Anda di halaman 1dari 28

PERAN USTADZ ONDI SUTARDI DALAM PENGEMBANGAN

MASYARAKAT ISLAM

LAPORAN PENELITIAN PROJECT MINI RISET

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester pada mata kuliah


Metodologi Dakwah

Disusun oleh:

Dzikry Muhammad Zakky (NIM 1174040036)


(Pengembangan Masyarakat Islam 3A)

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan anugrah-Nya saya
dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad saw yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Laporan Penelitian ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu


tentang konsep dan metode dakwah yang kami sajikan berdasarkan pengamatan
dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai
hambatan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran terutama pertolongan dari Allah swt akhirnya
laporan penelitian ini dapat terselesaikan.

Laporan Penelitian ini memuat tentang “peran ustadz Ondi Sutardi dalam
pengembangan masyarakat islam” yang sangat berguna bagi para pembaca untuk
menambah wawasan yang lebih luas. Walaupun laporan penelitian ini mungkin
kurang sempurna, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan membimbing dalam penyusunan laporan penelitian ini, sehingga
saya dapat mengerti dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun laporan penelitian ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.

Bandung, 06 Janauari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................i


DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................1
B. Fokus Penelitian.........................................................................3
C. Tujuan Penelitian........................................................................3
D. Kerangka Pemikiran...................................................................3
E. Metodologi Penelitian................................................................5
F. Kerangka Analisis.......................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................8


A. Pengertian Dakwah dan Hukum Berdakwah.............................8
B. Teori Peran................................................................................10
C. Peran Subyek Dakwah..............................................................11
D. Tujuan dan Materi Dakwah.......................................................13
E. Metode dan Media Dakwah.......................................................14
F. Konsep Dakwah ........................................................................14

BAB III PEMBAHASAN............................................................................16


A. Sejarah Berdirinya Yayasan Al-Barakah .................................16
B. Sejarah Singkat Ustadz Ondi Sutardi........................................16
C. Konsep Dakwah Ustadz Ondi Sutardi.......................................18
D. Metode Dakwah Ustadz Ondi Sutardi .....................................19

BAB IV PENUTUP....................................................................................23
A. Kesimpulan...............................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada suatu masyarakat Islam, seorang ustadz atau kyai menempati sosial
keagamaan yang penting, suatu pesantren atau lembaga pendidikan yang ia miliki
bisa disebut sebagai suatu wilayah yang dapat melakukan sebuah perubahan
sosial, karena ustadz merupakan salah satu tokoh yang paling penting dari suatu
pesantren. Bahkan ia merupakan pendirinya, sudah sewajarnya pertumbuhan suatu
pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi ustadz atau
kyainya. Sebagai panutan masyarakat, kyai memainkan peran sentral dalam
masyarakat. Selain hal demikian, kyai juga adalah pemegang kekuasaan tertinggi
di pesantren, kyai berfungsi menerjemahkan nilai- nilai dari luar pesantren ke
dalam komunitas lingkungan pesantren.

Kyai bagi suatu masyarakat sangat disegani dan menjadi tumpuan dalam
segala aktivitas kehidupan masyarakat. Sehingga ide- idenya dan pemikirannya
selalu ditiru dan perilakunya dijadikan pigur yang teladan. Akan tetapi syarat
seorang bisa dianggap sebagai kyai bagi masyarakat, terutama masyarakat
Bandung tidaklah mudah. Apalagi sampai pemikirannya dapat ditiru dan
diamalkan dalam kehidupan sehari- hari. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang dapat dikatakan kyai besar, yaitu :

a. Pengetahuan

b. Kesolehan

c. Keturunan

d. Jumlah Murid.

Seorang kyai dan ulama tentu berbeda, perbedaan yang mendasar antara
kyai dan ulama adalah gelar seorang kyai biasanya dipakai untuk memimpin

1
sebuah pesantren yang memiliki pengetahuan agama dan lebih dikenal dan
dijuluki oleh masyarakat, sedangkan gelar seorang ulama sudah harus memiliki
pengetahuan agama yang luas dan mempunyai fatwa bagi masyarakat, oleh karena
itu sering disebut sebagai ahli pengetahuan agama dikalangan pesantren gelar
ulama juga dapat dikatakan sebagai pemimpin. Maka biasanya banyak dari
kalangan masyarakat lebih percaya kepada seorang kyai atau ulama untuk
memimpin dan menjadi patokan untuk memecahkan suatu persoalan yang ada
disekitar masyarakat.

Kepemimpinan ulama banyak di doktrin oleh ajaran- ajaran agama, seperti


tarekat. Dari sekian banyak kyai yang menjadi doktrin tentang guru agama, di
antaranya adalah Ustadz Ondi Sutardi, pada tahun 1955, Ustadz Ondi Sutardi
berusaha mendirikan yayasan untuk memajukan ummat dari keterbelakangan
yang mereka alami. Beliau berkeyakinan harus dimulai dari pendidikan.
Pendidikan di kampung Gudang Sikat, sangat ketinggalan sekali, hal ini terlihat
tidak ada sebuah sekolah pun dikampung itu.

Ibarat pepatah “Berenang sambal minum air”. Mungkin itu yang pantas
disematkan pada diri Ustadz Ondi Sutardi. Sebelum kehadiran beliau, didesa Pasir
Biru, tengah memiliki persoalan yang sangat kompleks. Adat istiadat lama yang
tumbuh di masyarakat pada waktu itu diantaranya penuh dengan maksiat mulai
dari judi, sambung ayam dan bentuk- bentuk kesenian yang menuju pada tindakan
amoral seperti ronggengan dan masih banyak lagi tingkah laku yang tidak sesuai
dengan ajran- ajaran islam, belum lagi persoalan ekonomi yang waktu itu masih
dalam pengaruh penjajahan belanda. Dalam situasi seperti itu Ustadz Ondi Sutardi
mengambil peran penting di dalam mengembangkan masyarakat islam, yaitu
sebagai pemimpin ummat untuk mencerdaskan dan mengembangkan Islam di
Desa Pasirbiru Kec. Cibiru Bandung.

