Anda di halaman 1dari 11

INTEGRASI IMAN, ISLAM DAN IHSAN

Kelompok 3
 Yoga Frayuda (Ketua)
 Silvia Apriani (Sekretaris)
 Ma’ratul Imaroh
 Gofta Larendri Oktavianus
 Fasya Ria Amanda
 Erma Julia Citra
 Dio Raihan Trinadi
 Refki Juliansa
A. Iman Islam dan Ihsan
1. Iman
Dasar pemikiran bagi perjalanan dan kehidupan praktis umat manusia seperti
itulah yang menurut istilah Al Quran disebut iman. Kata iman itu sendiri terdiri dari
tiga huruf asal: Hamzah, Mim, dan Nun, yang merupakan kata kerja dari mashdar al-
amn (keamanan) lawan kata dari al- khauf (ketakutan). Iman mengandung arti
ketentraman dan kedamaian kalbu, yang dari kata itu pula muncul kata al-amanah
(amanah, bisa dipercaya) lawan kata al-khiyanah (khianat, ingkar).
Sedangkan secara bahasa iman merupakan pengakuan hati. Sedangkan secara
syara’ tertuang dalam sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Iman itu bukanlah dengan
angan-angan, tetapi apa yang telah mantap di dalam hati dan dibuktikan kebenerannya
dengan amalan”. Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa “ Iman adalah pengakuan
hati, pengucapan dengan lidah, dan pengamalan dengan anggota”.
Sebuah ayat dalam Al-Quran surat Al-Hujurat Ayat 15 :

‫ن الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْوا بِاهّٰلل ِ َو َرس ُْولِ ٖه ثُ َّم لَ ْم يَرْ تَاب ُْوا َو َجاهَ ُد ْوا‬Uَ ‫اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُ ْو‬
ٰۤ ُ ‫هّٰللا‬
‫ص ِدقُ ْو َن‬ّ ٰ ‫ك هُ ُم ال‬ َ ِٕ ‫بِا َ ْم َوالِ ِه ْم َواَ ْنفُ ِس ِه ْم ِف ْي َسبِي ِْل ِ ۗ ا‬
‫ى‬ ‫ول‬
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjuang (berjihad) dangan hartadan jiwa mereka kepada jalan Allah. Maka
itulah orang-orang yang benar.
Dari ayat tersebut, dapat dikatakan bahwa iman adalah membenarkan Allah dan
Rasul-Nya tanpa keraguan, berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwa. Para psikolog
juga berpendapat bahwa dalam keimanan kepada Allah Swt, terdapat kekuatan
spiruntal luar biasa yang dapat membantu orang beriman mengatasi kegelisahan,
ketegangan, dan kesulitan hidup dizaman modern ini. Seorang psikoanalisis, A.A. Brill
berkata bahwa “orang yang beragama secara benar sama sekali tidak akan menderita
penyakit kejiwaan”. Hal ini dijelaskan juga didalam Al-Quran Surat Ar-Rad Ayat 28:

ْ َ‫ط َم ِٕى ُّن قُلُ ْوبُهُ ْم ِب ِذ ْك ِر هّٰللا ِ ۗ اَاَل بِ ِذ ْك ِر هّٰللا ِ ت‬


ُ‫ط َم ِٕى ُّن ْالقُلُ ْوب‬ ْ َ‫ْن ٰا َمنُ ْوا َوت‬Uَ ‫الَّ ِذي‬
Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa ingat kepada Allah merupakan salah satu cara
mereflesikan keimanan kepada-Nya. Iman kepada Allah juga dapat diwujudkan dengan
jalan mengikuti semua tuntunan yang telah digariskan-Nya. Hal itulah satu-satunya
cara untuk mewudkan rasa aman bagi manusia dan membebaskannya dari kegelisahan
hidup. Dalam islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari
adanya rukun iman yaitu : Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat-Nya, Iman
kepada kitab-Nya, Iman kepada rasul-Nya, Iman kepada Qodho dan Qodar, dan iman
kepada hari akhir.

