Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Agama Islam memiliki seperangkat ajaran yang terkandung di dalamnya, baik
berupa ajaran tauhid atau keesaan Tuhan, sistem keyakinan, dan ketentuan-ketentuan
yang mengatur semua aspek kehidupan manusia.
Menurut Harun Nasution, Islam bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan melalui ibadah ritual, seperti Shalat, Puasa dan Haji melainkan mengatur pula
hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam jagat raya.
Islam bukan hanya membicarakan satu aspek saja melainkan membicarakan berbagai
aspek yakni teologi, filsafat, tasawuf, sejarah, hukum Islam dan lain sebagainya.1
Selanjutnya menurut Jalaluddin Rachmat, Islam bukan hanya memiliki dimensi
akidah dan ibadah saja, melainkan juga dimensi filosofis, sufistik transendental dan
amaliyah. Melalui dimensi akidah dan ibadah ini, umat islam dapat memiliki
keyakinan dan pegangan yang kuat dalam berhubungan dengan Tuhan; dan melalui
dimensi filosofis umat Islam akan memiliki wawasan yang luas, mendalam,
sistematis, radikal, kritis, dan universal tentang berbagai hal dari sudut ajaran islam
yang selanjutnya akan memperluas sikap dan pandangannya tentang berbagai hal.2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak dibahas dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana makna Islam dari segi bahasa dan istilah?
2. Apa saja fungsi, tujuan, dan cita-cita Islam?
1.3. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui makna Islam dari segi bahasa maupun istilah.
2. Untuk mengetahui fungsi, tujuan, serta cita-cita Islam.

1
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I dan II, (Jakarta:UI Press, 1978), Cet. I;
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakarta: RajaGrafindo,1998), Cet. I; Maulana Muhammad Ali LL.B,
Dinul Islam, ( Jakarta: Van Hoeve, 1994); Nasrudin Razak, Dinul Islam, (Jakarta: Al-Ma’arif, 1978), Cet. I;
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), 1.
2
Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), 2.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Islam


Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama Islam,
yaitu sisi kebahasaan dan sisi peristilahan. Kedua sisi pengertian tentang islam itu
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pengertian Islam dari Segi Bahasa
Secara etimologi, Islam berasal dari Bahasa Arab, terambil dari kosa kata salima
yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama
yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula berserah
diri, patuh, tunduk dan taat. Dari kata aslama ini dibentuk kata Islam (aslama-
yuslimu-islaman) yang mengandung arti sebagaimana terkandung dari arti pokok
yaitu selamat, aman, damai, patuh, berserah diri dan taat. 3 Selain itu, ada pula yang
berpendapat bahwa Islam berarti al-Istislam, yakni mencari keselamatan atau berserah
diri, dan berarti pula al-Inqiyad yang berarti mengikatkan diri.4 Sebagaimana firman
Allah SWT:

‫َبٰل ى َم ْن َأْس َلَم َو ْج َح ُه ِهَّلِل َو ُهَو ُم ْح ِس ٌن َفَلُه َأْج ُر ُه ِع ْنَد َر ِّبِه َو اَل َخ ْو ٌف َع َلْيِهْم‬
‫َو اَل ُهْم َيْح َز ُنْو َن‬
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat
kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati.”5
Selanjutnya kata al-Islam dimaknai sebagai wujud atau manifestasi dari
kerendahan hati serta kesediaan untuk mewajibkan diri agar patuh dan taat terhadap
apa yang dibawa oleh Nabi. Bahkan al-Islam dimaknai sebagai pensucian atau
pemurnian lisan dan iman yang ada di dalam hati. Sehingga pemaknaan semacam ini
sangat erat kaitannya dengan apa yang dikatakan oleh Abu Bakr Muhammad bin

3
Nasarudin Razak, Dienul Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,1977), Cet. II, 56; Abuddin Nata, Studi Islam
Komprehensif, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), 11.
4
Ibn Mandzur, Lisan al-‘Arab, (Mesir: Dar al-Ma’arif, t.th.), 2080; Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif,
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), 11.
5
Q.S. Al-Baqarah (2) : 112.

