Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam adalah agama universal1 yang meliputi semua aspek kehidupan manusia.2
Agama Islam yang universal ini dapat ditemukan dalam kitab suci Al-Quran yang
berisi ajaran dan petunjuk bagi seluruh umat manusia untuk meraih kebahagiaan
di dunia dan di akhirat. Nilai di dalam agama Islam pada hakikatnya adalah
kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana seharusnya
manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini. Nilai-nilai Islam yang tegas,
pasti dan tetap tidak berubah karena keadaan, tempat dan waktu, adalah nilai yang
bersumber kepada agama. 3 Nilai-nilai Islam merupakan tingkatan integritas
kepribadian yang mencapai tingkat budi yang baik. Nilai Islam bersifat mutlak
kebenarannya universal dan suci. Kebenaran dan kebaikan agama mengatasi rasio,
perasaan, keinginan nafsu-nafsu manusiawi. Nilai-nilai Islam mengontrol akhlak
seseorang karena akhlak yang baik merupakan pondasi yang kokoh bagi
terciptanya hubungan yang baik.4

Misi dari agama Islam adalah penyempurnaan akhlak seperti yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat
21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Islam sangat memperhatikan masalah pembinaan akhlak. Hal ini dapat


dijumpai dari sunnah nabi Muhammad SAW, seperti terlihat dalam ucapan dan
perbuatannya yang mengandung nilai-nilai dan prinsip-prinsip akhlak. Adapun
hadits yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad diutus ke muka bumi ini untuk

1
Abul A’la Al Mawdudi, Towards Understanding Islam, (Kualalumpur : A.S.Noordeen. 1990).
hlm. 17
2
‘Abd Halim Mahmud, Fahm Usul al-Islam, (Kairo : Dar al-Taba’ah wa al-Nasr alIslamiyah,
1994) hlm. 27
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 155-156
4
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak mulia, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm. 81

1
menyempurnakan akhlak yang mulia. Orang yang paling berat timbangan amal
baiknya di akhirat adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Orang yang paling
sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.
Islam menetapkan keseimbangan tersempurna dalam akhlak. Akhlak diartikan
sebagai filosofi yang berkaitan dengan pribadi manusia serta perangai dan tingkah
lakunya. 5 Tetapi, sangat disayangkan di zaman sekarang, banyak orang-orang
yang akhlaknya tidak sesuai syari’at yang dianjurkan oleh agama Islam itu sendiri
terutama para remaja.6 Merosotnya nilai-nilai Islam tidak hanya melanda remaja-
remaja yang berada di kota-kota besar saja, tetapi juga sudah merebak sampai ke
pelosok desa. Perkembangan global di segala bidang kehidupan selain
menjanjikan kemajuan tetapi di suatu pihak mengindifikasikan kemunduran
akhlak di pihak lain.

B. Rumusan Masalah
Adapun dari latar berlakang masalah tersebut tercipta beberapa masalah yaitu :
1. Apa makna Islam secara universal?
2. Apa saja sifat dasar ajaran Islam?
3. Apa itu Islam normatif dan historis?
4. Bagaimana karakteristik ajaran Islam dalam berbagai bidang (Aqidah,
ibadah, sosial, pendidikan, dan ilmu pengetahuan)?

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk dapat mengetahui makna universal Islam
2. Untuk dapat mengetahui sifat-sifat dasar ajaran Islam
3. Untuk dapat mengetahui pengertian Islam normatif dan historis
4. Untuk dapat mengetahui bagaimana karakteristik ajaran Islam dalam
berbagai bidang (Aqidah, ibadah, sosial, pendidikan, dan ilmu pengetahuan)

5
Muhammad Kamal Ibrahim Ja’far, Al-falsatu wa al Akhlak, (Darul Kitab Al-Jami’ah, 1967),
hlm. 151
6
Ali Abdul Halim Muhammad, Op. Cit . Akhlak Mulia , hlm. 26-27