Menurut Ustadzah Rina Kurniawati, yang merupakan masih cucu dari


beliau (yang sekarang menjadi guru di TK Al-Manar Cibiru) bahwa peran ustadz
Ondi Sutardi mempunyai beberapa tujuan yaitu : perkembangan, persiapan,
pembinaan dan peningkatan keagamaan.

2
Dalam bidang pendidikan, perannya tidak kalah penting bagi masyarakat,
khususnya masyarakat di daerah Cibiru Bandung. Contohnya dengan adanya
ta’lim- ta’lim para bapak- bapak, ibu- ibu, remaja dan TPA Al-Barokah. Dengan
demikian sangat begitu jelas peran dari seorang tokoh masyarakat yaitu Ustadz
Ondi Sutardi sebagai figur yang baik di masyarakat.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan pendahuluan diatas dan pembahasan tentang Ustadz Ondi


Sutardi itu sangat luas, maka perlu ditentukan fokus penelitian pada bahasan
“Peran Dakwah Ustadz Ondi Sutardi Dalam Pengembangan Masyarakat di Kec.
Cibiru Bandung”. Dari fokus tersebut dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep dakwah Ustadz Ondi Sutardi dalam pengembangan


masyarakat Islam Pasirbiru.

2. Metode apa yang dikembangkan Ustadz Ondi Sutardi dalam


pengembangan masyrakat Islam Pasirbiru.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsep dakwah Ustadz Ondi Sutardi di Desa


Pasirbiru tentang pengembangan masyarakat islam.

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan ustadz Ondi Sutardi di Desa


Pasirbiru dalam pengembangan masyarakat islam Pasirbiru.

D. Kerangka Pemikiran

Kegiatan berdakwah bukanlah semata-mata suatu ilmu yang diajarkan atau


seni yang dipelajari bahkan bisa lebih dari itu. Kecakapan berdakwah lebih
banyak sebagai anugrah dan karunia yang Allah berikan kepada orang-orang yang
Dia kehendaki. Juru-juru dakwah dalam setiap gerak-geriknya menjadi sorotan
dan evaluasi umat, apabila da’i dalam melakukan hal-hal yang kurang berkenan
dimata umat, maka umat menjadi resah dan gelisah.

3
Gerak dakwah merupakan salah satu kegiatan yang dijadikan sebagai
pelatihan dan pembekalan yang memberi wawasan luas bagi para pelajar atau
santri sebagai kader da’i karena dalam menguraikan materi dakwah serta dapat
mengembangkan potensi yang telah mereka miliki. Dalam pengertiannya,
kegiatan pidato atau ceramah yang ditekankan pula dengan istilah baru mencakup
kegunaan yang luas yaitu seni keoratoran, diucapkan atau dituliskan. Dengan
demikian kemampuan tentang pengetahuan yang paling dominan dalam retorika
atau berpidato menurut Toto Tasmara (1997:137) adalah sebagai berikut :
Pengetahuan bahasa, Pengetahuan atas materi, Kelincahan logika, Pengetahuan
atas jiwa massa, dan Pengetahauan atas sistem budaya masyarakat.

Secara definitive, pengertian da’i sendiri adalah orang yang mengirim


pesan keislaman, da’i harus berusaha merumuskan isi pesan sesuai dengan apa
yang terkandung dengan pikirannya secara jelas, gambling dan mudah dimengerti.
Maka da’i harus memiliki sikap empatik, artinya da’i harus menempati jati diri
para penerima pesan (mad’u).

Pada dasarnya tugas pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas


Rasulullah Muhammad SAW, beliau adalah pewaris nabi (warasatul anbiya) yang
berarti harus menyampaikan ajran-ajaran Allah SWT, seperti termuat dalam Al-
Quran yang 30 Juz 114 surat (Muhammad Sayyid Al-Wakil, 2003:9).

Kalau meminjam dalam peristilahan dalam ilmu komunikasi, da’i dapat di


kategorikan sebagai komunikator yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan
informasi-informasi dari sumber melalui saluran yang sesuai pada kominikan.
Untuk menjadi seorang komunikator yang baik maka dituntut suatu kreadibilitas
yang tinggi yaitu suatu tingkat kepercayaan yang tinggi dari komunikasinya.
Karena komunikator yang baik adalah komunikator yang mampu menyampaikan
informasi atau pesan kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan (Toto
Tasmara, 1997:9).

Dalam memberikan materi dakwah, seorang da’i bukan saja mengetahui


pengetahuan umum tetapi ia juga harus mempunyai akhlaq yang mulia yang

4
tinggi. Mampu menerangkan, menarik simpati dan menggerakan audies (mad’u).
Oleh karena itu usaha yang perlu mendapatkan perhatian, bagaimanakah cara
membina unsur “who” (rethor, orator, speaker, author). Adapun syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang da’i/orator : Memiliki status sosial
tertentu, Sebagai manusia pemikir dan pelaksana, Menguasai manusia dan
pelaksana, Menguasai metode/tehnik penyampaian yang baik, dan Integrasi
dengan masyarakat (T.A Latief Rosyidi, 1989:301).

