MASYARAKAT ISLAM
Disusun oleh:
Laporan Penelitian ini memuat tentang “peran ustadz Ondi Sutardi dalam
pengembangan masyarakat islam” yang sangat berguna bagi para pembaca untuk
menambah wawasan yang lebih luas. Walaupun laporan penelitian ini mungkin
kurang sempurna, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan membimbing dalam penyusunan laporan penelitian ini, sehingga
saya dapat mengerti dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
Semoga laporan penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun laporan penelitian ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP....................................................................................23
A. Kesimpulan...............................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada suatu masyarakat Islam, seorang ustadz atau kyai menempati sosial
keagamaan yang penting, suatu pesantren atau lembaga pendidikan yang ia miliki
bisa disebut sebagai suatu wilayah yang dapat melakukan sebuah perubahan
sosial, karena ustadz merupakan salah satu tokoh yang paling penting dari suatu
pesantren. Bahkan ia merupakan pendirinya, sudah sewajarnya pertumbuhan suatu
pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi ustadz atau
kyainya. Sebagai panutan masyarakat, kyai memainkan peran sentral dalam
masyarakat. Selain hal demikian, kyai juga adalah pemegang kekuasaan tertinggi
di pesantren, kyai berfungsi menerjemahkan nilai- nilai dari luar pesantren ke
dalam komunitas lingkungan pesantren.
Kyai bagi suatu masyarakat sangat disegani dan menjadi tumpuan dalam
segala aktivitas kehidupan masyarakat. Sehingga ide- idenya dan pemikirannya
selalu ditiru dan perilakunya dijadikan pigur yang teladan. Akan tetapi syarat
seorang bisa dianggap sebagai kyai bagi masyarakat, terutama masyarakat
Bandung tidaklah mudah. Apalagi sampai pemikirannya dapat ditiru dan
diamalkan dalam kehidupan sehari- hari. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang dapat dikatakan kyai besar, yaitu :
a. Pengetahuan
b. Kesolehan
c. Keturunan
d. Jumlah Murid.
Seorang kyai dan ulama tentu berbeda, perbedaan yang mendasar antara
kyai dan ulama adalah gelar seorang kyai biasanya dipakai untuk memimpin
1
sebuah pesantren yang memiliki pengetahuan agama dan lebih dikenal dan
dijuluki oleh masyarakat, sedangkan gelar seorang ulama sudah harus memiliki
pengetahuan agama yang luas dan mempunyai fatwa bagi masyarakat, oleh karena
itu sering disebut sebagai ahli pengetahuan agama dikalangan pesantren gelar
ulama juga dapat dikatakan sebagai pemimpin. Maka biasanya banyak dari
kalangan masyarakat lebih percaya kepada seorang kyai atau ulama untuk
memimpin dan menjadi patokan untuk memecahkan suatu persoalan yang ada
disekitar masyarakat.
Ibarat pepatah “Berenang sambal minum air”. Mungkin itu yang pantas
disematkan pada diri Ustadz Ondi Sutardi. Sebelum kehadiran beliau, didesa Pasir
Biru, tengah memiliki persoalan yang sangat kompleks. Adat istiadat lama yang
tumbuh di masyarakat pada waktu itu diantaranya penuh dengan maksiat mulai
dari judi, sambung ayam dan bentuk- bentuk kesenian yang menuju pada tindakan
amoral seperti ronggengan dan masih banyak lagi tingkah laku yang tidak sesuai
dengan ajran- ajaran islam, belum lagi persoalan ekonomi yang waktu itu masih
dalam pengaruh penjajahan belanda. Dalam situasi seperti itu Ustadz Ondi Sutardi
mengambil peran penting di dalam mengembangkan masyarakat islam, yaitu
sebagai pemimpin ummat untuk mencerdaskan dan mengembangkan Islam di
Desa Pasirbiru Kec. Cibiru Bandung.
