Anda di halaman 1dari 11

Narkoba atau NAPZA adalah zat / bahan yang berbahaya yang mempengaruh kondisi

kejiwaan atau psikologi seseorang, baik itu pikiran, prilaku ataupun perasaan seseorang
dimana efek samping dari penggunaan obat ini adalah kecanduan atau menyebabkan
ketergantungan terhadap zat atau bahan ini. Ada beberapa yang termasuk narkoba atau
NAPZA yaitu : Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif. berikut adalah penjelasannya:

Narkotika

Narkotika  adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun bukan dari tanaman baik
itu sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan
kesadaran,  mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, (UU RI No 22 / 1997). Narkotika terdiri dari tiga golongan, yaitu :

Golongan I             : Narkotika yang hanya digunakan untuk kepentingan ilmu   pengetahuan
dan      tidak dipergunakan untuk terapi, serta memiliki potensi ketergantungan sangat tinggi,
contohnya: Cocain, Ganja, dan Heroin

Golongan II           : Narkotika  yang dipergunakan sebagai obat, penggunaan sebagai terapi,
atau     dengan tujuan pengebangan ilmu pengetahuan, serta memiliki potensi ketergantungan
sangat tinggi, contohnya : Morfin, Petidin

Golongan III          : Narkotika yang digunakan sebagai obat  dan penggunaannya banyak
dipergunakan untuk terapi, serta dipergunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
memiliki potensi ketergantungan ringan, contoh: Codein

Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah ataupun sintesis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan prilaku dan perubahan khas pada aktifitas mental dan di bagi menjadi beberapa
golongan, yaitu :

Golongan I        : yaitu psikotropika yang di pergunakan untuk pengembangn ilmu


pengetahuan   dan tidak dipergunakan untuk terapi dan memiliki sindrom ketergantungan
kuat, contoh: Extasi

Golongan II      : yaitu psikotropika yang dipergunakakn untuk pengobatan dan dapat
digunakan     sebagai terapi serta untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan memiliki
sindrom ketergantungan kuat, contoh : Amphetamine

Golongan III     : yaitu psikotropika yang digunakan sebagai obat dan banyak digunakan
sebagai terapi serta untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan memiliki sindrom
ketrgantungan sedang, contoh : Phenobarbital

Golongan IV     : yaitu psikotropika yang dipergunakan sebagai pengobatan dan   dan banyak
dipergunakan untuk terapi serta digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
memilikisindroma ketergantungan ringan, contoh : Diazepem, Nitrazepam

Zat Adiktif
Zat adiktif adalah bahan atau zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan
psikotropika, meliputi :

1. Minuman beralkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berfungsi menekan


susunan saraf pusat dan jika digunakan secara bersamaan dengan psikotropika dan
narkotika maka akan memperkuat pengaruh di dalam tubuh. Ada tiga golongon
minuman beralkohol yaitu :

Golongan A : Kadar etanol  1-5 %

Golongan B : Kadar etanol 5-20 %

Golongan C : Kadar etanol  20-45 %

2. Inhalasi : adalah gas hirup dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa
organik yang terdapat di berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan
sebagainya.
3. Tembakau : tembakau adalah zat adiktif yang mengandung nikotin dan banyak yang
digunakan di masyarakat.

EFEK NARKOBA / NAPZA

Berdarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan dari penggunaan NAPZA dapat
dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu :

1. Golongan depresan (Downer) : merupakan jenis NAPZA yang menyebabkan


mengurangi aktifitas fungsional tubuh, sehingga membuat penggunanya menjadi
tenang dan membuat tertidur bahkan bias tak sadarkan diri. Contoh: Opioda (Morfin ,
Heroin, dan Codein), Sedative (penenang), Hipnotik (obat tidur), dan Tanquilizer (anti
cemas)
2. Golonagan stimulant (Upper) : merupakan golongan NAPZA yang merangsang fungsi
tubuh dan meningkatkan gairah kerja, pada golongan ini membuat pengguna menjadi
aktif, segar, dan beremangat. Contoh : Ampahetamine (Shabu, Extasi) dan Cokain
3. Golongan halusinogen : adalah golongan NAPZA yang membuat penggunanya
berhalusinasi yang bersifat merubah perasaan, dan pikiran sehingga perasaan dapat
terganggu. Contoh : kanabis (Ganja)

BAHAYA NARKOBA

Pengguanaan narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang dapat menyebabkan gangguan
mental dan perilaku, sehingga menyebabkan terganggunya sistem neuro-transmitter pada
susunan saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem neuro transmitter akan menyebabkan
terganggunya fungsi kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan, mood dan emosi),
psikomotor (perilaku) dan aspek sosial.