2. Islam

Secara etimologi, Islam berasal dari Bahasa Arab, terambil dari kosakata salima
yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama
yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula berserah
diri, patuh, tunduk, dan taat. Dari kata aslama ini dibentuk kata Islam (aslama yuslimu
islaaman) yang mengandung arti sebagaimana terkandung dalam arti pokoknya, yaitu
selamat, aman, damai, patuh, berserah diri, dan taat. Orang yang sudah masuk Islam
dinamakan muslim, yaitu orang yang menyatakan dirinya telah taat, menyerahkan diri,
dan patuh kepada Allah SWT., dengan melakukan aslama orang ini akan terjamin
keselamatannya di dunia dan di akhirat.4 Selain itu ada pula yang berpendapat bahwa
Islam berarti al- istislam, yakni mencari keselamatan atau berserah diri. 5 Pengertian
yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT., antara lain:

ٌ ‫بَ ٰلى َم ْن اَ ْسلَ َم َوجْ هَهٗ هّٰلِل ِ َوهُ َو ُمحْ ِس ٌن فَلَهٗ ٓ اَجْ ر ُٗه ِع ْن َد َرب ٖ ِّۖه َواَل َخ ْو‬
‫ف‬
‫َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُ ْو َن‬
Artinya : “(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah,
sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula berserah diri.” (QS. Al-Baqarah(2):112)

Dari keterangan singkat tersebut dapat disimpulkan bahwa dari segi bahasa Islam
adalah berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT. dalam rangka mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Pengertian agama Islam dari segi istilah terdapat beberapa hal sebagai berikut

1. Islam adalah agama yang didasarkan pada wahyu yang berasal dari Allah
SWT.
2. Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Islam adalah agama yang bukan hanya dibawa oelh Nabi Muhammad
melainkan agama yang dibawa oleh nabi sebelumnya, namun agama yang
dibawa Nabi Muhammad jauh lebih sempurna dibandingkan dengan agama
yang dibawa oleh nabi sebelumnya.
4. Islam adalah agama yang ditujukan hanya untuk kelompok masyarakat pada
zaman tertentu, melainkan agama yang diperuntukkan bagi seluruh
kelompok masyarakat pada setiap zaman.
5. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia.
6. Islam adalah agama yang didasarkan pada lima pilar utama, yaitu
mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji bagi yang
mampu.

Dengan demikian pengertian Islam baik dari segi bahasa maupun istilah
menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengemban misi keselamatan dunia
dan akhirat, kesejahteraan, dan kemakmuran lahir bathin bagi seluruh umat manusia
dengan cara menunjukkan kepatuhan, ketundukan, dan kepasrahan kepada Tuhan,
dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Misi Islam yang
demikian ini sudah dibawa oleh para nabi terdahulu walaupun nama gama yang dibawa
nabi sebelum Nabi Muhammad SAW itu bukan Islam. Baru pada zaman Nabi
Muhammad SAW itulah agama ini bernama Islam sekaligus mengemban misinya ini.

3. Ihsan

Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik,
sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah swt.
berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal ini.
Surat Al-Isra' Ayat 7 :

Artinya : “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang
saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan muka- muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-
habisnya apa saja yang mereka kuasai.”
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah.

Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut:


1. Ihsan kepada orang tua
Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23-24 “Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-
duanya berumr lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua mendidik aku diwaktu kecil.” (QS. Al-Israa’: 23-24). Ayat
tersebut menjelaskan kepada kita bahwa ihsan kepada orang tua itu sejajar dengan ibadah
kepada Allah.Dalam sebuah hadist riwayat Turmuzdi, dari Ibnu Amru bin Ash, Rasulullah
saw. bersabda, “Keridhaan Allah berada pada keridhaan orang tua, dan kemurkaan Allah
berada pada kemurkaan orang tua.” Dalil di atas menjelaskan bahwa ibadah kita kepada Allah
tidak akan diterima, jika tidak disertai dengan berbuat baik kepada kedua orang tua. Apabila
kita tidak memiliki kebaikan ini, maka bersamaan dengannya akan hilang ketakwaan,
keimanan, dan keislaman.
2. Ihsan kepada kerabat karib
Ihsan kepada kerabat adalah dengan jalan membangun hubungan yang baik
dengan mereka, bahkan Allah swt. menyamakan seseorang yang memutuskan
hubungan silatuhrahmi dengan perusak di muka bumi. Allah berfirman, “Maka apakah
kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan?” (QS. Muhammad: 22). Silaturahmi adalah
kunci untuk mendapatkan keridhaan Allah. Hal ini dikarenakan sebab paling utama
terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya
hubungan silaturahmi. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman, “Aku adalah Allah,
Aku adalah Rahman, dan Aku telah menciptakan rahim yang Kuberi nama bagian dari nama-
Ku. Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Ku sambungkan pula baginya dan
barangsiapa yang memutuskannya, akan Ku putuskan hubunganku dengannya.” (HR.
Turmudzi). Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda, “Tidak akan masuk surga, orang yang
memutuskan tali silaturahmi.” (HR. Syaikahni dan Abu Dawud).

3. Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin


Diriwayatkan oleh Bukhari, Abu Dawud, dan Turmuzdi, bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak akan seperti ini…
(seraya menunjukkan jari telunjuk jari tengahnya).” Dan Diriwayatkan oleh Turmudzi, Nabi
saw. bersabda, “Barang siapa dari Kaum Muslimin yang memelihara anak yatim dengan
memberi makan dan minumnya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga
selamanya, selama ia tidak melakukan dosa yang tidak terampuni.”

4. Ihsan kepada tetangga dekat, tengga jauh, serta teman sejawat


Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga
yang berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang
berada jauh dari rumah. Adapun yang dimaksud teman sejawat adalah yang berkumpul
dengan kita atas dasar pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau kampus,
perjalanan, ma’had, dan sebagainya. Mereka semua masuk ke dalam katagori
tetangga. Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja, tetapi tetangga
muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim; sedang
tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai
muslim dan sebagai kerabat. Rasulullah saw. menjelaskan hal ini dalam sabdanya,
“Demi Allah, tidak beriman, demi Allah, tidak beriman.” Para sahabat bertanya,
“Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seseorang yang
tidak aman tetangganya dari gangguannya.” (HR. Syaikhani). Pada hadits yang lain,
Rasulullah bersabda, “Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang pada suatu
malam, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia megetahuinya.”(HR. Ath-
Thabrani).

5. Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya

Ihsan terhadap ibnu sabil adalah dengan cara memenuhi kebutuhannya, menjaga
hartanya, memelihara kehormatannya, menunjukinya jalan jika ia meminta, dan
memberinya pelayanan. Adapun muamalah terhadap pembantu atau karyawan
dilakukan dengan membayar gajinya sebelum keringatnya kering, tidak membebaninya
dengan sesuatu yang ia tidak sanggup melakukannya, menjaga kehormatannya, dan
menghargai pribadinya. Jika ia pembantu rumah tangga, maka hendaklah ia diberi
makan dari apa yang kita makan, dan diberi pakaian dari apa yang kita pakai.
Pada akhir pembahasan mengenai bab muamalah ini, Allah swt. menutupnya
firman-Nya yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang
berkhianat lagi mengingkari nikmat.” (QS. Al-Hajj: 38). Ayat tersebut merupakan
isyarat yang sangat jelas kepada siapa saja yang tidak berlaku ihsan. Bahkan, hal itu
adalah pertanda bahwa dalam dirinya ada kecongkakan dan kesombongan, dua sifat
yang sangat dibenci oleh Allah swt.

