Anda di halaman 1dari 15

Ruang lingkup dan karakteristik ajaran Islam

A. Pengertian Ajaran Islam

 Etimologi

Berdasarkan ilmu bahasa (Etimologi) kata ”Islam” berasal dari bahasa Arab,
yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu terbentuk kata
aslama, yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, paruh, dan taat.
Sedangkan muslim yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri,
patuh, dan tunduk kepada Allah s.w.t

 Terminilogo

Secara istilah (terminologi), Islam berarti suatu nama bagi agama yang ajaran-
ajarannya diwahyukan Allah kepada manusia melalui seorang rasul. Ajaran-ajaran yang
dibawa oleh Islam merupakan ajaran manusia mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia. Islam merupakan ajaran yang lengkap , menyeluruh dan sempurna yang
mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah maupun ketika
berinteraksi dengan lingkungannya.

Islam juga merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Adam, Nabi Ibrahim, Nabi Ya’kub,
Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa as. Dan nabi-nabi lainnya.

Dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 132, Allah berfirman :

‫َو َو َّص ٰى ِبَہ ٓا ِإۡب َر ٲِه ۧـُم َب ِنيِه َو َي ۡع ُقوُب َي ٰـ َب ِنَّى ِإَّن ٱَهَّلل ٱۡص َط َفٰى َلُك ُم ٱلِّد يَن َفاَل‬
‫َت ُموُتَّن ِإاَّل َو َأنُتم ُّم ۡس ِلُموَن‬
Artinya :

”Nabi Ibrahim telah berwasiat kepada anak-anaknya, demikian pula Nabi Ya’kub,
Ibrahim berkata : Sesungguhnya Allah telah memilih agama Islam sebagai agamamu,
sebab itu janganlah kamu meninggal melainkan dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al-
Baqarah, 2:132)

Nabi Isa juga membawa agama Islam, seperti dijelaskan dalam ayat yang berbunyi
sebagai berikut :

‫ِهَّلل َقاَل ٱۡل َح َو اِر ُّيوَن‬


‌ۖ ‫َفَلَّمٓا َأَح َّس ِع يَس ٰى ِم ۡن ُہ ُم ٱۡل ُك ۡف َر َقاَل َم ۡن َأنَص اِر ٓى ِإَلى ٱ‬
‫َنۡح ُن َأنَص اُر ٱِهَّلل َء اَم َّن ا ِبٱِهَّلل َو ٱۡش َه ۡد ِبَأَّن ا ُم ۡس ِلُموَن‬

Artinya :

”Maka ketika Nabi Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkata dia :
Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan agama Allah
(Islam)? Para Hawariyin (sahabat beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim” (QS. Ali Imran, 3:52).

Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya
untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu
generasi ke generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam
adalah rahmat, hidayat, dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari
sifat rahman dan rahim Allah swt.

Agama-agama selain Islam umumnya diberi nama yang dihubungkan dengan manusia
yang mendirikan atau yang menyampaikan agama itu atau dengan tempat lahir agama
bersangkutan seperti agama Budha (Budhism), agama Kristen (Christianity), atau
agama Yahudi (Judaism). Nama agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad ini
tidak dihubungkan dengan nama orang yang menyampaikan wahyu itu kepada manusia
atau nama tempat agama itu mula-mula tumbuh dan berkembang. Pendidikan Agama
Islam – Hal 2.

Oleh karena itu penamaan Muhamedanism untuk agama Islam dan Mohammedan
untuk orang-orang Islam yang telah dilakukan berabad- abad oleh orang Barat,
terutama oleh para orientalis adalah salah. Kesalahan ini disebabkan karena para
penulis Barat menyamakan agama Islam dengan agama-agama lain, misalnya dengan
Chrisianity yang diajarkan oleh Jesus Kristus atau Budhism yang diajarkan oleh Budha
Gautama dan lain-lain.

Memahami ajaran Islam dengan sebaik-baiknya, merupakan komitmen umat Islam


terhadap Islam. Komitmen tersebut intinya terdapat dalam QS. Al-Asr(103) yang
berbunyi :

١( ‫َو ٱۡل َع ۡص ِر‬

٢( ‫ِإَّن ٱِإۡلنَس ٰـ َن َلِفى ُخ ۡس ٍر‬

‫ِإاَّل ٱَّلِذيَن َء اَم ُنوْا َو َع ِم ُلوْا ٱلَّص ٰـ ِلَح ٰـ ِت َو َت َو اَص ۡو ْا ِبٱۡل َح ِّق َو َت َو اَص ۡو ْا‬
٣( ‫ِبٱلَّص ۡب ِر‬
Artinya :

(1). Demi masa.

