Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Esensi (hakikat) komunikasi Islam adalah mengajak manusia kepada jalan
dakwah yang lebih menekankan kepada nilai-nilai agama dan sosial budaya, yakni
dengan menggunakan prinsip dan kaedah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Komunikasi horizontal sesama manusia terlaksana dalam praktek muamalah dalam
berbagai bidang seperti sosial, budaya, politik, seni dan lainnya. Muara dari kegiatan
komunikasi tersebut adalah meningkatnya ketaqwaan seseorang dan juga
terbentuknya transformasi masyarakat yang lebih baik dalam naungan prinsip-prinsip
ajaran Islam yang rahmatan lil ’alamin (membawa rahmat bagi semua).
Prinsip tersebut bukan hanya sekedar penyampaian pesan dan terjadinya
perubahan perilaku komunikan, namun terjalinnya jaringan interaksi sosial yang
harmoni dan berasas normatif. Prinsip inilah yang membedakan konsep komunikasi
perspektif Islam dengan komunikasi dalam perspektif Barat yang terkesan lebih
bersifat culture bound dan banyak terlepas dari unsur normatif.

Komunikasi Islam tunduk dengan sumber utama ajaran Islam yaitu al-Quran
dan Sunnah. Dari dua sumber inilah prinsip-prinsip dasar Ilmu Komunikasi Islam
diambil. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar komunikasi dalam Islam
diharapkan pembaca akan memiliki rambu-rambu yang membantunya dalam
berkomunikasi sesuai dengan aturan umum ajaran Islam. Prinsip-prinsip ini berlaku
umum untuk segala bentuk komunikasi dengan sesama manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja prinsip-prinsip dan ajaran islam dalam Ilmu Komunikasi?
2. Bagaimana perspektif komunikasi dalam Islam
3. Bagaimana penerapan Ilmu Komunikasi dalam ajaran islam?
4. Apakah ada ayat dan hadis yang relevan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian Ilmu Komunikasi
Ilmu komunikasi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara
berkomunikasi serta menggunakan berbagai alat komunikasi sebagai saran
komunikasi terhadap masyarakat. Ilmu Komunikasi juga mempelajari cara-cara
untuk mentransfer ide dari satu individu atau grup ke individu ataupun ke grup
lainnya. Proses transfer itu sendiri dapat melalui media tertulis, lisan maupun
media yang lainnya. Menurut Harold D. Lasswell bahwa cara yang tepat untuk
menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yang
menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa, dan
apa pengaruhnya”.
2. Pengertian Islam
Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad
SAW sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh
manusia hingga akhir zaman. Selain itu juga sebagai hukum atau aturan Allah
SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke
kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan pengertian islam secara hafiyah yaitu
damai, selamat, tunduk, dan bersih.
3. Pengertian Sunnatullah
Sunatullah diartikan sebagai jalan, perilaku, watak, peraturan atau hukum, dan
hadist. Sunatullah merupakan ketentuan-ketentuan, hukum-hukum, atau
ketetapan-ketetapan Allah SWT yang berlaku di alam semesta. Sejak alam ini
diciptakan, Allah SWT telah menentukan hukum-hukumnya sehingga alam
bertingkah laku dengan hukum yang ditetapkan-Nya tersebut. Tunduk dan
patuhnya alam terhadap hukum yang ditetapkan Allah SWT tersebut di terangkan
didalam Al-Quran surah An-Nahl ayat 17.

2
‫تَذَ َّك ُرونَ أَفَ َل ۗ يَخلُ ُق َل َك َمن يَخلُ ُق أَفَ َمن‬

Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat
menciptakan (apa-apa)?. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.

Sunatullah adalah bagian yang bersifat 'dinamis' dari ilmu-pengetahuan-Nya


di alam semesta ini. Karena sunatullah memang hanya semata terkait dengan
segala proses penciptaan dan segala proses kejadian lainnya (segala proses
dinamis). Sunatullah itu sendiri tidak berubah-ubah, namun masukan dan
keluaran prosesnya yang bisa selalu berubah-ubah secara 'dinamis' (segala
keadaan lahiriah dan batiniah 'tiap saatnya'), dan tentunya sunatullah juga berjalan
atau berlaku 'tiap saatnya'. Sunatullah berupa tak-terhitung jumlah aturan atau
rumus proses kejadian (lahiriah dan batiniah), yang bersifat 'mutlak' dan 'kekal',
yang tiap saatnya pasti selalu mengatur segala zat ciptaan-Nya di alam semesta
ini.