2
Dalam bidang pendidikan, perannya tidak kalah penting bagi masyarakat,
khususnya masyarakat di daerah Cibiru Bandung. Contohnya dengan adanya
ta’lim- ta’lim para bapak- bapak, ibu- ibu, remaja dan TPA Al-Barokah. Dengan
demikian sangat begitu jelas peran dari seorang tokoh masyarakat yaitu Ustadz
Ondi Sutardi sebagai figur yang baik di masyarakat.
B. Fokus Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Kerangka Pemikiran
3
Gerak dakwah merupakan salah satu kegiatan yang dijadikan sebagai
pelatihan dan pembekalan yang memberi wawasan luas bagi para pelajar atau
santri sebagai kader da’i karena dalam menguraikan materi dakwah serta dapat
mengembangkan potensi yang telah mereka miliki. Dalam pengertiannya,
kegiatan pidato atau ceramah yang ditekankan pula dengan istilah baru mencakup
kegunaan yang luas yaitu seni keoratoran, diucapkan atau dituliskan. Dengan
demikian kemampuan tentang pengetahuan yang paling dominan dalam retorika
atau berpidato menurut Toto Tasmara (1997:137) adalah sebagai berikut :
Pengetahuan bahasa, Pengetahuan atas materi, Kelincahan logika, Pengetahuan
atas jiwa massa, dan Pengetahauan atas sistem budaya masyarakat.
4
tinggi. Mampu menerangkan, menarik simpati dan menggerakan audies (mad’u).
Oleh karena itu usaha yang perlu mendapatkan perhatian, bagaimanakah cara
membina unsur “who” (rethor, orator, speaker, author). Adapun syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang da’i/orator : Memiliki status sosial
tertentu, Sebagai manusia pemikir dan pelaksana, Menguasai manusia dan
pelaksana, Menguasai metode/tehnik penyampaian yang baik, dan Integrasi
dengan masyarakat (T.A Latief Rosyidi, 1989:301).
E. Metodelogi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Metode Penelitian
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian tersebut terbagi kedalam dua sumber data :
sumber data primer dan sekunder.
5
Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini yaitu ustadz Ondi
Sutardi, yang berhubungan langsung dengan penelitian ini yaitu
masyarakat dan seluruh jama’ah masjid Al-Barokah.
4. Jenis data
a. Observasi
b. Wawancara
6
mendapatkan data dan informasi yang lebih rinci mengenai data yang
berhubungan dengan penelitian.
F. Kerangka Analisis
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum dakwah yaitu proses upaya mengubah sesuatu situasi kepada
situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran islam, atau proses mengajak manusia
kejalan Allah yaitu Al-Islam. Dakwah juga merupakan fenomena dalam suatu
masyarakat muslim yang menimbulkan terbentuknya masyarakat. Fenomena
dakwah islam merupakan suatu hal yang besar, yaitu bagaimana menjelaskan dan
menganalisis prinsip-prinsip Islam yang begitu luas dinyatakan dalam konteks
sosial yang berbeda-beda.
8
Baihijul Shuly dalam kitab Tadzkirul Du’uf yang dikutif oleh Sholahudin
Sanusi (1994:8), ia berpendapat bahwa dakwah adalah “memindahkan umat dari
satu situasi ke situasi lain”. Maksudnya yaitu memindahkan umat dari situasi
kekufuran kesituasi keimanan, dari situasi terjajah kesituasi ke kemerdekaan, dari
situasi kemelaratan ke situasi kemakmuran, dari situasi kemunduran ke situasi
kemajuan, dari situasi terpecah ke situasi kesatuan, semua itu termasuk kedalam
pengertian dakwah.
a. Fardu Kifayah, maksudnya dakwah dapat dilakukan oleh sebagian orang saja,
atau sekelompok orang yang sudah dianggap memadai, Pendapat ini berdasarkan
sumber dari firman Allah SWT Al-Quran surat Ali-Imran ayat 104 :
ٰۤ ُ
َِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ نXول ِٕٕى ِ َْو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَأْ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو
ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوا
9
Artinya : “ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, mereka itulah orang- orang yang beruntung”. (Q.S Ali-Imran:104)
b. Fardu ‘Ain, maksudnya bahwa dakwah itu menjadi kewajiban individu muslim,
menurut kemampuannya masing-masing, pendapat ini berdasarkan firman Allah
SWT Al-Quran surat An-Nahl ayat 125 :
َ ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن
ض َّل ع َْن َ ِّع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب ُ اُ ْد
ْنXَ َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِدي
10
peranan adalah aspek dinamis kedudukan (status). Apabila orang melaksanakan
kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran. Tidak
ada suatu peran tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa peran.
Suatu peran lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan
sebagai suatu proses. Maka jika seseorang menduduki suatu posisi dalam
masyarakat serta menjalankan suatu peran. Perannya itu mencakup tiga hal, yaitu :
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
seorang individu dalam masyarakat sebagai suatu organisasi.
3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
suatu struktur sosial masyarakat.
Peran subyek dakwah adalah orang yang melakukan dakwah, yaitu orang
yang berusaha mengubah situasi yang kurang baik kepada situasi yang lebih baik
sesuai dengan ketentuan- ketentuan Allah SWT, baik secara individu ataupun
kelompok (organisasi) sekaligus pemberi informasi dan pembawa misi.
11
1. Iman dan taqwa kepada Allah
Syarat utama seorang pendakwah (da’i) adalah iman dan taqwa kepada
Allah, karena hal ini merupakan yang sangat mendasar yang harus dimiliki oleh
setiap juru dakwah. Seorang da’i juga harus bisa memerangi hawa nafsunya
karena dalah hal ini berkewajiban untuk menyeru kepada kebajikan dan melarang
pada suatu kemungkaran.
3. Tawadhu
12
percaya terhadap ajakan segala ajakannya. Apabila yang mengajak sendiri tidak
pernah mengingkari perkataanya sendiri.
Yang menjadi obyek atau sasaran dakwah adalah manusia, baik dirinya
sendiri maupun orang lain. Karena agama islam yang diturunkan oleh Allah SWT
bukan hanya untuk sekelompok manusia akan tetapi untuk seluruh umat manusia
termasuk da’i itu sendiri. Bahkan seorang dai harus mampu menjadi panutan yang
baik sesuai dengan fungsinya sebagai seorang pemimpin.
syariah dalam islam berhubungan dengan amal lahir (nyata dalam rangka
mentaati semua peraturan atau hukun Allah untuk mengatur antara manusia
dengan Tuhannya) dan juga mengatur pergaulan hidup antara sesame manusia.
13
c. Masalah Budi Pekerti (Akhlaq al-karimah)
Sedangkan media dakwah secara etimologi, media bersal dari bahasa latin,
yaitu “medium” yang berarti alat perantara. Sedangkan kata media, merupakan
jamak dari pada medium tersebut.
Sedangkan sematiknya, media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Media dakwah dapat berupa
barang-barang, orang, tempat, kondisi dan sebagainya. Media dakwah mempunyai
peran atau kedudukan yang sama dibandingkan dengan komponen yang lain,
seperti metode dakwah, objek dakwah dan lain-lain. Terutama dalam penentuan
strategi dakwah yang memiliki asas efektivitas dan efesien peranan media dakwah
menjadi tampak jelasnya.
14
masyarakat juga dapat diartikan sebagai suatu komitmen dalam
memberdayakan masyarakat lapis bawah sehingga masyarakat memiliki
berbagai pilihan nyata menyangkut masa depan mereka (Zubaedi, 2013:4).
15
BAB III
PEMBAHASAN
MASYARAKAT ISLAM
Sejak lahir sampai berumur satu tahun, ia disusui dan diberi nasi tim oleh
ibunya. Ia mendapatkan kasih saying dari kedua orang tuanya, misalnya di ayun
dan ditimbang sambal diiringi lagu yang bernuansa Islami. Jika mereka sibuk
16
dengan pekerjaan, ia di asuh oleh ketiga kakanya. Bahkan nenek, paman, bibi dan
juga tetangganya.