E. Metodelogi Penelitian

Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah sebagai


berikut :

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Desa Pasirbiru yang beralamat di Jl. Kosambi


Cibiru Bandung. Alasan memilih lokasi ini adalah karena disana terdapat masalah
yang objektif untuk diteliti yakni tentang efektivitas peran ustadz Ondi Sutardi
dalam pengembangan masyarakat Islam.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif


karena penelitian ini menggambarkan secara jelas mengenai peran ustadz yaitu
metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah- masalah yang ada pada
masa sekarang, yakni mengenai efektivitas peran ustadz Ondi Sutardi dalam
pengembangan masyarakat Islam dalam hal ini data tersebut mula- mula disusun,
dijelaskan dan dianalisis.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tersebut terbagi kedalam dua sumber data :
sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber Data Primer

5
Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini yaitu ustadz Ondi
Sutardi, yang berhubungan langsung dengan penelitian ini yaitu
masyarakat dan seluruh jama’ah masjid Al-Barokah.

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu suatu data yang menjadi pendukung dalam penelitian, seperti :


pembinaan santri putrinya, yaitu ustadzah Rina Kurniawati dan juga
beberapa orang staf pengajar masjid Al-Barokah.

4. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini merupakan perumusan masalah yang


mencakup :

a. Data tentang konsep ustadz Ondi Sutardi dalam pengembangan


masyarakat islam Pasirbiru

b. Data tentang metode yang dikembangkan ustadz Ondi Sutardi dalam


pengembangan masyarakat islam Pasirbiru

5. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah


sebagai berikut :

a. Observasi

Yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian.

b. Wawancara

Wawancara sering disebut dengan interview merupakan alat pengumpulan


data secara langsung bercakap- cakap dan bertatap muka. Hal tersebut dilakukan
untuk memastikan apa yang telah dilihat melalui observasi. Sehingga didapatkan
data yang valid dan akurat. Yang dilakukan adalah mengajukan beberapa
pertanyaan secara terstruktur pada sumber data. Wawancara dilakukan dengan
salah satu pengurus DKM Masjid Jami’ Al-Barokah. Tujuannya untuk

6
mendapatkan data dan informasi yang lebih rinci mengenai data yang
berhubungan dengan penelitian.

F. Kerangka Analisis

Setelah data-data terkumpul seluruhnya maka data tersebut di analisis


melalui pendapat yang rasional, baik dari data primer ataupun data sekunder yang
bersifat kualitatif maupun yang bersifat kuantitatif dengan penyusunan sebagai
berikut :

a. Mengumpulkan data, yaitu langkah yang dilakukan dengan


mengumpulkan data dan informasi tentang efektivitas kegiatan
pengembangan masyarakat Pasirbiru.

b. Klasifikasi data sesuai data yang dibutuhkan yaitu mengelompokan data


dan informasi dengan berdasarkan sifat jenisnya, dan memilih atau
menghilangkan data-data dan informasi yang tidak dibutuhkan.

c. Verifikasi data, tahap ini dilakukan untuk uji validitas penelitian


mengenai efektivitas kegiatan pengembangan masyarakat Pasirbiru.

d. Menarik Kesimpulan, merupakan langkah terakhir dari penelitian, dari


data dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil dari observasi,
wawancara (kualitatif), dan pengolahan data (kuantitatif), maka bisa ambil
suatu kesimpulan untuk memperoleh gambaran kecil tentang penelitian
ini, yaitu tentang bagaimana tingkat keefektivitasan kegiatan
pengembangan masyarakat Pasirbiru.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DAKWAH DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

A. Pengertian dan Hukum Berdakwah

Secara umum dakwah yaitu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada
situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran islam, atau proses mengajak manusia
kejalan Allah yaitu Al-Islam. Dakwah juga merupakan fenomena dalam suatu
masyarakat muslim yang menimbulkan terbentuknya masyarakat. Fenomena
dakwah islam merupakan suatu hal yang besar, yaitu bagaimana menjelaskan dan
menganalisis prinsip-prinsip Islam yang begitu luas dinyatakan dalam konteks
sosial yang berbeda-beda.

Menurut pendapat Bakhial Khauli (1996), dakwah adalah satu proses


menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari
satu keadaan ke keadaan lain. Dakwah juga adalah kewajiban pokok umat Islam
yang ruang lingkupnya sangat luas, yang sering diabaikan oleh umat Islam itu
sendiri (Fuad Amsari,1993:160). Setiap umat Islam, harus memiliki peran dakwah
yaitu menyebarkan kebenaran ajaran Islam kepada lingkngan sekitarnya. Perintah
untuk melakukan amar ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar sudah merupakan
dalil yang baku yang harus dilakukan oleh umat Islam walaupun sampai bentuk
fisik (jihad), itu telah menjadi bagian dari prinsip Islam. Semua itu merupakan
maknanya dakwah, yaitu membawa kebenaran Islam kesekitar kita dengan tujuan
utamanya menyelamatkan manusia dan lingkungan dari kerusakan.

Secara etimologi, dakwah merupakan ajakan, seruan dan panggilan.


Sedangkan dakwah secara terminologi, sangat beraneka ragam pendapat, hal ini
bergantung pada sudut pandang para ahli dakwah dalam memberikan pengertian
kepada istilah istilah dakwah tersebut.

8
Baihijul Shuly dalam kitab Tadzkirul Du’uf yang dikutif oleh Sholahudin
Sanusi (1994:8), ia berpendapat bahwa dakwah adalah “memindahkan umat dari
satu situasi ke situasi lain”. Maksudnya yaitu memindahkan umat dari situasi
kekufuran kesituasi keimanan, dari situasi terjajah kesituasi ke kemerdekaan, dari
situasi kemelaratan ke situasi kemakmuran, dari situasi kemunduran ke situasi
kemajuan, dari situasi terpecah ke situasi kesatuan, semua itu termasuk kedalam
pengertian dakwah.