ii
Basyar bahwa Islam adalah menyerahkan diri dan segala permasalahan pada Allah,
serta ketulusan dan keikhlasan beribadah hanya karena Allah.6
Di dalam al-Qur’an, kata bermakna Islam yang terambil dari akar kata s-l-m
disebut sebanyak 157 kali baik dalam bentuk fi’il (kata kerja), fa’il (kata sifat/pelaku),
maupun mashdar (kata dasar).7 Beberapa diantaranya adalah :
a. Al-Istislam (berserah diri)

‫) َال َش ِرْيَك َلُه‬١٦٢( ‫ُقْل ِاَّن َص اَل ِتْي َو ُنُس ِكْي َو َم ْح َياَي َو َمَم اِتْي ِهَّلِل َر ِّب اْلٰع َلِم ْيَن‬
)١٦٣( ‫َو ِبٰذ ِلَك ُأِم ْر ُت َو َأَن۠ا َأَّو ُل اْلُم ْس ِلِم ْيَن‬
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah).”8
Islam menurut bahasa yakni berserah diri, tunduk, patuh, dan taat sepenuhnya
kepada Allah SWT adalah sejalan dengan agama yang dibawa oleh para nabi dan
rasul sebelumnya.
b. Saliim (suci bersih)

‫ِااَّل َم ْن َأَتى َهَّللا ِبَقْلٍب َسِلْيٍم‬


“ … kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih…”9
Hal ini dimaksudkan bahwa Islam membawa ajaran kesucian dan kebersihan.
Suci disini adalah dalam segala hal, baik dari segi fisik, akhlak, pikiran, dan
sebagainya. Dalam hal fisik misalnya, Islam mengajarkan seorang muslim agar bersih
pakaian, tempat, dan kondisi badan ketika hendak melaksanakan sholat.
c. Salaam (selamat / sejahtera)

‫َو ِاَذ ا َج اَء َك اَّلِذ ْيَن ُيْؤ ِم ُنْو َن ِبآَياِتَنا َفُقْل َس اَل ٌم َع َلْيُك ْم َكَتَب َر ُّبُك ْم َع َلى َنْفِسِه الَّرْح َم َة‬
‫َاَّنُه َم ْن َع ِمَل ِم ْنُك ْم ُسْو ًء ا ِبَجَح اَلٍة ُثَّم َتاَب ِم ْن َبْع ِد َو َاْص َلَح َفَاَّنُه َغ ُفْو ٌر َرِح ْيٌم‬
“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu,
maka katakanlah “Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya

6
Ibn Mandzur, Lisan al-‘Arab, Juz.12, 289; Arif Nuh Safri, Reinterpretasi Makna al-Islam dalam al-Qur’an
(Menuju Keagamaan yang Etis dan Dialogis), Journal of Esensia, Vol 17, No. 1 (April, 2016), 31.
7
Arif Nuh Safri,, Reinterpretasi Makna Islam dalam al-Qur’an (Menuju Keagamaan yang Etis dan Dialogi),
Journal of Esensia, Vol. 17, No. 1 (April, 2016), 30.
8
Q.S. Al-An’am (6) : 162-163.
9
Q.S. Asy-Syu’ara (26) : 89.

iii
kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barangsiapa yang berbuat kejahatan di antara
kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan
mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”10

Islam artinya selamat atau sejahtera, yakni Islam akan membawa keselamatan
kepada pengikutnya baik di dunia maupun di akhirat.

d. Al-Salm (Perdamaian)