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna Universal Islam

Secara bahasa kata 'universal' bermakna umum dan berlaku bagi semua
orang/seluruh dunia dan bersifat melingkupi seluruh dunia. 7 Secara bahasa
memiliki makna yaitu hal-hal yang dapat berupa kegiatan, karya, teori, dan lain-
lain yang meliputi panca indra dan bersifat dapat diterima dan dimaknai oleh
khalyak ramai.
Menurut ilmu bahasa kata ”Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu kata
salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu tersebut aslama,
yuslimu, islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat.
Maka dari itu, Islam adalah perintah Allah SWT yang diturunkan melalui malaikat
jibril kepada nabi dan rasul Allah SWT sebagai petunjuk dan pedoman bagi
manusia dalam beraktifitas dan bertindak di dunia dengan tujuan kehidupan
setelah kematian yang ajarannya ditujukan bagi umat manusia secara keseluruhan.
Nilai-nilai universal islam bisa diperoleh dengan mengaitkan, antara teks
ajaran agama Islam, dan hasil pemahaman atas "tanda-tanda kekuasaan-Nya" di
alam semesta. Sedangkan "tanda-tanda kekuasaan-Nya" itu sendiri bersifat
'mutlak' dan 'kekal', serta memang hanya hasil dari segala perbuatan Allah, Yang
Maha Kuasa dan Maha Kekal. Maka sesuatu hal yang bersifat 'universal' memang
memiliki dasar acuan yang jelas (bersifat 'mutlak' dan 'kekal'), dan pasti berasal
dari Allah. Nilai-nilai 'universal' justru pasti berlaku bagi segala sesuatu hal di
alam semesta, mau diakui ataupun tidak.
Islam sebagai agama yang universal yang mana ajarannya selain
memerintahkan penegakan keadilan dan eliminasi kezaliman, juga meletakan
pilar-pilar perdamaian yang diiringi dengan himbauan kepada umat manusia agar
hidup dalam suasana persaudaraan dan toleransi tanpa memandang perbedaan ras,
suku, bangsa dan agama, karena manusia pada awalnya berasal dari asal yang
sama.

7
Idrus H. A, Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia, Hlm 404

3
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat An Nisa ayat 1, yang
artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya; dan daripada keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu”.
Agama Islam mempunyai kedudukan yang amat penting dalam kehidupan
manusia. Agama Islam hendaknya dipahami sekaligus dibangun di atas
pandangan komitmen kebersamaan yang menitikberatkan kepada nilai spritualitas
dan aktualitas. Peran agama Islam sangat penting dilakukan berkaitan dengan
bagaimana para pemeluk agama itu beraktualitas dengan perkembangan
kehidupan. 8 Agama merupakan pengikat kehidupan manusia yang diwariskan
secara berulang dari generasi ke generasi.9

B. Sifat Dasar Ajaran Islam


Agama islam memiliki Kitab Suci Al-Qur’an yang digunakan sebagai
dasar kehidupannya, untuk dijadikan sumber dalam ajaran islam. Inilah pula yang
dijadikan dasar bagi ilmu juga kepada hadits Nabi Muhammad SAW, ada perintah
Tuhan yang mengatakan bahwa manusia beriman wajib mengikuti Allah dan
rasul-Nya. Rasul-Nya yang dimaksud adalah Nabi Muhammad SAW. Perintah
inilah yang dijadikan dasar oleh orang Islam untuk menggunakan hadits nabi
sebagai dasar kedua dalam kehidupan.
Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW juga menunjukan bahwa akal juga dapat
digunakan dalam membuat aturan hidup bagi orang islam, yaitu bila Al-Qur’an
dan hadits tidak menjelaskan aturan itu, dan aturan yang dibuat oleh akal tidak
boleh bertentangan dengan jiwa Al-Qur’an dan Hadits bahkan penggunaan akal
itu disuruh bukan saja diizinkan dalam Al-Quan dan hadits. Penunjukkan ini
merupakan legalitas dan jaminan untuk menggunakan akal dalam mengatur hidup

8
M. Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama, 2005),
hlm 73-74
9
Ahmad Norma Permata, Metodologi Studi Agama , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2000), hlm. 18

4
Muslimin. Kalau demikian maka secara operasional aturan Islam dibuat
berdasarkan tiga sumber utama, yaitu Al-Qur’an, Hadits dan akal. 10 Ali Anwar
Yusuf menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam tersebut adalah sebagai
berikut.11
1. Komprehensif
Walaupun umat Islam itu berbeda-beda bangsa dan berlainan suku,
dalam menghadapi asas-asas yang umum, umat Islam bersatu padu untuk
mengamalkan asas-asas tersebut.
2. Moderat
Islam memenuhi jalan tengah, jalan yang imbang, tidak berat ke kanan
untuk mementingkan kejiwaan (rohani) dan tidak berat ke kiri untuk
mementingkan kebendaan (jasmani). Inilah yang diistilahkan dengan teori
wasathaniyah, menyelaraskan antara kenyataan dan fakta dengan ideal dan
cita-cita.
3. Dinamis
Ajaran Islam mempunyai kemampuan bergerak dan berkembang,
mempunyai daya hidup, dapat membentuk diri sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan ajaran Islam terpencar dari sumber yang luar
dan dalam, yaitu Islam yang memberikan sejumlah hukum positif yang
dapat dipergunakan untuk segenap masa dan tempat.
4. Universal
Ajaran Islam tidak ditujukan kepada suatu kelompok atau suatu bangsa
tertentu, melainkan sebagai rahmatan lil ‘alamin, sesuai dengan misi yang
diemban oleh Rasulullah SAW. Ajaran Islam diturunkan untuk dijadikan
pedoman hidup seluruh manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Dengan demikian, hukum Islam bersifat universal , untuk seluruh
umat manusia di muka bumi dan dapat diberlakukan di setiap bangsa dan
negara.

10
Ibid. hlm.22
11
Rosihun Anwar, Pengantar Studi Islam, hal. 145.

5
5. Elastis dan Fleksibel
Ajaran Islam berisi disiplin-disiplin yang dibebankan kepada setiap
individu. Disiplin tersebut wajib ditunaikan dan orang yang melanggarnya
akan berdosa. Meskipun jalurnya sudah jelas membentang, dalam keadaan
tertentu terdapat kelonggaran (rukhsah). Kelonggaran-kelonggaran
tersebut menunjukkan bahwa ajaran Islam bersifat elastis, luwes, dan
manusiawi. Demikian pula, adanya qiyas, ijtihad, istihsan, dan mashlahih
mursalah, merupakan salah satu jalan keluar dari kesempitan.
6. Tidak Memberatkan
Ajaran Islam tidak pernah membebani seseorang sampai melampaui
kadar kemampuannya karena Islam mempunyai misi sebagai rahmat bagi
manusia. Islam datang untuk membebaskan manusia dari segala sesuatu
yang memberatkannya.
7. Graduasi (berangsur-angsur)
Ajaran-ajaran Islam yang diberikan kepada manusia secara psikologis
sesuai dengan fitrahnya sendiri. Apabila ajaran-ajaran tersebut diturunkan
sekaligus, sangat sulit bagi manusia untuk menjalankannya. Oleh karena
itu, Allah menurunkan ajaran Islam secara berangsur-angsur, agar manusia
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
8. Sesuai dengan fitrah manusia
Ajaran Islam sesuai dengan fitrah manusia, dalam arti sesuai dengan
watak hakiki dan asli yang dimiliki oleh manusia. Dengan demikian,
ajaran Islam yangs sesuai dengan fitrah manusia memberikan keterangan
yang pasti tentang kepercayaan asli dan hakiki yang ada dalam manusia.
Artinya, kondisi awal ciptaan manusia memiliki potensi untuk selalu
mengetahui dan cenderung pada kebenaran, yang dalam Al-Qur’an disebut
dengan hanif.
9. Argumentatif filosofis
Ajaran Islam merupakan ajaran yang argumentatif; tidak cukup dalam
menetapkan persoalan-persoalan dengan mengandalkan doktrin lugas dan
intruksi keras. Demikian pula, tidak cukup sekedar berdialog dengan hati
dan perasaan serta mengandalkannya untuk menjadi dasar pedoman. Akan

6
tetapi, harus dapat mengikuti dan menguasai segala persoalan dengan
disertai alasan yang kuat dan argumentasi yang akurat.
C. Islam Normatif dan Historis
1. Pengertian Islam Normatif
Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran,
acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan
yang tidak boleh dilakukan. 12 Yang dimaksud dengan Islam normatif di sini
adalah suatu pendekatan untuk memahami Islam dengan melalui norma, ajaran,
acuan Islam. Dapat juga dijelaskan dengan pengertian lain yaitu Islam pada
dimensi sakral, yang diakui adanya realitas transendental, yang bersifat mutlak
dan universal, melampaui ruang dan waktu atau sering disebut sebagai realitas ke-
Tuhan-an. Dari sisi normatif, Islam dipahami sebagai sebuah keyakinan.
Selanjutnya, kata normatif digunakan untuk memberikan corak atau sifat terhadap
ajaran islam. Dalam bukunya Amin Abdullah mengemukakan bahwa studi Islam
yang bercorak normativitas merupakan pendekatan yang berawal dari teksyang
telah tertullis dalam kitab suci, dan sampai batas-batas tertentu ia bercorak
literalis, tekstualis atau skriptualis. Makna norma erat hubungannya dengan
akhlak. Islam Normatif adalah Islam sebagai wahyu
Sebuah pendekatan yang lebih menekankan aspek normatif dalam ajaran
Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah. Dalam pandangan Islam
normatif, kemurnian islam dipandang dari tekstual berdasarkan Al-Quran dan
hadist selain itu bid’ah. Nasr Hamid Abu Zaid mengelompokkan menjadi tiga
wilayah (domain).Pertama, wilayah teks asli islam,yaitu al-Quran dan sunnah nabi
yang autentik. Kedua, pemikiran islam yang merupakan ragam menafsirkan
terhadap teks asli islam,dapat pula disebut hasil ijtihat terhadap teks asli islam,
seperti tafsir dan fikih. Dalam kelompok ini dapat ditemukan dalam empat pokok
cabang :
1) Teologo
Tradisi tentang persoalan ketuhanan Suatu pendekatan yang
normatif dan subyektif terhadap agama adalah pendekatan teologis.Pada
umumnya.pendekatan ini dilakukan dari dan oleh penganut suatu agama
12
W.J.S Poerdawaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1991), cet XII
hlm. 887

7
dalam usahanya menyelidiki agama lain. Dengan demikian, pendekatan ini
dapat juga disebut pendekatan atau metode tekstual, atau pendekatan kitabi
maka ia selalu menampkkan sifatnya yang apologis dan dedduktif. Secara
harfiah pendekatan teologis normatif dalam memahami agama dapat
diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan
kerqangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa
wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar
dibandingkan dengan yang lainnya.
Pendekatan teologi dalam pemahaman keagamaan adalah
pendekatan yang menekankan pada bentuk formal atau simbol-simbol
keagamaan yang masing-masing bentuk formal atau symbol-simbol
keagamaan tersebut mengklaim dirinya sebagai yang ppaling benar,
sedangkan yang lainnya sebagai salah. Aliran teologi yang satu begitu
yakin dan fanatik bahwa pemahamannyalah yang benar, sedangkan paham
lainnya salah, sehingga memandang bahwa paham yang lain itu keliru,
sesat, kafir, murtad dan sebagainya. Demikian pula paham yang dinilai
salah, keliru, sesat, dan kafi itu menuduh menuduh kepada lawannya
sebagai sesat dan kafir. Dalam keadaan kemudian, terjadilah proses salng
mengkafirkan, salah menyalahkan, dan seterusnya. Dengan demikian
antara satu aliran dan yang lainnya tidak terbuka dialog atau saling
menghargai.
Berkenaan dengan pendekatan teologi tersebut, Amin Abdullah
mengatakan bahwa pendekatan teologi semata-mata tidak dapat
memecahkan masalah esensial pluralitas agama saat sekarang ini.
Pendekatan teologis ini, selanjutnaya erat erat kaitannya dengan
pendekatan normatif, yaitu suatu pendekatan yang memandang agama dari
segi ajarannya yang pokok dan asli dari tuhan yang didalamnya belum
terdapat penalaran pemikiran manusia. Dalam pendekatan teologis ini,
agama dilihat sebagai suatu kebenaran mutlak dari Tuhan
2) Fikih:
Fikih berasal dari kata al-fiqh yang menurut bahasa adalah
mengetahui sesuatu dan memahaminya, memahami, mengetahui,

8
mengetahui perkara-perkar rahasia. Sedangkan menurut istilah fikih adalah
mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliah dari dalil-dalil
yang terperinci. Dari pemaknaan fikih secara terminology tersebut dapat
diketahui bahwa objek ilmu ini berupa perbuatan lahir manusia yang
ditinjau dari perlu atau tidaknya beberapa dalil melkukan penilaian sebagai
landasan teologis sebuah perbuatan seorang muslim. Fikih merupakan
tradisi pemikiran dalam bidang yurisprudensi (tata hukum). Ilmu fikih
sebagai ilmu yang mempunyai dua sisi pedekatan yakni normatifitas dan
historifitas, terlepas dari logika-logika yang layaknya terpakai dalam
sebuah science. Disamping itu fikih jga dinamis, inklusif, dan terbuka
dalam memberikan jawaban-jawaban tentang persoalan-persoalan
keumatan.
3) Tasawuf
Tasawuf dalam pengertian umum berarti kecenderungan mistisme
universal yang ada sejak dahulu kala, berasaskan sikap zuhud terhadap
keduniaan (asketisme), dan bertujuan membangun hubungan (ittishal)
dengan al-mala al a’la yang merupakan sumber kebaikan, emanasi, dan
ilumunasi.
Dengan pengertian ini, tasawuf bukan monopoli umat tertentu,
kebudayaan tertentu, agama tertentu, maupun aliran filsafat tertentu. Ia
hadir ditengah masyarakt Yunani kuno dalam filsafat Phytagoras. Di
kalangan bangsa Persia, ia mewujudkan dalam filsafat Mani dan
Zaroaster, sedangkan di India mistisme terkandung dalam ajaran
Budhisme, brahma, dan kitab Weda.
4) Filsafat:
Tradisi pemikiran dalam bidang hakikat kenyataan, kebenaran, dan
kebaikan Filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang mempersoalkan
hakikat dari segala yang ada. Kata filsafat atau falsafah secara harfiah
berasal dari bahasa arab yang berasal daru bahasa yunani philosophiayng
berarti cinta kepada pengetahuan atau cinta kepada kebijaksanaan. Selain
itu filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu berusaha menautkan

9
sebab dan akibat serta berusaha meafsirkan pengalaman-pengalaman
manusia.
Filsafat pada intinya berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau
hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formatnya. Berfikir
secara filosofis tersebut selanjutnya dapat digunakan dalam memenuhi
ajaran agama, dengan maksud agar hakikat, hikamah atau inti dari ajaran
agama dapat dimengerti dan dipahami secara saksama. Karena demikian
pentingnya pendekatan filosofis ini, kita menjumpai bahwa filsafat telah
digunakan untuk memehami berbagai bidang lain selain agama. Misalnya,
kita membaca adanya filsafat hukum islam, filsafat sejarah , filsafat
kebudayaan, filsafat ekonomi, dan sebagainya

Ketiga Praktek yang dilakukan kaum muslim. Praktek ini muncul dalam
berbagai macam dan bentuk sesuai dengan latar belakang sosial (konteks). Contoh
diantaranya ialah praktek sholat muslim Pakistan yang tidak meletakkan tangan di
dada, sementara musim Indonesia meletakkan tangan di dada.

Dari perkembangan sejarahnya Islam menjadi sebuah disiplin Ilmu.


Sebagai contoh sains Islam yang dikemukakan Hussein Nasr
merupakan sains yang dikembangkan oleh muslimin sejak abad kedua hingga
sembilan masehi. Sains Islam mencakup berbagai pengetahuan modern seperti
kedokteran, matematika, astronomi, fisika dan sebagainya yang dibangun atas
nilai-nilai keislaman.

2. Pengertian Islam Historis


Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerdawaminta
mengatakan sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau atau peristiwa yang benar-benar terjadi.13
Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan sejarah Islam adalah peristiwa atau kejadian yang sungguh-sungguh
terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan ajaran Islam diantara cakupannya itu
ada yang berkaitan dengan sejarah prosesi pertumbuhan. Perkembangan dan

13
Harum Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jilid I (Jakarta; UI Press, 1979), hlm
56-75

10
penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran
agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat Islam
dalam berbgai bidang, seperti dalam bidang pengetahuan agama dan umum,
kebudayaan, arsitektur, politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi,
dan lain sebagainya.
Dalam pemahaman kajian islam historis tidak ada hukup atau konsep yang
bersifat tetap semua bisa berubah. Kaum historis memiliki pemahaman tentang
hukum islam,yang mana hukum itu adalah produk dari para ulama yang muncul
karena kontruk sosial. Islam historis melahirkan tradisi:
1) Antropologi agama
Disiplin yang mempelajari tingkah laku manusia beragama dalam
hubungannya dan kebudayaan. Salah satu konsep kunci terpenting dalam
antropologi modern adalah holisme, yakni pandangan bahwa praktik-
praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan secara esensial dilihat
sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam masyarakat yang
sedang diteliti. Dalam menulis masyarakat lain ataupun masyarakat kita
sendiri, kita tidak boleh menyatakan bahwa ia lebih teratur dibanding
realitas sosial pada umumnya. Ini berarti sebagian besar antropolog saat
ini mengakui bahwa holisme mempertahankan validitasnya sebagai
keputusan metodologis.
Dengan kata lain, sekalipun dunia sosial kenyataannya tidak
diorganisasikan ke dalam kesatuan organik yang saling terkait secara
teratur adalah tetap merupakan praktik antropologis yang baik untuk
mencari interkoneksinya. Agama yang dipelajari oleh antropologi agama
adalah agama sebagai fenomena budaya, tidak ajaran agama yang dating
dari Tuhan. Maka yang menjadi perhatian adalah beragamanya manusia
dan masyarakat. Sebagai ilmu sosial, antropologi tidak membahas salah
benarnya suatu agama dan segenap perangkatnya seperti, kepercayaan,
ritual, dan kepercayaan kepada yang sakral.
2) Sosiologi agama
Disiplin yang mempelajari sistem relasi sosial masyarakat dalam
hubungannya dengan agama. Teori sosiologis tentang watak agama serta

11
kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong
ditetapkannya serangkaian kategori-kategori sosiologis meliputi:
a) Stratifikasi sosial seperti kelas dan etnisitas
b) Kategori biososial, seperti seks, gender, perkawinan, keluarga
masa kanak-kanak dan usia
c) Pola organisasi sosial meliputi politik produksi ekonomis, siste-
sistem pertukaran, dan birokrasi
d) Proses sosial, seperti formasi batas relasi inter group, interaksi
personal, penyimpangan dan globalisasi
3) Psikologi agama
Disiplin yang mempelajari aspek-aspek kejiwaan manusia dalam
hubungannya dengan agama. Disiplin yang mempelajari aspek-aspek
kejiwaan manusia dalam hubungannya dengan agama. Psikologi atau ilmu
jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku
yang dapat diamati. Menurut Zakiyah Daradjat perilaku seseorang yang
tampak lairia terjadi karena dipengarui ole keyakinan yang dianutnya.
Sikap seseorang yang ketika berjumpa saling mengucapkan salam, hormat
kepada kedua orang tua, guryu, menutup aurat, rela berkorban untuk
kebenaran, dan sebagainya merupakan gejala-gejala keagamaan yang
dapat dijelaskan melalui ilmu jiwa agama.

D. Karakteristik Ajaran Islam dalam Berbagai Bidang (Aqidah, Ibadah,


Sosial, Pendidikan, dan Ilmu Pengetahuan).

Karakteristik ajaran islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh
umat muslim dengan bersandarkan Al-Qur'an dan Hadist dalam berbagai bidang
di antaranya aqidah, ibadah, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan dan berbagai
macam ilmu khusus lainnya. Karakteristik ini banyak terdapat di dalam sumber-
sumber ajaran Al-Quran dan Al-Hadits. Kedua sumber ini telah menjadi pedoman
hidup bagi setiap umat Islam.

12
1. Bidang Aqidah

Aqidah Islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. Akidah
Islam diyakini dan diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah.
Dalam prosesnya keyakinan tersebut harus langsung, tidak boleh melalui
perantara. Akidah demikian itulah yang akan melahirkan bentuk pengabdian
hanya kepada Allah, yang selanjutnya berjiwa bebas, merdeka dan tidak tunduk
pada manusia dan lainnya yang menggantikan posisi Tuhan.
Sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya apa saja yang
disampaikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan oleh Rasulullah dalam Sunnahnya
wajib diimani (diyakini dan diamalkan).14
2. Bidang Ibadah
Kata ibadah berasal dari kata ‘abada yang berarti patuh, tunduk,
menghambakan diri dan amal yang diridhai Allah.15 Ibadah adalah sebagai upaya
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mentaati segala perintahNya dan
menjauhi semua laranganNya. Ibadah ada yang umum ada yang khusus. Yang
umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah SWT, sedangkan yang
khusus adalah yang telah ditetapkan oleh Allah SWT akan perincian-
perinciannya, tingkat, dan cara-caranya yang tertentu.
Dalam yuriprudensi Islam telah ditetapkan bahwa dalam urusan ibadah
tidak boleh kreatifitas, sebab yang yang membentuk suatu ibadah dalam Islam
dinilai sebagai bid’ah yang dikutuk Nabi sebagai kesesatan. Ketentuan ajaran
Islam yang begitulah yang membuat akal tidak boleh ikut campur tangan, bahkan
hak dan otoritas Tuhan sepenuhnya. Hal yang demikianlah yang membuat atau
membentuk manusia atau penganut berserah diri, patuh dan tunduk guna
mendapatkan kedamaian dan keselamatan. Dan itulah yang membawa seorang
hamba menjadi hamba yang sholeh, mempunyai jiwa yang tenang, rendah hati,
menyandarkan diri kepada amal sholeh dan ibadah, dan tidak kepada nasab
keturunan, semuanya itu adalah gejala kedamaian dan keamanan sebagai
pengalaman dari ibadah.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

14
Ibid. h. 21
15
Mahmud Yunus,Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, t.th.), hlm.252.

13
ٍ
‫ثة‬َ‫د‬َْ‫مح‬ ‫ُل‬
ُ َّ ‫ن ك‬ َِ
َّ‫إ‬ ‫ِ ف‬
‫مور‬ُُ‫ثاتِ األ‬
َ‫د‬َْ
‫مح‬َُ
‫و‬
‫َالََلة‬
‫ٍ ض‬‫َة‬
‫دع‬ ‫َّ ب‬
ِْ ‫ُل‬
‫َك‬‫ٌ و‬‫َة‬
‫دع‬ِْ‫ب‬

“Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena


sesungguhnya mengadakan hal yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah
sesat”. [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].

3. Bidang Sosial

Bidang sosial ini menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati


tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, kesamaan derajat, tenggang rasa, dan
kebersamaan. Islam ternyata banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial dari
pada aspek kehidupan ritual.
Kita melihat kesatuan yang ditetapkan Islam dalam segi sosial ini telah
mencapai satu tingkatan yang mengagumkan dan menjadi contoh yang menantang
sejarah dan umat manusia seluruhnya. Di India umpamanya tempat persemaian
salah satu agama dunia yang tertua ,kita melihat agama Hindu Brahma membagi-
bagi para pemeluknya ke dalam empat kasta. Kaum Brahmana menempati kasta
tertinggi dan rakyat jelata (Paria) menempati kasta terendah. Sedangkan dalam
Islam tidak mengenal adanya kasta dalam pembagian masyarakat sosialnya.
Karena pada hakekatnya manusia itu semua sama dihadapan Allah yang
membedakan hanya ketaqwaannya kepada Allah. Itulah indahnya Islam.16
Potensi manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial. Wujud
berupa kecendrunagan untuk bergaul dan menjalin hubungan antar sesama
manusia. Potensi ini disebut dengan fitrah sosial, yaitu kecendrungan manusia
untuk hidup berkelompok.

16
Prof. Dr.Muhammad Yusuf Musa. 1991.hlm.19

14
4. Bidang Pendidikan

Pendidikan islam memandang pendidikan adalah hak bagi setiap manusia


laki-laki maupun perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat tuntutlah ilmu
mulai dari buayan (orang tua) sampai ke liang lahat, mencari ilmu hukumnya
wajib atas setiap muslimin dan muslimat,17 sehingga mayoritas orang-orang rela
berkorban demi pendidikan dirinya maupun keluarganya ada yang sampai
mengorbankan hartanya sawah, barang-barang yang berharga juga ikut hangus
demi pendidikan
Di dalam Islam banyak diketahui metode-metode pembelajaran seperti:
ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi, penugasan, teladan, pembiasaan,
karyawisata, cerita, hukuman, nasihat, dan sebagainya. Tidak hanya itu di sana
juga banyak ditemukan berbagai metode dalam pendidikan seperti metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, teladan, pembiasaan,
karya wisata, cerita, hukuman, nasihat, dan lain-lain.

5. Bidang Ilmu Pengetahuan

Islam dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang sangat erat. Sebab,
selain agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, islam juga hadir
sebagai ilmu yang memberikan petunjuk rahasia alam kepada manusia.
Dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi sudah banyak bukti yang
menunjukan islam dengan ilmu pengetahuan. Beberapa bukti hubungan islam dan
ilmu pengetahuan :
1. adanya penemuan tentang teori rotasi bumi. Dimana dalam Islam sudah
disebutkan bahwa setiap planet dalam tata surya bergerak sesuai orbitnya
sehingga tidak mungkin saling bertabrakan dan tidak ada planet yang
menjadi pusat tata surya.
2. Adanya larangan umat islam untuk memakan daging babi. Karena dalam
daging babi mengandung bakteri dan cacing yang berbahaya bagi
kesehatan manusia.
17
Imam al-zarnuji taklimulmutaalimthariqattaallum,toko al-hidayah surabaya hal....

15
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kamus, istilah 'universal' bermakna umum (berlaku bagi semua
orang/seluruh dunia); bersifat melingkupi seluruh dunia. Sedangkan menurut ilmu
bahasa (Etimologi) kata ”Islam” berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang
berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata itu terbentuk kata aslama, yuslimu,
islaman, yang berarti juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Maka dari
itu, Islam adalah agama universal yang ajarannya ditujukan bagi umat manusia
secara keseluruhan.
Orang islam mengambil Kitab Suci Al-Qur’an sebagai dasar
kehidupannya, untuk dijadikan sumber dalam ajaran islam. Inilah pula yang
dijadikan dasar bagi ilmu juga kepada hadits Nabi Muhammad SAW, ada perintah
Tuhan yang mengatakan bahwa manusia beriman wajib mengikuti Allah dan
rasul-Nya. Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW juga menunjukan bahwa akal juga
dapat digunakan dalam membuat aturan hidup bagi orang islam. Sedangkan sifat-
sifat dasar ajaran Islam yaitu, kesederhanaan, rasionalitas, dan praktis, kesatuan
antara materi dan rohani, sebuah jalan hidup yang sempurna, keseimbangan antara
pribadi dan masyarakat, universalitas dan humanisme, stabil dan berkembang, dan
lainnya.
Karakteristik ajaran islam adalah suatu karakter yang harus dimiliki oleh
umat muslim dengan bersandarkan Al-Qur'an dan Hadist dalam berbagai bidang
di antaranya aqidah, ibadah, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan dan berbagai
macam ilmu khusus lainnya.
B. Saran
Penulis berharap dengan tulisan ini, pembaca dapat memahami dan
mencintai Islam dengan sungguh-sunguh, yaitu dengan cara beribadah dan tidak
melakukan hal-hal yang dilarang dalam Islam, saling bertoleransi antar umat
beragama, dan lainnya. Sebagai umat Islam marilah kita mempelajari sifat-sifat
dasar ajaran Islam dan mengamalkan karakteristik ajaran Islam dalam berbagai
bidang. Semoga Allah selalu menunjukkan jalan yang diridhoi-Nya untuk kita
semua.

17
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Buku/E-book:

Dr. Marzuki, M.Ag, 2012, Pendidikan Agama Islam.

Idrus H. A, 1996, Kamus Umum Baku Bahasa Indonesia, Surabaya, Bintang


Usaha Jaya.

K.H.Taher Tarmizi, 2002, Menyegarkan Akidah Tauhid Insani, Mati di Era


Klenik, Gema Insani Press, Jakarta.

Prof. DR. H. Abuddin Nata, M. A, 2011, Studi Islam Komprehensif, Jakarta:


Kencana.

Internet:

http://fridayatijusu.blogspot.co.id/2015/01/makalah-islam-normatif-dan-
islam.html diakses 7 April 2018

18

Anda mungkin juga menyukai