Seseorang pecandu narkoba semakin lama penggunaan narkoba akan membutuhkan dosis
yang lebih tinggi demi dapat merasakan efek yang sama. Inilah yang membuat pecandu
narkoba ingin lagi dan ingin lagi karena zat tertentu dala narkoba mengakibatkan seseorang
cenderung bersifat pasif karena secara tidak sengaja narkoba memutus saraf-saraf dalam otak.
Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak
dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna akan overdosis dan akhirnya kematian.

MEMULIHKAN KONDISI DENGAN REHABILITASI NARKOBA

Orang yang langsung mengonkumsi narkoba atau menjadi pecandu narkoba dapat dilakukan
pemulihan dengan dilakukan rehabilitasi, adapun beberapa tahap-tahap rehabilitasi yang
umumnya dilakukan, yaitu :

1. Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan oleh dokter untuk melihat seberapa besar seseorang sudah kecanduan
narkoba, efek samping yang sudah dialami, dan pemeriksaan depresi yang ditimbulkan dari
penggunaan narkoba. Sehingga dokter akan memberikan penanganan terhadap hasil
pemeriksaan terebut untuk menghilangkan efek yang ditimbulkan.

2. Detoksifikasi

Detoksifikasi merupakan upaya pembersihan racun akibat penggunaan narkoba dimana


dilakukan dengan cara pemberhentian penggunaan narkoba. Ketika berhenti menggunakan
narkoba maka kemungkinan pecandu akan mengalami gejala-gejala yang ditimbulkan akibat
pemberhentian penggunaan narkoba / akibat pemberhentian asupan obat yang biasanya
menenangkan. Dan pecandu harus bertahan dalam keadaan tidak ada asupan obat terlarang
ini dan dokter akan membantu memberikan obat untuk mengurangi masalah / mengatasi rasa
tidak nyaman yang ditimbulkan oleh efek pemberhentian penggunaan narkoba dan
pencandun memerlukan cairan dan makanan yang cukup untuk membantu memulihkan
kondisi tubuh.

3. Stabilisasi

Merupakan cara ketiga yang dilakukan setelah 2 tahap sudah dilewati. Dokter akan
memberikan resep obat untuk pengobatan jangka panjang untuk. Pemulihan ini juga
mencakup rencana-rencana kehidupan anda pada jangka panjang, serta kesetabilan mental
pecandu.

4. Dukungan orang sekitar

berkomunikasi dengan orang dekat tentang masa pemulihan dari penggunaan narkoba dapat
membantu ada dalam mengalihkan keinginan untuk kembali terjerumus dalam penggunaan
narkoba. Pilihlah seseorang yang dapat dipercaya, seperti : keluarga dan teman dekat yang
mungkin dapat membantu anda dalam pemulihan.

UPAYA PENCEGAHAN

Narkoba sangat merugikan masyarakat dan penggunaannya yang luas dimasyarakat


menimbulkan kerugian bagi semua kalangan baik itu pelajar dan anak-anak. Sehingga perlu
dilakukan upaya pencegahan bagi semua kalangan. Adapun upaya pencegahan yang dapat
dilakukan, yaitu : berikut adalah upaya pencegahan atau tips yang dapat dilakukan untuk
mencegah penggunaan narkoba / NAPZA yang dilansir dari website resmi Badan Narkotika
Nasional, yaitu :
1. Jangan pernah unruk menggunakan narkoba.
2. Mengetahui berbagai dampak negatif dan bahaya penggunaan narkoba.
3. Memilih pergaulan yang baik dan menghindari pergaulan yang dapat menjerumuskan
kita pada penyalahgunaan narkoba / NAPZA.
4. Mengikuti kegiatan yang bersifat positif seperti berolahraga ataupun mengikuti
kegiatan organisasi yang memberikan pengaruh positif kepada kita
5. Selalu mengingatkan bahwa pengguna narkoba dan pengedar narkoba memiliki aturan
hukum yang dapat menjerat pengguna maupun pengedar narkoba.
6. Menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan pasangan maupun dengan anak-
anak akan memungkinkan kita melihat gejala awal penyalahgunaan narkoba pada
anak-anak, dan hubungan dan komunikasi dengan baik dengan anak-anak kita akan
membuat mereka merasa nyaman dan aman.
7. Mengenal bahwa penyalahgunaan narkoba disebabkan karena dampak kurang
pedulinya keluarga kepada anak-anak kita. Maka dari itu keluarga diharapkan
memberikan contoh perilaku yang baik dan memberikan perhatian yang cukup pada
anak-anak kita.
8. Bila mempunyai masalah maka cari jalan keluar yang baik dan tepat dan jangan
jadikaan narkoba sebagai jalan pelarian.