‫َفاَل َتِهُنْو َو َتْدُع وا ِاَلى الَّسلِم َو َاْنُتُم اَاْلْع َلْو َن َو ُهَّللا َم َع ُك ْم َو َلْن َيِتَر ُك ْم َاْع َم اَلُك ْم‬
“Janganlah kamu melemah dan meminta damai padahal kamulah yang di atas dan
Allah pun bersamamu dan Dia sekali-sekali tidak akan mengurangi pahala amal-
amalmu.” 11
Pengertian Islam dari segi bahasa terkait erat dengan misi ajaran Islam, yakin
rahmatan lil ‘alamin atau membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi kehidupan
umat manusia. Sejalan dengan misi tersebut bahwa Islam mengemban misi
memuliakan dan mengangkat harkat dan martabat manusia, menegakkan kebenaran,
keadilan, kemanusiaan, demokrasi, egaliter, musyawarah, toleransi, persaudaraan,
perdamaian, dan sebagainya.
e. Sullam (tangga)

‫َاْم َلُهْم ُس َّلٌم َيْسَتْم ُعْو َن ِفْيِه َفْلَيْأِت ُم ْسَتِم ُعُهْم ِبُس ْلَطاٍن ُم ِبْيٍن‬
“Ataukah mereka mempunyai tangga/sullam (ke langit) untuk mendengarkan pada
tangga itu (hal-hal yang gaib)?Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara
mereka mendatangkan suatu keterangan yang nyata.”12

f. Al-Silmu

‫َياَاُّيَها اَّلِذ ْيَن آَم ُنوا اْد ُخ ُلْو ا ِفي الِّس ْلِم َك اَّفًة َو اَل َتَّتِبُعوا ُخ ُطَو اِت الَّش ْيَطاِن ِاَّنُه َلُك م َع ُد ٌّو‬
‫ُم ِبْيٌن‬

10
Q.S. Al-An’am (6) : 54
11
Q.S. Muhammad (47) : 35
12
Q.S. At-Tur (52) : 38

iv
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.”13
Sebagian ulama menafsirkan kata as-silmi dalam ayat di atas sebagai Islam.
Namun sebagian yang lain menafsirkannya sebagai kepasrahan, proses perdamaian,
dan ketundukan.14 Sufyan ats-Tsauri bahkan menafsirkan kata as-silmi sebagai simbol
berbagai kebajikan.15 Intinya, tidak ada kesepakatan ulama bahwa as-Silmi adalah
Islam. Ia memiliki interpretasi yang beragam dan dapat dipahami sebagai proses
perdamaian serta ketundukan pada nilai-nilai universal yang ada.
Dari pemaknaan etimologi di atas, jelas sekali bahwa unsur dan nilai-nilai etik dan
moral sangat kental dan jelas. Oleh sebab itu, sangat disayangkan jika ada orang atau
kelompok yang menyematkan dirinya atau kelompoknya dengan kata Islam, namun
tidak membawa dan menghayati nilai-nilai etik dan moral tersebut. Lebih parah lagi
ketika term al-Islam menjadi pengakuan untuk melakukan berbagai macam aksi
kekerasan dan intimidasi kepada kelompok lain yang dianggap bersebrangan. Oleh
sebab itu, perlu kiranya untuk kembali memaknai ini, agar lebih bisa menghidupkan
pola keagamaan yang lebih bermoral dan beretika.
2. Pengertian Islam dari Segi Istilah
Secara terminologis, dapat dikatakan Islam adalah agama wahyu berintikan tauhid
atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan
kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. 16 Islam dibawa
secara kontinum dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Ia adalah rahmat,
hidayah, dan petunjuk bagi manusia yang berkelana dalam kehidupan duniawi,
sebagai perwujudan dari sifat rahman dan Rahim Allah. Ia juga merupakan agama
yang telah sempurna (penyempurna) terhadap agama (syari’at-syari’at) yang ada
sebelumnya.17
Menurut Mahmud Syaltout, Islam adalah :

13
Q.S. Al-Baqarah (2) : 208
14
Misbahuddin Jamal, Konsep al-Islam dalam al-Qur’an, Journal Al-Ulum, Vol. 11, No. 2 (Desember, 2011),
290.
15
Ibid
16
Ibid, 287.
17
Abuy Sodikin Badruzaman, Metodologi Studi Islam, (Bandung: Tunas Nusantara, 2000), 29.

