjelaskan bahwa khabar yang tidak mutawatir dapat
dipakai sebagai dasar hukum apabila memenuhi kriteria tertentu. Kriteria tertentu
yang telah ditetapkan oleh para pakar hadis ialah adanya kesahihan sanad dan
matan hadis, yakni segala syarat atau kriteria yang harus dipenuhi oleh sesuatu
sanad dan matan hadis yang berkualitas sahih. Syarat-syarat atau kriteria tersebut
adalah Bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dabit sampai
pada akhir sanad, dan tidak syadz dan ber-illat.9
Akan hal ini, takhrij hadis penting untuk dilakukan terlebih dahulu.
3. Metode takhrij hadits
Dalam upaya pentakhrijan hadits setidakya terdapat 5 metode, yaitu:
a. Takhrij melalui lafal yang terdapat dalam matan hadist.
Metode ini diterapkan ketika kita mengetahui suatu matan hadist baik sebagian
maupun keseluruhan yang terletak diawal, ditengah, diakhir atau dibagian mana
saja dari hadist tersebut.
b. Takhrij melalui lafal pertama matan hadist.
Metode kedua ini bisa dimasukkan pada metode pertama yakni takhrij melalui
lafal yang terdapat dalam matan hadist, sebab keduanya memang menggunakan
lafal matan hadist dalam mentakhrij. Hanya saja sebagia hadist, lafal pertamanya
berupa kata-kata yang tidak termuat pada kamus-kamus atau mu’jam yang
diperlukan untuk mentakhrij dengan metode pertama seperti hadistt yang diawali
dengan kata berupa huruf, nama orang dan beberapa fi’il.
9
Askolan Lubis, “URGENSI METODOLOGI TAKHRIJ HADIS DALAM STUDI KEISLAMAN,” 2016,
17–18, http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ihya/article/download/36/48.
9
c. Takhrij melalui periwayat pertama (sanad pada tingkat sahabat)
Banyak dijumpai baik dalam karangan maupun dalam ceramah, suatu hadist
yang dikutip biasanya disebutkan perawi pertama sebelum matan Hadist kemudian
kolektornya (rawi terakhir) setelah matan hadist atau keduanya diletakkan setelah
matan Hadist. Kalau dijumpai Hadist seperti demikian, maka salah satu cara
mentakhrijnya adalah dengan melalui perawi pertama tersebut.
d. Takhrij melalui tema-tema hadist.
Dalam menerapkan metode ini tentu saja langkah pertama yang dilakukan
seorang pentakhrij adalah menetapkan tema Hadist yang akan ditakhrij. Setelah itu
barulah menelusuri hadist tersebut baik dengan mempergunakan kamus hadist
maupun lansung pada kitab-kitab hadist maupun kitab-kitab lainnya yang
amenuliskan hadist berdasarkan tema-tema tertentu.
e. Takhrij melalui klasifikasi jenis hadist.10
Yang dimaksud klasifikasi hadist adalah pengelompokan Hadist berdasarkan
klasifikasi hadist yang terdapat dalam Ilmu hadist seperti Mutawatir, Shahih Dha’if
dan sebagainya.rnetode berangkat dari pengetahuan Pentakhrij akan suatu hadist
yang padanya didapatkan ciri yang bisa diidentifikasian masuk kesalah satu
klasifikasi hadist. Umpamanya Secara umum dapat dikatakan jika sumber berita itu
dari Allah dinamakan hadits qudsi, jika sumber berita datang dari Nabi disebut
hadits marfu’, jika datangnya sumber berita itu dari sahabat disebut hadits mawquf,
dan jika datangnya dari tabi’in disebut hadits maqthu’.
10
Jon Pamil, “TAKHRIJ HADIST: LANGKAH AWAL PENELITIAN HADIST,” 55.
11
Achmad Hadi Wiyono, Susi Widiasari, and Rismalia Sari, “HISTORISITAS METODE TAHRIJ HADIST
DIGITAL,” Jurnal Staiba 04 Nomor 01 (2020): 38–39.
10
1. Aplikasi احلديثية املوسوعة
Ini merupakan aplikasi yang dibuat oleh دار الس نيةLembaga ilmiah, advokasi,
11
komprehensif, dengan konten bahasa Arab dan
penyebaran global.
Misi : Kepemimpinan dan keunggulan dalam mencari referensi
ilmiah tentang metode Ahl al-Sunnah wa’l-Jama’ah bagi
seluruh umat Islam di seluruh dunia.