Diperlukan pengawasan yang kertat dari pemerintah dalam pengawasan peredaaran obat dan
makanan yang mengandung atau tergolong narkoba.

Bahaya Penyalahgunaan
Agnes Z Yonatan - detikBali
Rabu, 22 Feb 2023 17:51 WIB
ilustrasi narkoba
Foto: iStock
-

Pernahkah kamu mendengar tentang NAPZA? Istilah satu ini sering disebutkan di berita
maupun penyuluhan di institusi pendidikan dan sebagainya. Sejatinya, NAPZA adalah
singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.

NAPZA mengacu pada kelompok senyawa yang dapat mengakibatkan tumbuhnya


kecanduan. Untuk kamu yang penasaran, mari belajar lebih dalam mengenai NAPZA, mulai
dari pengertian, jenis, hingga bahaya penyalahgunaannya.
Pengertian NAPZA

Dilansir laman HPM Universitas Gadjah Mada, NAPZA adalah zat adiktif yang dapat
mengakibatkankan kecanduan. Apabila masuk ke dalam tubuh, NAPZA dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosial karena mempengaruhi
kerja otak dan saraf pusa

Baca artikel detikbali, "NAPZA Adalah: Pengertian, Jenis-jenis, dan Bahaya


Penyalahgunaan" selengkapnya https://www.detik.com/bali/berita/d-6583360/napza-adalah-
pengertian-jenis-jenis-dan-bahaya-penyalahgunaan.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/


NAPZA terdiri atas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, baik zat alami maupun
sintetis. Contoh dari narkotika adalah codein, opium, dan LSD. Sedangkan contoh
psikotropika diantaranya adalah sabu-sabu, ekstasi, dan demerol. Terakhir, contoh dari zat
adiktif adalah kafein, nikotin, dan alkohol.

Meski dapat mengakibatkan kecanduan, NAPZA sebenarnya banyak digunakan dalam


keperluan medis. NAPZA adalah bahan utama anestetik (obat bius) lokal yang digunakan
selama operasi mata, hidung, dan juga tenggorokan.

Namun, banyak yang menyalahgunakan pemakaian NAPZA, sehingga dapat berakibat buruk
bagi kesehatan. NAPZA yang digunakan secara berlebihan dapat berakibat negatif bagi
kesehatan, seperti gangguan jantung, hati, saraf, dan lain-lain.
Jenis-jenis NAPZA

Sesuai dengan namanya, NAPZA terdiri atas zat narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Mengutip laman RS Universitas Udayana, jenis-jenis NAPZA adalah sebagai
berikut.
1. Narkotika

Jenis NAPZA yang pertama adalah narkotika. Narkotika merupakan zat atau obat yang
berasal dari tanaman dan organisme lainnya, baik secara sintetis maupun semi sintetis.
Narkotika dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sehingga biasanya digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dalam dunia medis.

Meski begitu, menurut UU RI No. 22 tahun 1997, narkotika dapat dapat menimbulkan
ketergantungan apabila digunakan secara berlebihan dan tanpa pengawasan medis. Terdapat
3 golongan narkotika, yakni sebagai berikut.
Golongan I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang biasa digunakan dalam ilmu pengetahuan dan
tidak boleh digunakan dalam terapi. Narkotika jenis ini memiliki potensi ketergantungan
yang sangat tinggi. Beberapa contoh narkotika golongan I adalah kokain, heroin, dan ganja.
Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika yang digunakan dalam bidang medis sebagai obat dan
terapi. Selain itu, narkotika jenis ini juga dipakai dengan tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan.

Sama seperti golongan I, golongan II juga memiliki potensi ketergantungan sangat tinggi.
Beberapa contoh narkotika golongan II adalah morfin dan petidin.
Golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika yang biasa digunakan sebagai obat dan untuk terapi.
Narkotika ini juga sering digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Berbeda dengan golongan II, golongan III ini memiliki potensi ketergantungan yang rendah.
Contoh narkotika golongan III adalah kodein.
2. Psikotropika

Jenis lain dari NAPZA adalah psikotropika. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis yang tidak termasuk narkotika dan memiliki khasiat psikoaktif.

Psikotropika mempengaruhi susunan saraf pusat yang mengakibatkan perubahan perilaku dan
aktivitas mental. Terdapat beberapa golongan psikotropika, yakni sebagai berikut.
Golongan I

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang biasa digunakan dalam mengembangkan


ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi. Psikotropika golongan I ini memiliki
ketergantungan yang cukup kuat. Contoh psikotropika golongan I adalah ekstasi.
Golongan II

Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang banyak digunakan untuk pengobatan dan
terapi. Psikotropika jenis ini cenderung memiliki sifat ketergantungan kuat. Contoh dari
psikotropika golongan II adalah amphetamine.
Golongan III

Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang digunakan sebagai obat dan terapi.
Berbeda dengan golongan lainnya, psikotropika golongan III memiliki sindrom
ketergantungan menengah, Contoh psikotropika golongan III adalah phenobarbital.
Golongan IV

Psikotropika golongan IV adalah yaitu psikotropika yang biasanya digunakan dalam dunia
medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Psikotropika jenis ini memiliki sifat
ketergantungan yang rendah. Contoh dari psikotropika golongan IV adalah Diazepam dan
Nitrazepam.
3. Zat Adiktif

Jenis terakhir dari NAPZA adalah zat adiktif. Zat adiktif adalah zat yang berpengaruh secara
psikoaktif diluar zat narkotika dan psikotropika. Zat adiktif meliputi hal-hal berikut.
Alkohol

Alkohol adalah salah satu zat adiktif. Alkohol mengandung etanol etil alkohol yang mampu
menekan susunan saraf pusat. Terdapat tiga jenis minuman beralkohol, yakni sebagai berikut.

Golongan A dengan kadar etanol 1-5%


Golongan B dengan kadar etanol 5-20%
Golongan C dengan kadar etanol 20-45%

Inhalasi

Inhalasi merupakan zat berwujud gas atau solven (zat pelarut) yang mudah menguap. Inhalasi
terdapat terdapat pada benda-benda yang dipakai sehari-hari di rumah, kantor dan
sebagainya.
Gejala Penyalahgunaan NAPZA

Menurut skripsi karya Nurhanifah yang dikutip dari Universitas Muhammadiyah Ponorogo,
beberapa gejala penyalahgunaan NAPZA yang dapat berujung pada kecanduan adalah
sebagai berikut..
1. Gejala Pasien Pengguna Zat Sedatif Hipnotik
Gejala pasien pengguna zat sedatif hipnotik adalah sebagai berikut.

Menurunnya sifat menahan diri


Jalan tidak stabil
Koordinasi motorik menurun
Bicara menjadi cadel
Kurang perhatian
Sangat gembira dan tiba-tiba menjadi depresi
Meningkatnya rasa kepercayaan diri berlebihan

2. Gejala Pasien Pengguna Ganja

Gejala pasien pengguna ganja adalah sebagai berikut.

Kontrol diri menghilang


Euforia ringan
Menurunnya motivasi diri

3. Gejala Pasien Pengguna Alkohol

Gejala pasien pengguna alkohol adalah sebagai berikut.

Sering murung dan pendiam


Kontrol diri menurun
Agresif
Koordinasi motorik terganggu
Partisipasi dalam dunia sosial menurun
Bicara menjadi kacau dan cadel

4. Gejala Pasien Pengguna Opioid

Gejala pasien pengguna opioid adalah sebagai berikut.

Mengantuk
Bicara cadel
Koordinasi motorik terganggu
Acuh terhadap lingkungan
Menjadi manipulatif

5. Gejala Pasien Pengguna Kokain

Gejala pasien pengguna kokain adalah sebagai berikut.

Hiperaktif
Iritabilitas
Halusinasi
Sangat tegang
Insomnia
Sering membesar-besarkan sesuatu
Kejang dan paranoid apabila dalam keadaan overdosis
Efek Penyalahgunaan NAPZA

NAPZA adalah zat adiktif yang berbahaya bagi tubuh apabila dikonsumsi terus menerus.
Simak beberapa efek penyalahgunaan NAPZA berikut ini.

Terganggunya sistem neurotransmitter pada susunan saraf di otak yang mengakibatkan


gangguan mental dan perilaku penderita.
Terganggunya fungsi kognitif (pikiran), afektif (perasaan dan emosi), psikomotor (perilaku),
dan aspek sosial.
Kerusakan organ dalam tubuh
Kematian

Pengobatan Penyalahgunaan NAPZA

Sejatinya, terdapat 2 upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyalahgunaan NAPZA,
yakni melalui terapi dan rehabilitasi. Teknik pengobatan penyalahgunaan NAPZA adalah
sebagai berikut.
1. Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya memulihkan kondisi pecandu NAPZA hingga kembali sehat secara
fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Terdapat beberapa tahap rehabilitasi yang biasanya
dilakukan, yakni sebagai berikut.

Pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk melihat tingkat kecanduannya


Detoksifikasi untuk membersihkan racun akibat penyalahgunaan NAPZA
Stabilisasi untuk pengobatan jangka panjang
Komunikasi secara rutin untuk pemulihan secara mental

2. Terapi

Terapi adalah upaya untuk mengurangi gejala putus zat, yang biasanya dilakukan dengan cara
berikut ini.

Detoksifikasi tanpa substitusi, di mana pasien tidak diberi obat untuk menghilangkan gejala
putus zat tersebut.
Detoksifikasi dengan substitusi, di mana pasien diberikan obat untuk membantu mengurangi
gejala putus zat, seperti kodein, metadon, dan buprenorfin.

Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA

Mengingat dampaknya yang sangat berbahaya bagi kesehatan, perlu dilakukan upaya
pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA adalah
sebagai berikut.

Jangan tergoda untuk menggunakan NAPZA, sekalipun diajak oleh orang-orang terdekat.
Pelajari lebih dalam mengenai efek samping dan bahaya negatif penyalahgunaan NAPZA.
Jaga pergaulan, jangan sampai jatuh ke dalam pergaulan bebas.
Ikuti kegiatan yang bersifat positif bagi tubuh, seperti berolahraga.
Ingat bahwa ada hukum keras yang menjerat pengguna dan pengedar narkoba.
Jangan gunakan narkoba sebagai jalan keluar permasalahan.
Jalin komunikasi yang baik dengan keluarga dan sahabat.

Itulah dia beberapa hal seputar NAPZA, mulai dari jenis-jenis hingga bahaya
penyalahgunaannya. NAPZA adalah sekumpulan zat adiktif yang dapat bersifat toxic bagi
tubuh apabila dikonsumsi terus menerus. Teruslah waspadai bahaya penyalahgunaan NAPZA
yang berlebihan.

Baca artikel detikbali, "NAPZA Adalah: Pengertian, Jenis-jenis, dan Bahaya


Penyalahgunaan" selengkapnya https://www.detik.com/bali/berita/d-6583360/napza-adalah-
pengertian-jenis-jenis-dan-bahaya-penyalahgunaan.

Sebagai seorang praktisi kesehatan, setiap waktu saya melihat ada saja korban akibat narkoba
yang datang ke rumah sakit. Penggunaan narkoba menurut saya tidak bisa dilepaskan dari
alkohol dan rokok. Semangat memberantas narkoba seharusnya juga berlanjut dengan
membatasi konsumsi rokok dan alkohol. Mengapa? Karena ketiga racun ini, sama-sama
membawa dampak buruk bagi kesehatan, bahkan berisiko menyebabkan kematian. Rokok,
narkoba dan alkohol juga sama-sama bersifat adiksi atau membuat ketagihan.

Secara medis komplikasi akibat menggunakan kokain, salah satu narkoba yang sering
diselundupkan ke Indonesia, adalah gangguan pada banyak organ manusia. Komplikasi bisa
terjadi pada jantung, paru, ginjal, hati, saluran pencernaan, sistem syaraf otak hingga sistem
syaraf lainnya. Gangguan jantung yang bisa terjadi, antara lain serangan jantung, gangguan
irama jantung, kardiomiopati, dan peradangan otot jantung. Sementara, gangguan saluran
pencernaan yang terjadi dapat berupa kebocoran saluran cerna, peradangan usus besar,
hingga iskemik usus.

Selain gangguan kesehatan, para pecandu narkoba juga beresiko mengalami kematian
mendadak. Dampak negatif lain yang mungkin terjadi adalah risiko mengalami gangguan
seksual dan gangguan jiwa. Gangguan jiwa yang mungkin terjadi antara lain perasaan cemas,
depresi, paranoid, psikosis, hingga keinginan untuk melakukan bunuh diri.  Risiko semakin
besar, jika pecandu menggunakan jarum suntik secara bergantian.

Bagaimana dengan amphetamin? Pada keadaan akut, para pecandu akan mengalami jantung
berdebar-debar, irama jantung tidak teratur, dan peningkatan tekanan darah. Para pecandu
juga dapat mengalami suhu tubuh yang meningkat dan kejang-kejang, dan jika tidak tertolong
dapat menyebabkan kematian secara langsung. Pada komplikasi kronis, gangguan kesehatan
yang terjadi juga mirip dengan narkoba jenis lainnya. Sama dengan kokain, amphetamin juga
dapat menyebabkan gangguan jiwa.

Penelitian di Universitas Colombia USA beberapa tahun yang lalu mendapatkan para
perokok remaja akan cenderung minum alkohol lima kali lipat dan menggunakan mariyuana
13 kali lipat dibandingkan remaja yang tidak merokok. Sangat sulit bagi seseorang yang
sudah adiksi untuk melepaskan diri dari ketiga bahan berbahaya ini. Adiksi terhadap salah
satu narkoba akan membuat seseorang pecandu narkoba tersebut bisa melakukan aktivitas
antisosial demi mendapatkan narkoba tersebut.

Begitu pula penelitian yang dilakukan di Australia yang dipublikasi pada majalah Drug and
Alcohol Independence tahun 2013 pada sekelompok wanita hamil. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa para perokok lebih banyak menggunakan ganja dan alkohol dibanding
dengan wanita yang tidak merokok. Begitu pula kelompok peminum alkohol akan cenderung
menggunakan ganja, daripada yang tidak minum alkohol.

Melihat dampak buruk dari narkoba, akhirnya komitmen pemerintah memang harus tinggi
terhadap pemberantasan narkoba, tidak saja menolak grasi bagi terpidana mati tapi secara
terus menerus melakukan razia untuk mencegah beredarnya narkoba. Semua yang dilakukan
agar bangsa ini tidak hancur di kemudian hari. Mudah-mudahan eksekusi mati ini dapat
membuat jera para bandar narkoba, agar Indonesia lagi menjadi lokasi penyebaran narkoba.

Artikel selengkapnya dapat dilihat di https://staff.blog.ui.ac.id/ari.fahrial/2015/01/18/kenapa-


narkoba-berbahaya-sehingga-pengedarnya-perlu-diganjar-terpidana-mati/

Penggunaan narkoba dikalangan generasi muda semakin mencemaskan. Narkoba adalah


singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Narkotika merupakan zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun non sintetis,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam golongan-golongan. Sedangkan
psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Jenis narkoba yang pertama kali
digunakan ialah dalam bentuk opium atau candu. Pada awalnya, narkoba hanya digunakan
untuk pengobatan dalam dunia kedokteran yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit.
Seiring berkembangnya zaman, jenis narkoba mulai ditemukan dan dikembangkan, dengan
ini pula kasus penyalahgunaan narkoba semakin meningkat.

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan obat-obatan golongan narkotika, psikotropika


dan bahan adiktif lainnya yang tidak sesuai dengan fungsinya atau penggunaan yang
dilakukan diluar medis tanpa pengawasan dokter. Beberapa kasus  penyalahgunaan narkoba
tidak hanya berasal dari kalangan dewasa, tetapi sudah merambah di lingkungan remaja
hingga mahasiswa yang merupakan golongan paling rentang terhadap penggunaan narkoba.
Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN), sebanyak 2,2 juta remaja di 13 Provinsi di
Indonesia merupakan pelaku penyalahgunaan narkoba dan angka ini terus mengalami
kenaikan setiap tahunnya.

Peraturan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 menyatakan, remaja ialah
penduduk yang berada dalam rentang usia 10-18 tahun. Sedangkan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-
24 tahun dan belum menikah. Masa remaja merupakan masa transisi dari kanak-kanak
menuju fase dewasa. Pada fase tersebut mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat baik secara fisik maupun psikologis. Masa remaja merupakan masa pencarian jati
diri dimana mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar, menyukai petualangan dan
mencoba berbagai hal baru (tantangan). Mereka juga memiliki gejolak ingin untuk
mendapatkan pengakuan atas keberadaannya, keinginan untuk mendapatkan kepercayaan,
keinginan untuk mendapatkan tanggung jawab, keinginan untuk berprestasi, keinginan untuk
menunjukkan keberanian, serta keinginan untuk mendapatkan kebebasan dan kemandirian.

Remaja kerap diidentikkan dengan kekompakan, kesetiaan, kepatuhan dan solidaritas tinggi
terhadap kelompok sebayanya. Ini merupakan hal yang positif bagi pengembangan kepekaan
dan keterampilan sosialnya. Namun dapat berdampak negatif apabila pencarian jati diri
dilakukan dalam lingkungan yang salah. Masa remaja merupakan masa yang labil dimana
mereka dapat dengan mudah terpengaruh, meniru, hingga terbujuk oleh perkataan dan
tindakan yang dilakukan oleh rekan sebayanya bahkan kakak tingkat tanpa memikirkan
akibatnya dimasa mendatang. Tujuannya ialah agar bisa diterima dilingkungan sosialnya
maupun mengikuti gaya hidup yang kurang baik. Bahkan terkadang mengindahkan kesetiaan
dan kepatuhan terhadap orang tua dan gurunya.

Penyalahgunaan narkoba dikalangan remaja terdiri atas beberapa pola pemakaian seperti;

1. Pola Coba-Coba, pola ini dipengaruhi rasa iseng atau ingin tahu. Pada pola ini remaja
dipengaruhi oleh kelompok sebaya yakni teman dekat atau orang sekitar yang
menawarkan ataupun membujuk untuk menggunakan narkoba
2. Pola Pemakai Sosial, pemakaian narkoba dilakukan untuk kepentingan pergaulan agar
dapat diakui maupun diterima oleh lingkungan sosialnya. Di tahap ini remaja merasa
senang melakukan tindakan yang mengundang resiko seperti ngebut di jalanan,
tawuran dan merokok
3. Pola Pemakai Situasional, ialah pemakaian yang dilakukan atas situasi tertentu.
Disebut juga dengan tahap instrumental, karena narkoba dapat menjadi alat untuk
mempengaruhi atau memanipulasi emosi dan suasana hati. Pada pola ini biasanya
remaja rentan mengalami stress, depresi hingga kecemasan berlebih yang mana hal ini
dapat berakibat pada berpotensinya seseorang menyalahgunakan narkoba guna
mengatasi berbagai masalah yang sedang dialami.
4. Pola Habituasi (Kebiasaan), pola ini pemakai sudah mencapai tahap teratur atau
terbiasa menggunakan narkoba. Dimana terjadinya perubahan pada tubuh dan gaya
hidup pengguna seperti teman lama yang berganti dengan teman pecandu.
5. Pola Kompulsif (Ketergantungan), pola ini sudah masuk dalam gejala khas, yaitu
munculnya toleransi dan atau gejala putus zat. Pengguna berusaha untuk selalu
memperoleh narkoba dengan berbagai cara seperti melakukan tidak kriminalitas.

Ruang lingkup sosial yang kurang baik ini akan berpengaruh pada rusaknya otak secara
permanen dan pada akhirnya akan mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan.
Sehingga rentan dalam melakukan hal-hal yang beresiko seperti tindakan kriminal. Pada
kondisi ini pentingnya benteng perlindungan bagi remaja agar tidak terjerumus dalam
pergaulan lingkungan sosial yang tidak baik. Yang terpenting ialah perlu adanya peran serta
dari orang tua maupun guru dalam mengawasi dan membimbing. Keluarga menjadi faktor
penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang baik kepada remaja dilingkungan rumah.
Dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anaknya, maka akan dapat membantu mereka
berpikir bahwasanya menggunakan narkoba bukanlah hal yang baik.

Anda mungkin juga menyukai