4. Pengertian Qodarullah

Secara bahasa qodarullah berarti hukum, perintah, kehendak, atau ketetapan.


Sedangkan menurut istilah qodarullah berasal dari kata qada yang berarti takdir
Allah atau keputusan Allah. Qodarullah termasuk kedalam salah satu rukun iman
kepada Allah, sebagaimana disebut dalam hadist di bawah ini.

‫يكن لم أخطأه ما وأن ليخطئه يكن لم أصابه ما أن بعلم حتى وشره خبره بالقدر يؤمن حتى عبد يؤمن ل‬
‫ليصيبه‬

“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik
dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak
akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.”
(Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam
Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr.

3
B. Pembahasan
1. Ilmu Komunikasi dalam Perspektif Islam

Dalam perspektif Islam, komunikasi disamping untuk mewujudkan hubungan


secara vertical dengan Allah Swt, juga untuk menegakkan komunikasi secara
horizontal terhadap sesama manusia. Komunikasi dengan Allah Swt tercermin
melalui ibadah-ibadah fardhu (salat, puasa, zakat dan haji) yang bertujuan untuk
membentuk takwa. Sedangkan komunikasi dengan sesama manusia terwujud
melalui penekanan hubungan sosial yang disebut muamalah, yang tercermin
dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti sosial, budaya, politik, ekonomi,
seni dan sebagainya.

2. Prinsip – Prinsip Komunikasi Islam

Syukur Kholil, menjelasakan bahwa setidaknya terdapat 11 (sebelas) prinsip


komunikasi Islam yang dapat dijadikan sebagai pedoman oleh komunikator
dalam berkomunikasi. Dimana ke-11 prinsip komunikasi tersebut tergambar
secara tersurat dan tersirat dalam Al-Qur`an dan Hadis. Prinsip-prinsip dimaksud
adalah sebagai berikut:

1.Memulai pembicaraan (komunikasi) dengan mengucapkan salam.

2. Berbicara dengan lemah lembut.

3. Menggunakan perkataan atau tutur kata yang baik.

4. Menyebut hal-hal yang baik (mengapresiasi) tentang diri komunikan.

5. Menggunakan hikmah dan nasehat yang baik.

6. Berlaku adil terhadap semua komunikan.

7. Menyesuaikan bahasa dan isi pembicaraan dengan keadaan komunikan

8. Berdiskusi dengan cara yang baik.

9. Lebih dahulu melakukan apa yang akan dikomunikasikan atau disampaikan.

4
10. Mempertimbangkan pandangan dan fikiran orang lain.

11. Berdo’a kepada Allah ketika melakukan kegiatan komunikasi yang berat.

Dalam berbagai literatur tentang komunikasi Islam kita dapat menemukan


setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan
sebagai prinsip komunikasi Islam, yakni (1) Qaulan Sadida, (2) Qaulan Baligha,
(3) Qulan Ma’rufa, (4) Qaulan Karima, (5) Qaulan Layinan, dan (6) Qaulan
Maysura.

(1). Qaulan Sadida

َ ‫ضعَافا ذ ُ ِريَّة خَل ِف ِهم ِمن ت ََر ُكوا لَو الَّذِينَ َوليَخ‬
‫ش‬ ِ ‫علَي ِهم خَافُوا‬ َّ ‫سدِيدا قَول َوليَقُولُوا‬
َ ‫ّللاَ فَليَتَّقُوا‬ َ
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida - perkataan yang
benar” (QS. An-Nissa:9)

Qaulan Sadidan berarti pembicaran, ucapan, atau perkataan yang benar, baik
dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa). Dari segi
substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau menyampaikan
kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak
merekayasa atau memanipulasi fakta.

َ‫ت يُعَ ِظم َو َمن َٰذَلِك‬ َّ ‫فَاجتَنِبُوا ۖ َعلَي ُكم يُتلَ َٰى َما إِ َّل اْلَنعَا ُم لَ ُك ُم َوأ ُ ِحلَّت ۗ َربِ ِه ِعندَ لَهُ خَير َف ُه َو‬
ِ ‫ّللاِ ُح ُر َما‬
‫س‬َ ‫الرج‬ ِ َ‫ان ِمن‬ ِ َ ‫ور قَو َل َواجتَنِبُوا اْلَوث‬ ُّ
ِ ‫الز‬

“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).