(2). Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,

(3). kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya menta’ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.

Berdasarkan dari surat Al-Asr di atas ada 5 (lima) komitmen atau kerikatan seorang
muslim dan muslimat terhadap Islam. Komitmen tersebut adalah :

1. Meyakini, mengimani kebebaran agama Islam seyakin-yakinnya.

2. Mempelajari, mengilmui ajaran Islam secara baik dan benar.

3. Mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

4. Mendakwahkan, menyebarkan ajaran Islam secara bijaksana disertai


argumentasi yang meyakinkan dengan bahasa yang baik dan,

5. Sabar dalam berIslam, dalam meyakini mempelajari, mengamalkan dan


mendakwahkan agama Islam.
B. RUANG LINKUP AJARAN ISLAM

Ajaran Islam meliputi tiga komponen utama yang saling terkait antara
satu dengan lainya. Ketiga komponen itu adalah Aqidah, Syariah dan Akhlah.
Aqidah adalah ajaran dasar yang berhubungan dengan keyakinan/iman.
Syariah ajaran Islam yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah.
Sementara Akhlak adalah ajaan Islam yang menata tentang prilaku baik dan
tidak baik.

I. AKIDAH.

 Konsep dan Ruang Lingkup Akidah.

Aqidah sebagai ajaran pokok Islam yang harus diketahui oleh semua
umat Islam pada khususnya dan manusia secara umum. Banyak orang yang
mengaku Islam tapi barangkali belum mengetahui secara benar bagaimana
aqidah Islam dan cara mengamalkannya. Ini bisa dipahami lantaran banyak di
antara yang beragama Islam hanya sebagai identitas atau karena lahir dari
orangtua dan lingkungan Islam. Cara beragama seperti ini jelas tidak benar.
Karenanya sangat penting untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar akidah
Islam.

Aqidah berarti pengikatan.”I’tiqadat kadza” artinya,“saya beritiqad begini” .


maksudnya, saya mengikat hati terhadap hal tersebut. Aqidah adalah apa
yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan “Dia mempunyai akidah yang
benar”, Berarti akidah nya bebas dari keraguan. Akidah merupakan perbuatan
hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu.

Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth (ikatan), al-
Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh,
kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk
(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti
al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan). "Al-Aqdu" (ikatan) lawan kata
dari al-hallu (penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata
kerja: "8Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), "8Aqdan" (ikatan sumpah), dan"
8Uqdatun Nikah" (ikatan menikah).
Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." Surat Al-Maa-idah
ayat 89. Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya
adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan
adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Jadi kesimpulannya, apa yang telah
menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar
ataupun salah.

Secara terminologis( ishthilahan ), terdapat beberapa definisi di


antarannya:

Menurut Hasan al-Banna dalam kitab Majmu9ah ar-Rasa9il menyatakan


bahwa akidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya
oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, dan menjadi keyakinan yang tidak
bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.

Abu Bakar Jabir al-Jazairy dalam kitab akidah al-mi9min mengatakan bahwa
akidah adalah sejumblah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia yang berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu ditanamkan
di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaanya secara pasti.

Muhamad Syaltut mendefinisikan akidah adalah suatu system kepercayaan


dalam islam. Artinya, sesuatu yang harus diyakini sebelum apa-apa dan
melakukan apa-apa tanpa keraguan sedikit pun dan tanpa ada unsure yang
mengganggu kebersihan keyakinan. Sesuatu yang harus diyakin I sebelum
pap-apa adalah keyakinan akan keberadaan allah dengan segala fungsinya.
Semua itu tercakup dalam rukun iman sebagai ikrar bagi setiap muslim dan
menyatakan keislamannya sejak lahir dan merupakan landasan bagi setiap
muslim.

