Kelompok 3
Yoga Frayuda (Ketua)
Silvia Apriani (Sekretaris)
Ma’ratul Imaroh
Gofta Larendri Oktavianus
Fasya Ria Amanda
Erma Julia Citra
Dio Raihan Trinadi
Refki Juliansa
A. Iman Islam dan Ihsan
1. Iman
Dasar pemikiran bagi perjalanan dan kehidupan praktis umat manusia seperti
itulah yang menurut istilah Al Quran disebut iman. Kata iman itu sendiri terdiri dari
tiga huruf asal: Hamzah, Mim, dan Nun, yang merupakan kata kerja dari mashdar al-
amn (keamanan) lawan kata dari al- khauf (ketakutan). Iman mengandung arti
ketentraman dan kedamaian kalbu, yang dari kata itu pula muncul kata al-amanah
(amanah, bisa dipercaya) lawan kata al-khiyanah (khianat, ingkar).
Sedangkan secara bahasa iman merupakan pengakuan hati. Sedangkan secara
syara’ tertuang dalam sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Iman itu bukanlah dengan
angan-angan, tetapi apa yang telah mantap di dalam hati dan dibuktikan kebenerannya
dengan amalan”. Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa “ Iman adalah pengakuan
hati, pengucapan dengan lidah, dan pengamalan dengan anggota”.
Sebuah ayat dalam Al-Quran surat Al-Hujurat Ayat 15 :
ن الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا بِاهّٰلل ِ َو َرس ُْولِ ٖه ثُ َّم لَ ْم يَرْ تَاب ُْوا َو َجاهَ ُد ْواUَ اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُ ْو
ٰۤ ُ هّٰللا
ص ِدقُ ْو َنّ ٰ ك هُ ُم ال َ ِٕ بِا َ ْم َوالِ ِه ْم َواَ ْنفُ ِس ِه ْم ِف ْي َسبِي ِْل ِ ۗ ا
ى ول
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad) dangan hartadan jiwa mereka kepada jalan Allah. Maka
itulah orang-orang yang benar.
Dari ayat tersebut, dapat dikatakan bahwa iman adalah membenarkan Allah dan
Rasul-Nya tanpa keraguan, berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwa. Para psikolog
juga berpendapat bahwa dalam keimanan kepada Allah Swt, terdapat kekuatan
spiruntal luar biasa yang dapat membantu orang beriman mengatasi kegelisahan,
ketegangan, dan kesulitan hidup dizaman modern ini. Seorang psikoanalisis, A.A. Brill
berkata bahwa “orang yang beragama secara benar sama sekali tidak akan menderita
penyakit kejiwaan”. Hal ini dijelaskan juga didalam Al-Quran Surat Ar-Rad Ayat 28:
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa ingat kepada Allah merupakan salah satu cara
mereflesikan keimanan kepada-Nya. Iman kepada Allah juga dapat diwujudkan dengan
jalan mengikuti semua tuntunan yang telah digariskan-Nya. Hal itulah satu-satunya
cara untuk mewudkan rasa aman bagi manusia dan membebaskannya dari kegelisahan
hidup. Dalam islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari
adanya rukun iman yaitu : Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-Nya, Iman
kepada kitab-Nya, Iman kepada rasul-Nya, Iman kepada Qodho dan Qodar, dan iman
kepada hari akhir.
2. Islam
Secara etimologi, Islam berasal dari Bahasa Arab, terambil dari kosakata salima
yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama
yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula berserah
diri, patuh, tunduk, dan taat. Dari kata aslama ini dibentuk kata Islam (aslama yuslimu
islaaman) yang mengandung arti sebagaimana terkandung dalam arti pokoknya, yaitu
selamat, aman, damai, patuh, berserah diri, dan taat. Orang yang sudah masuk Islam
dinamakan muslim, yaitu orang yang menyatakan dirinya telah taat, menyerahkan diri,
dan patuh kepada Allah SWT., dengan melakukan aslama orang ini akan terjamin
keselamatannya di dunia dan di akhirat.4 Selain itu ada pula yang berpendapat bahwa
Islam berarti al- istislam, yakni mencari keselamatan atau berserah diri. 5 Pengertian
yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT., antara lain:
ٌ بَ ٰلى َم ْن اَ ْسلَ َم َوجْ هَهٗ هّٰلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن فَلَهٗ ٓ اَجْ ر ُٗه ِع ْن َد َرب ٖ ِّۖه َواَل َخ ْو
ف
َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُ ْو َن
Artinya : “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah,
sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula berserah diri.” (QS. Al-Baqarah(2):112)
Dari keterangan singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa dari segi bahasa Islam
adalah berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT. dalam rangka mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Pengertian agama Islam dari segi istilah terdapat beberapa hal sebagai berikut
1. Islam adalah agama yang didasarkan pada wahyu yang berasal dari Allah
SWT.
2. Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Islam adalah agama yang bukan hanya dibawa oelh Nabi Muhammad
melainkan agama yang dibawa oleh nabi sebelumnya, namun agama yang
dibawa Nabi Muhammad jauh lebih sempurna dibandingkan dengan agama
yang dibawa oleh nabi sebelumnya.
4. Islam adalah agama yang ditujukan hanya untuk kelompok masyarakat pada
zaman tertentu, melainkan agama yang diperuntukkan bagi seluruh
kelompok masyarakat pada setiap zaman.
5. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia.
6. Islam adalah agama yang didasarkan pada lima pilar utama, yaitu
mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang
mampu.
Dengan demikian pengertian Islam baik dari segi bahasa maupun istilah
menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengemban misi keselamatan dunia
dan akhirat, kesejahteraan, dan kemakmuran lahir bathin bagi seluruh umat manusia
dengan cara menunjukkan kepatuhan, ketundukan, dan kepasrahan kepada Tuhan,
dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Misi Islam yang
demikian ini sudah dibawa oleh para nabi terdahulu walaupun nama gama yang dibawa
nabi sebelum Nabi Muhammad SAW itu bukan Islam. Baru pada zaman Nabi
Muhammad SAW itulah agama ini bernama Islam sekaligus mengemban misinya ini.
3. Ihsan
Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik,
sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah swt.
berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal ini.
Surat Al-Isra' Ayat 7 :
Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang
saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan muka- muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-
habisnya apa saja yang mereka kuasai.”
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah.
Ihsan terhadap ibnu sabil adalah dengan cara memenuhi kebutuhannya, menjaga
hartanya, memelihara kehormatannya, menunjukinya jalan jika ia meminta, dan
memberinya pelayanan. Adapun muamalah terhadap pembantu atau karyawan
dilakukan dengan membayar gajinya sebelum keringatnya kering, tidak membebaninya
dengan sesuatu yang ia tidak sanggup melakukannya, menjaga kehormatannya, dan
menghargai pribadinya. Jika ia pembantu rumah tangga, maka hendaklah ia diberi
makan dari apa yang kita makan, dan diberi pakaian dari apa yang kita pakai.
Pada akhir pembahasan mengenai bab muamalah ini, Allah swt. menutupnya
firman-Nya yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang
berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj: 38). Ayat tersebut merupakan
isyarat yang sangat jelas kepada siapa saja yang tidak berlaku ihsan. Bahkan, hal itu
adalah pertanda bahwa dalam dirinya ada kecongkakan dan kesombongan, dua sifat
yang sangat dibenci oleh Allah swt.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok- olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain
(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita
(yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah
kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan
ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.”(Q.S. Alhujarat ;11)
Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(QS. Al-Ankabut ;45)
C. Kesimpulan
Iman merupakan pengakuan hati, pengucapan lidah, dan pengamalan anggota
badan, Islam adalah agama yang mengemban misi keselamatan dunia dan akhirat,
kesejahteraan, dan kemakmuran lahir bathin bagi seluruh umat manusia dengan cara
menunjukkan kepatuhan, ketundukan, dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan
melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, Ihsan adalah puncak
prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang
menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang
dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut.
Iman, Islam dan Ihsan merupakan inti pokok ajaran Islam. Ketiganya sangat
berhubungan erat dan saling mengisi, bahkan satu dengan yang lainnya tidak bias
dipisahkan. Walaupun memiliki definisi dan istilah yang berbeda, namun semuanya
berada dalam satu napas.
Ketiga istilah tersebut dalam praktiknya menjadi satu. Dalam praktiknya kata-
kata iman misalnya dihubungkan dengan larangan menghina orang lain, saling
mencela dan memberi julukan yang negative. Iman juga dihubungkan dengan
larangan berburuk sangka, saling mengintip dan saling mengumpat.
Iman yang pada awalnya sebuah ikrar, akan mendorong manusia untuk
bergerak dengan kesungguhan hati untuk mempraktikkan atau mengamalkan apa
yang dipereintahkan dari apa yang diyakininya yang melahirkan ketaatan atau
kepatuhan dalam menjalani hidup dan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,
Ihsan lahir dari kesempurnaan keimanan dan keislaman seseorang, atau
kesempurnaan keimanan dan keislaman seseorang akan nampak pada sikap atau
tingkah lakunya baik perkataan, perbuatan, atau pun pikiranya.