“Hendaklah kamu berpegang pada kebenaran (shidqi) karena sesungguhnya


kebenaran itu memimpin kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke
surga” (HR. Muttafaq’Alaih).

“Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).

5
Dari segi redaksi, komunikasi Islam harus menggunakan kata-kata yang baik
dan benar, baku, sesuai kadiah bahasa yang berlaku.

‫ّللاَ إِ َّل تَعبُدُونَ َل إِس َرائِي َل َبنِي ِميثَاقَ أَخَذنَا َوإِذ‬ َ ‫َواليَتَا َم َٰى القُربَ َٰى َوذِي إِح‬
َّ ‫سانا َوبِال َوا ِلدَي ِن‬
‫ين‬
ِ ‫سا ِك‬ ِ َّ‫ص َلة َ َوأَقِي ُموا ُحسنا ِللن‬
َ ‫اس َوقُولُوا َوال َم‬ َّ ‫َوأَنتُم ِمن ُكم قَ ِليل ِإ َّل ت ََولَّيتُم ث ُ َّم‬
َّ ‫الزكَاة َ َوآتُوا ال‬
َ‫ُمع ِرضُون‬

“Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik” (QS.
Al-Baqarah:83).

“Sesungguhnya segala persoalan itu berjalan menurut ketentuan” (HR Ibnu


Asakir dari Abdullah bin Basri)

Dalam bahasa Indonesia, maka komunikasi hendaknya menaati kaidah tata


bahasa dan mengguakan kata-kata baku yang sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).

(2). Qaulan Baligha

ْ ‫ض َع ْن ُه ْم َو ِع‬
‫ظ ُه ْم َوقُ ْل لَ ُه ْم فِي أ َ ْنفُ ِس ِه ْم قَ ْو ًل بَ ِليغًا‬ َّ ‫أُو َٰلَئِكَ الَّذِينَ يَ ْعلَ ُم‬
ْ ‫َّللاُ َما فِي قُلُوبِ ِه ْم فَأَع ِْر‬

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha - perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63).

Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha
artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah
dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-
belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang
disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas)


mereka” (H.R. Muslim).

6
َ ‫سول ِمن أَر‬
‫سلنَا َو َما‬ ُ ‫ان ِإ َّل َر‬
ِ ‫س‬َ ‫ُض ُّل ۖ لَ ُهم ِليُبَيِنَ قَو ِم ِه بِ ِل‬
ِ ‫ّللاُ فَي‬ ُ ‫العَ ِز‬
َّ ‫يز َوه َُو ۚ يَشَا ُء َمن َويَهدِي يَشَا ُء َمن‬
‫ال َح ِكي ُم‬

”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengan bahasa
kaumnya” (QS.Ibrahim:4)

Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu
harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan.
Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara di
depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa
akademis. Saat berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik
sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass communication).

(3). Qaulan Ma’rufa

Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun,
menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung
perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan
menimbulkan kebaikan (maslahat).

ُّ ‫ّللاُ َج َع َل الَّتِي أَم َوالَ ُك ُم ال‬


‫سفَ َها َء تُؤتُوا َو َل‬ ُ ‫َمع ُروفا قَول لَ ُهم َوقُولُوا َواك‬
َّ ‫سوهُم فِي َها َوار ُزقُوهُم قِيَاما لَ ُكم‬

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna


akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil
harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa kata-kata yang
baik.” (QS An-Nissa :5)

‫ار ُزقُو ُه ْم ِم ْنهُ َوقُولُوا لَ ُه ْم قَ ْو ًل َم ْع ُروفًا‬


ْ َ‫اكينُ ف‬
ِ ‫س‬َ ‫ض َر ْال ِق ْس َمةَ أُولُو ْالقُ ْربَ َٰى َو ْاليَت َا َم َٰى َو ْال َم‬
َ ‫َو ِإذَا َح‬

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada
mereka Qaulan Ma’rufa- perkataan yang baik” (QS An-Nissa :8).