Tauhid

Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang


penanaman akidah dengan dalil Aqli( dapat diterima dengan akal ) atau Naqli (
ditegakan oleh Al-Quran dan Al-Hadits ) yangdapat menghilangkan semua
keraguan. Ilmu pengetahuan yang dapat mengungkapkan kebatilan orang-
orang kafir, argumentasi-argumentasi dan kebohongan mereka, dengan ilmu
tersebut jiwa menjadi tenang dan hati menjadi tentram dengan iman.
Dinamakan ilmu tauhid, oleh karena pokok pembahasannya mengenai
keesaan Allah, Firman Allah SWT, artinya:

“Adakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkan kepadamu


oleh tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta ?Hanyalah orang-
orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.“(Surat Ar-Ra’d).

Tauhid sebagai pengetahuan kesaksian, keyakinan, dan keimanan terhadap


ke-Esaann Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya, berdasarkan Al-
Qur9an, ke-Esaan Allah/Tauhid itu meliputi tiga hal; 1. Esa zat-Nya, tidak ada
tuhan lebih dari satu dan tidak ada sekutu bagi Allah; 2. Esa sifat-Nya, tidak
ada zat lain yang memiliki satu atau lebih sifat-sifat ketuhanan yang
sempurna; 3. Esa af’al-Nya, tidak seorang pun dapat melakuakn pekerjaan
yang dilakukan oleh Allah.

Makna kalimat Tauhid.

Masih terngiang-ngiang di telinga kita apa yang dikatakan guru agama kita
di bangku sekolah dasar ketika menerangkan mengenai makna kalimat tauhid
8laa ilaha illallah9. Guru kita akan mengajarkan bahwa kalimat 8laa ilaha
illallah9 itu bermakna 8Tiada Tuhan selain Allah9. Namun apakah tafsiran
kalimat yang mulia ini sudah benar? Sudahkah penafsiran ini sesuai dengan
yang diinginkan al-Qur’an dan Al Hadits? Pertanyaan seperti ini seharusnya
kita ajukan agar kita memiliki aqidah yang benar yang selaras dengan al-
Qur9an dan As Sunnah dengan pemahaman generasi terbaik umat ini (baca:
salafush sholih).

Berikut akan dijelaskan terlebih dahulu keutamaan kalimat 8laa ilaha illallah9
agar kita mengetahui kedudukannya dalam agama Islam.

Keutamaan kalimat ‘laa ilaha illallah’.

Ibnu Rajab dalam Kalimatul Ikhlas mengatakan,”Kalimat Tauhid (yaitu Laa


Ilaha Illallah, ) memiliki keutamaan yang sangat agung yang tidak mungkin
bisa dihitung.” Lalu beliau rahimahullah menyebutkan beberapa keutamaan
kalimat yang mulia ini. Di antara yang beliau sebutkan:
a. Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ merupakan harga surga

b. Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah kebaikan yang paling utama

c. Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah dzikir yang paling utama

d. Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah amal yang paling utama, paling banyak
ganjarannya,menyamai pahala memerdekakan budak dan merupakan
pelindung dari gangguan setan

e. Kalimat ‘Laa Ilaha Illallah’ adalah Kunci 8 Pintu Surga, orang yang
mengucapkannya bisa masuk lewat pintu mana saja yang dia sukai.

Inilah sebagian di antara keutamaan kalimat syahadat laa ilaha illallah dan
masih banyak keutamaan yang lain. Kalimat Laa ilaaha illallah adalah kunci
untuk masuk Islam dan perkataan terakhir yang seharusnya diucapkan oleh
setiap muslim sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Makna Laa ilaaha illallah

Makna kalimat “Laa ilaaha illallah” yaitu ber’tikad dan berikrar


bahwasannya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali
Allah SWT, mentaati hal tersebut dan mengamalkannya. Laa ilaaha menafikan
hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah
penetapan hak Allah semata untuk disembah.

Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah,” Tidak ada sesembahan
yang benar selain Allah”. Kata ilah mempunyai pengertian luas, yaitu
mencakup pengertian rububiyah dan mulkiyah. Adapun laa ilaha illallah
mempunyai pengertian sebagai berikut:

1. La khaliqa illallah (tidak ada Yang Maha Pencipta, kecuali Allah)

2. La raziqa illallah (tidak ada Yang Maha Memberi Rizki, kecuali Allah)

3. La hafiza illallah (tidak ada Yang Maha Memelihara, kecuali Allah)


4. La mudabbira illallah (tidak ada Yang Maha Mengelola, kecuali Allah)

5. La malika illallah (tidak ada Yang Maha Memiliki Kerajaan, kecuali Allah)

6. La waliya illallah (tidak ada Yang Maha Pempimpin, kecuali Allah)

7. La hakima illallah (tidak ada Yang Maha Menentukan aturan, kecuali Allah)

8. La gayata illallah (tidak ada Yang Maha Menjadi Tujuan, kecuali Allah)

9. La ma9buda illallah (tidak ada Yang Maha Disembah, kecuali Allah)

Ikrar laa ilaha illallah tidak akan dapat diwujudkan secara benar tanpa mengikuti
petunjuk yang disampiakan oleh Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, ikrar laa
ilaha illallahharus diikuti ikrar Muhammadur-Rasulullah. Dua ikrar itulah yang
dikenal dengtan dua kalimat syahadat (syahadatain) yang menjadi pintu gerbang
seseorang memasuki agama Allah.

Pengaruh Akidah dalam mengarahkan Individu dan Masyarakat

Akidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan Islam. Semakin


tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi yang dibuat.
Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan
tanpa fondasi. Seseorang yang memiliki akidah yang kuat, pasti akan
melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki yang mulia dan bermu9amalat
dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak
dilandasi dengan akidah. Seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila tidak
memiliki akidah yang benar.

Manfaat Tauhid Adalah:

Tauhid merupakan sebab paling utama terhapusnya dosa dan kesalahan.


Dalilnya adalah hadits Anas radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: Saya mendengar
Rasulullah Shallallahu 8alaihi wa Sallam bersabda: “Allah Ta’ala berfirman:
‘Wahai anak adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi
dosa, kemudian engkau menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku
sedikitpun –yakni bertauhid-, maka Aku akan mendatangimu dengan sepenuh itu
pula ampunan” . (Riwayat Tirmidzi ).

Tauhid membebaskan seorang hamba dari perbudakan makhluk dan


ketergantungan, ketakutan dan kepasrahan terhadap mereka serta beramal
untuk mereka. Hati seorang yang bertauhid selalu bergantung kepada Rabb-nya,
Pencipta langit dan bumi yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu.
Inilah harga diri yang hakiki dan kemuliaan yang agung. Seorang yang bertauhid
selalu beribadah hanya kepada Allah, tidak mengharapkan kepada selain-Nya
dan tidak takut kecuali kepada-Nya. Sehingga dengan demikian, kesuksesan
dan keberhasilannya kian terealisir.

Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk menggapai ridho Allah Ta9ala,


cinta dan pahalaNya. Berbeda dengan syirik yang merupakan sebab turunnya
siksa Allah, kemurkaan dan kepedihan azab-Nya. Firman Allah Ta’ala: ”Kamu
tidak akan mendapat suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-
Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-
saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah
menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan
rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
golongan Allah itulah yang beruntung.” (Surat Al-Mujadilah ayat 22).

Tauhid yang telah tertanam mantap dalam hati seseorang hamba akan
meringankannya dari segala kesulitan, musibah, kepedihan dan kesedihannya..
Allah Ta’ala berfirman: ” (Yaitu) orangorang yang apabila ditimpa musibah,
mereka menggucapkan 8Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un’. Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat pujian.”( Surat Al-Baqarah ayat156-
157).
Urgensi/Penting Akidah Dan Makna Lillahi Ta’ala

Akidah atau keimanan merupakan bagian terpenting dalam ajaran Islam.


Jika ajaran Islam ini diumpamakan jasad, maka iman adalah ruhnya. Ia adalah
jantung yang memompa darah kehidupan ke sekujur badan. Demikian halnya
dengan akidah. Dialah yang menjadi ruh ajaran Islam. Berdasarkan imanlah
seseorang akan dinilai di hadapan Allah. Pada gilirannya, imanlah yang akan
mengontrol dan mengarahkan perilaku seorang Mukmin. Bahkan, shalat, haji,
puasa, dan seluruh amal baik tak ada gunanya tanpa adanya keimanan.
Demikian juga kualitas keberagamaan kita, kualitas ibadah kita juga diukur
dengan seberapa besar keimanan kita kepada Allah. Mungkin kita shalat dan
melakukan kebajikan lain, tapi apakah kita benar-benar mengingatnya? Apakah
Allah senantiasa hadir dalam kehidupan kita? Apakah kalau kita sedang shalat
kita merasa benar-benar sedang menghadap Allah? Apakah saat kita mendapat
keberuntungan kita sadar bahwa itu datangnya dari Allah?

Karena itulah dalam Islam ada ajaran lillahi ta9ala (semua hal harus didasarkan
karena Allah atau untuk Allah). Lillahi ta9ala artinya menjadikan Allah sebagai
satu-satunya penyembahan, pemujaan, tempat bergantung, tempat berserah diri,
dan tempat memohon pertolongan. Terkadang orang salah memahami kalimat
lillahi ta9ala. Ia menyangka Allah itu egois. Mengapa? Karena semuanya
katanya harus ditujukan untuk Allah.

Pemahaman semacam ini jelas keliru. Beriman, memuja, dan berserah diri pada
Allah sejatinya untuk kepentingan manusia itu sendiri. Mengapa demikian?
Manusia adalah makhluk yang tak bisa hidup sendiri. Dalam memenuhi hajatnya
ia akan bergantung pada obyek lain. SeandainyaAllah tidak memerintahkan agar
manusia bergantung pada-Nya, pasti manusia akan bergantung pada yang lain?
Apa yang lain itu? Mungkin teman, atasan, uang atau mitos-mitos tertentu yang
ia percayai.

Jika manusia bergantung pada semua ini apa jadinya? Selama masih ada
teman, ada atasan, ada uang, barangkali ia tenang. Tapi bagaimana kalau
temannya berkhianat, atasannya mati, uangnya habis? galau, kan? stress?
Karena semua itu sesuatu yang labil, mudah berubah, mudah datang dan mudah
pergi. Jadi berbahaya bergantung pada sesuatu yang labil. Tapi Allah tetap, tak
berubah. Dia adalah Tuhan yang tak pernah meninggalkan hamba-Nya, bahkan
sekalipun hamba-Nya pernah mencaci maki-Nya. Tuhan adalah tempat
bersandar yang stabil. Manusia akan merasa tenteram dan matap dalam
hidupnya ketika ia bergantung pada Allah. Ia akan senantiasa optimis, bahkan
saat ia gagal sekali pun.
Ruang Lingkup Akidah

Kajian aqidah menyangkut keyakinan umat Islam atau iman. Karena


itulah, secara formal, ajaran dasar tersebut terangkum dalam rukun iman yang
enam. Oleh sebab itu, sebagian para ulama dalam pembahasan atau kajian
aqidah, mereka mengikuti sistematika rukun iman yaitu: iman kepada Allah, iman
kepada malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk ruhani seperti jin, iblis,
dan setan), iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Nabi dan rasul Allah,
iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadar Allah swt.

Sementara Ulama dalam kajiannya tentang aqidah islam menggunakan


sistematika sebagai berikut:
1. Ilahiyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan ilah(Tuhan, Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat
Allah,perbuatan (af’al) Allah dan sebagainya.

2. Nubuwat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang


berhubungan dengan nabi dan Rasul, termasuk pembicaraan mengenai
kitab-kitab Allah, mukjizat, karamat dan sebagainya.

3. Ruhaniyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang


berhubungan dengan alammetafisik seperyi Malaikat, Jin, Iblis, Setan,
Roh dan lain sebaginya.

4. Sam’iyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa


diketahui lewat Sama’, yaitu dalil naqli berupa al-qur9an dan as-sunnah,
seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga,
neraka dan sebaginya.

Penyimpangan Aqidah

-Sebab-Sebab Penyimpangan dari Aqidah Shahihah, yaitu:

1. Kebodohan terhadap aqidah shahihah

karena tidak mau mempelajari dan mengajarkannya, atau karena kurangnya


perhatian terhadapnya. Sehingga tumbuh generasi yang tidak mengenal aqidah
shahihah dan juga tidak mengetahui lawan atau kebalikannya. Akibatnya,
mereka menyakini yang haq sebagai sesuatu yang batil dan yang batil dianggap
sebagai yang haq. Sebagaimana yang dikatakan oleh Umar bin Khatab
radliyallahu ‘anhu : ” Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi
satu manakala di dalam Islam terdapat orang yang tumbuh tanpa mengenal
kejahiliyahan”
2. Ta’ashshub (fanatik)

kepada sesuatu yang diwarisi dari bapak dan nenek moyangnya,


sekalipun hal itu batil, dan mencampakkan apa yang menyalahinya, sekalipun
hal itu benar. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 170, yang
artinya:

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘ikutilah apa yang telah diturunkan Allah
‘ , mereka menjawab, ‘(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami
dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.’ (Apakah mereka akan mengikuti
juga ), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan
tidak mendapat petunjuk?”

3. Taqlid Buta

Dengan mengambil pendapat manusia dalam masalah aqidah tanpa megetahui


dalilnya dan tanpa menyelidiki seberapa jauh kebenarannya.

4. Ghuluw (berlebihan)

Dalam mencintai para wali dan orang-orang shalih, serta mengangkat mereka di
atas derajat yang semestinya, sehingga menyakini pada diri mereka sesuatu
yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Allah, baik berupa mendatangkan
kemanfaatan maupun meolak kemudharatan. Juga menjadikan para wali itu
perantara antara Allah dan makhlukNya, sehingga sampai pada tingkat
penyembahan para wali tersebut dan bukan menyembah Allah.

5. Ghaflah (lalai)

Terhadap perenungan ayat-ayat Allah yang terhampar di jagat raya ini (ayat-ayat
kauniyah) dan ayat-ayat Allah yang tertuang dalam kitabNya (ayat-ayat
Qura9niyah). Di samping itu, juga terbuai dengan hasil teknologi dan
kebudayaan, sampai-sampai mengira bahwa itu semua adalah hasil kreasi
manusia semata, sehingga mereka mengagung-agungkan manusia dan
menisbatkan seluruh kemajuan ini kepada jerih payah dan penemuan manusia
semata. Pada umumnya rumah tangga sekarang ini kosong dari pengarahan
yang benar menurut Islam.
C.Karakteristik Agama Islam

Memahami karakteristik Islam sangat penting bagi setiap muslim, karena


akan dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehen- sif. Beberapa
karakteristik agama Islam, yakni antara lain :

1. Rabbaniyah (Bersumber langsung dari Allah s.w.t) Islam merupakan manhaj


Rabbani (konsep Allah s.w.t), baik dari aspek akidah, ibadah, akhlak, syariat, dan
peraturannya semua bersumber dari Allah s.w.t

2. Insaniyah ’Alamiyah (humanisme yang bersifat universal) Islam merupakan


petunjuk bagi seluruh manusia, bukan hanya untuk suatu kaum atau golongan.
Hukum Islam bersifat universal, dan dapat diberlakukandi setiap bangsa dan
negara.

3. Syamil Mutakamil (Integral menyeluruh dan sempurna) Islam membicarakan


seluruh sisi kehidupan manusia, mulai dari yang masalah kecil sampai dengan
masalah yang besar.

4. Al-Basathah (elastis, fleksibel, mudah) Islam adalah agama fitrah bagi manusia,
oleh karena itu manusia niscaya akan mampu melaksanakan segala perintah-
Nya tanpa ada kesulitan, tetapi umumnya yang menjadikan sulit adalah manusia
itu sendiri.

5. Al-’Adalah (keadilan) Islam datang untuk mewujudkan keadilan yang sebenar-


benarnya, untuk mewujudkan persaudaraan dan persamaan di tengah-tengah
kehidupan manusia, serta memelihara darah (jiwa), kehormatan, harta, dan akal
manusia.
6. Keseimbangan (equilibrium, balans, moderat) Dalam ajaran Islam, terkandung
ajaran yang senantiasa menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan
kepentingan umum, antara kebutuhan material dan spiritua serta antara dunia
dan akhirat.

7. Perpaduan antara Keteguhan Prinsip dan Fleksibilitas Ciri khas agama Islam
yang dimaksud adalah perpaduan antara hal-hal yang bersifat prinsip (tidak
berubah oleh apapun) dan menerima perubahan sepanjang tidak menyimpang
dari batas syariat.

8. Graduasi (berangsur-angsur/bertahap) Hukum atau ajaran-ajaran yang diberikan


Allah kepada manusia diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan fitrah
manusia. Jadi tidak secara sekaligus atau radikal.
Argumentatif Filosofis Ajaran Islam bersifat argumentatif, tidak bersifat doktriner.
Dengan demikian Al-Quran dalam menjelaskan setiap persoalan senantiasa
diiringi dengan bukti-bukti atau keterangan-keterangan yang argumentatif dan
dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat (rasional religius).

Anda mungkin juga menyukai