Disusun oleh :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Prinsip Ajaran Agama Islam
2.1.1 Prinsip Universal dalam Pendidikan Islam
Kata Universal dalam kamus bahasa Indonesia berarti umum berlaku untuk semua orang
atau berlaku seluruh dunia. Prinsip universal dalam pendidikan Islam adalah prinsip yang
bersifat umum, yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan Islam. Prinsip ini tidak
terlepas dari nilai-nilai ajaran Islam, yaitu yang terbentuk dalam tiga dimensi yang senantiasa
harus dijaga hubungannya dengan manusia. Prinsip universal dalam pendidikan Islam meliputi
masalah ketuhanan, sosial kemasyarakatan, kesadaran dan lingkungan (Herman, 2014).
1. Masalah Ketuhanan
Setiap agama kepercayaan yang ada dan dianut oleh umat manusia di atas dunia ini,
senantiasa berhubungan dengan keyakinan akan adanya kekuatan luar biasa yang
datang dari diri manusia. Islam sebagai agama, maka dalam pelaksanaan
pendidikannya mengarahkan agar perkembangan manusia sesuai dengan normanorma
ajaran Islam. Mengenai norma-norma ajaran Islam telah jelas sebagaimana yang
dikandung dalam al-Qur’an yang merupakan sumber pertama dan utama ajaran Islam,
dan sumber kedua Hadis.
Keberadaan manusia di dunia ini adalah adalah sebuah ciptaan, sehingga manusia
yang beriman diharapkan mampu untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya secara
jasmani dan rohani kepada penciptanya. Oleh karena itu, dalam menopang
kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan kebutuhan berbagai hal, seperti bahan
makanan dan minuman, bahan pakaian, bahan bangunan, alat transportasi, alat
komunikasi, alat mempertahankan diri. Berbagai sumber kehidupan berasal dari Alam
dan itu semua adalah ciptaan Allah Swt. Pendidikan yang dilaksanakan dalam Islam
juga memiliki keterkaitan erat dengan kata tarbiyah dengan kata rabba sehingga
pendidikan Islam dalam bahasa Arab adalah Tarbiyah Islamiyah. Dilihat dari stuktur
katakata yang digunakan dalam peristilahan pendidikan Islam tersebut,
mengindikasikan bahwa Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, memelihara, dan
mencipta.
Agama mengasumsikan atau melihat suatu persoalan dari segi normatifnya,
sedangkan sains dan agama meneropongnya dari segi objeknya. Agama melihat
problematika dan solusinya melalui petunjuk Tuhan, sedangkan sains melihat
problematika dan solusinya melalui eksperimen dan rasio manusia semata-mata. Oleh
sebab itu, dalam pendidikan Islam maka manusia seyogyanya mengetahui eksistensi
keberadaaannya, dari mana ia, untuk apa ia diciptakan, dan akan kemana pada
akhirnya.
Merujuk pada pembahasan para ulama’, sebagian dari mereka ada yang membagi hukum
dalam al-Qur’an, sebagaimana pernyataan Wahbah Zuhaili di dalam kitab Ushul al-Fiqh al-
Islamiyi yang juga dikutip oleh Ernawati, diantaranya:
a. Hukum Akidah (I’tiqadiyah) merupakan suatu hal yang berkaitan dengan keyakinan
manusia kepada Allah swt. dan juga kepada para malaikat, kitab, rasul, serta hari akhir.
b. Hukum Etika (Khuluqiyyah) adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan kepribadian
diri, seperti, rendah hati, sikap dermawan, kejujuran dan menghindari sifat-sifat buruk
lainnya seperti halnya dusta, iri, dengki, dan sombong.
c. Hukum Amaliyah (Amaliyah) atau suatu perilaku sehari-hari yang berhubungan dengan
sesama manusia. Hukum Amaliyah dibagi menjadi dua bagian, yakni:
1. Muamalah ma’a Allah atau pekerjaan yang berhubungan dengan Allah, seperti shalat,
puasa, zakat, haji, nadzar, dan lain sebagainya.
2. Muamalah ma’a anNaas atau pekerjaan yang berhubungan langsung dengan manusia
baik secarapribadi maupun kelompok. Contohnya, kontrak kerja, hukum pidana, dan
lain sebagainya (Jaya, 2019).
b. Dalil Hadits
Hadits yang dijadikan dalil kehujjahan Sunnah juga banyak sekali, diantaranya
sebagaimana sabda Nabi s.a.w.
Al-Quran bagi umat Islam adalah sumber primer dalam segala segi
kehidupan. Al- Quran adalah sumber ajaran teologi, hukum, mistisisme, pemikiran,
pembaharuan, pendidikan, akhlak dan aspek aspek lainnya. Tolok ukur benar /
salah, baik / buruk, dan indah / jelek adalah Al-Quran. Jika mencari sumber lain
dalam menentukan benar / salah, baik / buruk, dan indah / jelek, maka seseorang
diangap tidak konsisten dalam berislam, suatu sikap hipokrit yang dalam
pandangan Al-Quran termasuk sikap tidak terpuji.
1) Meluruskan Akidah Manusia Secara rinci menjaga akidah itu mencakup aspek-
aspek sebagai berikut.
a. Menegakkan Pokok-Pokok Tauhid Menegakkan tiang-tiang tauhid sebagai
landasan beragama sangat penting eksistensinya sebab bersikap sebaliknya
yaitu syirik merupakan sikap yang sangat tercela, bahkan hukum Islam
memandang syirik sebagai suatu tindak pidana (jarīmah) yang sangat
terlarang. Mengapa syirik termasuk dosa besar? Sebab dalam syirik ada
kezaliman terhadap kebenaran, dan penyimpangan terhadap kebenaran
hakiki, serta ada pelecehan terhadap martabat kemanusiaan yang
mengagungkan dunia atau tunduk kepada sesama makhluk. Itulah sebabnya
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni sikap syirik
dan Allah akan mengampuni dosa selain itu bagi siapa saja yang Allah
kehendaki.” (QS AnNisa`/4: 48). “Sesungguhnya sikap syirik adalah
kezaliman yang sangat besar.” (QS Luqman/31: 13). “Jauhilah perbuatan
keji yaitu menyembah berhala, dan jauhi pula berkata palsu, dengan penuh
penyerahan kepada Allah dan tidak bersikap syirik kepada-Nya. Barang
siapa melakukan syirik kepada Allah, maka seakan-akan ia terjun dari langit
lalu disambar burung, atau diombang-ambing angin ke tempat yang tidak
menentu.” (QS Al-Hajj/22: 30- 31). Al-Quran mengajak manusia beribadah
hanya kepada Allah sementara syirik cenderung kepada kebatilan dan
khurafat. Al-Quran menginformasikan kepada kita bahwa Nabi Muhammad
bahkan semua para nabi mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada
Allah. Allah berfirman, “Beribadahlah kepada Allah, tidak ada bagi kamu
satu Tuhan pun selain Allah.” (QS Al-A araf/7: 59, 65, 73, 85) (QS
Hud/11:50, 61, 84).
b. Mensahihkan Akidah tentang Kenabian dan Kerasulan, Meluruskan akidah
atau dapat dikatakan membenarkan akidah itu mencakup aspek-aspek
sebagai berikut.
Madjid (2008) menyatakan bahwa tolok ukur pembangunan yang berhasil adalah
sebagai berikut.
Dari pemaparan teori diatas dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran islam berasal dari Al
Quran, as Sunnah dan ijtihad. Sumber ajaran islam ini memiliki peran masing-masing dalam
menegakkan dan mengajarkan ilmu ajaran islam kepada umat-Nya. Selain mengetahui Al
Quran sebagai salah satu sumber ajaran agama islam, diperlukan juga paradigma qur’ani
dalam kehidupan modern yang bahwasanya telah terpengaruh oleh budaya dan kebiasaan
dari luar islam. Ajaran agama Islam sangat diperlukan dalam mengatur tingkah laku kaum
muslimin dalam kehidupan dunia
DAFTAR PUSTAKA
Amran, A. (2015). Peranan Agama Dalam Perubahan Sosial Masyarakat. Hikmah. 2(1), 23-
29.
Herman. (2014). Prinsip-Prindip dalam Pendidikan Agama Islam. Jurnal Al-Ta’dib, 7(2), 99-
119.
Jaya, S. A. F. (2019). Al-Qur’an dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam. Indo-Islamika, 9(2),
204-216.
Nasir S. (2020). Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam: Universal, Keseimbangan, Kesederhanaan,
Perbedaan Individu, dan Dinamis. Istiqra’. 7(2), 146-160.
Safe’i, A, (2017). REDEFINISI IJTIHAD DAN TAQLID: Upaya Reaktualisasi dan
Revitalisasi Perspektif Sosio-Historis. ‘Adliya, 11(1), 26-40.
Syaripudin, A. (2016). Al-Qur'an sebagai Sumber Agama Islam. Jurnal Bidang Kajian Islam,
2(1).
Syarifuddin, dkk, 2000, Sains Geografi. Jakarta, Bumi Aksara
Rasma, Periska. dkk. (2015). BAGAIMANA MEMBANGUN PARADIGMA QURANI?.
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Palembang.