v
‫هو دينه الذي أوصي بتعاليمه في أصوله وشرائعه إلى النبي محمد صلى هللا‬
‫عليه و سلم وكفله بتبليغه للناس كافة ودعوتهم إليه‬.
“Islam adalah agama Allah yang diwasiatkan dengan ajaran-ajaran-Nya
sebagaimana terdapat di dalam pokok-pokok dan syariat-Nya kepada Nabi
Muhammad SAW dan mewajibkan kepadanya untuk menyampaikanya kepada seluruh
manusia serta mengajak mereka untuk memeluknya.”18
Menurut lima perawi hadits (Muslim, Tirmidzi, Nasai, Ibn Majah, dan Abu
Daud), Islam adalah :

‫ أن تعبد هللا وال تشرك به شيئا وتقيم الصالة وتؤدي الزكاة‬:‫اإلسالم‬


)‫ (رواه الشيخان‬.‫المفروضة وتصوم رمضان وتحج البيت‬
“Islam adalah bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah
hamba serta Rasul-Nya, mendirikan shalat, memberikan zakat, puasa pada bulan
Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji jika mampu.”19 (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari pengertian secara istilah sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Islam adalah agama yang mengemban keesaan Tuhan yaitu Allah SWT.
2. Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai
penyempurna agama Islam yang dibawa oleh nabi dan rasul sebelumnya.
3. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia.
4. Islam adalah agama yang didasarkan kepada lima pilar utama, yaitu mengucapkan
dua kalimat syahadat, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, melaksanan puasa,
dan melaksanakan ibadah haji bagi yang telah mampu.
Dengan demikian, pengertian Islam baik dari segi bahasa maupun istilah
menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang mengemban misi keselamatan
dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh umat manusia dengan cara
menunjukkan kepatuhan, ketundukan, dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Sebagai agama yang terakhir dan lengkap, Islam memiliki unsur-unsur penting,
yaitu:
18
Mahmud Syaltout, Al-Islam ‘Aqidah wa Syari’ah (Mesir: Dar al-Qalam, 1966), Abuddin Nata, Studi Islam
Komprehensif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), 19-20.
19
Syekh Ahmad al-Hasyimi Bek, Mukhtar al-Hadits al-Nabawiy wa al-Hikam al-Muhammadiyah, (Mesir: Dar
al-Ma’arif, 1948), Cet. III, 87; Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011),
21.

vi
1. Kepercayaan kepada kekuatan gaib sebagai tempat berlindung dan memohon.
2. Keyakinan, bahwa kesejahteraan manusia di dunia ini dan hidupnya di akhirat
tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud.
3. Adanya respons yang bersifat emosional dari manusia kepada kekuatan gaib.
4. Paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam
bentuk kitab yang mengandung ajaran agama bersangkutan dan dalam bentuk
tempat-tempat tertentu.20
2.2. Fungsi, Tujuan, dan Cita-Cita Islam
Islam adalah agama Allah yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Dan
untuk menyampaikan dan mengajarkan agama Islam, Allah mengutus para nabi dan
rasul-Nya supaya manusia masuk kepada Islam secara kaffah. Dengan demikian
manusia akan bisa memiliki kepribadian sebagaimana yang dikehendaki Allah,
memperoleh kehidupan yang baik, dan dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu
terwujudnya khaira ummatin ukhri- jat linnas (umat yang terbaik yang dilahirkan di
tengah-tengah umat manusia).
Terlaksananya tujuan hidup manusia merupakan perwujudan diberlakukannya
fungsi-fungsi Islam dalam kehidupan manusia dan masyarakat yang beriman dan
bertakwa. Oleh karena itu untuk memahami fungsi-fungsi atau kedudukan Islam
dalam kehidupan, akan diuraikan sebagaimana berikut.21
1. Islam Sebagai Agama Allah
Fungsi Islam sebagai agama Allah dinyatakan dalam predikatnya yaitu dinul
haq (agama yang benar), dimana kehadiran dan kebenaran agama Islam nyata
sepanjang zaman. Selain itu, Islam juga dinyatakan sebagai dinul khalis, yang berarti
kesucian dan kemurnian serta keaslian Islam terjaga sepanjang masa. Sebagai fitrah
Allah, Islam berfungsi menjaga dan membimbing sikap serta pandangan manusia agar
ber-kembang sesuai dengan fitrahnya.
2. Islam Sebagai Panggilan Allah
Apabila ada suatu panggilan, maka sudah tentu yang memanggil itu akan
memberitahukan sasaran atau alamat kepada yang dipanggil, kemana dia harus
datang. Demikian juga Allah, Dia memanggil orang yang beriman dan bertakwa
kepada Islam, untuk itulah Dia mengutus-Nya membawa Islam agar supaya
20
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1978), 11. Abuddin Nata, Studi
Islam Komprehensif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), 23.
21
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim),
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), 107.

