Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EVALUASI DAN MONITORING

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Perencanaan Pembangunan

Dosen Pengampu: Dr. Dadang Kuswana M. Ag

Kelompok 1:
Afif Muhammad Fachri (1174040002)
Ai Nelis Fitriani (1174040006)
Anggraeni Seltiawati (1174040013)
Anshori Abdul Jabbar (1174040015)
Deni Arisandi (1174040028)
Dzikry Muhammad Zakky (1174040036)
Diki Darojat (1174040032)

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Dalam pelaksanaan evaluasi dan monitoring dimaksudkan sebagai suatu kegiatan


penilaian dan observasi antara peraturan yang telah ditetapkan, serta untuk memastikan dan
mengendalikan keserasian pelaksanaan program dan kegiatan dengan perencanaan yang
telah ditetapkan dalam rencana.

Dalam pelaksanaan ini terbagi menjadi tiga kategori. Kategori tersebut adalah
pembinaan, pengendalian, dan pengawasan. Penetapan kategori ini didasarkan atas kondisi
laporan hasilproses belajar mengajar yang disampaikan kepada pemerintah, dimana dari
analisis laporan tersebut dapat diketahui program studi mana yang aktif, tidak lengkap,
tidak aktif. Setiap program studi akan diberikan instrumen itu sesuai dengan kategori yang
telah ditentukan dan hasilnya akan dievaluasi melalui penilaian kualitas program yang
dilakukan dengan metode yang sesuai untuk meningkatkan kualitas operasional program
dan kegiatan yang berkontribusi penting.

Oleh sebab itu pelaksanaan itu dilakukan secara terintegratif dengan menyusun
rencana sasaran, mendesain intrumen evaluasi, melakukan observasi dilapangan, kemudian
menganalisis hasilnya diharapkan dapat memberi gambaran tentang cerminan terhadap
output kualitas operasional program, kegiatan, dan layanan, tetapi sekaligus juga untuk
mengetahui apakah indikator keberhasilan program dan kegiatan sesuai dengan hasil yang
diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tahap evaluasi dan monitoring dalam perencanaan dan
pembangunan?
2. Bagaimana tujuan dilaksanakaanya evaluasi dan monitoring?
3. Bagaimana tahapan-tahapan dalam evaluasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi evaluasi dan monitoring
2. Untuk mengetahui tujuan evaluasi dan monitoring
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan evaluasi
BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Evaluasi dan Monitoring

Monitoring merupakan kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan


rencana, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau
akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.Hasil akhirnya adalah
Pelaporan.

Pengendalian adalah serangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang cepat


dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan. Hasil akhirnya berupa Tindakan/Keputusan.
Evaluasi merupakan proses menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan,
kebijakan, atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian yang seobyektif dan
sesistematik mungkin terhadap sebuah intervensi yang direncanakan, sedang
berlangsung atau pun yang telah diselesaikan. Evaluasi menurut PP 39/2006, adalah
Rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan
hasil (outcome) terhadap rencana dan standar yang telah ditetapkan. Masukan untuk
perencanaan yang akan datang.
Menurut PP 39/2006, disebutkan bahwa Monitoring merupakan kegiatan rutin,
sedang berjalan dan internal, dipergunakan untuk mengumpulkan informasi terhadap
keluaran, hasil dan indikator yang akan dipergunakan untuk Mengevaluasi kinerja
program. Evaluasi dilakukan secara periodik dan berkala, menganalisis data yang telah
diperoleh dari Monitoring untuk memberikan penilaian atas pelaksanaan rencana, dan
sebagai umpan balik periodik kepada pemangku kepentingan utama.
Evaluasi berdasar SPPN Pasal 29 UU No 25/2004 Tentang SPPN: Pimpinan
Kementerian/ Lembaga melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan
Kementerian/ Lembaga periode sebelumnya dan Pimpinan Satuan Kerja Perangkat
Daerah melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan Satuan Kerja
Perangkat Daerah periode sebelumnya. Adapun proses Evaluasi Pasal 29 UU No
25/2004 Tentang SPPN: Menteri/ Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana
pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan Kementerian/ Lembaga dan
evaluasi Satuan Kerja Perangkat Daerah. Manfaat Evaluasi menjadi bahan bagi
penyusunan rencana pembangunan Nasional/ Daerah untuk periode berikutnya.
Idiom monitoring dan evaluasi telah menjadi kesatuan kata yang lazim dalam
diskursus pembangunan di Indonesia. Monitoring dan evaluasi juga telah menjadi
bagian integral dari alur pembangunan semenjak formulasi (perencanaan),
implementasi hingga evaluasi yang dalam konteks pembangunan di Indonesia termasuk
di dalamnya monitoring, pengendalian dan pelaporan sebagai instrumennya.
Monitoring yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa Inggris
yang juga dilafalkan sama, memiliki padanan kata atau dapat ditransliterasi sebagai
pemantauan. Menurut Wikipedia (2012), monitoring dapat disebut sebagai proses
pengumpulan data dan pengukuran kemajuan objektif suatu program. Monitoring
memantau pelaksanaan program agar proses dan keluaran sesuai dengan perencanaan.
Dari proses ini akan diperoleh informasi mengenai status dan kecenderungan
pelaksanaan program sehingga hal-hal eksternalitas di luar perencanaan dapat disiasati.
Monitoring dilakukan sebagai usaha memastikan apakah program yang telah
direncanakan telah berjalan dengan baik serta mengidentifikasi faktor-faktor
penghambat pelaksanaan program. Suryana (2012) mendefinisikan monitoring sinonim
dengan pengendalian, agar hasil (output) perencanaan dihasilkan dari proses
implementasi yang sesuai rencana.

