Anda di halaman 1dari 6

ISLAM SEBAGAI AGAMA RAHMATAN LIL'ALAMIN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Di dalam sejarah dunia nasional, Islam dimulai dengan
penurunan wahyu kepada Nabi Muhammad pada 610 M, ketika beliau berusia 40 tahun. Muhammad
pergi setiap tahun ke atas pegunungan di Mekkah untuk pengasingan rohani. Selama salah satu dari
fase pengasingan diri, ketika berusia 40 tahun, pada bulan Ramadhan, malaikat Jibril mengunjungi
beliau dan menyampaikan kepadanya lima ayat dari surat Al-‘Alaq dalam Al-Qur’an yang
menyampaikan wahyu pertama dari Allah. Nabi Muhammad menjaga misinya dan tetap menerima
wahyu serta memahami bahwa wahyu-wahyu itu menjadi bagian dari kitab suci dan bahwa ia telah
dipilih Allah sebagai Nabi. Sejak penyebaran Islam yang paling awal keluar dari Arab, Islam telah
menjadi suatu agama dari berbagai suku,ras, dan kelompok masyarakat. Islam adalah suatu agama
dunia, dengan demikian pada umumnya kita dapat menemukan Islam di sebagian besar tempat-
tempat utama dan di antara masyarakat yang ada di dunia. Islam merupakan suatu agama yang
disebarkan, muslim diperintahkan untuk membawa pesan Tuhan kepada semua orang di muka bumi
ini dan untuk membuat kondisi dunia menjadi lebih baik, tempat yang baik secara moral. Islam
adalah jalan hidup yang benar, jalan yang membawa keselamatan dunia dan akhirat dan Islam
merupakan jalan satu-satunya yang harus ditempuh. Islam memiliki ciri-ciri robbaniyah yaitu bahwa
Islam bersumber dari Allah, bukan hasil pemikiran manusia. Islam merupakan satu kesatuan yang
padu yang terfokus pada ajaran tauhid, Allah berikan kepada manusia agama yang sempurna. Islam
mencakup seluruh aspek kehidupan, tak satu aspek pun terlepas dari Islam karena Islam adalah
ajaran yang bersifat integral (lengkap) dan Islam tidak terbatas dalam waktu tertentu tetapi berlaku
untuk sepanjang masa dan di semua tempat. Dalam Islam ditemui kaidah-kaidah umum yang mudah
dipahami, sederhana dan mudah dipraktekkan yang menjadi kemaslahatan umat manusia karena
sumber ajaran Islam adalah Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sehingga Islam menjadi agama rahmatan
lil’alamin.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian agama Islam itu? 2. Apa saja karakteristik ajaran
Islam? 3. Apa saja pokok-pokok ajaran Islam? 4. Apa sumber ajaran Islam? 5. Mengapa Islam
sebagai agama rahmatan lil’alamin?
C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui pengertian agama Islam. 2. Untuk mengetahui apa
saja karakteristik ajaran Islam. 3. Untuk mengetahui pokok-pokok ajaran Islam. 4. Untuk
mengetahui sumber ajaran Islam. 5. Untuk mengetahui bahwa Islam sebagai agama rahmatan
lil’alamin.
D. KEGUNAAN PENULISAN Penulisan ini diharapkan berguna bagi pengembangan pengetahuan
tentang Islam, dan dapat mengamalkan ajaran Islam serta tetap meyakini bahwa Islam adalah
rahmatan lil’alamin untuk kebahagiaan dunia dan akhirat demi tercapainya tujuan hidup, ridho Allah
SWT. E. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam tulisan makalah ini, bab pertama berupa
pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan. Bab dua merupakan pembahasan tentang pengertian agama dan Islam, karakteristik
ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sumber ajaran Islam, dan Islam sebagai rahmatan
lil’alamin.