Sedangkan Syaikh Ali Mahfud dalam kitab Hidayatul Mursyidin, yang


dikutip oleh Syamsuri Shiddiq (1981:8) dalam bukunya Dakwah dan Tehnik
Berkhutbah bahwa yang dimaksud dengan dakwah yaitu “Mendorong manusia
agar berbuat kebaikan dan menuruti petunjuk menyuruh mereka menjauhi
perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat”.

Disamping itu juga, Hamzah Yakub mengatakan dalam bukunya


“Publisistik Islam” bahwa yang dimaksud dengan dakwah adalah “mengajak
manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti Allah SWT dan Rasul-
Nya” (Asmuni Syukir, 1983:19).

Dengan demikian, kita bisa dapat memahami bahwa semuanya pengertian


dakwah itu adalah amal ma’ruf nahi munkar, yaitu menyerukan kita agar berbuat
baik yang diperintahkan Allah SWT.

Dalam pembahasan mengenai hukum berdakwah dapat dikemukakan adanya


beberapa pendapat yaitu sebagai berikut :

a. Fardu Kifayah, maksudnya dakwah dapat dilakukan oleh sebagian orang saja,
atau sekelompok orang yang sudah dianggap memadai, Pendapat ini berdasarkan
sumber dari firman Allah SWT Al-Quran surat Ali-Imran ayat 104 :
ٰۤ ُ
َ‫ِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬X‫ول ِٕٕى‬ ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا‬

9
Artinya : “ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, mereka itulah orang- orang yang beruntung”. (Q.S Ali-Imran:104)

Didalam ayat tersebut lebih menitik beratkan kepada kalimat “Minkum”


yang artinya sebagian diantara kamu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
semua individu/orang harus melakukan dakwah. Dari uraian tersebut sejalan
dengan pendapat Syaikh Asy-Syaukani bahwa dakwah islam hukumnya wajib
kifayah. Artinya apabila dikerjakan oleh sebagian umat Islam yang lebih mengerti
tentang agama Islam. Sedangkan bagi umat islam yang tidak terlalu mengerti
agama islam tidak wajib berdakwah.

b. Fardu ‘Ain, maksudnya bahwa dakwah itu menjadi kewajiban individu muslim,
menurut kemampuannya masing-masing, pendapat ini berdasarkan firman Allah
SWT Al-Quran surat An-Nahl ayat 125 :

َ ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬
‫ض َّل ع َْن‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬ ُ ‫اُ ْد‬
‫ْن‬Xَ ‫َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدي‬

Artinya : “ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya
dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk.
(QS.An-Nahl:125)

Dari penjelasan diatas sekiranya kita dapat dijadikan suatu perbandingan,


manakah diantara keduanya yang lebih dapat diterima, untuk kemudian dapat di
sesuaikan dengan tuntunan kepentingan dakwah itu sendiri sejak awal
perkembangannya hingga sekarang serta untuk masa yang akan datang.

B. Teori Peran (role)

Dalam suatu pembahasan struktur sosial dikenal dua konsep penting :


status dan peranan. Definisi Ralph Linton mengenai kedua konsep tersebut adalah
sebagai berikut : status yaitu suatu kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan suatu

10
peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status). Apabila orang melaksanakan
kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran. Tidak
ada suatu peran tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peran.

Suatu peran lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan
sebagai suatu proses. Maka jika seseorang menduduki suatu posisi dalam
masyarakat serta menjalankan suatu peran. Perannya itu mencakup tiga hal, yaitu :

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau


tempat dalam masyarakat. Suatu peran dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
seorang individu dalam masyarakat sebagai suatu organisasi.

3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
suatu struktur sosial masyarakat.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka untuk mengetahui peran ustadz


Ondi Sutardi untuk mengembangkan masyarakat bisa dilihat dari masyarakat
tersebut telah melaksanakan hak dan kewajiban dalam ajaran dakwahnya atau
belum sama sekali, Apabila hak dan kewajiban telah dilaksanakan oleh
masyarakat tersebut, maka peran ustadz Ondi Sutardi telah menjalankan perannya.

C. Peran Subyek Dakwah

Peran subyek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang
yang berusaha mengubah situasi yang kurang baik kepada situasi yang lebih baik
sesuai dengan ketentuan- ketentuan Allah SWT, baik secara individu ataupun
kelompok (organisasi) sekaligus pemberi informasi dan pembawa misi.

Peran subyek dakwah merupakan unsur terpenting dalam pelaksanaan


dakwah, karena manusia sebagai pelaku adalah unsur yang paling menentukan.
Adapunperan subyek dalam berdakwah harus mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :

11
1. Iman dan taqwa kepada Allah

Syarat utama seorang pendakwah (da’i) adalah iman dan taqwa kepada
Allah, karena hal ini merupakan yang sangat mendasar yang harus dimiliki oleh
setiap juru dakwah. Seorang da’i juga harus bisa memerangi hawa nafsunya
karena dalah hal ini berkewajiban untuk menyeru kepada kebajikan dan melarang
pada suatu kemungkaran.

2. Ramah dan penuh perhatian

Dakwah itu merupakan suatu pekerjaan yang bersifat propaganda kepada


orang lain. Suatu propaganda yang dapat diterima oleh orang lain, yaitu apabila
yang melakukannya berperilaku ramah, sopan dan ringan tangan untuk melayani
sasarannya. Sama halnya dengan dunia dakwah, seorang da’i harus mempunyai
kepribadian yang menarik. Karena keramahannya, kesopanannya maka tidak
mustahil misi yang dibawa oleh da’i tersebut akan mencapai kesuksesan yang
besar. Namun sebaliknya jika seorang da’i bersifat menyebalkan, atau
membosankan maka sudah pasti misi yang ia bawa tidak akan mencapai target
sesuai dengan yang diharapkan.