Sementara itu Muktiali (2009) dengan mengutip sejumlah sumber telah


mengkompilasi sejumlah definisi monitoring, diantaranya menurut Hewitt dan Ojha.
Menurut Hewitt monitoring merupakan aktivitas internal program yang dirancang
untuk memperoleh umpan balik (feedback) dari perkembangan proses implementasi
umumnya berbentuk masalah yang dihadapi untuk mewujudkan efisiensi implementasi.
Bila Hewitt berharap monitoring dapat mendorong efisiensi implementasi, Ojha lebih
menekankan pada informasi terjadinya eksternalitas (efek samping) dari implementasi
program baik eksternalitas positif maupun negatif. Informasi ini menurut Ojha berguna
untuk menyusun langkah antisipatif agar sumberdaya program dapat mewujudkan hasil
(output) sesuai rencana.

Sebagaimana banyak ahli, baik Hewitt maupun Ojha tidak dapat memisahkan
definisi dan praktik monitoring dengan evaluasi. Evaluasi menurut Hewitt merupakan
proses penilaian kinerja terhadap pencapaian tujuan program. Penilaian sebagai hasil
evaluasi oleh Hewitt dikonsentrasikan untuk memberikan umpan balik (feedback)
untuk peningkatan kualitas kinerja program melalui perencanaan-lanjutan yang
dilakukan. Perencanaan-lanjutan yang dilakukan diharapkan lebih sempurna ketimbang
perencanaan-awal karena umpan balik (feedback) evaluasi akan meminimalisasi
dampak negatif yang sebelumnya belum diantisipasi dalam perencanaan-awal. Sistem
evaluasi yang baik, karena itu, menurut Hewitt akan menghasilkan keuntungan bagi
program karena dampak negatif program dapat sedini mungkin ditekan. Ekuivalen
dengan Hewitt, Ojha juga menyebutkan bila evaluasi dapat digunakan untuk
mengidentifikasi dampak dan efek buruk dari perencanaan dan implementasi program
yang dapat dihindari pada perencanaan program berikutnya.

Secara epistemologis, definisi-definisi monitoring dan evaluasi umumnya


banyak mendasarkan harapan bahwa hasil-hasil monitoring dan evaluasi akan menjadi
masukan (inputs) bagi perencaan program. Meski demikian, sejumlah ahli seperti
Suryana dengan mengutip berbagai sumber juga membahas tujuan monitoring sebagai
pengawasan (supervisi).

Usaha untuk menjernihkan kerancuan epistemologi monitoring dan evaluasi


dalam praktik juga telah disadari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN).
Kemen PAN (2005: 2-4) telah merilis modul Pelatihan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Institusi Pemerintah (LAKIP). Kemen PAN dengan tegas membedakan antara evaluasi
dengan audit (pengawasan) dan penelitian (riset) meskipun Kemen PAN
mensinonimkan evaluasi dengan akuntabilitas (pertanggungjawaban). Menurut Kemen
PAN audit dilakukan melalui suatu analisis yang kritis dan investigatif atas proses dan
hasil-hasil yang dicapai instansi pemerintah dengan menggunakan ukuran-ukuran
(kriteria) yang telah distandarisasikan. Auditing berfokus pada pengujian kebenaran
atas dokumen dan bukti-bukti dasar yang mendukung suatu informasi/laporan yang
disampaikan. Pada banyak penerapan, auditing seringkali disederhanakan sebagai
evaluasi terhadap pelaporan akuntansi anggaran.

Perbedaan antara evaluasi dan riset dapat diidentifikasi dari karakteristik aktor
dan perannya. Riset, misalnya, harus dilakukan dengan sikap ilmuwan yaitu berpikir
dan bersikap ilmiah antara lain sikap-sikap rasional, konsepsional, asli (orisinil),
obyektif, netral, dan selalu mencari keberaran ilmiah. Sedangkan evaluasi lebih
cenderung pada pragmatisme praktik, bersikap kooperatif dan persuasif. Sayangnya
Kemen PAN tidak menjelaskan lebih lanjut, sikap kooperatif evaluator ini sebagai satu
sikap yang baik atau justru menjadi sikap yang buruk. Sebagai sebuah sikap, semestinya
sikap evaluator tak ubahnya periset. Ia (atau mereka) harus juga memiliki sikap
rasional, obyektif, netral dan berorientasi pada kebenaran. Sikap ini diperlukan karena
pekerjaan evaluasi sesungguhnya merupakan pekerjaan yang hendak memotret kondisi
apa adanya. Dari objektivitas evaluasi inilah sesungguhnya tujuan evaluasi sebagai
rekomendasi (feedback) program apalagi sebagai pengawasan (audit) akan memperoleh
hasil yang optimal.

Di samping monitoring dan evaluasi, PP No. 39 Tahun 2006 juga mengatur


mengenai pengendalian, pemantauan dan pelaporan. Dengan demikian PP No. 39
Tahun 2006 membedakan definisi monitoring dengan pengendalian dan pemantauan.
Pengendalian menurut PP No. 39 Tahun 2006 adalah tindakan manajerial yang
dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan. Sementara pemantauan didefinisikan sebagai kegiatan
mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta
mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil
tindakan sedini mungkin. Pemantauan bertujuan untuk mengamati/mengetahui
perkembangan kemajuan, identifikasi dan permasalahan serta antisipasi/upaya
pemecahannya.

Dari definisi-definisinya, sesungguhnya pengendalian dan pemantauan menjadi


bagian integral dengan monitoring. Bersamaan dengan pelaksanaan monitoring
pengendalian dan pemantauan sekaligus dapat dilaksanakan. Dapat disebut, secara
epistemologis pengendalian dan pemantauan adalah peran dan fungsi yang diemban
monitoring.

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi dan Monitoring


Tujuan monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan, antara lain:

● Untuk menjamin terlaksananya kebijakan, program dan proyek sesuai


dengan target dan rencana yang telah ditetapkan (on Track – on Schedulle)
● Agar ada umpan balik terhadap kebijakan, program dan proyek, untuk
diteruskan dilanjutkan dengan perbaikan atau dihentikan
● Untuk membantu pemangku kepentingan belajar lebih banyak mengenai
kebijakan, program dan proyek
● Agar kebijakan, program dan proyek mampu mempertanggungjawabkan
penggunaan dana publik (akuntabilitas)

Bila monitoring fokus pada usaha mengendalikasi pelaksanaan program


(proses)—sehingga bagi sebagian kalangan monitoring sinonim dengan pengendalian,
evaluasi sebagai idiom kembar monitoring fokus pada usaha untuk menilai apakah
proses dan pelaksanaan program telah sesuai dengan perencanaan termasuk
mengidentifikasi bila terjadi penyimpangan. Hasil-hasil monitoring dapat melengkapi
hasil-hasil evaluasi, yakni memberi penilaian atas proses (sebagai unit analisis
monitoring dan evaluasi) atau hasil (sebagai unit analisis evaluasi) untuk kemudian
merumuskan rekomendasi, solusi, alternatif tindakan (bagi perencanaan selanjutnya),
termasuk mengadili pelanggaran yang terjadi.

Mengutip Dunn, Suryana (2012) menyebut bahwa monitoring berfungsi untuk:

a. Ketaatan (compliance). Monitoring bertujuan untuk mengukur tindakan


administrator, staf, dan semua yang terlibat dalam program apakah sesuai
dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
b. Pemeriksaan (auditing). Monitoring juga sekaligus berfungsi sebagai alat (tools)
untuk memeriksa terjadinya penyimpangan, atau dalam konteks Indonesia,
penyimpangan identik dengan penyalahgunaan anggaran alias korupsi.
c. Laporan (accounting). Instrumen monitoring sesungguhnya laporan, atau output
dari monitoring berbentuk laporan. Namun dalam konteks ini, laporan bukanlah
berbentuk kertas kerja (worksheet) belaka, melainkan bermakna sebagai
reportase yang berisi deskripsi implementasi program.
d. Penjelasan (explanation). Sebagaimana laporan, hasil monitoring yang baik harus
mampu tidak hanya mendeskripsikan, tetapi juga menjelaskan bukan hanya apa
tetapi bagaimana dan mengapa objek monitoring menjadi demikian.
Masih dalam kerangka supervisi, Suryana (2012) menyebutkan bahwa aspek pengawasan
dalam monitoring akan berdampak terhadap kinerja aparatur, yakni:
a. Meningkatkan rasa tanggungjawab aparatur yang diberi amanat melaksanakan
program.
b. Mengarahkan aparatur pelaksana melaksanakan program sesuai prosedur yang
direncanakan.
c. Mencegah terjadinya penyimpangan dan kegagalan pelaksanaan program.
d. Memperbaiki pelaksanaan program yang tak sesuai rencana sebagai bentuk
tindakan efisiensi untuk menghindari kerugian yang lebih besar.

Fokus utama evaluasi adalah untuk menghasilkan simpulan dalam bentuk


umpan balik (feedback) bagi pimpinan dan staf sehingga dapat terus mengarahkan
pencapaian visi yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan bukan hanya sekedar
membandingkan antara yang terjadi dengan yang seharusnya, akan tetapi lebih jauh lagi
dengan mengaitkannya terhadap kondisi lingkungan secara utuh. Untuk itu, evaluasi
memanfaatkan informasi-informasi yang bukan hanya berasal dari instansi yang
dievaluasi, akan tetapi informasi dari sumber lain juga akan sangat berguna untuk
memperkuat simpulan hasil evaluasi. Pengumpulan data di luar yang tersedia pada
instansi yang diperiksa dapat dilakukan melalui suatu tahap-tahapan penelitian.

Pada intinya pengendalian dan evaluasi pada tahap ini adalah untuk memastikan
bahwa penyusunan perencanaan pembangunan untuk tahun rencana dapat tepat sasaran
dan betul-betul bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dengan cara memetakan
permasalahan yang dihadapi berdasarkan hasil kinerja tahun sebelumnya dan prediksi
keadaan tahun berjalan hingga dua tahun kedepan sehingga dapat diputuskan program
dan kegiatan apa yang akan dipilih untuk dilaksanakan. Satu hal yang terpenting bahwa
dalam penyusunannya harus selalu berpedoman dan mengacu pada dokumen
perencanaan di atasnya baik itu dokumen perencanaan kabupaten itu sendiri maupun
dokumen perencanaan propinsi dan nasional.

3. Tahapan-tahapan Evaluasi
Dalam Penjelasan PP Nomor 36 Tahun 2006 disebutkan bahwa pelaksanaan evaluasi
dilakukan pada berbagai tahapan yang berbeda, yaitu;
a. Evaluasi pada Tahap Perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilakukan sebelum
ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan
menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara
mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya;
b. Evaluasi pada Tahap Pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat
pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan
pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya, dan
c. Evaluasi pada Tahap Pasca-Pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang
dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk
melihat apakah pencapaian (keluaran/hasil/dampak) program mampu mengatasi
masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk
menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil
dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan)
dari suatu program.

Salah satu prinsip evaluasi adalah keberlanjutan (sustainability) yakni evaluasi harus dapat
menjawab pertanyaan:
a. apa yang terjadi dengan program/kegiatan setelah aktivitasnya selesai;
b. bagaimana target group dapat melakukan aktivitas;
c. bagaimana pengelolaan pekerjaan bila pendanaan program/ kegiatan selesai;
d. apakah program akan dilanjutkan, bagaimana rencana pendanaannya.

Kriteria keberlanjutan meliputi kriteria: teknis, manajerial, sosial, dan finansial.

a. teknis, apakah teknologi dan metode yang dikembangkan dalam pelaksanaan


program telah sesuai. Apakah bahan baku dan peralatan yang diperlukan dapat
diadakan dan dipelihara sendiri oleh penerima manfaat (beneficiaries);

b. manajerial: siapa yang bertanggung jawab untuk mengelola hasil program yang
telah selesai dilaksanakan;
c. sosial: apakah manfaat program akan terus diterima masyarakat setelah program
selesai dilaksanakan;
d. finansial: bagaimana menutup biaya operasi dan pemeliharaan jika pelaksanaan
program dihentikan.

Sementara itu UU No 25 Tahun 2004 Tentang SPPN mengatur beberapa norma kedudukan
pimpinan lembaga dalam monitoring dan evaluasi, yaitu:
1. Pimpinan Kementerian/Lembaga melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan
rencana pembangunan Kementerian/Lembaga periode sebelumnya;
2. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah melakukan evaluasi kinerja
pelaksanaan rencana pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah periode
sebelumnya;
3. Menteri/Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan
hasil evaluasi pimpinan Kementerian/Lembaga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan evaluasi Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2);
4. Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi bahan bagi
penyusunan rencana pembangunan Nasional/Daerah untuk periode berikutnya
(UU No. 25 Tahun 2004 Pasal 29).

Fokus PP Nomor 39 Tahun 2006 adalah pengendalian dan evaluasi terhadap


kegiatan Pemerintah Pusat, yang merupakan dana Kementerian/Lembaga (pusat),
dekonsentrasi (provinsi), dan tugas Pembantuan (kabupaten/kota). PP Nomor 39
Tahun 2006 tidak mengatur evaluasi kegiatan daerah yang dibiayai dana
desentralisasi.
Secara normatif, evaluasi pelaksanaan pembangunan di Indonesia dilakukan
melalui studi yang disebut sebagai Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah. Evaluasi LAKIP oleh Kemen PAN (2005: 8) didefinisikan sebagai
aktivitas analisis kritis, penilaian yang sistematis, pemberian atribut, pengenalan
permasalahan serta pemberian solusi untuk tujuan peningkatan kinerja dan
akuntabilitas instansi pemerintah. Evaluasi LAKIP dilakukan untuk tujuan:
a. Untuk memberikan analisis kritis dan penilaian terhadap implementasi sistem
AKIP.
b. Untuk memberikan saran perbaikan terhadap implementasi sistem AKIP.
c. Memberikan saran ataupun rekomendasi yang penting guna peningkatan kinerja
organisasi instansi dan peningkatan akuntabilitasnya.

Sementara metode evaluasi LAKIP dapat dilakukan dengan memfokuskan pada lingkup
sebagai berikut;
a. Penelaahan terhadap Perencanaan Strategis dan Sistem Pengukuran Kinerja;
termasuk didalamnya perencanaan kinerja.
b. Penelaahan terhadap penyajian dan pengungkapan informasi kinerja dalam
LAKIP.
c. Evaluasi terhadap Program-program dan kegiatan-kegiatan;
d. Evaluasi terhadap Kebijakan instansi pemerintah yang bersangkutan.
Diantara jenis-jenis evaluasi yang dilakukan pemerintah terhadap proses
dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia, evaluasi melalui model LAKIP ini
dapat disebut sebagai model monitoring dan evaluasi yang bertujuan hendak
melakukan telaahan terhadap kinerja pembangunan untuk merumuskan
rekomendasi bagi perencanaan program, bukan sekedar evaluasi yang bermakna
pengawasan (audit) sebagaimana evaluasi yang dilakukan oleh Inspektorat, Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Rencana Pembangunan
http://perencanaan.ipdn.ac.id/kajian-perencanaan/kajian-
perencanaan/monitoringdanevaluasiperencanaanpembangunan
https://bappeda.slemankab.go.id/pengendalian-dan-evaluasi-dokumen-perencanaan-
pembangunan.slm
https://www.google.com/amp/s/hastiyanto.wordpress.com/2018/01/25/monitoring-
dan-evaluasi-dalam-perencanaan-pembangunan/amp/

Anda mungkin juga menyukai