7
‫اء ِخطبَ ِة ِمن بِ ِه َع َّرضتُم فِي َما َعلَي ُكم ُجنَا َح َو َل‬ َ ِ‫ّللاُ َع ِل َم ۚ أَنفُ ِس ُكم فِي أَكنَنتُم أَو الن‬
ِ ‫س‬ َّ ‫ست َذ ُك ُرو َن ُه َّن أَنَّ ُكم‬
َ
‫ال ِكتَابُ َيبلُ َغ َحتَّ َٰى النِكَاحِ عُقدَة َ ت َع ِز ُموا َو َل ۚ َمع ُروفا قَول تَقُولُوا أَن إِ َّل ِس ًّرا ت ُ َوا ِعدُوه َُّن َل َو َٰلَ ِكن‬
ُ‫ّللاَ أ َ َّن َواعلَ ُموا ۚ أ َ َجلَه‬
َّ ‫ّللاَ أ َ َّن َواعلَ ُموا ۚ فَاحذَ ُروهُ أَنفُ ِس ُكم فِي َما يَعلَ ُم‬
َّ ‫َح ِليم َغفُور‬

“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran
atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu.
Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu
janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali
sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa - perkataan yang
baik…” (QS. Al-Baqarah:235).

َ ‫ّللاُ ۗ أَذى يَتبَعُ َها‬


‫صدَقَة ِمن خَير َو َمغ ِف َرة َمع ُروف قَول‬ َّ ‫َح ِليم َغنِي َو‬
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah
maha kaya lagi maha penyantun.” (QS . Al-Baqarah:263)

َ ِ‫اء ِمنَ َكأ َ َحد لَست ُ َّن النَّبِي ِ ن‬


‫سا َء يَا‬ ِ ‫س‬ َ ‫قَلبِ ِه فِي الَّذِي فَيَط َم َع بِالقَو ِل ت َخ‬
َ ِ‫ضعنَ فَ َل اتَّقَيت ُ َّن إِ ِن ۚ الن‬
‫َمع ُروفا قَول َوقُلنَ َم َرض‬

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain,
jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah Qaulan Ma’rufa-perkataan yang baik.”(QS. Al-Ahzab:32)

(4). Qaulan Karima

‫ض َٰى‬َ َ‫سانا َوبِال َوا ِلدَي ِن إِيَّاهُ إِ َّل تَعبُد ُوا أَ َّل َربُّكَ َوق‬
َ ‫تَقُل فَ َل ِك َل ُه َما أَو أ َ َحدُ ُه َما ال ِكبَ َر ِعندَكَ يَبلُغ ََّن إِ َّما ۚ إِح‬
‫ك َِريما َقول لَ ُه َما َوقُل ت َن َهر ُه َما َو َل أُف َل ُه َما‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain


Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan
kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan

8
ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima - ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra:
23).

Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat
dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat
tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua
orangtua. Kita dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang
sekiranya menyakiti hati mereka. Qaulan Karima harus digunakan khususnya
saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita
hormati. Dalam konteks jurnalistik dan penyiaran, Qaulan Karima bermakna
mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar, tidak vulgar, dan menghindari
“bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.

(5). Qaulan Layina

َ ُ‫َيخش ََٰى أَو يَتَذَ َّك ُر لَعَلَّهُ لَيِنا قَول لَهُ فَق‬
‫ول‬

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina - kata-


kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).

Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang


enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam
Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran,
bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar. Ayat di atas adalah
perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut,
tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang
diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk
menerima pesan komunikasi kita.

Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari


kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi.

(6). Qaulan Maysura

َ ‫سورا قَول لَ ُهم فَقُل ت َر ُجوهَا َر ِبكَ ِمن َرح َمة ابتِغَا َء َعن ُه ُم تُع ِر‬
‫ض َّن َو ِإ َّما‬ ُ ‫َمي‬

9
”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya
yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura
- ucapan yang mudah”. (QS. Al-Isra:28)

Komunikasi merupakan terjemahan kata communication yang berarti


perhubungan atau perkabaran. Communicate berarti memberitahukan atau
berhubungan. Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa
latin communicatio dengan kata dasar communis yang berarti sama. Secara
terminologis, komunikasi diartikan sebagai pemberitahuan sesuatu (pesan) dari
satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media. Sebagai makhluk
sosial, manusia sering berkomunikasi satu sama lain. Namun, komunikasi bukan
hanya dilakukan oleh manusia saja, tetapi juga dilakukan oleh makhluk-makhluk
yang lainnya. Semut dan lebah dikenal mampu berkomunikasi dengan baik.
Bahkan tumbuh-tumbuhanpun sepertinya mampu berkomunikasi.

Qaulan Maysura bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah
dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. Makna lainnya adalah kata-kata yang
menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan. Komunikasi dilakukan
oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak penerima
(komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang
diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh
komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.

3. Penerapan Ilmu Komunikasi Berbasis Sunnatullah dan Qodarullah


a. Penerapan Ilmu Komunikasi Berbasis Sunnatullah
Sunnatullah merupakan ketetapan/aturan/hukum-hukum Allah SWT. Untuk
umat manusia melalui Rasulullah. Sunnatullah adalah dimana segala sesuatu
itu terjadi bukan karena adanya sebab melainkan karena takdir yang telah
ditentukan oleh Allah SWT. Sunnatullah adalah hukum Allah dan peristiwa
yang terjadi sebagai bentuk kebesaran Allah. Segala bentuk ilmu-pengetahuan
(beserta segala teori dan rumus di dalamnya), yang dikenal dan dicapai oleh
manusia, secara "amat obyektif" (sesuai dengan fakta-kenyataan-kebenaran

10
secara apa adanya, tanpa ditambah dan dikurangi), pada dasarnya hanya
semata hasil dari pengungkapan, atas sebagian amat sangat sedikit dari ilmu-
pengetahuan-Nya (terutama sunatullah). Contoh penerapan ilmu komunikasi
berbasis sunnatullah, manusia adalah makhluk sosial dan manusia yang
diciptakan untuk berkomunikasi, tetapi tidak semua manusia mau untuk
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik.
b. Penerapan Ilmu Komunikasi Berbasis Qadarullah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ل يؤمن عبد حتى يؤمن بالقدر خبره وشره حتى بعلم أن ما أصابه لم يكن ليخطئه وأن ما أخطأه لم يكن ليصيبه‬
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar baik
dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak
akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan menimpanya.”
(Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari Jabir bin
‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam
Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr. Syaikh Ahmad Syakir berkata:
‘Sanad hadits ini shahih.’
Jibril ‘alaihis salam pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengenai iman, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
‫اإليمان أن تؤ من با هلل ومل ئكته وكتبه ورسله واليوم ال خر وتؤ من بالقدرخيره وشره‬
“Engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya,
Rasul-Rasul-Nya, hari akhir serta qadha’ dan qadar, yang baik maupun yang
buruk.”
(Shahih, riwayat Muslim dalam Shahih-nya di kitab al-Iman wal Islam wal Ihsan
(VIII/1, IX/5))
Dan Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma juga pernah
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫كل شيء بقدر حتى العجز والكيسز‬
“Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai-sampai kelemahan dan kepintaran.”

11
Contoh : Komunikator menyampaikan informasi penting kepada komunikan dan
harus disampaikan kepada orang-orang lainnya. Si komunikan menawarkan
untuk berkomunikasi secara langsung, namun komunikator ingin berkomunikasi
lewat handphone. Alhasil pesan yang diterima menjadi salah.
 Pesan yang salah disebut takdir (Qadarullah).
 Komunikator secara tidak langsung menginginkan takdir. Karena dia punya
pilihan untuk bisa berkomunikasi langsung lewat handphone.

4. Ayat dan Hadist


a. ‫يكن لم أخطأه ما وأن ليخطئه يكن لم أصابه ما أن بعلم حتى وشره خبره بالقدر يؤمن حتى عبد يؤمن ل‬
‫ليصيبه‬
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada qadar
baik dan buruknya dari Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya
tidak akan luput darinya, serta apa yang luput darinya tidak akan
menimpanya.” (Shahih, riwayat Tirmidzi dalam Sunan-nya (IV/451) dari
Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan pula oleh Imam
Ahmad dalam Musnad-nya (no. 6985) dari ‘Abdullah bin ‘Amr.
b. َ‫ت يُعَ ِظم َو َمن َٰذَلِك‬ َّ ‫فَاجتَنِبُوا ۖ َعلَي ُكم يُتلَ َٰى َما إِ َّل اْلَنعَا ُم لَ ُك ُم َوأ ُ ِحلَّت ۗ َربِ ِه ِعندَ لَهُ خَير َف ُه َو‬
ِ ‫ّللاِ ُح ُر َما‬
‫س‬َ ‫الرج‬ ِ َ‫ان ِمن‬ ِ َ ‫ور َقو َل َواجتَنِبُوا اْلَوث‬ ُّ
ِ ‫الز‬
“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-Hajj:30).
َ ‫ض َعافا ذ ُ ِريَّة خَل ِف ِهم ِمن ت ََر ُكوا لَو الَّذِينَ َول َيخ‬
c. ‫ش‬ َّ ‫سدِيدا قَول َول َيقُولُوا‬
ِ ‫ّللاَ فَل َيتَّقُوا َعلَي ِهم خَافُوا‬ َ
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida
- perkataan yang benar” (QS. 4:9)
d. “Hendaklah kamu berpegang pada kebenaran (shidqi) karena sesungguhnya
kebenaran itu memimpin kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke
surge” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
e. “Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).