6. Ihsan dengan perlakuan dan ucapan baik kepada manusia


Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kiamat,
hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Masih riwayat
dari Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda, “Ucapan yang baik adalah sedekah.”
Bagi manusia secara umum, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai
dalam pergaulan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegahnya dari kemungkaran,
menunjukinya jalan jika ia tersesat, mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak-hak
mereka, dan tidak mengganggu mereka dengan tidak melakukan hal-hal dapat mengusik serta
melukai mereka.
7. Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang
Berbuat ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar,
mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya diluar kemampuannya, tidak
menyiksanya jika ia bekerja, dan mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat
menyembelih, hendaklah dengan menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak
menyiksanya, serta menggunakan pisau yang tajam.
Kesimpulannya, ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan
akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha
dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut.
Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang
lain, kecuali mereka yang telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai
hidupnya.

B. Hubungan dan Integrasi Islam, Iman, dan Ihsan


Dalam hadis riwayat H.R. Muslim terdapat dalil bahwa iman,islam, dan ihsan
semuanya disebut ad-din/agama yang mencakup 3 tingkatan.
1. Tingkatan Islam
Di dalam hadis tersebut, ketika Rasulullah SAW ditanya tentang Islam beliau
menjawab, Islam yaitu hendaklah engkau bersaksi tiada yang patut disembah kecuali
Allah SWT dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah SWT. Hendaklah
engkau mendirikan salat, membayar zakat, berpuasa pada bulan ramadhan, dan
mengerjakan haji jika engkau mampu. Dari sinilah kemudian di rumuskan bahwa islam
itu terdiri dari 5 rukun. Jadi, islam yang dimaksud adalah amalan-amalan lahiriah yang
meliputi syahadat, salat, puasa, zakat, dan haji. Yang selanjutnya disebut dengan rukun
islam.
2. Tingkatan Iman
Selanjutnya saat Nabi ditanya mengenai iman. Beliau bersabada,” Hendaknya
engkau beriman kepada Allah SWT, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada Qada’ dan
Qadar”. Jadi iman yang dimaksud adalah mencakup perkara batiniah yang ada di dalam
hati. Dari sini dapat dipahami bahwa Islam diartikan sebagai amalan-amalan anggota
badan, sedangkan iman diartikan sebagai amalan hati yang berupa kepercayaan dan
keyakinan terhadap ajaran Islam yang tercakup dalam rukun iman yang dijelaskan
diatas. Akan tetapi, bila disebutkan secara mutlak salah satunya, Islam atau Iman saja,
maka sudah mencakup yang lainnya, sebagaimana firman Allah SWT “Dan aku telah
ridha Islam menjadi agama kalian”. (Q.S. Al-MAIDAH: 3). Kata Islam disini sudah
mencakup Islam dan Iman.
3. Tingkatan Ihsan
Nabi juga ditanya oleh Jibril tentang Ihsan. Nabi bersabda, “Yaitu engkau
beribadah kepada Allah SWT seolah-olah engkau melihatNya. Namun jika engkau
tidak dapat beribadah seolah-olah melihatNya, sesungguhnya ia melihat engkau”. Ihsan
yaitu sikap menyembah/ta’abud kepada Rabb-Nya dengan ibadah yang dipenuhi rasa
harap dan keinginan, seolah-olah dia melihat-Nya sehingga dia pum sangat ingin
sampai kepadaNya, dan ini adalah derajat ihsan yang paling sempurna. Tapi bila dia
tidak bisa mencapai kondisi ini maka hendaknya dia berada di derajat kedua yaitu:
menyembah kepada Allah SWT dengan ibadah yang dipenuhi rasa takut dan cemas
akan siksa-Nya, oleh karena itulah Nabi bersabda, “jika kamu tidak bisa melihat-Nya
maka sesungguhnya dia melihatmu”, artinya jika kamu tidak mampu menyembahNya
seolah-olah kamu melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu. Jadi tingkatan
ihsan ini mencakup perkara lahir maupun batin.