vii
disampaikan dan diajarkan kepada manusia. Oleh karena itu para rasul dan para
pengikutnya yang setia hanya mengajak manusia kepada Islam.
3. Islam Sebagai Rumah yang Dibangun oleh Allah
Rumah merupakan kebutuhan hidup yang sangat diperlukan manusia dalam
berumah tangga dan untuk memelihara ketertiban keluarga. Oleh karenanya, Allah
menjadikan Islam itu sebagai "Rumah", yang disediakan bagi hamba-Nya yang
beriman dan bertakwa, agar mereka hidup sebagai keluarga muslim. Dengan
demikian Islam merupakan wadah yang mempersatukan orang yang beriman dan
bertakwa dalam melaksanakan dan menegakkan agama Allah dalam kehidupan
manusia dan masyarakat.
4. Islam Sebagai Jalan yang Lurus
Orang yang beriman dan bertakwa akan selalu memenuhi panggilan Allah
kepada Islam, tetap dalam Islam, dan melaksanakan ajaran Islam, karena mereka
tahu dan mengerti bahwa Islam itu agama Allah. Merekalah yang sedang berjalan
pada jalan Allah yaitu sirathal mustaqim (jalan yang lurus).
5. Islam Sebagai Tali Allah
Sebagai tali Allah, Islam merupakan pengikat yang mempersatukan orang
yang beriman dan bertakwa dalam melaksanakan dan menegakkan agama Allah.
Mereka melaksanakan dan mewujudkan perikehidupan sebagai muslim yang
terikat kokoh oleh tali Allah dan tidak akan putus, yang disebut 'urwatul wusqa'.
Kehidupan orang yang beriman dan bertaqwa yang terikat oleh tali Allah (Islam)
secara organisatoris dan fungsional dalam melaksanakan tugas dakwah serta
beramar ma'ruf nahiy 'anil
munkar mereka itulah yang disebut oleh Allah sebagai khaira ummatin ukhrijat
linnas, masyarakat yang baik yang ditampilkan dalam kehidupan manusia.
6. Islam Sebagai Sibgah Allah
Sibgah atau celupan yaitu zat pewarna yang memberikan warna bagi sesuatu
yang dicelupkan. Dengan Islam, Allah bermaksud memberikan warna atau corak
kepada manusia. Untuk mendapatkan warna atau corak tersebut adalah dengan
jalan jihad, mengerahkan segala kemampuannya dalam melaksanakan agama
Allah. Muslim yang tersibghah adalah yang Allah tetapkan sebagai saksi atas
manusia dan yang sadar akan identitasnya serta tahu akan harga dirinya sebagai
hamba Allah yang beriman dan bertakwa.
7. Islam Sebagai Bendera Allah
viii
Islam adalah bendera Allah di bumi. Bendera tersebut mesti dikibarkan
setinggi-tingginya, sehingga tampak berkibar menjulang tinggi di angkasa.
Meletakkan bendera di leher saja, akan mengakibatkan kaum muslimin menjadi
hina. Padahal Islam adalah agama ya'lu wa la yu'la 'alaih , (hujjahnya tidak
terkalahkan). Untuk mengibarkan atau menampakkan Islam, Allah mengutus rasul-
Nya dengan Alquran dan Islam. Dengan jalan demikian maka kekafiran dan
kemusyrikan akan dapat diatasi.
Adapun tujuan al-Islam yang mana sejalan dengan makna dan fungsi Islam itu
sendiri diantaranya :
1. Untuk Membangun Individu yang Saleh
2. Untuk Membangun Keluarga yang Saleh
3. Untuk Membangun Masyarakat yang Saleh
4. Untuk Membangun Umat yang Saleh
5. Untuk Membangun baldatun thayyibatun wa rabun ghafur
6. Untuk Menyeru Kepada Kebaikan Umat Manusia
Berdasarkan uraian di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa Islam
menghendaki agar ajaran Islam mampu memberikan kontribusi secara dalam
memecahkan berbagai masalah sosial kapan pun dan dimana pun. Hal ini penting
dilakukan, karena sesuai dengan misi Islam, yaitu memberi rahmat bagi seluruh
alam.
Selanjutnya, telah disebutkan bahwa Islam bukan hanya mengatur masalah
akidah dan ibadah, tetapi juga masalah hubungan kemanusiaan atau sosial. Hasil
studi mendalam yang dilakukan para ahli tentang cita-cita Islam yang terdapat
dalam al-Qur’an dan as-Sunnah tentang hubungan Islam dengan berbagai aspek
kehidupan umat manusia adalah sebagai berikut.22
Pertama, dalam bidang sosial. Islam mencita-citakan suatu masyarakat yang
egaliter, yaitu masyarakat yang didasarkan atas kesetaraan atau kesederajatan
sebagai makhluk Tuhan. Atas dasar ini kedudukan dan keterhormatan manusia di
hadapan Tuhan dan manusia lainnya bukan berdasarkan perbedaan suku bangsa,
golongan, bahasa, warna kulit, pangkat, keturunan, harta benda, tempat tinggal, dan
lain sebagainya, melainkan ketakwaannya kepada Tuhan dan darma baktinya bagi
kemanusiaan.
22
Abuddin Nata,Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 2-
4 ;Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim,
(Bandung: Remaja Rosdakarya), 111.

ix
Kedua, dalam bidang politik. Islam mencita-citakan suatu pemerintahan yang
dipimpin oleh orang yang adil, jujur, amanah, demokratis, dan kredibel, sehingga
yang bersangkutan tidak menyalahgunakan kekuasaannya, dan terus berupaya
menciptakan kemakmuran bagi masyarakat, serta mendengar dan memperhatikan
hati nurani masyarakat yang dipimpinnya.
Ketiga, dalam bidang ekonomi. Islam mencita-citakan keadaan ekonomi yang
didasarkan pada pemerataan, anti monopoli, saling menguntungkan, tidak saling
merugikan seperti menipu, mencuri, dan sebagainya.
Keempat, dalam bidang hubungan sosial antara umat Islam dan makhluk
lainnya Islam mencita-citakan suatu keadaan masyarakat yang kokoh, yakni
ukhuwah Islamiyah, yang memungkinkan terjadinya hubungan yang harmonis dan
saling membantu antar sesama manusia dan sesama makhluk Tuhan lainnya.23
Kelima, dalam bidang hukum, Islam mencita-citakan tegaknya supremasi
hukum yang didasarkan pada keadilan, tidak pilih kasih, manusiawi, konsisten, dan
obyektif yang diarahkan kepada melindungi seluruh aspek hak asasi manusia yang
meliputi hak untuk hidup, hak untuk beragama, hak untuk beragama, hak untuk
memiliki dan memanfaatkan harta, hak untuk memiliki keturunan, dan hak untuk
mengembangkan cita-cita dan mengisi otaknya.
Keenam, dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan. Islam mencita-
citakan tegakknya pendidikan yang merata bagi seluruh masyarakat (education for
all), berlangsung seumur hidup (long life education) dilakukan di mana saja,
menggunakan berbagai metode dan pendekatan yang sesuai dengan tingkat
perkembangan usia, tidak mengakui adanya dikotomi atau pemisahan antara ilmu
agama dengan ilmu non-agama, dan dilakukan untuk tujuan agar manusia menjadi
khalifah di muka bumi dalam rangka ibadah kepada Allah SWT.
Jika keterangan tersebut di atas diamati secara seksama, tampak bahwa cita-
cita Islam dalam berbagai aspek kehidupan tersebut pada intinya adalah
menginginkan terciptanya suatu kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang
yang didasarkan pada nilai-nilai akhlak yang luhur, yang pada intinya bertumpu
pada keimanan dan tanggung jawab kepada Allah dan kasih sayang serta tanggung
jawab kepada manusia.

23
Abuddin Nata (Ed,.), Tema-Tema Pokok Alquran, (Jakarta: Biro Bina Mental Spiritual DKI
Jakarta,1995/1996), 121-125; Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung, Mizan, 1996), 486-489;
Muhammad Alim,Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribaadian Muslim),
(Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), 111.

x
Dalam hubungan ini kita bisa mengutip perkataan Fazlur Rahman sebagai
berikut:
"Secara eksplisit kami menyatakan bahwa dasar ajaran Alquran ialah moral,
yang memancarkan titik beratnya pada monoteisme keadilan sosial. Hukum moral
tidak diubah; ia merupakan "perintah Tuhan"; manusia tidak dapat membuat
hukum moral; ia sendiri harus tunduk kepadanya, ketundukan itu disebut Islam,
dan perwujudannya dalam kehidupan disebut ibadah atau pengabdian kepada
Allah”24

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

24
Fazlur Rahman, Islam Terj. Senoaji Saleh, (Jakarta: Bumi aksara,1992), Cet.II, 49; Musyafa’ah, Analisis
tentang Metode Pendidikan Akhlak dalam QS. Yusuf Serta Implementasinya pada SMK AL-Insan Cilegon,
Jurnal Qathruna Vol.7, No.1, 44-45.

xi
Islam dari segi bahasa yakni berserah diri, patuh, dan tunduk kepada Allah dengan
tulus dalam upaya membawa kedamaian dan ketentraman lahir dan batin. Islam secara
istilah adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
penyempurna ajaran agama yang dibawa oleh para nabi sebelumnya yang isinya bukan
hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (hablum minallah), tetapi juga
mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan lingkungannya (hablum
minannas).

Fungsi dari pada al-Islam itu sendiri diantaranya sebagai agama Allah, panggilan
Allah, rumah yang dibangun oleh Allah, jalan yang lurus, tali Allah, sibgah Allah, dan
bendera Allah. Selain itu, Islam juga mempunyai tujuan serta cita-cita yang sejalan dengan
maknanya di segala aspek kehidupan manusia, baik itu di bidang sosial, hukum,
pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam (Upaya kan Pemikiran dan Kepribadian
Muslim). Bandung: Remaja Rosdakarya.

xii
Badruzzaman, Abuy Sodikin. 2000. Metodologi Studi Islam. Bandung: Tunas Nusantara.
Jamal, Misbahuddin. 2011. Konsep al-Islam dalam al-Qur’an. Jurnal Al-Ulum Vol.11, No.2,
283-310.
Musyafa’ah. 2020. Analisis tentang Metode Pendidikan Akhlak dalam QS. Yusuf serta
Implementasinya pada SMK Al-Insan Cilegon. Jurnal Qathruna Vol. 7, No.1, 43-60.
Nata, Abuddin. 2011. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Prenadamedia Group.
Safri, Arif Nuh. 2016. Reintrepretasi Makna al-Islam dalam al-Qur’an (Menuju Keagamaan
yang Etis dan Dialogis). Jurnal Esensia Vol.9, No.1, 29-38.

xiii

Anda mungkin juga menyukai