Ustadz Ondi Sutardi merupakan sosok anak yang rajin, yang selalu
membantu pekerjaan orang tuanya, bahkan kalau pembantu bekerja menumbuk
padi, mencangkul dan lain-lain, ia selalu membantunya. Dan ketika bekerja ia
selalu ingin banyak dan tidak mau tanggung-tanggung. Kelebihan ustadz Ondi
Sutardi yang sudah tampak jelas sejak kecil, yaitu kalau bermain ia selalu menjadi
pemenang, selalu mau didepan, tidak mau diiringi dan selalu tampil sebagai orang
pertama. Kalau berjalanpun selalu mau didepan, sehingga dalam beberapa
kesempatan ia selalu dalam posisi memimpin. Bahkan ketika remaja, ia jarang
bermain dengan anak muda, mauya sama yang agak tua, masih ungkap Ustadz
Anwarudin.
Ustadz Ondi Sutardi sejak kecil ingin menjadi orang yang bisa membela
masyarakat. Sehingga, ia sangat giat dan bersungguh-sungguh untuk belajar. Pada
saat berusia delapan tahun, ia mulai belajar mengaji di kampong halamannya,
selama tiga tahun belajar ia sudah dapat membaca huruf-huruf arab dengan lancer
dan membaca Al-Quran dengan baik.
Merasa cukup ilmu yang diberikan para kyainya selama lima tahun,
Ustadz Ondi Sutardi dan teman-temannya memilih pendidikan tradisional dengan
seorang guru bernama K.H Najmudin. Dimana halaqah ad-dars, lebih bertendensi
kepada pendidikan perguruan tinggi “Kemahasiswaan”, dengan model ceramah
17
dan resitasi, Tanya jawab dan diskusi. Selai itu, pengalaman berorganisasi Ustadz
Ondi Sutardi yang pernah diikuti yaitu Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII),
Gerakan Pemuda Ansor dan Gerakan Pemuda Nahdatul Ulama.
Ada juga beberapa hambatan, rintangan dan cobaan yang ustadz Ondi
hadapi merupakan kejadian yang paling besar dalam menyebarkan dakwah Islam.
Seperti non muslim dan pihak-pihak lain yang tidak senang dan tidak ingin
kemajuan umat islam. Salah satu hambatan terberat lain adalah selalu di iming-
iming dengan fasilitas yang melimpah. Hasil yang diperoleh oleh ustadz Ondi
18
karena kegigihannya dalam menyebarkan nilai-nilai islam yaitu adanya perubahan
yang sangat drastic, dimana pada saat itu jamaahnya mulai mengikuti ajaran-
ajaran Islam yang yang diberikan dalam menyebarkan syiar islam di Pasirbiru,
sehingga penduduk Pasirbiru mau menjalankan dan mengamalkan ajaran-ajaran
Islam, metode dan strategi yang dipakai hingga keberhasilannya dalam
dakwahnya patut dijadikan contoh oleh para da’i dan umat islam lain yang ingin
mengembangkan Islam.
Dari konsep dakwah Ustadz Ondi Sutardi, bahwa ia adalah seseorang yang
memiliki tekad yang tinggi untuk selalu meningkatkan kepada masyarakat atau
jamaah yang berada di Desa Pasirbiru. Dan juga selalu meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Ustadz Ondi Sutardi dalam kehidupan sehari-
harinya sangat memiliki nilai sosial yang tinggi seperti memberi bantuan berupa
moral maupun materi.
Dalam suatu metode dakwah ada tiga metode dakwah islam secara umum,
yang pertama dakwah Bil Hal, kedua Dakwah Bil Lisan (ceramah,khutbah, dan
tabligh) dan yang ketiga Dakwah Bil Kitabah. Ketiga metode tersebut sering
digunakan oleh para dai dalam menyampaikan dakwahnya. Dakwah Bil Hal
biasanya dilakukan melalui cara pembangunan dan mengembangkan serta
pengabdian yang langsung menyentuh masyarakat sebagai objek dakwah.
Sedangkan dakwah melalui Bil Kitabah yakni dakwah yang dilakukan dengan
perantara tulisan.
Dakwah Bil Lisan paling sering digunakan oleh para dai karena metode
Bil Lisan dengan kata lain tabligh yaitu seperti yang selama ini dipahami oleh
sebagian besar masyarakat, melalui pengajian, kelompok Majlis Ta’lim. Mengenai
ajaran islam yang disampaikan oleh da’i melalui pidato, ceramah atau nasihat-
nasihat secara langsung.
19
Beberapa metode dakwah yang digunakan oleh Ustadz Ondi sutardi dalam
mengembangkan masyarakat islam di desa Pasirbiru Bandung, ia menggunakan
metode-metode berikut :
Metode Bil Hal pada dasarnya yaitu metode dakwah yang mengacu
lagsung pada dakwah dalam bentuk tindakan yang nyata, keteladanan, bersifat
pemecahan masalah tertentu dalam dimensi ruang dan waktu tertentu juga. Oleh
karena itu metode dakwah Bil Hal lebih diorientasikan kepada kebutuhan nyata
masyarakat terutama yang bersifat fisik.
Dengan demikian metode Bil hal berarti merupakan metode yang menaruh
perhatian yang besar terhadap maslah masyarakat, seperti kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan, dengan suatu bentuk amal nyata terhadap sasaran masyarakat
tertentu.
Selain itu, Ustadz Ondi Sutardi dalam berdakwah tidak akan akan
berbicara kepada orang lain sebelum mengamalkannya, jadi sebelum disampaikan
kepada masyarakat ia telah mengamalkannya. Serta dalam membangun masjid
Jami’ Al-Barakah melalui dakwah bil hal, yaitu pada saat itu masyarakat pasirbiru
masih sering bertengkar antar kampong. Dengan pendekatan Ustadz Ondi
membangun sebuah masjid ditengah-tengah kampong itu, untuk mempersatukan
antara satu kampung dengan kampung yang lainnya.
20
hakikatnya masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas yang mengandung
kepatuhan kepada Allah semata. Seperti dalam Al-Quran Surat Al-Jinn ayat 18 :
Kata masjid terulang dalam Al-Quran sebanyak dua puluh kali. Pengertian
dari segi bahasa kata masjid diambil dari kata sajada-sujud, yang artinya patuh,
taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan ta’zim. Suatu bangunan yang
dikhususkan untuk melakukan shalat di namakan masjid, yang artinya “tempat
bersujud”.
Sifat khas yang dimiliki oleh ustadz Ondi Sutardi yaitu berani, terus terang
dan blak-blakan yang menerangkan hukum judi dari segi fikih dan kerugiannya
diakhirat kelak, sebagai balasan bagi perbuatan dosa-dosa didunia. Ia
menyelamatkan moral masyarakat khususnya masyarakat pasirbiru.
Kedua metode yang digunakan oleh ustadz Ondi Sutardi masih sangat
relevan dipakai pada saat sekarang hingga kapanpun. Hal ini masih diminatinya
pada kedua bentuk metode yang digunakan dalam dakwahnya itu oleh para da’i
atau juru dakwah saat ini. Sehingga untuk mencapai tujuan atau penggunaan
sterategi, metode dan alternative lain yang sistematis menurut penulis adalah satu
21
faktor yang menentukan kesuksesan. Karena ustadz Ondi Sutardi juga dalam
berdakwahnya melihat jauh kedepannya.
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yang pada dasarnya mengacu pada dakwah dalam bentuk tindakan nyata,
keteladanan dan bersifat pemecahan masalah tertentu dalam dimensi dan ruang
waktu tertentu.
23
Yaitu dengan cara penyamapaian secara lisan seperti ceramah, tabligh dan
lain-lain. Dimana dalam penyampaian bahasa yang digunakan oleh ustadz Ondi
Sutardi mampu mengundang simpatik masyarakat yang mendengarkannya,
sehingga apabila ada kesempatan ia tidak segan-segan untuk selalu mengingatkan
jamaahnya jika melakukan kekeliruan yang menyimpang dari ajaran islam,
tentunya dengan menggunakan bahasa yang lemah lembut dan dapat mudah
dimengerti.
24
DAFTAR PUSTAKA
25