Oleh karena itulah para ulama muhaqqiq/peneliti menyatakan bahwa setiap


mukmin pasti muslim, karena orang yang telah merealisasikan iman sehingga iman itu
tertanam kuat di dalam hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal Islam/amalan lahir.
Sebaliknya, belum tentu setiap muslim itu mukmin, karena bisa jadi imannya sangat
lemah sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia
melakukan amalan lahir dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya muslim
saja dan tidak tergolong mukmin dengan iman yang sempurna. Sebagaimana Allah
SWT telah berfirman, “orang-orang arab badui itu mengatakan ‘kami telah beriman’.
Katakanlah ‘kalian belumlah beriman tapi hendaklah kalian mengatakan: ‘kami telah
berislam’.” (Q.S. Al Hujarat: 14). Dengan demikian jelaslah bahwa agama ini memang
memiliki tingkatan-tingkatan, dimana satu tingkatan lebih tinggi daripada tingkatan
yang lainnya. Tingkatan pertama yaitu Islam, kemudian tingkat yang lebih tinggi dari
itu adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari tingkatan iman adalah ihsan. Orang
yang berada dalam tingkatan iman disebut muhsin.
Iman, Islam dan Ihsan merupakan inti pokok ajaran Islam. Ketiganya sangat
berhubungan erat dan saling mengisi, bahkan satu dengan yang lainnya tidak bias
dipisahkan. Walaupun memiliki definisi dan istilah yang berbeda, namun semuanya
berada dalam satu napas.
Ketiga istilah tersebut dalam praktiknya menjadi satu. Dalam praktiknya kata-
kata iman misalnya dihubungkan dengan larangan menghina orang lain, saling mencela
dan memberi julukan yang negative. Iman juga dihubungkan dengan larangan berburuk
sangka, saling mengintip dan saling mengumpat. Hal ini dapat kita laihat pada ayat-
ayat berikut ini :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok- olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain
(karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita
(yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah
kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan
ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.”(Q.S. Alhujarat ;11)

Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(QS. Al-Ankabut ;45)
C. Kesimpulan
Iman merupakan pengakuan hati, pengucapan lidah, dan pengamalan anggota
badan, Islam adalah agama yang mengemban misi keselamatan dunia dan akhirat,
kesejahteraan, dan kemakmuran lahir bathin bagi seluruh umat manusia dengan cara
menunjukkan kepatuhan, ketundukan, dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan
melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, Ihsan adalah puncak
prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang
menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang
dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut.
Iman, Islam dan Ihsan merupakan inti pokok ajaran Islam. Ketiganya sangat
berhubungan erat dan saling mengisi, bahkan satu dengan yang lainnya tidak bias
dipisahkan. Walaupun memiliki definisi dan istilah yang berbeda, namun semuanya
berada dalam satu napas.
Ketiga istilah tersebut dalam praktiknya menjadi satu. Dalam praktiknya kata-
kata iman misalnya dihubungkan dengan larangan menghina orang lain, saling
mencela dan memberi julukan yang negative. Iman juga dihubungkan dengan
larangan berburuk sangka, saling mengintip dan saling mengumpat.
Iman yang pada awalnya sebuah ikrar, akan mendorong manusia untuk
bergerak dengan kesungguhan hati untuk mempraktikkan atau mengamalkan apa
yang dipereintahkan dari apa yang diyakininya yang melahirkan ketaatan atau
kepatuhan dalam menjalani hidup dan kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,
Ihsan lahir dari kesempurnaan keimanan dan keislaman seseorang, atau
kesempurnaan keimanan dan keislaman seseorang akan nampak pada sikap atau
tingkah lakunya baik perkataan, perbuatan, atau pun pikiranya.

Anda mungkin juga menyukai