Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul "ISLAM SEBAGAI SUMBER MORAL & AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN " ini tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Fauzi selaku Dosen Agama Islam yang telah meluangkan waktu untuk membimbing kami dalam menyelesaikan karya tulis ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Padang, Oktober 2011

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Islam adalah Agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaran-ajaran tentang kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Ajaran-ajaran Islam perlu dipahami melalui jalan yang praktis karena fungsi agama ini adalah untuk memberikan solusi-solusi yang terbaik atas segala problema sosial yang ada dalam masyarakat. Makalah ini juga membahas tentang etika sosial dalam Islam yang berhubungan dengan moral dan kemanusiaan. Apalagi, tema tentang Etika dan Moral menjadi bahasan penting dalam wacana pemikiran filsafat kontemporer. Namun, pembicaraan tentang etika kurang begitu berkembang dalam Islam. Justru yang berkembang adalah kajian tentang moralitas melalui sudut pandang fiqih Islam.

Moralitas yang menjadi obyek kajian etika Islam masih berbicara seputar etika secara individual, yaitu bagaimana memperbaiki diri dan kepribadian dalam bertutur kata, bersikap, dan berbuat. Sedang etika sosialnya masih kurang mendapat tempat yang luas dalam kajian Islam. Sebagai agama terakhir, Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas dibandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Melalui berbagai liberatur yang berbicara tentang Islam dapat dijumpai uraian mengenai pengertian agama Islam, sumber, dan ruang lingkup ajarannya serta cara untuk memahaminya.

Islam sebagai agama moral sudah kaya akan konsep-konsep, baik terkait dengan ketuhanan maupun kemanusiaan, konsep relasi yang sehat secara vertikal dan horizontal, seperti konsep tauhid, keadilan, persamaan, toleransi, sampai yang terkait dengan kebersihan. Konsep-konsep ini diturunkan dan disyariatkan adalah sebagai ajaran moral demi terciptanya relasi yang sakral vertikal antara manusia dengan Tuhannya dan relasi harmonis, dinamis, dan konstruktif fungsional horizontal yang duniawi antara manusia dengan manusia, serta

dengan seluruh makhluk di muka bumi ini.

Melihat fenomena sosial yang muncul dalam kehidupan sehari-hari kita Islam seolah tidak mempunyai konsep-konsep yang indah ini. Lalu apakah konsep hanya sekedar konsep yang hanya tertulis dalam kertas? Atau apakah pada dasarnya umat Islam sudah memahami konsep tersebut, akan tetapi membiarkannya mengendap dalam alam pikirannya saja? Atau kita sudah memahaminya dan melaksanakannya tapi hanya sekedar untuk menciptakan keshalihan spiritual individu belaka dan tidak tertransfomasikan secara luas ke dalam kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari?

Berangkat dari kenyataan di atas, melalui tulisan ini kami mengajak kita semua untuk kembali memahami dengan seksama pesan-pesan inti agama, yaitu pesan moral, dan kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara individu maupun social.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA Islam sebagai sumber moral Ruang Lingkup Agama Islam. Secara etimologis kata Islam diturunkan dari akar yang sama dengan kata salm yang berarti damai. Kata Muslim (sebutan bagi pemeluk agama Islam) juga berhubungan dengan kata Islm, kata tersebut berarti orang yang berserah diri kepada Allah atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.Islam adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT. Islam memiliki arti penyerahan, atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Allah SWT).. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para Nabi dan Rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah SWT.

A.Sumber Ajaran Islam. Sumber ajaran Islam yang utama adalah Al-Quran dan Hadits. Umat Islam percaya bahwa Al-Quran disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap antara tahun 610 hingga hingga wafatnya beliau 632 M. Walau Al-Quran lebih banyak ditransfer melalui hafalan, namun sebagai tambahan banyak pengikut Islam pada masa itu yang menuliskannya pada tulang, batubatu dan dedaunan. Umat Islam percaya bahwa Al-Quran yang ada saat ini persis sama dengan yang disampaikan kepada Muhammad SAW, kemudian disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang kemudian menghapalkan dan menulis isi Al-Quran tersebut. Secara umum para ulama menyepakati bahwa versi Al-Quran yang ada saat ini, pertama kali dikompilasi pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang berkisar antara 650 hingga 656 Masehi. Utsman bin Affan kemudian mengirimkan duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh penjuru kekuasaan Islam pada masa itu dan memerintahkan agar semua versi selain itu dimusnahkan untuk keseragaman.Versi ini dikenal dengan nama Mazhhab Utsmani.

Muhammad SAW dipercayai sebagai nabi terakhir dalam ajaran Islam dimana mengakui kenabiannya merupakan salah satu syarat untuk dapat disebut sebagai seorang muslim (lihat syahadat). Dalam Islam Muhammad SAW tidak diposisikan sebagai seorang pembawa ajaran baru, melainkan merupakan penutup dari rangkaian nabi-nabi yang diturunkan sebelumnya. Terlepas dari tingginya statusnya sebagai seorang Nabi, Muhammad SAW dalam pandangan Islam adalah seorang manusia biasa. Namun setiap perkataan dan perilaku dalam kehidupannya dipercayai merupakan bentuk ideal dari seorang muslim. Oleh karena itu dalam Islam dikenal istilah Hadits yakni kumpulan perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan Muhammad SAW. Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan. Dalam terminologi Islam perkataan dimaksud adalah perkataan dari Nabi Muhammad SAW. Namun sering kali kata ini mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan Sunnah sehingga berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum dibawah Al-Quran.

B. Islam sebagai Agama Moral. -Pengertian Moral Istilah moral yang kita kenal berasal dari Bahasa Latin, yaitu mores yang berarti adat kebiasaan. Dalam kehidupan sehari-hari moral lebih dikenal dengan arti susila. Moral mengandung arti praktis, ia merupakan ide-ide universal tentang tindakan seseorang yang baik dan wajar dalam masyarakat. Islam adalah agama moral yang memiki fungsi sebagai jalan kebenaran untuk memperbaiki kehidupan sosial umat manusia. Memahami Islam secara substantif akan menjadi panduan universal dalam tindakan moral. Memahami Islam tidak hanya sebatas ritual ibadah saja, tapi perlu juga dimaknai secara lebih luas, yaitu bagaimana usaha kita menjadikan Islam sebagai panduan moral yang murni. Islam hadir ke dalam sebuah masyarakat diatur melalui prinsip-prinsip moral yang tidak hanya didasarkan oleh iman terhadap kekuasaan Tuhan saja, melainkan didasarkan pada adat yang dihormati sehingga mampu membentuk nilai-nilai masyarakat dan struktur moralnya. Islam sangat mempertegas nilai-nilai kebaikan moral, seperti kesabaran, keramahtamahan, dan kejujuran, yang itu tidak saja ditujukan kepada keluarga terdekat, tapi juga bagi seluruh umat manusia, baik bagi anak yatim, fakir, miskin, dan sebagainya. Pada zaman sekarang ini moral begitu merosot.Sebab utama merosotnya moral adalah hilangnya keyakinan (iman) terhadap Tuhan, hari akhir dan balasan surga-neraka. Agama yang telah di berikan Tuhan sebagai pembimbing di tinggalkan begitu saja, sehingga normanorma yang mengatur perilaku manusia dilupakan. Dosa telah dianggap ringan dan hal yang biasa, Tuhan hanyalah cerita tahayul dan dianggap sebagai sosok yang di gunakan untuk menakut-nakuti anak kecil belaka. Hingga timbullah pandangan bahwa takkan ada lagi kehidupan sesudah mati, tak ada lagi balasan surga neraka,

"if religion without morality lacks a solid earth to walk on, morality without religion lacks a wide heaven to breath in".(Jika agama tanpa moralitas, kekurangan tanah untuk berjalan diatasnya, jika moralitas tanpa agama, kekurangan surga langit untuk bernafas).

C. Pesan Moral Islam.

Allah berfirman dalam Al-Quran, Surat Al Ahzaab ayat 21, Bismillahirrahmaanirrahiim Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzaab : 21).

Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda:sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq. Hadits ini secara tegas menyatakan bahwa Allah mengutus nabi Muhammad SAW adalah untuk menegakkan akhlaq. Dari sini dapat ditarik sebuah pemahaman yang lebih luas bahwa Allah mengutus para nabi dan rasul-Nya tidak lain adalah untuk menegakkan akhlaq atau moral manusia. Untuk memperlancar tugas suci ini Allah memberikan tuntunan melalui wahyu yang kemudian disebut dengan kitab suci. Nabi Muhammad SAW, sebagai nabi terakhir dituntun dan dibantu dengan Al-Quran sebagai panduan yang dalam konteks ini adalah sebagai kitab pokok tuntunan moral, bukan karya ilmiah, bukan juga kitab hukum, tidak juga kitab politik, pun juga bukan kitab ekonomi dan lain sebagainya.

MEMBANGUN AKHLAK YANG MULIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Perilaku dan Tabiat Manusia, baik yang terpuji maupun tercela disebut akhlak. Dalam bahasa Indonesia, akhlak sering disebut moral atau etika. Secara etimologi, akhlak berasal dari bahasa Arab, akhlaq. Secara umum kedudukan akhlak adalah universal. Nilainilai standar tentang akhlak sudah dihujamkan oleh Allah SWT ke dalam jiwa manusia sejak mereka lahir : Maka Dia ilhamkan dalam jiwa itu kecenderungan untuk berbuat buruk (hawa nafsu) dan kecenderungan untuk berbuat takwa (QS asy-Syams [91] : 8). Di sudut manapun di dunia ini, baik mereka yang mengenal Islam ataupun yang buta sama sekali, mereka semua akan memandang perbuatan dusta, ingkar-janji, fitnah dan

berbagai keburukan perilaku yang lain sebagai perbuatan yang hina, culas dan salah. Jiwa manusia standar mengakui ini. Datangnya Islam, adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sesuai dengan sabda Rasulullah: ( Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak). Akhlak dalam ajaran Islam tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika dibatasi pada sopan santun antara sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah, dan semata didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan. Lebih dari itu akhlak adalah ibadah yang mesti didasarkan atas semangat penghambaan kepada Allah Taala. Seorang Muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri pada Allah. Dia mengerjakan itu semua bukan didasarkan atas motivasi ingin mencari pamrih, pujian, atau kebanggaan. Akhlak adalah rangkaian amal kebajikan yang diharapkan akan mencukupi untuk menjadi bekal pulang ke negeri akhirat nanti. Puncak derajat kemanusian seseorang dinilai dari kualitas akhlaknya. Bahkan kualitas keimanan pun juga diukur dari akhlak. Seluas apapun kadar kelimuan seseorang tetang Islam, sehebat apapun dirinya ketika melakukan ibadah, atau sekencang apapun pengakuannya tetang kuatnya keimanan yang dia miliki, semua itu tidak memberi jaminan. Tetap saja, alat ukur yang paling akurat untuk menilai kemuliaan seseorang adalah kualitas akhlaknya.

Ada beberapa sasaran akhlak dalam Islam : Akhlak terhadap Allah : Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji. Bertasbih kepada-Nya. Memuji kepadaNya. Bertawakal kepada Allah. Bersyukur kepada Allah. Bersabar atas segala Ujian dan cobaan yang diberikan Allah. Akhlak terhadap sesama manusia :

Pilar-pilar yang merupakan kunci kemuliaan akhlak : Jujur terpercaya : Kejujuran merupakan fondasi terpenting dalam bangunan akhlak. Tanpa kejujuran akan hilang kepercayaan. Selembut apapun sikap seseorang, seramah apapun tutur katanya, bahkan seproduktif apapun kegemarannya menolong orang lain, tetap saja semua itu tidak banyak membantu jika tidak jujur. Orang lemah lembut tapi tidak jujur akan diprasangkai punya maksud buruk di balik keramahannya itu. Adapun cara untuk bisa jujur terpercaya hal-hal yang mesti dilakukan adalah: Jujur perkataan : Pastikanlah bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisan kita terlebih dulu telah melalui proses pertimbangan yang matang. Jangan sampai kita tergelincir dengan mengatakan sesuatu berupa kebohongan, sengaja atau tidak. Ketika sekali saja berbohong, maka kebohongan itu akan terus menghatui dan memenjarakan dirinya. Dia akan ketakutan jika sewaktu-waktu kebohongannya akan terbongkar. Dia akan terus menutupi kebohongannya dengan berbohong kembali agar kehormatannya selamat. Menepati Janji : Janji itu sejenis sumpah, dan sumpah itu adalah hutang yang akan terbawa sampai mati. Siapapun yang berjanji, maka janji itu benar-benar harus diperjuangkan mati-matian untuk ditepati. Kita harus rela berkorban demi janji ini ditepati. Karena kesanggupan menepati janji adalah bukti kemuliaan akhlak seseorang. Melaksanakan amanah : Hai orang-orang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad saw) dan janganlah kalian mengingkari amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedang kalian mengetahui. (QS alAnfal [8]: 27). Bertanggung jawablah bila melakukan kesalahan. Seberat apapun hukuman dunia yang harus dipikul karena kesalahan itu, masihlah lebih ringan dibandingkan hukuman berupa siksa Allah yang perihnya tiada terlukiskan oleh gambaran apapun. Bertanggung jawablah selaku orang mumin. bertanggung jawablah selama di perjalanan. Jangan menyerobot, tak mau antri, dan selalu berbuat bising di jalan. Dll.

Ramah dan lemah lembut : keramahan merupakan perpaduan dari amal-amal hati, niat yang tulus, serta kegigihan untuk selalu bersikap baik. Keramahan merupakan tahap awal kemuliaan akhlak. Alasannya adalah : 1. Keramahan adalah tanda kerendahan hati, ketawadhuan. Orang yang sombong cenderung untuk bersikap kasar, berhati keras, ketus, angkuh, dalam gerak-gerik maupun ucapannya. 2. Keramahan merupakan tanda kesabaran dan kesanggupan mengendalikan diri dalam berinteraksi dengan aneka macam perilaku orang lain. 3. Keramahan yang tulus merupakan indikasi melimpahnya rasa kasih sayang dan kegemaran hati untuk menghormati orang lain. Di sana tumbuh rasa persaudaraan yang menjadi dasar sikap mulia dan kebahagiaan. Keramahan sulit sekali dilakukan oleh orang yang hatinya penuh dengan permusuhan. Bila kita ingin memiliki keramahan, komponen-komponen di bawah ini insya Allah bisa kita jadikan bahan evaluasi diri sekaligus sebagai program pelatihan mandiri untuk menjadi pribadi yang ramah : a. b. c. d. Wajah yang cerah dan jernih Tutur kata yang lembut Sikap yang sopan dan penuh etika Berjiwa lapang-dada dalam menyikapi orang lain Agar kita berlapang dada, ada beberapa persiapan-persiapan yang harus kita lakukan: 1. Persiapkanlah mental kita bahwa kita harus siap menghadapi orang yang kurang menyenangkan, orang yang kurang menghargai atau bahkan orang yang hendak meremehkan kita. 2. Belajarlah untuk memaklumi dan memahami bahwa latar belakang seseorang amat beragam, sering berbeda-beda.

3.

Berbaik sangkalah kepada siapapun karena Allah. Jangan biasakan mengawali sesuatu dengan prasangka buruk, karena itu akan sangat mempengaruhi cara berpikir, cara bersikap dan bertutur kata.

4.

Mengalahlah. Mengalahlah jika sekiranya akan menjadi kebaikan bagi semua.

5.

Maafkanlah, dan janganlah mata ini terpejam sebelum berikrar untuk memaafkan orang lain.

Akhlak terhadap lingkungan. Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Islam terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.

BAB 3
KESIMPULAN

Islam adalah Agama yang hadir di muka bumi ini untuk menyampaikan ajaranajaran tentang kemanusiaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Ajaranajaran Islam perlu dipahami melalui jalan yang praktis karena fungsi agama ini adalah untuk memberikan solusi-solusi yang terbaik atas segala problema sosial yang ada dalam masyarakat. Al-Quran dan Hadits (sunnah) adalah sumber hukum Agama Islam yang utama.

Islam juga adalah agama moral yang memiki fungsi sebagai jalan kebenaran untuk memperbaiki kehidupan sosial umat manusia.

Memahami Islam tidak hanya sebatas ritual ibadah saja, tapi perlu juga dimaknai secara lebih luas, yaitu bagaimana usaha kita menjadikan Islam sebagai panduan moral yang murni. Dalam Islam kita diajarkan untuk berbuat kebajikan kepada sesama umat manusia. Dalam Al-Quran Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 90 ;rtinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. An Nahl. Ayat 90).

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Abdul Aziz Ali Saud, 1428 H, Alquran dan Terjemahnya, Madinah Al Munawarah: Mujamma Al Malik Fahd Li Tibaat Al Mush-haf Asy Syarif. Prof. DR. H. Abuddin Nata, M.A., 2008, Ed. Revisi-12, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada. Drs. Surajiyo, M.A., 2008, Cet. ke-III, Ilmu Filsafat. Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Prof. DR. H. Abuddin Nata, M.A., 2008, Ed. 1-7, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai