KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH SWT karena atas izin, rahmat, dan karunia-Nya lah MAKALAH
NARKOBA DALAM PANDANGAN ISLAM dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.Isi dari makalah ini mencakup narkoba dan bagaimana hukumnya dalam Islam,yang
kemudian dituangkan dan dikumpulkan menjadi satu dalam makalah. Makalah ini
memberikan pembelajaran mengenai hukum-hukum tentang narkoba dalam Islam.
Disamping itu, makalah ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang narkoba.
Penulisan makalah ini dimaksudkan sebagai wacana untuk memenuhi persyaratan tugas
mata kuliah. Makalah ini disusun oleh penulis berdasarkan metode kepustakaan yang
kemudian di sintesis sebagai bahan rujukan. Penulis sangat menyadari penulisan makalah
ini masih memiliki kekurangan.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah ini. Semoga
penulisan makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
Bagi seorang muslim wajib mengetahui bagaimana hukum menggunakan sesuatu yang
dapat mengandungmudarat. Diperlukan berbagai informasi untuk dapat menyimpulkan
hukum-hukumIslam mengenai narkoba.Dilihat dari uraian singkat di atas, jelas sangat telihat
bahwa penting bagikita untuk menganalisa hukum tentang narkoba dalam Islam Melalui
analisa ini,dapat dipahami apa saja bahaya narkoba baik di dunia maupun di akhirat.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Dari aspek stabilitas keamanan, misalnya, baik nasional maupun internasional, persoalan
narkoba saat ini sangat memperihatinkan. Dalam skala nasional banyaknyakejahatan-
kejahatan di tanah air erat sekali hubunganya dengan masalah narkoba. Bahkanyang sangat
mengerikan bahwa jaringan pengedar narkotika di Bali, Surabaya, danJakarta, selama lebih
dari dua tahun ini dikendalikan oleh seorang narapidana (napi) laki-laki dewasa kelas I di
Tangerang. Napi yang menjadi otak peredaran heroin dan putautersebut adalah Innocent
Iwuofor, seorang warga Negara Nigeria.
Dalam skala internasional, ternyata kegiatan terorisme sering terkait dan erathubunganya
dengan kegiatan perdagangan narkotika ilegal lintas batas negara sehinggakepustakaan
mengenai narkotika mengenal dan mengakui kedekatan kegiatan tersebutsebagai narco-
terorism. Pasangan dua kegiatan yang berbeda latar belakang tampaknyasemakin serasi
sejalan dengan perkembangan pasca perang dingin karena kontrol darinegara kuat semakin
berkurang terutama setelah hancur leburnya Negeri Unisoviet danYugoslavia. Kegiatan
mafia kejahatan yang dimotori oleh bekas agen-agen KGBsemakin merajalela dan
menghalalkan segala cara untuk mengeruk keuntungan berlipatganda yang tidak pernah
akan diperoleh selama rezim Unisoviet masih berdiri utuh.Kegiatan perdagangan ilegal
narkotika menjadi salah satu alternative sumber pendanaan bagi kegiatan terorisme dan
kejahatan transnasional lainya, seperti perdagangan wanitadan anak-anak serta
penyelundupan migran ke beberapa negara.
Paparan di atas menunjukkan bahwa minuman keras, narkotika, dan obat berbahaya
merupakan hal yang sangat menarik sekali untuk dikaji secara intensif, gunamemberikan
sumbangan pemikiran untuk mengatasi minuman keras, narkotika, dan obat berbahaya yang
menjadi permasalahan serius, baik dalam skala nasional maupuninternasional.
Narkotika dan obat-obat berbahaya yang seringkali disingkat narkobaadalah dua jenis yang
berbeda. Pertama, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yangdapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dandapat menimbulkan ketergantungan. Kedua,
psikotropika dan obat-obat berbahayaadalah zat atau obat, baik alami maupun sintesis,
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Narkotika atau obat bius yang dalam bahasa Inggris disebut narcotic adalah semua bahan
obat yang mempunyai efek kerja yang pada umumnya bersifat:
4. Menimbulkan daya berkhayal (halusinasi)Zat ini secara garis besar digolongkan menjadi
dua macam: narkotikadalam arti sempit dan narkotika dalam arti luas. Narkotika dalam arti
sempit, bersifat alami. Yaitu semua bahan obat opiatin, cocaine, dan ganja.
Sedangkannarkotika dalam arti luas, bersifat alami dan syntetic. Yaitu semua bahan obat-
obatan yang berasal dari:
Dr.Shaleh bin Ghonim as Sadlan membagi obat-obat terlarang ini menjadi tiga bagian, yaitu
Yaitu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti ganja, opium, koka, alkot(cathaedulis) dan
lain-lain.
c. Narkotika Sintesis
Yaitu pil-pil yang terbuat dari bahan kimia murni. Pengaruh dan efek yangditimbulkannya
sama dengan narkotika natural atau semi sintesis. Dikemasdalam bentuk kapsul, pil, tablet,
cairan injeksi, minuman, serbuk dan berbagai bentuk lainya. Di antaranya adalah berbagai
jenis obat tidur seperti kapsulSignal, atau pil perangsang (stimulantia) seperti Kiptagon atau
Amphetamine,atau tablet penenang seperti Valium 5 dan derivate-derivatnya yang
lain.Termasuk diantaranya pil hallusinogent (pembangkit halusinasi) sepert L.S.D(Lysegic
Acid Diethlamide).
Sejalan dengan itu Abu Ghifari membagi narkotika menjadi dua bagian yaitu :
a. Narkotika alam. Jenis natur dari dedaunan dan getah, yang tehnik penggunaanyasangat
praktis yang terdiri dari :
1. Bentuk daun, misalnya ganja, wujudnya mirip daun teh kering, warnanya hijaukecoklatan,
dan
2. Bentuk getah, misalnya cannabis dan hasyis, wujudnya cairankental, warnanya coklat
tua.
1. Bentuk cairan, misalnya morfin (ampul), wujudnya mirip cairanalkohol murni, warnanya
bening.
2.1.3.1 Narkotika
Menurut UU No. 22 Th. 1997 tentang narkotika, pasal 2 ayat 1 ditinjau dariruang lingkup dan
tujuanya, narkotika bisa diklasifikasikan menjadi tiga golongan,yaitu narkotika golongan I,
golongan II, dan narkotika golongan III.Yang dimaksud dengan narkotika golongan I adalah
narkotika yang hanyadapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkanketergantungan. Dan yang dimaksud dengan narkotika golongan II, adalah
yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakandalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan. Adapun yangdimaksudkan dengan narkotika
golongan III, adalah narkotika ynag berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam
terapi dan atau tujuan pengembanganilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.
2.1.3.2 Psikotropika
Meskipun efek narkotika dan psikotropika sering berlainan, namun secaraumum benda itu
menyerang sistem dan fungsi neotransmitter pada susunan syaraf pusat atau otak.
Akibatnya fungsi berfikir, berperasaan dan berperilaku dari si pemakai atau pecandu akan
terganggu. Misalnya semangat berlebihan, gelisah,dan tidak bisa diam, tidak bisa tidur, dan
tidak bisa makan. Dalam jangka panjang, penggunaan obat ini dapat menimbulkan fungsi
otak terganggu dan bisa berakhir dengan kegilaan.Bila si pemakai sudah sampai pada
tingkat pecandu, kemudian ia tidak memakainya, maka pengaruh yang dapat dirasakan,
antara lain cepat marah, tidak tenang, cepat lelah, tidak bersemangat, dan ingin tidur terus.
2.1.4.2 Fisiologis
Efek yang ditimbulkan oleh narkotika dan psikotropika terhadap fisik,antara lain menurunya
kekebalan tubuh dan rusaknya beberapa fungsi organtubuh, baik organ dalam seperti
jantung, paru-paru, liver, hati dan lainsebagainya, juga organ luar seperti pupil mata
mengecil , bicara cadel, mulutkering, dan alat-alat indera lainya.Dari uaraian di atas dapat
disimpulkan bahwa narkoba adalah racun yang bukan saja merusak seseorang secara fisik
tapi juga merusak jiwa dan masadepan penggunanya. Secara fisik, kekebalan tubuh
semakin lama semakinambruk, sementara mentalitasnya sudah terlanjur ketergantungan
danmembutuhkan pemenuhan narkoba dalam dosis yang semakin tinggi.
Jika diatidak berhasil menemukan narkoba, maka tubuh akan mengadakan reaksi
yangmenyakitkan, diantaranya sembelit, muntah-muntah, kejang-kejang, dan
badanmenggigil yang dikenal dengan sakau. Untuk itu para pecandu narkoba tidak bisalepas
dari ketergantungan, hingga memerlukan terapi cukup lama.Penyalahgunaan narkoba dapat
mengakibatkan gangguan mental atau jiwa yang dalam istilah kedokteran jiwa (psikiatri)
disebut gangguan mentalorganic. Disebut organic karena narkoba ini bila masuk ke dalam
tubuh langsung bereaksi dengan sel-sel saraf pusat (otak) dan menimbulkan gangguan
dalam alam pikir, perasaan danperilaku. Kondisi demikian dapat
dikonseptualisasikansebagai gangguan jiwa karena narkoba.
2.2 Tinjauan Hukum Islam terhadap Narkoba2.2.1 Pengertian Narkoba Menurut Hukum
Islam
Narkoba yang dikenal sekarang ini, sesungguhnya tidak pernah ada padamasa permulaan
Islam. Bahkan tidak satu ayat-pun dari ayat-ayat al-Qur’anmaupun Hadis Nabi yang
membahas masalah tersebut. Pembahasan pada waktu ituhanya berkisar pada
permasalahan khamer saja, sebagaimana ulasan sebelumnya.Adapun narkoba yang dalam
istilah agama Islam disebut mukhoddirot, barudikenal oleh umat Islam pada akhir abad ke 6
H. itupun masih terbatas pada ganja.Yaitu ketika bangsa Tartar memerangi atau menjajah
negara-negara Islam.
Padawaktu itulah orang-orang Islam yang masih lemah imanya, dan orang-orang fasiqdari
kalangan umat Islam terpengaruh dan kemudian mengkonsumsi barangtersebut. Baru
setelah itu persoalan ganja dikenal dan tersebar dikalangan umatIslam. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah telah membahas panjang dan lebar mengenaitumbuhan marihuana (dalam bahasa
Arab disebut Hasyisyah) yang ternyata belakangan ini tergolong narkotika. Hasil kajiannya
dapat ditemukan dalamkitabnya yang berjudul Majmu al-Fatawa. Diantaranya ia menyatakan
sebagai berikut:...
‘ Sesungguhnya awal dikenalnya ganja oleh umat Islam adlaah pada akhir abad ke6 H atau
abad ke 7 H, yaitu ketika bangsa Tatar dengan panglimanya bernamaJenghis Kan
merambah kewilayah Negara Islam’.
Begitu juga Syaikh Muhammad Ali Husin Al-Maliki RA. Menyatakan bahwa marihuana belum
pernah dibahas oleh ulama-ulama mujtahidin padamasanya, dan belum pernah juga
dibicarakan oleh ulama-ulama salaf. Karenasesungguhnya ganja atau marihuana tersebut
tidak dikenal pada waktu itu.Tumbuhan ini baru dikenal dan tersebar pada akhir abad ke 6,
yaitu pada masa pendudukan bangsa Tatar. Hal ini diketahui dari pernyataan yang termuat
dalamkitab Tahdziful furuq sebagai berikut :
Sekalipun narkoba memiliki kesamaan sifat iskar dengan miras, namunsecara definitive
menunjukkan adanya perbedaan. Karena miras berupa zat cair sedangkan narkoba tidak.
Dari sini muncul pertanyaan apakah narkoba yangmemiliki dasar kesamaan iskar dengan
miras, juga memiliki potensi muatan hukumyang sama? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, harus diketahui dahulu sumber hukum yang dipergunakan di dalam hukum Islam
yang sudah menjadi kesepakatan para yuris (dalam hal ini ulama Syafi’iyah), yaitu: al-
Qur’an, al-Hadis, dan Qiyas.Sebagaimana mereka telah sepakat bahwa dalil -dalil tersebut
adalahsebagai alat istidlal (menetapkan dalil suatu peristiwa) juga telah sepakat tentangtertib
atau jenjang dalam beristidlal dari dalil-dalil tersebut.Diatas telah dijelaskan bahwa baik al-
Qur’an maupun
Al-Hadis , tidak pernah menjelaskan secara langsung persoalan narkoba. Begitu juga halnya
dengan ijma’, baik dari para sahabat nabi maupun ulama mujtahid. Karena pada masa
itunarkoba memang belum dikenal. Oleh karena itu alternative terakhir dalam memutuskan
hukumnya narkoba adalah melalui jalan qiyas.Secara etimologis kata qiyas berarti qadara,
artinya mengukur, membandingkansesuatu dengan yang semisalnya. Sedangkan menurut
terminology hukum Islam,Al-Imam Al-Ghozali mendefinisikan qiyas sebagai berikut:
Karena sifat Iskar yang berpengaruh di dalam penggunaan narkoba sangatditentukan oleh
besar kecilnya kadar yang dikonsumsi, maka hasil penetapan besar kecilnya muatan hukum
narkoba tersebut harus disesuaikan dengan qiyas yangdipergunakan. Apakah qiyas awlawi
(yaitu qiyas yang berlkunya hukum furu’ lebihkuat dari pemberlakuan hukum pada asal
karena kekuatan illat pada furu’). Ataudengan menggunakan qiyas musawi (qiyas yang
berlakunya hukum furu’ samakeadaanya dengan berlakunya hukum asal karena
kekuatanillatnya sama). Ataukahmenggunakan qiyas adwan (qiyas yang berlakunya hukum
pada furu’ lebih lemahdibandingkan dengan berlakunya hukum pada asal meskipun qiyas
tersebutmemenuhi persyaratan.
Pada pasal miras menurut hukum Islam telah dijelaskan bahwa seperti epium dan
sebagainya, tidak diberlakukan hukuman had. Karena pada kenyataanya narkoba bukanlah
miras. Untuk itu diperlukan qiyas sebagai alat beristidlal. Dengan maksud untuk menentukan
hukuman bagi pelaku penyalahgunaan narkoba secara pasti dan adil. Oleh karena itu
mekanisme penetapanya diserahkan kepada yang berwewenang atau hakim. Kalau menurut
pandangan hakim, penyalahgunaan narkoba itu kadarnya di bawah standar miras, maka
hakim menggunakan qiyasadwan.
Dan hukuman yang dijatuhkan , potensinya berada di bawah hukuman had.Akan tetapi kalau
penyalahgunaan narkoba itu sama kadarnya dengan miras, maka qiyas yang harus
dipergunakan adalah qiyas musawi. Dan hukuman yangditetapkan dipersamakan dengan
hukuman had. Bergitu juga apabila penyalahgunaan narkoba itu kadarnya lebih besar dari
pada miras, maka yang dipergunakan adalah qiyas aulawi. Dan hukuman yang ditetapkan
harus lebih berat dari hukuman miras sesuai dengan muatan kadar narkoba yang
dikonsumsi ataudisalahgunakan.Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sepanjang narkoba
dipergunakan di jalan benar, maka Islam masih memberikan toleransi. Artinya narkoba
dalam hal-hal tertentu boleh dipergunakan, khususnya pada kepentingan medis pada tingkat
- tingkat tertentu:
a. Pada tingkat darurat. Yaitu pada aktifitas pembedahan atau operasi besar, yaknioperasi
pada organ-organ tubuh yang vital seperti hati, jantung, dan lain-lain.Yang apabila
dilaksanakan tanpa diadakan pembiusan total, kemungkinan besar si pasien akan
mengalami kematian.
b. Pada tingkat kebutuhan atau hajat. Yaitu pada aktifitas pembedahan yang apabilatidak
menggunakan pembiusan, pasien akan merasakan sangat kesakitan, tetapi pada akhirnya
akan mengganggu jalanya pembedahan. Walaupun tidak sampai pada kekhawatiran
matinya si pasien.
c. Tingkatan bukan darurat dan bukan hajat. Yaitu tingkatan pada aktifitas pembedahan
ringan yakni pembedahan paada organ tubuh yang apabila tidak dilakukan pembiusan, tidak
apa-apa. Seperti pencabutan gigi, kuku, dansebagainya. Namun pasien akan merasakan
kesakitan juga.Setelah melalui proses diskusi dan perdebatan panjang, akhirnya para
ulamasampai pada kesepakatan bahwa narkoba adlaah haram, karena pada
narkobaterdapat illat (sifat) memabukkan sebagaimana pada khamer, sekalipun
mekanismehukumanya berbeda. Hal ini selaras dengan pernyataan Ibnu Taimiyah yang
berbunyi :
‘Berkatalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah r.a. mengkonsumsi ganja hukumnyaadalah haram,
bahkan termasuk sejelek-jelek perkara, baik sedikit maupun banyak,hanya saja
mengkonsumsi secara banyak hukumnya haram berdasarkankesepakatan umat Islam.´
Ulama yang lain memberikan ulasan agak luas. Artinya tidak terbatas pada ganjasaja.
Mereka sudah memasukkan opium , marihuana dan sebagainya. SebagaimanaSyekh
Muhammad A’lauddin Al ‘Hashkafi al-Hanafi, beliau mengatakan :
‘dan haram mengonsumsi ganja, marihuana dan epium , karena merusak akaldan
menghalangi ingatan (dzikir) pada Allah dan shalat.´
Dari ulasan di atas bisadisimpulkan bahwa narkoba menurut Islam adalah:´Segala sesuatu
yang memabukkan atau menghilangkan kesadaran, tetapi bukan minuman keras, baik
berupa tanaman maupun yang selainya. Selanjutnya istilah narkoba dalam terminology Islam
disebut mukhoddirot´.
Hukum keharaman narkoba ditetapkan melalui jalan qiyas yang terdiridari: qiyas aulawi,
qiyas musawi dan qiyas adwan. Adapun sangsi hukumnya, bagi pengguna narkoba
sepenuhnya menjadi wewenang hakim. Selain itu, Islam memandang narkoba merupakan
barang yang sejak awal sudah diharamkan. Oleh karenanya pada kebutuhan medis,
penggunaan narkoba dianggap tingkat darura tatau toleransi.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Beberapa hal yang bisa disimpulkan dari tulisan ini, dirumuskan sebagai berikut:
a. Imam Abu HanifahMenurut al Imam Abu Hanifah, khamer (miras) adalah : Minuman keras
yangmemabukkan yang berasal dari perasaan anggur saja´. Sedangkan yang terbuat
dariselain anggur, dinamakan nabidz. Oleh karena itu bagi peminumnya (nabidz) tidak
dikenakan hukuman had.
b. Jumhur ulama’ (Syafi’i, Maliki, dan Ahmad) Menurut mereka Khamer adalah:´Nama
(sebutan) dari setiap minuman yang memabukkan. Oleh karenanya dari apapun minuman itu
dibuat, asalkanmemabukkan, maka minuman tersebut layak dinamakan khamer. Bagi
peminumnya dikenakan hukuman had.
c. Untuk memperoleh definisi yang kongkrit, dan sesuai dengan pendapat ulamaSyafi’iyah
sebagai panutan mayoritas masyarakat hukum di Indonesia, diadakan penggabungan kedua
definisi di atas. Sehingga khamer didefinisikan sebagai:´ Zatcair atau zat padat yang berasal
dari zat cair yang disajikan untuk minuman, yangapabila diminum akan memabukkan´.
2. Dari definisi di atas (definisi miras)
a. Apabila penyidikannya menunjukkan illat yang lebih rendah (ringan) dari padakhamer,
maka yang dipakai adalah qiyas adwan. Dalam arti derajat hukuman pidananya harus di
bawah hukuman had.
b. Apabila penyidikanya menunjukkan illat yang sama dengan khamer, maka yangdipakai
adalah qiyas musawi. Dalam arti derajat hukumanya dipersamakan denganhukuman had.
Akan tetapi apabila penyidikanya menunjukkan lebih berat dari padakhamer, maka yang
dipakai adalah qiyas aulawi. Artinya , derajat hukumanya lebih berat dari hukuman had.
Sedangkan muatan berat-ringanya (berat) hukumansepenuhnya menjadi wewenang hakim.