3. Tawadhu

Rendah hati bukanlah semata-mata merasa dirinya hina dibandingkan


dengan derajat dan martabat orang lain, akan tetapi rendah hati seorang da’i
adalah sopan santun dalam bergaul dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan
kelas dan golongan, serta memiliki sifat yang tidak sombong atau merasa diri
selalu paling benar diantara orang lain.

4. Sederhana dan jujur

Kesederhanaan merupakan pangkal keberhasilan didalam dakwah, karena


sifat sederhana disini itu artinya tidak suka bermegah- megahan atau berpoya-
poya, memamerkan harta kekayaan, dan tidak angkuh dalam bersikap. Karena
sikap kesederhanaannya orang lain tidak akan merasa takut namun segan.
Sedangkan kalau kejujuran adalah sebagai penganutnya. Orang lain akan mudah

12
percaya terhadap ajakan segala ajakannya. Apabila yang mengajak sendiri tidak
pernah mengingkari perkataanya sendiri.

Yang menjadi obyek atau sasaran dakwah adalah manusia, baik dirinya
sendiri maupun orang lain. Karena agama islam yang diturunkan oleh Allah SWT
bukan hanya untuk sekelompok manusia akan tetapi untuk seluruh umat manusia
termasuk da’i itu sendiri. Bahkan seorang dai harus mampu menjadi panutan yang
baik sesuai dengan fungsinya sebagai seorang pemimpin.

D. Tujuan dan Materi Dakwah

Dakwah adalah suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.


Tujuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan suatu arah atau pedoman bagi
gerak langkah kegiatan dakwah. Karena jika tanpa tujuan untuk yang jelas suatu
kegiatan dakwah tidak akan mencapai kesuksesan yang diinginkan. Dakwah
bertujuan untuk menyeru , memanggil, mengajak kepada yang ma’ruf dan
menjauhi perbuatan yang munkar. Memanggil kita semua kepada tujuan hidup
yang hakiki, yaitu untuk beribadah menyembah Allah SWT.

Pada hakikatnya suatu materi dakwah tergantung pada tujuan dakwah


yang diinginkan atau yang akan kita capai. Namun secara umum materi dakwah
dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok yaitu :

a. Masalah Keimanan (Aqidah)

Aqidah dalam islam berarti I’tikad bathiniyah yang mencakup masalah-


masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Tidak hanya aqidah ini saja
pembahasannya tertuju pada masalah- masalah yang wajib diimani, akan tetapi
materi dakwah juga meliputi masalah- masalah yang dilarang lawannya,
contohnya Syirik (Menyekutukan Allah), ingkar adanya Tuhan dan sebagainya.

b. Masalah Keislaman (Syariah)

syariah dalam islam berhubungan dengan amal lahir (nyata dalam rangka
mentaati semua peraturan atau hukun Allah untuk mengatur antara manusia
dengan Tuhannya) dan juga mengatur pergaulan hidup antara sesame manusia.

13
c. Masalah Budi Pekerti (Akhlaq al-karimah)

Masalah akhlaq atau perilaku dan aktivitas dakwah merupakan pelengkap


saja, yaitu untuk melengkapi suatu keimanan dan keislaman seseorang meskipun
akhlaq hanya berfungsi sebagai pelengkap dibandingkan dengan masalah
keimanan dan ke Islaman.

E. Metode dan Media Dakwah

Dalam strategi dakwah dai harus mempunyai pengetahuan dan


keterampilan dibidang metodologi. Sehingga dalam menyampaikan dakwahnya
terlihat bijak dan arif. Secara etimologi metode berasal dari bahasa Greek atau
Yunani dari kata “metodes” yang berarti cara atau jalan dan “logos” artinya ilmu.
Namun menurut semantik metodologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tata cara atau bahasa yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil
yang efektif dan efesien.

Sedangkan media dakwah secara etimologi, media bersal dari bahasa latin,
yaitu “medium” yang berarti alat perantara. Sedangkan kata media, merupakan
jamak dari pada medium tersebut.

Sedangkan sematiknya, media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Media dakwah dapat berupa
barang-barang, orang, tempat, kondisi dan sebagainya. Media dakwah mempunyai
peran atau kedudukan yang sama dibandingkan dengan komponen yang lain,
seperti metode dakwah, objek dakwah dan lain-lain. Terutama dalam penentuan
strategi dakwah yang memiliki asas efektivitas dan efesien peranan media dakwah
menjadi tampak jelasnya.

F. Konsep Dakwah dalam Pengembangan Masyarakat

1. Pengertian Pengembangan Masyarakat

Pengembangan masyarakat merupakan upaya mengembangkan


sebuah kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berlandaskan
prinsip-prinsip keadilan sosial dan saling menghargai. Pengembangan

14
masyarakat juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen dalam
memberdayakan masyarakat lapis bawah sehingga masyarakat memiliki
berbagai pilihan nyata menyangkut masa depan mereka (Zubaedi, 2013:4).

Menurut Gordon G. Darkenwald dan Sharan B. Meriam,


Pengembangan masyarakat berintikan kegiatan sosial yang difokuskan
untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Dalam pengembangan
masyarakat, batasan antara belajar dan bekerja sangat tipis, karena
keduanya berjalan secara terpadu.

Sedangkan menurut Twelvetrees pengembangan masyarakat adalah


“the process of assisting ordinary people to improve their own
communities by undertaking collective actions. Artinya upaya untuk
membantu orang-orang dalam meningkatkan kelompok mereka sendiri
dengan cara melakukan usaha bersama-sama (Edi Suharto,2014:38).

Maka dari pengertian tersebut, pengembangan masyarakat dapat


diartikan sebagai upaya untuk memungkinkan individu maupun keompok
masyarakat untuk dapat memecahkan masalah-masalah sosial serta
memiliki pilihan nyata yang berkaitan dengan masa depannya sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

15
BAB III

PEMBAHASAN

PERAN USTADZ ONDI SUTARDI DALAM PENGEMBANGAN

MASYARAKAT ISLAM

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Al-Barokah

Yayasan Al-Barokah berdiri pada tahun 1957, sekembalinya Ustadz Ondi


Sutardi dari menuntut ilmu pengetahuan di cikuda pada tahun 1955, kemudian
beliau berusaha melakukan usaha-usaha bidang kemasyarakatan dan kesejahteraan
umat, dan kemudian beliau mendirikan yayasan untuk memajukan ummat dari
keterbelakangan yang mereka alami. Beliau berkeyakinan semua itu harus dimulai
dari pendidikan. Karena pendidikan di kampong gudang sikat ketinggalan sekali,
diamana tidak ada sebuah sekolahpun disana. Sehingga pada saat itu ustadz Ondi
Sutardi melakukan pembangunan fisik dan pembangunan ilmu dengan berusaha
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan melakukan usaha-usaha bidang
sosial kemasyarakatan dan kesejahteraan umat terhadap masyarakat kampong
yang sampai saat ini terkenal dengan Gudang Sikat.

B. Sejarah singkat Ustadz Ondi Sutardi

1. Latar Belakang Kehidupan

Ustadz Ondi Sutardi dilahirkan pada tanggal 13 Desember 1939 disuatu


kampong yang jauh dari keramaian, di Bandung Timur tepatnya di Pasirbiru.
Ustadz Ondi Sutardi merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Ayahnya
bernama M.Marzuki dan ibu sarni binti fulan. Saudara-saudaranya yaitu ibu lasih,
ibu uneh dan bapak H Oyah Suhaya.

Sejak lahir sampai berumur satu tahun, ia disusui dan diberi nasi tim oleh
ibunya. Ia mendapatkan kasih saying dari kedua orang tuanya, misalnya di ayun
dan ditimbang sambal diiringi lagu yang bernuansa Islami. Jika mereka sibuk

16
dengan pekerjaan, ia di asuh oleh ketiga kakanya. Bahkan nenek, paman, bibi dan
juga tetangganya.

Ustadz Ondi Sutardi merupakan sosok anak yang rajin, yang selalu
membantu pekerjaan orang tuanya, bahkan kalau pembantu bekerja menumbuk
padi, mencangkul dan lain-lain, ia selalu membantunya. Dan ketika bekerja ia
selalu ingin banyak dan tidak mau tanggung-tanggung. Kelebihan ustadz Ondi
Sutardi yang sudah tampak jelas sejak kecil, yaitu kalau bermain ia selalu menjadi
pemenang, selalu mau didepan, tidak mau diiringi dan selalu tampil sebagai orang
pertama. Kalau berjalanpun selalu mau didepan, sehingga dalam beberapa
kesempatan ia selalu dalam posisi memimpin. Bahkan ketika remaja, ia jarang
bermain dengan anak muda, mauya sama yang agak tua, masih ungkap Ustadz
Anwarudin.

2. Latar Belakang Pendidikan

Ustadz Ondi Sutardi sejak kecil ingin menjadi orang yang bisa membela
masyarakat. Sehingga, ia sangat giat dan bersungguh-sungguh untuk belajar. Pada
saat berusia delapan tahun, ia mulai belajar mengaji di kampong halamannya,
selama tiga tahun belajar ia sudah dapat membaca huruf-huruf arab dengan lancer
dan membaca Al-Quran dengan baik.

Setelah tiga tahun, Ustadz Ondi Sutardi memperdalam pelajarannya


dengan guru yang lebih alim lagi, maka pada tahun 1954 sekitar umur sebelas
tahun, Ustadz Ondi Sutardi belajar pada K.H. Mama Subki, ia banyak menghafal
kitab-kitab yang diajari oleh K.H Mama Subki. Ustadz Ondi sutardi merupakan
santri kesayangan K.H Mama, karena rajin dan cerdas. Dengan kecerdasannya, ia
dapat menghafal dan memahami seribu kitab al-fiyah dan safinatunnajah dan juga
bulughul mahram yang diajarkan K.H Mama.

Merasa cukup ilmu yang diberikan para kyainya selama lima tahun,
Ustadz Ondi Sutardi dan teman-temannya memilih pendidikan tradisional dengan
seorang guru bernama K.H Najmudin. Dimana halaqah ad-dars, lebih bertendensi
kepada pendidikan perguruan tinggi “Kemahasiswaan”, dengan model ceramah

17
dan resitasi, Tanya jawab dan diskusi. Selai itu, pengalaman berorganisasi Ustadz
Ondi Sutardi yang pernah diikuti yaitu Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII),
Gerakan Pemuda Ansor dan Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama.

C. Konsep Dakwah Ustadz Ondi Sutardi

Konsep dakwah yang digunakan oleh Ustadz Ondi sutardi dalam


mengembangkan masyarakat pasirbiru yaitu berupa materi yang merupakan
pelajaran dan pengetahuan yang Ustadz Ondi Sutardi terima baik secara formal di
sekolah ataupun non formal yang terdapat di Pondok Pesantren.

Materi dakwah yang Ustadz Ondi Sutardi sampaikan pada setiap


jamaahnya, yaitu berbentuk teori dalam mengembangkan masyarakat islam di
desa pasirbiru, yaitu beliau mengambil peran penting dalam mengembangkan
masyarkat untuk mencerdaskan dan meningkatkan kualitas dakwah dari setiap
jama’ahnya, dan juga meningkatkan kualitas dakwah bagi ustadz Ondi Sutardi
sendiri.

Dalam mengembangkan dakwah islam yang pertama karisma, kedua jasa,


yang ketiga yaitu dukungan orang tua, dan yang keempat karena adanya suatu
tekad dan usaha yang besar. Meskipun ia telah hidup dalam keluarga yang
sederhana, namun ia tidak mengambil kesempatan keadaan itu untuk dirinya
sendiri, tetapi ia melakukannya dengan menjadi ahli agama. Selain beberapa
faktor kedekatan dan keharmonisan antara ustadz dan masyarakat, kesuksesan
ustadz Ondi didukung oleh banyak pihak yang berasal dari masyarakat sebagai
obyek dakwahnya, masyarakat dengan ustadz ondi selalu menyatu dengan
segenap lapisan masyarakat, mereka adalah orang-orang yang setuju dengan
pemikiran-pemikiran baru yang ustadz Ondi Sutardi lakukan.

Ada juga beberapa hambatan, rintangan dan cobaan yang ustadz Ondi
hadapi merupakan kejadian yang paling besar dalam menyebarkan dakwah Islam.
Seperti non muslim dan pihak-pihak lain yang tidak senang dan tidak ingin
kemajuan umat islam. Salah satu hambatan terberat lain adalah selalu di iming-
iming dengan fasilitas yang melimpah. Hasil yang diperoleh oleh ustadz Ondi

18
karena kegigihannya dalam menyebarkan nilai-nilai islam yaitu adanya perubahan
yang sangat drastic, dimana pada saat itu jamaahnya mulai mengikuti ajaran-
ajaran Islam yang yang diberikan dalam menyebarkan syiar islam di Pasirbiru,
sehingga penduduk Pasirbiru mau menjalankan dan mengamalkan ajaran-ajaran
Islam, metode dan strategi yang dipakai hingga keberhasilannya dalam
dakwahnya patut dijadikan contoh oleh para da’i dan umat islam lain yang ingin
mengembangkan Islam.

Dari konsep dakwah Ustadz Ondi Sutardi, bahwa ia adalah seseorang yang
memiliki tekad yang tinggi untuk selalu meningkatkan kepada masyarakat atau
jamaah yang berada di Desa Pasirbiru. Dan juga selalu meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Ustadz Ondi Sutardi dalam kehidupan sehari-
harinya sangat memiliki nilai sosial yang tinggi seperti memberi bantuan berupa
moral maupun materi.

D. Metode Dakwah Ustadz Ondi Sutardi dalam Pengembangan Masyarakat Islam


di Desa Pasirbiru

Dalam suatu metode dakwah ada tiga metode dakwah islam secara umum,
yang pertama dakwah Bil Hal, kedua Dakwah Bil Lisan (ceramah,khutbah, dan
tabligh) dan yang ketiga Dakwah Bil Kitabah. Ketiga metode tersebut sering
digunakan oleh para dai dalam menyampaikan dakwahnya. Dakwah Bil Hal
biasanya dilakukan melalui cara pembangunan dan mengembangkan serta
pengabdian yang langsung menyentuh masyarakat sebagai objek dakwah.
Sedangkan dakwah melalui Bil Kitabah yakni dakwah yang dilakukan dengan
perantara tulisan.

Dakwah Bil Lisan paling sering digunakan oleh para dai karena metode
Bil Lisan dengan kata lain tabligh yaitu seperti yang selama ini dipahami oleh
sebagian besar masyarakat, melalui pengajian, kelompok Majlis Ta’lim. Mengenai
ajaran islam yang disampaikan oleh da’i melalui pidato, ceramah atau nasihat-
nasihat secara langsung.

19
Beberapa metode dakwah yang digunakan oleh Ustadz Ondi sutardi dalam
mengembangkan masyarakat islam di desa Pasirbiru Bandung, ia menggunakan
metode-metode berikut :

a. Metode Bil hal

Metode Bil Hal pada dasarnya yaitu metode dakwah yang mengacu
lagsung pada dakwah dalam bentuk tindakan yang nyata, keteladanan, bersifat
pemecahan masalah tertentu dalam dimensi ruang dan waktu tertentu juga. Oleh
karena itu metode dakwah Bil Hal lebih diorientasikan kepada kebutuhan nyata
masyarakat terutama yang bersifat fisik.

Dengan demikian metode Bil hal berarti merupakan metode yang menaruh
perhatian yang besar terhadap maslah masyarakat, seperti kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, dengan suatu bentuk amal nyata terhadap sasaran masyarakat
tertentu.

Dalam mengembangkan masyarakat di Desa pasirbiru melalui dakwah Bil


hal, Ustadz Ondi sutardi lebih menekankan pada pembangunan yang menyentuh
hajat ummat atau masyarkat. Yaitu kesejahteraan sosial, ekonomi dan lain-lain.
Dengan metode dakwah bil hal ini bagi ustadz Ondi sangat efektif karena
masyarakat akan lebih mudah memperoleh informasi actual dan factual mengenai
segala hal yang berhubungan dengan kehidupan.

Selain itu, Ustadz Ondi Sutardi dalam berdakwah tidak akan akan
berbicara kepada orang lain sebelum mengamalkannya, jadi sebelum disampaikan
kepada masyarakat ia telah mengamalkannya. Serta dalam membangun masjid
Jami’ Al-Barakah melalui dakwah bil hal, yaitu pada saat itu masyarakat pasirbiru
masih sering bertengkar antar kampong. Dengan pendekatan Ustadz Ondi
membangun sebuah masjid ditengah-tengah kampong itu, untuk mempersatukan
antara satu kampung dengan kampung yang lainnya.

Jika melihat pengertian masjid merupakan tempat ibadah sholat umat


muslim. Tetapi karena akar katanya mengandung makna tunduk dan patuh, pada

20
hakikatnya masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung
kepatuhan kepada Allah semata. Seperti dalam Al-Quran Surat Al-Jinn ayat 18 :

Artinya : “ sesungguhnya masjid-mesjid itu adalah milik Allah, karena itu


janganlah menyembah selain Allah sesuatupun “ (Q.S Al-Jinn:18).

Kata masjid terulang dalam Al-Quran sebanyak dua puluh kali. Pengertian
dari segi bahasa kata masjid diambil dari kata sajada-sujud, yang artinya patuh,
taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan ta’zim. Suatu bangunan yang
dikhususkan untuk melakukan shalat di namakan masjid, yang artinya “tempat
bersujud”.

b. Metode Bil Lisan

Metode Bil Lisan yang dalam pengertian mengembangkan perantara


perkataan, melalui ceramah, muzarakah, silaturahmi, pidato, nasehat, dialog,
diskusi dan musyawarah serta belajar-mengajar, semua telah dilakukan Ustadz
Ondi Sutardi dalam mengembangkan masyarakat islam di Pasirbiru.

Ustadz Ondi Sutardi dalam penyebaran islamnya di Pasirbiru, mampu


mengundang simpatik masyarakat yang mendengarnya. Akan tetapi dakwah
beliau tidak bersuara lantang dank eras, tapi ustadz Ondi berceramah dengan
santai, seperti mempengaruhi untuk mendengarkannya dan juga menarik untuk
mempelajari serta mendalami ajaran-ajaran Islam.

Sifat khas yang dimiliki oleh ustadz Ondi Sutardi yaitu berani, terus terang
dan blak-blakan yang menerangkan hukum judi dari segi fikih dan kerugiannya
diakhirat kelak, sebagai balasan bagi perbuatan dosa-dosa didunia. Ia
menyelamatkan moral masyarakat khususnya masyarakat pasirbiru.

Kedua metode yang digunakan oleh ustadz Ondi Sutardi masih sangat
relevan dipakai pada saat sekarang hingga kapanpun. Hal ini masih diminatinya
pada kedua bentuk metode yang digunakan dalam dakwahnya itu oleh para da’i
atau juru dakwah saat ini. Sehingga untuk mencapai tujuan atau penggunaan
sterategi, metode dan alternative lain yang sistematis menurut penulis adalah satu

21
faktor yang menentukan kesuksesan. Karena ustadz Ondi Sutardi juga dalam
berdakwahnya melihat jauh kedepannya.

Dengan demikian, metode dakwah yang digunakan oleh ustadz Ondi


Sutardi sangat efektif dan relevan dalam dakwah pada zamannya, dan juga pada
masa setelahnya tergantung bagaimana kita yang akan menjalankan metode
tersebut.

Beberapa dokumentasi Hasil Penelitian :

22
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ustadz Ondi Sutardi dalam menyebarkan syiar islam di Pasirbiru, dapat


merubah kebiasaan buruk masyarakat menjadi lebih baik. Karena sebelum
kedatangan ustadz Ondi Sutardi di Desa Pasirbiru memiliki persoalan yang sangat
kompleks. Adat istiadat lama yang tumbuh dimasyarakat pada waktu itu masih
penuh dengan kegiatan maksiat seperti judi, sambung ayam sampai pada bentuk-
bentuk kesenian yang menuju pada tindakan amoral dan masih banyak lagi
tingkah laku yang tidak sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

Adapun konsep yang digunakan oleh ustadz Ondi Sutardi dalam


mengembangkan masyarakat Islam di desa Pasirbiru adalah dengan mengambil
peran penting yaitu sebagai pemimpin umat untuk mencerdaskan dan
mengembangkan ajaran agama islam didesa Pasirbiru dan meningkatkan kualitas
dakwah yang ustadz Ondi Sutardi miliki.

Metode dakwah yang digunakan oleh Ustadz ondi Sutardi dalam


mengembangkan masyarakat islam di Desa Pasirbiru yaitu :

1. Metode Dakwah Bil Hal

Yang pada dasarnya mengacu pada dakwah dalam bentuk tindakan nyata,
keteladanan dan bersifat pemecahan masalah tertentu dalam dimensi dan ruang
waktu tertentu.

2. Metode Dakwah Bil Lisan

23
Yaitu dengan cara penyamapaian secara lisan seperti ceramah, tabligh dan
lain-lain. Dimana dalam penyampaian bahasa yang digunakan oleh ustadz Ondi
Sutardi mampu mengundang simpatik masyarakat yang mendengarkannya,
sehingga apabila ada kesempatan ia tidak segan-segan untuk selalu mengingatkan
jamaahnya jika melakukan kekeliruan yang menyimpang dari ajaran islam,
tentunya dengan menggunakan bahasa yang lemah lembut dan dapat mudah
dimengerti.

Metode dakwah yang digunakan oleh ustadz Ondi Sutardi dalam


dakwahnya masih efektif dan relevan pada zaman sekarang. Hal itu terbukti
dengan bentuk metode yang digunakan ustadz Ondi sutardi dalam dakwahnya
masih tetap digunakan oleh para dai dan juru dakwah saat ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Munir,Muhammad.2009. Metode Dakwah. Jakarta :Kencana Prenada Media


Group

Hafiduddin,Didin.1998. Dakwah Aktual.Jakarta:Gema Insani Press

Tasmara,Toto.1997.Komunikasi Dakwah.Jakarta:Gaya Media Pratama

Darussalam,Ghazali,1996, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, Malaysia:Nur


Niaga

Machendrawati,Nanih. Agus Ahmad Syafei’.Pengembangan Masyarakat Islam


dan Ideologi Strategi sampai Tradisi. Bandung:Rosda karya

Ghazali, Mahri. Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu


Komunikasi Dakwah. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya

25

Anda mungkin juga menyukai