12
f. ‫ّللاَ إِ َّل تَعبُدُونَ َل إِس َرائِي َل َبنِي ِميثَاقَ أَخَذنَا َوإِذ‬ َ ‫َواليَتَا َم َٰى القُربَ َٰى َوذِي إِح‬
َّ ‫سانا َوبِال َوا ِلدَي ِن‬
‫ين‬
ِ ‫سا ِك‬ ِ َّ‫ص َلة َ َوأَقِي ُموا ُحسنا ِللن‬
َ ‫اس َوقُولُوا َوال َم‬ َّ ‫َوأَنتُم ِمن ُكم قَ ِليل إِ َّل ت ََولَّيتُم ث ُ َّم‬
َّ ‫الزكَاة َ َوآتُوا ال‬
َ‫ُمع ِرضُون‬
“Dan berkatalah kamu kepada semua manusia dengan cara yang baik” (QS.
Al-Baqarah:83).
g. “Sesungguhnya segala persoalan itu berjalan menurut ketentuan” (HR. Ibnu
Asakir dari Abdullah bin Basri).
ْ ‫ض َع ْن ُه ْم َو ِع‬
h. ‫ظ ُه ْم َوقُ ْل لَ ُه ْم فِي أ َ ْنفُ ِس ِه ْم قَ ْو ًل بَ ِليغًا‬ َّ ‫ُُ و َٰلَئِكَ الَّذِينَ يَ ْعلَ ُم‬
ْ ‫َّللاُ َما فِي قُلُوبِ ِه ْم فَأَع ِْر‬
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam
hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha - perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-Nissa :63).
i. “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas)
mereka” (H.R. Muslim).
َ ‫سول ِمن أَر‬
j. ‫سلنَا َو َما‬ ُ ‫ان إِ َّل َر‬
ِ ‫س‬َ ‫ُض ُّل ۖ لَ ُهم ِليُبَيِنَ قَو ِم ِه بِ ِل‬
ِ ‫ّللاُ فَي‬ ُ ‫العَ ِز‬
َّ ‫يز َوه َُو ۚ يَشَا ُء َمن َويَهدِي يَشَا ُء َمن‬
‫ال َح ِكي ُم‬
”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengan bahasa
kaumnya” (QS.Ibrahim:4)
ُّ ‫ّللاُ َجعَ َل الَّتِي أَم َوالَ ُك ُم ال‬
k. ‫سفَ َها َء تُؤتُوا َو َل‬ ُ ‫َمع ُروفا قَول لَ ُهم َوقُولُوا َواك‬
َّ ‫سوهُم فِي َها َوار ُزقُوهُم قِيَاما لَ ُكم‬
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya[268], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari
hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa kata-kata
yang baik.” (QS An-Nissa :5)
l. ‫ار ُزقُو ُه ْم ِم ْنهُ َوقُولُوا لَ ُه ْم قَ ْو ًل َم ْع ُروفًا‬ َ ‫ض َر ْال ِق ْس َمةَ أُولُو ْالقُ ْربَ َٰى َو ْاليَت َا َم َٰى َو ْال َم‬
ْ َ‫سا ِكينُ ف‬ َ ‫َوإِذَا َح‬
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah
kepada mereka Qaulan Ma’rufa- perkataan yang baik” (QS An-Nissa :8).

13
m. ‫اء ِخطبَ ِة ِمن بِ ِه َع َّرضتُم فِي َما َعلَي ُكم ُجنَا َح َو َل‬ َ ِ‫ّللاُ َع ِل َم ۚ أَنفُ ِس ُكم فِي أَكنَنتُم أَو الن‬
ِ ‫س‬ َّ ‫ست َذ ُك ُرو َن ُه َّن أَنَّ ُكم‬
َ
‫ال ِكتَابُ َيبلُ َغ َحتَّ َٰى النِكَاحِ عُقدَة َ ت َع ِز ُموا َو َل ۚ َمع ُروفا قَول تَقُولُوا أَن إِ َّل ِس ًّرا ت ُ َوا ِعد ُوه َُّن َل َو َٰلَ ِكن‬
ُ‫ّللاَ أ َ َّن َواعلَ ُموا ۚ أَ َجلَه‬
َّ ‫ّللاَ أ َ َّن َواعلَ ُموا ۚ فَاحذَ ُروهُ أَنفُ ِس ُكم فِي َما يَعلَ ُم‬
َّ ‫َح ِليم َغفُور‬
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran
atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu.
Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada
itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia,
kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa - perkataan
yang baik…” (QS. Al-Baqarah:235).
َ ‫ّللاُ ۗ أَذى يَتبَعُ َها‬
n. ‫صدَقَة ِمن خَير َو َمغ ِف َرة َمع ُروف قَول‬ َّ ‫َح ِليم َغنِي َو‬

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah
maha kaya lagi maha penyantun.” (QS . Al-Baqarah:263)
َ ِ‫اء ِمنَ َكأ َ َحد لَست ُ َّن النَّبِي ِ ن‬
o. ‫سا َء يَا‬ ِ ‫س‬ َ ‫َم َرض قَلبِه فِي الَّذِي فَيَط َم َع بِالقَو ِل ت َخ‬
َ ِ‫ضعنَ فَ َل اتَّقَيت ُ َّن إِ ِن ۚ الن‬
َ‫َمع ُروفا قَول َوقُلن‬

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika
kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah
Qaulan Ma’rufa-perkataan yang baik.”(QS. Al-Ahzab:32)
p. ‫ض َٰى‬َ َ‫سانا َوبِال َوا ِلدَي ِن إِيَّاهُ إِ َّل تَعبُد ُوا أَ َّل َربُّكَ َوق‬
َ ‫تَقُل فَ َل ِك َل ُه َما أَو أَ َحدُ ُه َما ال ِكبَ َر ِعندَكَ يَبلُغ ََّن إِ َّما ۚ إِح‬
‫ك َِريما َقول لَ ُه َما َوقُل ت َن َهر ُه َما َو َل أُف لَ ُه َما‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu
mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima - ucapan yang
mulia” (QS. Al-Isra: 23).
َ ُ‫َيخش ََٰى أَو يَتَذَ َّك ُر لَ َعلَّهُ لَ ِينا قَول لَهُ فَق‬
q. ‫ول‬

14
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina - kata-
kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai makhluk sosial, kita sangatlah membutuhkan bantuan dari orang lain
demi memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Tentunya dengan kita berkomunikasi
kepada orang lain proses tersebut akan sangat membantu kita untuk menjalankannya.
Inti dari berkomunikasi ialah untuk menyampaikan suatu pesan ataupun informasi
kepada seorang komunikan atau audien. Karena dengan berkomunikasi secara
langsung maka kita juga akan mendapatkan timbal balik informasi dari seorang
komunikan tersebut.
Komunikasi adalah sebuah proses yang tentu dilakukan oleh setiap manusia.
Dalam berkomunikasi manusia dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan baik dan
benar. Dalam agama Islam pun, Allah memerintahkan kita untuk bisa berkomunikasi
sesama manusia dengan memperhatikan prinsip-prinsip berkomunikasi sesuai ajaran
Islam. Dalam Islam manusia juga melakukan komunikasi dengan Allah SWT, yaitu
melalui ibadah yang dilakukan sehari-hari.

16
Daftar Pustaka
Cangara, Hafid. 2015 . Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta. PT RajaGrafindo
Persada
https://www.kompasiana.com/faisalwibowo/550fdacc813311ae33bc61a2/komunika
si-dalam-perspektif-islam
https://asbarsalim009.blogspot.com/2015/03/penerapan-ilmu-berbasis-sunnatullah-
dan.html
https://tafsirweb.com/4365-surat-an-nahl-ayat-17.html
https://tafsirweb.com/1541-surat-an-nisa-ayat-9.html
https://tafsirweb.com/473-surat-al-baqarah-ayat-83.html
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-63
https://tafsirweb.com/4050-surat-ibrahim-ayat-4.html
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-8
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-5
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-235
https://tafsirweb.com/1029-surat-al-baqarah-ayat-263.html
https://tafsirweb.com/7644-surat-al-ahzab-ayat-32.html
https://tafsirq.com/17-al-isra/ayat-23
https://tafsirq.com/topik/Thaha+ayat+44
https://tafsirq.com/17-al-isra/ayat-28

17

Anda mungkin juga menyukai