Tujuan khusus : Membangun basis data elektronik paling andal dan
terbesar untuk ensiklopedia ilmiah, dan memfasilitasi
akses ke sana melalui teknologi modern.
Tentang aplikasi : Aplikasi lengkap ensiklopedia hadits yang berisi sejumlah
besar kemampuan dan fitur canggih, seperti:
a. Pencarian cepat dan canggih dalam ratusan ribu hadits dengan aturan para
modernis tentangnya.
b. Mengetahui hadits yang benar dan yang lemah serta pokoknya.
c. Penjelasan hadits yang singkat dan mudah.
d. Menggali hadits dari sumber aslinya.
e. Cari Sahih Al-Bukhari dan Muslim tanpa koneksi internet.
f. Cari di hadits yang tersebar luas yang tidak valid tanpa koneksi internet.
g. Opsi untuk menerbitkan materi di jejaring sosial.
h. Tambahkan hadits ke favorit.
i. Dan fitur lainnya.
12
13
b. Lafadz awal/tengah/akhir matan hadits
14
15
c. Takhrij melalui tema-tema hadits
16
17
C. Kelebihan dan Kekurangan Takhrij Hadits Secara Teknologi dengan Aplikasi
الموسوعة الحديثية
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari uraian diatas Takhrij hadits merupakan upaya mengeluarkan hadits dari asalnya
baik matan maupun sanadnya dengan metode tertentu untuk mengetahui kualitas hadits
tersebut. Urgensi dari takhrij hadits antara lain, mengetahui asal usul riwayat hadis yang
akan diteliti, mengetahui seluruh rawi, mengetahui Syahid dan Mutabi’ dalam sanad, untuk
menentukan kualitas suatu Hadits. Sedang dalam metode penelusuran hadits terdapat 5 cara,
pertama dengan input lafadz pertama, input lafadz awal/tengah/akhir matan hadits, input
perawi hadits, input tema hadits dan input klasifikasi hadits.
Dalam penelitian ini dihasilkan mengenai langkah-langkah takhrij hadits dengan 3
metode yaotu input lafadz pertama, input ladaz dalam matan hadits, input tema hadits.
Selain itu juga terdapat kelebihan aplikasi takhrij ini dan kekurangannya serta diberikan
solusi untuk pembaharuan aplikasi tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Hadi Wiyono, Susi Widiasari, and Rismalia Sari. “HISTORISITAS METODE TAHRIJ
HADIST DIGITAL.” Jurnal Staiba 04 Nomor 01 (2020).
Ahmad Izzan. Studi Takhrij Hadis Kajian Tentang Metodologi Takhrij Dan Kegiatan Penelitian
Hadis (Seri Kajian Alquran). Bandung: Tafakur, 2012.
Andi Rahman. “Pengenalan Atas Takhrij Hadis.” Riwayah: Jurnal Studi Hadis 2 Nomor 1
(2016).
Askolan Lubis. “URGENSI METODOLOGI TAKHRIJ HADIS DALAM STUDI
KEISLAMAN,” 2016. http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ihya/article/download/36/48.
Jon Pamil. “TAKHRIJ HADIST: LANGKAH AWAL PENELITIAN HADIST.” Jurnal
Pemikiran Islam 37 No. 1 (2012).
Mohammad Maulana Nur Kholis. “Hukum Mengamalkan Hadits Dhaif Dalam Fadhail A’mal:
Studi Teoritis Dan Praktis.” Al-Tsiqoh: Islamic Economy and Da’wa Journal 1(02) (2016).
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:odf2yRbBdNsJ:https://e-
journal.ikhac.ac.id/index.php/altsiq/article/download/
159/114+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id.
Mulyani, Fitri, and Nur Haliza. “Analisis Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
(Iptek)Dalam Pendidikan.” JPdK JURNAL PENDIDIKAN Dan KONSELING 3 Nomor 1
(2021).
Nashih Nashrullah. “3 Amalan Populer Dengan Hadits Dhaif, Apa Sikap Kita?,” n.d.
https://www.republika.co.id/berita/qqg0sh320/3-amalan-populer-dengan-hadits-dhaif-apa-
sikap-kita.
Septi Aji Fitra Jaya. “Al-Qur’an Dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam.” INDO-ISLAMIKA 9
No. 2 (2019).
20