BAB II ISLAM SEBAGAI AGAMA RAHMATAN LIL’ALAMIN

A. PENGERTIAN AGAMA DAN ISLAM 1. Pengertian Agama Dari segi etimologi agama berasal
dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata “a” yang berarti tidak, dan “gama” yang berarti kacau atau
tidak teratur. Jadi agama adalah sesuatu yang teratur atau tidak kacau. Dengan demikian bahwa
agama itu membawa hidup seseorang ke dalam kehidupan yang penuh keteraturan dan tertata
dengan baik. Secara terminologi agama didefinisikan oleh para ahli dengan berlainan, sesuai latar
belakang yang dianutnya. Mahmud Syaiful (1996) berpendapat bahwa agama adalah ketetapan Ilahi
yang diwahyukan kepada nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. Sementara Endang
Antasari (1992), memberikan definisi agama sebagai hubungan manusia dengan suatu kekuatan suci
yang dianggapnya lebih tinggi untuk dipuja, diminta bantuan dalam memecahkan kesulitan
hidupnya. Harun Nasution (1991) mendefinisikan agama sebagai ajaran-ajaran yang diwujudkan
Tuhan kepada manusia melalui para rasul-Nya. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa agama adalah ajaran Tuhan yang merupakan ketetapan Ilahi untuk manusia yang
berisikan tentang peraturan hidup bagi pedoman hidup manusia.

2. Pengertian Islam Ditinjau dari akar katanya, Islam berasal dari kata sa-la-ma yang berarti selamat
atau damai. Sedangkan menurut istilah adalah menerima segala perintah dan larangan Allah yang
terdapat dalam wahyu yang diturunkan kepada Nabi. Islam memiliki karakteristik yang khas dengan
agama-agama sebelumnya. Dalam memahami Islam dan ajarannya, berbagai aspek yang berkenaan
dengan Islam perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman yang komprehensi.
Hal ini penting dilakukan karena kualitas pemahaman ke-Islaman seseorang dapat mempengaruhi
pola pikir, sikap dan perilaku dalam menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
Islam. Islam adalah agama universal, komprehensif, lengkap dengan dimensi edoterik dan
eksoteriknya. Sebagai agama universal, Islam mengenal system perpaduan antara apa yang disebut
konstan-nonadaptabel (tsabuit) di satu sisi watak Islam yang satu ini tidak mengenal perubahan
apapun karena berkaitan dengan persoalan-persoalan ritus agama yang transenden, nash yang
berkaitan dengan watak (konstan-nonadaptabel) ini dalam Al-Quran maupun hadits sekitar 10%,
yang berupa ajaran agama yang bersifat kulli dan qoth’i yang konstan dan immutable. Segmen ini
meski diterima apa adanya tanpa harus adaptasi dengan perubahan-perubahan di sekitarnya, segmen
ini terkait dengan persoalan dasar menyangkut sendi-sendi ajaran agama yang mempunyai nilai
strategis, seperti persoalan keimanan, sholat, zakat, puasa elastis-adaptabel di sisi lain. Segmen ini
lebih banyak, sekitar 90%, teks agama yang berupa aturan-aturan global yang bersifat juz’i dan
zhanni. Segmen ini mepunyai nilai taktis-operasional yang bersentuhan langsung dengan fenomena
sosial dan masyarakat. Karena wataknya yang taktis inilah segmen ini menerima akses perubahan
pada tataran operasionalnya sepanjang tetap mengacu pada pesan-pesan moral yang terkandung
dalam ajaran agama. B. KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM Islam adalah dien yang diturunkan
Allah untuk kemaslahatan manusia, baik di dunia maupun di akhirat yang memiliki karakteristik
sebagai berikut: 1. Robbaniyah Robbaniyah adalah bahwa ajaran Islam bersumber dari Allah, bukan
hasil pemikiran manusia. Firman Allah dalam surat As-Sajdah ayat 2:

“Turunnya Al-Quran yang tidak ada keraguan di dalamnya, (adalah) dari Tuhan semesta alam”. (Q.
S. As-Sajdah: 2) 2. Komprehensif Kesempurnaan Islam tidak terlepas dari Allah SWT. Allah yang
menciptakan seluruh alam dalam keadaan sempurna, maka agama yang Allah berikan kepada
manusia juga agama yang sempurna. Tidak satupun ajaran Islam yang kontradiktif, semuanya
merupakan satu kesatuan yang padu, yang pada intinya terfokus pada ajaran tauhid. Allah berfirman
yang artinya:

“........Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.....” (Q. S. Al-Maidah (5): 3) 3. Integral
Sifat integral adalah merupakan sifat keaslian Islam. Integralistik Islam terletak pada ajarannya,
yaitu ajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Tak satu aspek pun yang terlepas dari ajaran
Islam. Islam mengatur hal-hal yang berkenaan dengan aspek jasmani dan aspek rohani. Islam
memberi aturan bagaimana seharusnya berhubungan dengan Allah, bagaimana seharusnya
berhubungan dengan sesama dan berhubungan dengan lingkungannya. Islam memuat aspek hukum
halal-haram, mubah-makruh, fardhu-sunnah juga menyangkut masalah aqidah, ibadah, politik,
ekonomi, perang, damai, perundingan, dan semua konsep hidup manusia. Sedangkan yang belum
dijelaskan secara gamblang dirinci dalam Al-Quran dan assunnah, dapat diketahui dengan jalan
pengambilan hukum oleh para mujtahid umat Islam. 4. Universal Islam diemban oleh Nabi
Muhammad SAW diperuntukkan bagi seluruh manusia pada umumnya. Oleh sebab itu, Islam
dikenal sebagai agama yang bersifat universal. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Anbiya ayat
107 :

"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q. S.
Al-Anbiya: 107) Islam bersifat universal, tidak terbatas oleh waktu dan tempat tertentu. Lingkup
keberlakuan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah untuk seluruh umat manusia, di
mana pun mereka berada. Berdasarkan pernyataan ini Islam dapat dierima oleh segenap manusia di
muka bumi. C. POKOK-POKOK AJARAN ISLAM Aturan-aturan yang ada dalam Islam secara
garis besar dapat dikelompokkan dalam dua macam. Yaitu aturan yang berupa kaidah umum dan
aturan yang berupa kaidah mendetail. 1. Kaidah Umum Dalam Islam ditemui kaidah-kaidah umum
yang mudah dipahami, sederhana dan mudah dipraktekkan. Mencakup masalah-masalah baru yang
menjadi kemaslahatan umat manusia. Yang termasuk kaidah umum adalah: a. Musyawarah
Musyawarah adalah prinsip pokok dalam Islam di bidang pemerintahan. Musyawarah juga
merupakan salah satu sifat orang yang beriman dalam mengatur dan menyusun pemerintahan. Allah
berfirman:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (Q. S. Ali Imran
(3): 159) b. Persamaan Sebagaimana kita ketahui dalam syariat Islam, ada dua bentuk hubungan,
yaitu ibadah dan muamalah yang bersumber dari Al-Quran dan sunnah Rasulullah. Ibadah ialah
seperangkat aktifitas dengan ketentuan-ketentuan syariat yang mengatur pola hubungan manusia
dengan Tuhannya. Sedangkan muamalah ialah usaha atau pola daya hubungan antara manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya sekaligus dengan lingkungan sekitar. Hubungan antar sesama
manusia disebut hablumminannas. Semua manusia diciptakan dari satu asal yang sama. Tidak ada
kelebihan yang satu dari yang lainnya, kecuali yang takwa dan paling baik dalam menunaikan
fungsinya sebagai pemimpin (khalifah) di muka bumi dan sekaligus sebagai hamba Allah SWT.
Islam menegaskan prinsip persamaan seluruh manusia. Atas prinsip persamaan itu, maka setiap
orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. c. Keadilan Islam sebagai agama rahmatan
lil’alamin dapat ditelusuri dari ajaran-ajaran yang berkaitan dengan kemanusiaan dan keadilan. Dari
sisi konsep tentang keadilan, Islam adalah satu jalan hidup yang sempurna, meliputi semua dimensi
kehidupan. Islam memberikan bimbingan untuk setiap langkah kehidupan perorangan maupun
masyarakat, material dan moral, ekonomi dan politik, hukum dan kebudayaan, nasional dan
internasional. Konsep keadilan yang pada prinsipnya berarti pemberdayaan kaum miskin atau lemah
untuk memperbaiki nasib mereka sendiri dalam sejarah manusia yang terus mengalami perubahan
sosial secara umum. Islam memperhatikan susunan masyarakat yang adil dengan membela nasib
mereka yang lemah. 2. Kaidah Detail Dalam Islam banyak sekali aturan-aturan yang sifatnya detail,
membahas persoalan sampai yang sekecil-kecilnya. Misalnya dalam masalah perkawinan. Islam
mengatur bagaimana seharusnya meminang,melamar, akad nikah dengan berbagai syaratnya, dan
masih banyak lagi.
D. SUMBER AJARAN ISLAM Islam dibawa oleh Nabi Muhammad untuk kebahagiaan umat
manusia, untuk menciptakan kesejahteraan dunia yang tentram dengan menikmati kehidupan di
dalamnya. Sedangkan sumber ajaran agama Islam yaitu Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad. 1. Al-Quran
sebagai Sumber Ajaran Islam Dilihat dari sejarah dan proses pewahyuan, Al-Quran tidak diturunkan
sekaligus, tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu secara periodik, sedikit demi sedikit, ayat demi
ayat. Hikmahnya adalah untuk memberikan pemahaman bahwa setiap ayat Al-Quran tidak hampa
sosial. Pewahyuannya sangat tergantung pada ruang lingkup dan persoalan-persoalan
kemasyarakatan. Dilihat dari segi jelas tidaknya, para ulama mengelompokkan ayat-ayat Al-Quran
kepada dua bagian: ayat-ayat yang cukup jelas (muhkamat) dan ayat-ayat yang membutuhkan
penjelasan lebih lanjut (mutasyabihat). Adanya ayat-ayat Al-Quran yang masih dalam bentuk garis
besar memberikan peluang kepada para mufassir untuk menjelaskannya. Dalam menafsirkan Al-
Quran, mereka tentu saja menggunakan kaidah-kaidah yang sebagiannya diambil dari ‘ulum Al-
Quran dan ilmu tafsir. Dalam ‘ulum Al-Quran dibahas umpamanya, ayat-ayat makiyah dan
madaniyah, sebab-sebab turun Al-Quran, i’rab A-Quran, ilmu qira’ah, dan lain-lain. 2. Hadits
sebagai Sumber Ajaran Islam Dalam literatur hadits dijumpai beberapa istilah lain yang
menunjukkan menyebutan al-hadits, seperti assunnah, al-khabar, dan al-atsar. Umat Islam
bersepakat bahwa hadits merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Quran. Kesepakatan
mereka didasarkan pada nash, baik yang terdapat dalam Al-Quran maupun hadits. Dalam Al-Quran,
umpamanya disebutkan dalam surat An-Nisa (4) ayat 59, Al-Maidah (5) ayat 92. hadits
dipergunakan apabila tidak ditemukan ketetapan hukum di dalam Al-Quran, sedangkan ijtihad
digunakan jika tidak ditemukan ketetapan hukum, baik dalam Al-Quran maupun hadits. Nabi SAW
bersabda yang artinya: “Aku tinggalkan dua pusaka untukmu, yang kalian tidak akan sesat
selamanya apabila berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah (Al-Quran) dan sunnah Rasul”.
Keberadaan hadits sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Quran, selain ketetapan Allah yang
dipahami dari ayat-Nya secara tersirat juga merupakan ijma’ (konsensus) seperti terlihat dalam
perilaku para sahabat. Misalnya, penjelasan Usman bin Affan mengenai etika makan dan cara duduk
dalam shalat seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Begitu juga Umar bin Khattab
mencium Hajar Aswad karena mengikuti jejak Rasul. Abu Bakar juga berjanji untuk tidak
meninggalkan atau melanggar perintah Rasul, karena Rasul memiliki akhlak dan budi pekerti yang
mulia. Hadits berfungsi merinci dan menginterpretasi ayat-ayat Al-Quran yang mujmal (global)
serta memberikan peryaratan terhadap ayat-ayat yang muthlaq. Di samping itu, ia pun berfungsi
mengkhususkan (takhshish) terhadap ayat-ayat yang bersifat umum. Fungsi ini merujuk pada Bayan
Al-Tafshil versi Imam Malik dan Imam Syafi’i, serta Bayan Al-Takhshish versi Imam Syafi’i dan
Imam Ahmad. Contoh dalam sabda Nabi yang artinya: “Shalatlah seperti halnya engkau melihat aku
shalat”. Bagi umat Islam, kedudukan as-sunnah sangat penting sebab banyak Al-Quran yang tidak
dapat dipahami dengan baik dan dapat diamalkan tanpa penjelasan dari Nabi Muhammad SAW. 3.
Ijtihad sebagai Sumber Ajaran Islam Syari’at Islam yang disampaikan dalam Al-Quran dan sunnah
secara komprehensif, memerlukan penelaahan dan pengkajian ilmiah yang sungguh-sungguh serta
berkesinambungan. Di dalam keduanya terdapat lafadz yang umum-khusus, mutlaq-muqayyad,
nasikh-mansukh, dan muhkam-mutasyabih, yang masih memerlukan penjelasan. Sementara itu, nash
Al-Quran dan sunnah telah berhenti, padahal waktu terus berjalan dengan sejumlah peristiwa dan
persoalan yang datang silih berganti. Oleh karena itu, diperlukan usaha penyelesaian secara
sungguh-sungguh atas persoalan-persoalan yang tidak ditunjukkan secara tegas oleh nash itu, maka
ijtihad menjadi sangat penting.
Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan masalah yang tidak ada
ketetapannya, baik dalam Al-Quran maupun hadits, dengan menggunakan akal pikiran yang sehat
dan jernih, serta berpedoman kepada cara-cara menetapkan hukum-hukumnya yang telah ditetapkan.
Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga. Islam menghargai ijtihad meskipun ijtihad
itu salah selama ijtihad itu dilakukan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Nabi
bersabda yang artinya: “Apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad, kemudian dia
benar maka ia mendapatkan dua pahala. Akan tetapi jika ia menetapkan hukum dalam ijtihad itu
salah maka ia mendapatkan satu pahala”.(Muslim. 11, t. th: 62) E. ISLAM UNTUK SELURUH
MANUSIA (RAHMATAN LIL’ALAMIN) Kata Islam punya dua makna. Pertama, nash (teks)
wahyu yang menjelaskan din (agama). Kedua, Islam merujuk pada amal manusia, yaitu keimanan
dan ketundukan manusia kepada nash (teks) wahyu yang berisi ajaran din (agama) Allah.
Berdasarkan makna pertama, Islam yang dibawa satu rasul berbeda dengan Islam yang dibawa rasul
lainnya, dalam hal keluasan dan keuniversalannya. Meskipun demikian dalam permasalahan
fundamental dan prinsip tetap sama. Islam yang dibawa Nabi Musa lebih luas dibandingkan yang
dibawa Nabi Nuh. Karena itu, tak heran jika Al-Quran pun menyebut-nyebut tentang Taurat.
Misalnya di ayat 145 surat Al-A’raf:

“Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan
penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): "Berpeganglah kepadanya dengan teguh
dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku
akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasik”. (Q. S. Al-A’raf: 145) Islam yang
dibawa Nabi Muhammad lebih luas lagi daripada yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Apalagi
nabi-nabi sebelumnya diutus hanya untuk kaumnya sendiri. Nabi Muhammad diutus untuk seluruh
umat manusia. Oleh karena itu, Islam yang dibawanya lebih luas dan menyeluruh. Tak heran jika
Al-Quran bisa menjelaskan dan menunjukkan tentang segala sesuatu kepada manusia. Firman Allah:

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka
dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (Q. S. An-Nahl: 89.
Dengan kesempurnaan risalah Nabi Muhammad SAW, sempurnalah struktur kenabian dan risalah
samawiyah (langit). Kita yang hidup setelah Nabi Muhammad diutus,telah diberi petunjuk oleh
Allah tentang semua tradisi para nabi dan rasul yang sebelumnya. Allah SWT menyatakan hal ini
dalam Al-Quran:

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.
Katakanlah: ‘Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)’. Al-Quran itu
tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat”. (Q. S. Al-An’am: 90).

Sedangkan tentang sempurnanya risalah agama-Nya, Allah menyatakan dalam surat Al-Maidah ayat
3, yang artinya: “Pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu, dan telah Aku
sempurnakan nikmat-Ku, dan Aku ridha Islam sebagai agama bagimu sekalian”. Rasulullah SAW
menjelaskan bahwa risalah yang dibawanya adalah satu kesatuan dengan risalah yang dibawa oleh
nabi-nabi sebelumnya. “Perumpamaanku dan perumpamaan nabi-nabi sebelumku ibarat orang yang
membangun sebuah rumah. Ia memperindah dan mempercantik rumah itu, kecuali letak batu bata
pada salah satu sisi bangunannya. Kemudian manusia mengelilingi dan mengagumi rumah itu, lalu
mengatakan ‘Alangkah indah jika batu ini dipasang!’ Aku adalah batu bata tersebut dan aku adalah
penutup para nabi”, begitu sabda Rasulullah SAW. (Bukhari dan Muslim). Allah menegaskan dalam
Al-Quran:

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali”. (Q. S. An-Nisa: 115) Risalah yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad telah banyak
dilupakan, diselewengkan, diubah, dan ajarannya yang haq telah dihapus. Sehingga, melekatlah
kebatilan di kalangan pemeluknya, baik dalam masalah akidah, ibadah, dan perilakunya. Sementara,
Islam adalah agama yang sumber ajarannya, Al-Quran dan Hadits, terjaga keshahihannya. Sanadnya
tersambung kepada Rasulullah SAW. Apakah ada pilihan bagi kita yang ingin berIslam kepada Alah
SWT selain dengan mengikuti risalah yang dibawa Nabi Muhammad? Tentu saja tidak. Allah
berfirman:

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari'at Kami)
kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: "Tidak ada datang
kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan."
Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q. S. Al-Maidah: 19)

BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN Agama membawa kehidupan seseorang ke dalam kehidupan yang penuh


keteraturan karena agama merupakan ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada nabi-Nya untuk
menjadi pedoman hidup manusia. Islam adalah peraturan yang diwahyukan oleh Allah kepada para
rasul untuk ditaati dalam rangka menciptakan keselamatan, kesejahteraan dan perdamaian bagi umat
manusia. Ajaran Islam memiliki karakteristik robbaniyah (bersumber dari Allah), komprehensif
(sempurna), integral (menyeluruh), dan universal (rahmatan lil’alamin). Islam juga menegaskan
prinsip musyawarah, persamaan, dan keadilan bagi seluruh manusia. Al-Quran, hadits dan ijtihad
merupakan sumber ajaran Islam. Islam yang dibawa Nabi Muhammad merupakan hidayah yang
sempurna dan lengkapnya risalah agama Islam terdapat dalam surat Al- Maidah ayat 3 yang
merupakan wahyu terakhir turun, mengharuskan seluruh manusia tunduk pada Islam. Semua syariat
terdahulu dengan sendirinya mansukh (terhapus). Dan, tidak ada lagi syariat baru sesudah risalah
yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Risalah dan kenabian telah ditutup dengan diutusnya Nabi
Muhammad. Al-Ahzab: 40

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (Q. S. Al-
Ahzab: 40)

B. SARAN Dari paparan di atas, penulis berharap semoga dapat memperkaya khasanah keilmuan
dalam bidang keagamaan yang menyangkut keislaman. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan penulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang. 2004. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Al
Nadwi, Ali Abdul Hasan. 1988. Islam Membangun Peradaban Dunia. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Anshari, Endang Saepudin. 1976. Kuliah Al-Islam: Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Rajawali. Qardhawi, Yusuf. 2002. Membumikan Syari’at Islam. Bandung: Mizan Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai