Islam
o Al-Qur'an online
o Al-Hadist online
TV & Radio
o
TV Streaming
o Radio Streaming
o Contact Me
My Facebook
My Twitter
Link Sahabat
World Explorer
revolusi seorang author
PENDIDIKAN LUAR BIASA
1
Exceptional Education
Blogs That Discuss About The World Of Education, Special Education Was Exceptional
Powered by Blogger.
.
Search...
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali macam tingkah laku, karakteristik dan bentuk fisik
manusia yang kita temui. Baik itu orang normal maupun tidak normal. Didalam pendidikan juga
ada yang untuk anak normal dan untuk anak yang membutuhkan layanan khusu atau sekolah luar
biasa.
Anak luar biasa adalah anak yang mengalami gangguan atau hambatan perkembangan baik fisik
maupun mentalnya sehingga mereka membutuhkan perhatian dan layanan khusus,hal ini dengan
tujuan agar mereka mampu menjalani kehidupan sehari-hari tanpamembutuhkan orang lain.
Salah satu anak yang mengalami hambatan atau gangguan yaitu anak tunalaras. Anak tunalaras
adalah anakyang mangalami gangguan emosi dan mentalnya dimana anak ini berbuat sesuatu
yang tidak biasa dilakukan oleh anak seusianya. Contoh prilaku yang dilakukan adalah mencuri,
membuat keributan atau cemas orang lain, menyakiti orang lain dan srbagainya yang tidak biasa
dilakukan oleh anak seusianya.
Orang tua atau guru harus bisa mendeteksi dini kalau anaknya mengalami hambatan, hal ini
bertujuan agar kelainan yang dialami anak tidak berkembang atau bertambah parah. Misalnya
kalau anak mengalami ketunalarasan maka pihak yang bersangkutan harus cepat mencengahnya,
agar kelainannya tidak bertambah parah.
Factor lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan anak baik itu lingkungan keluaga,
sekolah maupun masyarakat. Dimana kalau anak hidup dalam kelurga yang bisa menghargai dan
mendidik anak dengan baik maka anak akan bisa tumbuh kembang dengan baik dan begitu juga
sebaliknya karena keluarga tempat yang paling utama anak mendapat pendidikan.
Dalam lingkungan keluaga anak mendapat pendidikan yang baik, tapi lingkungan tidak baik
maka anak juga bisa mempunyai sifat atau kelainan misalnya suka membuat keributan dan
cemas orang lain.
Untuk mengatasi terjadinya kelainan tersebut yaitu dengan lebih memperhatikan anak baik dari
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Kalau anak sudah me,punyai pergaulan yang tidak
baik maka, orang tua harus cepat tanggap dan mencengahnya agar anak tidak berlarut-iarut
dalam permasalahan tersebut.
Kalau anak sudah mempunyai prilaku dan emosi yang tidak sesuai dengan usianya maka,
keluarga harus menerima anak tanpa mengabaikannya. Dan langkah yang harus dilakukan adalah
bagaimana agar anak bisa keluar dari gangguan prilaku yang dialaminya.
Cara yang tepat yaitu dengan konsultasi ke psikolog dan bagaimana cara menangani anak
tersebut. salah satu cara menanganinya yaitu dengan terapi bermain. Oleh sebab itu penulis telah
menyiapkan berbagai macam terapi bermain yang bisa diterapkan kepada anak kalau seandainya
anak mengalami kelainan prilaku.
Hal ini dilakukan karena yang sama kita ketahui bahwa yang namanya anak-anak pasti menyukai
yang namanya bermain. Jadi sambil bermain kita bisamencangah dan menghilangkan agar
kelainan perilaku yang dialami anak tidak bertambah.
B. BATASAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini penulis akan membatasi masalahnya yaitu :
1. Pengertian anak tunalaras
2. Permasalahan anak tunalaras
3. Sasaran yang terapi
4. Prinsip, pendekatan dan metoda
5. Evaluasi terapi permainan
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam bagaimana anak
luar biasa terutama anak tunalaras. Baik itu karakteristik, penyebab dan cara menanggulanginya.
Disini kita akan mengetahui apa saja yang bisa dialakukan untyuk mengetahui anak yang
mengalami kelainan dan bagaimana sara mencengahnya. Dan kalau sudah terjadi bagaimana cara
memberikan terapinya, maka disini kita akan lansung mengetahui bagaimana cara memberikan
terapi bermain kepada anak tunalaras, agar kelainan perilaku yang dialami anak bisa diatasi
sambil bermain.
Selain itu, tujuannya juga untuk memenuhi salah satu tugas akhir semester mata kuliah jurusan
pendidikan luar biasa yaitu mata Bina Pribadi Dan Sosial yaitu membuat makalah tentang anak
yang mengalami gangguan perilaku.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Agar semua pihak mengetahui bagamana anak luar biasa terutama anak tunalaras
2. Agar orang tua, guru dan masyarakat bisa menerima kehadiran anak yang mengalami kelainan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ANAK TUNALARAS
Istilah tunalaras pada umumnya diasosiasikan dengan anak dan remaja yang sering menimbulkan
keresahan dan kehonaran, baik disekolah maupun masyarakat, seperti mencuri, mabuk,
penggunaan ganja dan obat terlarang, perkelahian, perkosaan dan sebagainya.penyandang
tunalaras sangat heterongen, penyandang tunalaras tidak hanya membuat orang lain marah,
sedih, was-was, atau pusing karena gangguan yang ditimbulkan. Mereka mempunyai hambatan
sehingga tidak mungkin menjalin hubungan interpersonal yang memuaskan.
Jadi anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan atau melakukan kenakalan yang tidak
sesuai dengan laku anak seusianya, wujudnya seperti: mencuri, mengganggu, dan menyakiti
orang lain.
F. EVALUASI
Evaluasi yaitu untuk mengetahui sejauh mana terapi permainan yang telah diberika sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, yang dilihat melalui perubahan dari objek terapi. Proses dari
pelaksanaan evaluasi diamati dari sebelum proses belajar dilakukan hingga akhir kegiatan.
Jenis evaluasi yang digunakan untuk terapi permainan antara lain sebagai berikut :
Evaluasi sikap, yakni evaluasi untuk mengetahui perubahan sikap mental.dilakukan sebelum
selama atau sesudah kegiatan berlansung. Alat yang digunakan antara lain, daftar skala sikap,
checklist, interview guide dan anecdotal record.
Evaluasi minat dan bakat, yang ditujukan untuk mengetahui minat dan bakat anak. Alat yang
digunakan adalah alat-alat permainan, keterampilan, dan alat-alat olah raga.
Evaluasi kemampuan, yang dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan masing-masing anak,
yang meliputi kemampuan mental, intelektual, dan fisik yang didalamnya termasuk kemampuan
otot dan alat koordinasi sensomotorik.
Evaluasi sosial, yang digunakan untuk mengetahui atau hubungan sosialanak tunalaras kapda
sesame teman, guru, orang tua, dan masyarakat. Evaluasi ini dapat dilakukan kapan saja. Alat
yang digunakan sama dengan alat evaluasi pada umumnya dan diperlukan sosiometri.
Adapun langkah-langkah dalam mengevaluasi adalah sebagai berikut :
Persiapan terhadap anak
(1) Subjek yang akan dikenakan evaluasi, ialah murid yang mengikuti kegitan terapi bermain
(2) Aspek yang dievaluasi
(3) Alat-alat yang digunakan dalam evaluasi
(4) Waktu dan pemjdwalan evaluasi
Pelaksanaan evaluasi
Evaluasi sikap, dengan cara, mengadakan pengamatan terhadap sikap anak, mengadakan
wawancara, serta pemberian tugas. Evaluasi minat dan bakat anak, dengan cara, wawancara
dengan mesing-masing siswa, permainan bebas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penulisan makalah diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa:
1. Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan perilku yaitu suka membuat keributan
dan cemas orang lain
2. Permasalahan yang dialami anak tunalaras adalahkurang mamilki pengetahuan bagaimana
bersikap, mengendalikan dan memantauperilaku sendiri.
3. Jenis terapi permainan untuk anak tunalaras yaitu: permainan yang menggunakan alat ( sepak
bola, badminton, musik dan lain sebagainya ) dan permainan tanpa alat misalnya, permainan
drama, permainan lagu,gulat dan sebagainya.
4. Prinsip pendekatan bagi anak tunalaras yaitu : prinsip kasih sayang, prinsip individual,
motivasi balajar dan prinsip balajar dalam kelompok.
5. Pendekatan terapi permainan bagi anak tunalaras yaitu : pendekatan psikoanalisis, pendekatan
psikologi pendidikan, pendekatanm humanistic, pendekatan ekologi, pendekatan perilaku
6. Metode yang digunakan dalam terapi permianan adalah metode yang bisa memotivasi belajar,
menarik dan tidak membosankan.
7. Evaluasi yang bisa dipakai dalam terapi permainan adalah evaluasi sikap, evaluasi minat dan
bakat, evaluasi kemampuan dan evaluasi sosial.
8. Anak tunalaras masih mempunyai potensi yang bisa dikembangkan.
B. SARAN
1. Orang Tua
Orang tua harus bisa menjaga anaknya mulai dari nasa hamil sampai melahirkan dan anak
tumbuh kembang. Orang tua juga harus memperhatikan anak dalam menjalanmi kehidupan
sehari-hari baik dilingkungan kelurga, dekolah ataupun masyarakat agar anak tidak mengalami
prilaku yang menyimpang.
Kalau seandainya anak sudah mengalami gangguan perilaku sebaiknya anak dibawa ke psikolog
atau ahli terapi atau bisa juga melakukan terapi bermainyang telah diuraikan diatas, agar kelainan
prilaku anak bisa terasi secepat mungkin.
2. Guru Sekolah
Guru harus memperhatikan cara pergaulan anak-anaknya disekolah, dan cepat mencengahnya
kalau seandaikan ada penyimpangan perilaku yang dialami oleh anak didiknya.
Seorang guru harus kreatif dalm pemilihan metode pengajaran yang akan diberkan kepada
peserta didik, agar anak tidak termotivasi dan tidak cepat bosan dan jenuh dalam belajar. Guru
harus mengetahui dulu bagaiman karakteristik peserta didiknya agar memudahkan dalam
pemilihan metode yang tepat untuk peserts didiknya.
3. Masyarakat
Agar masyarakat bisa menerima kehadiran anak yang mengalami gangguan prilaku atau anak
tunalaras. Masyarakat harus bisa menghargai anak-anak tersebut, karena anak-anak itu butuh
pujian, dihargai dan sebagainya. dan mengikutsertakanya dalam semua kegiatan tanpa
membedakan dengan anak normal yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi Permainan Bagi Anak Yang Memerlukan Layanan
Pendidikan Khusus. Jakarta : Depdikbud
Msc; Sunardi : Dr , ortopedogogik anak tunalaras
Tarmansyah, (1985), Pedoman Guru Terapi Okupasional Untuk Anak Tunadaksa, Jakarta :
Proyek PSLB Depdiknas
Munandar, Utami, S.C (1987), Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah, Jakarta :
Gramedia
Save
Share
MAKALAH
Home » Tuna Laras » IDENTIFIKASI DAN ASESMEN BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN
EMOSI DAN PERILAKU
IDENTIFIKASI DAN ASESMEN BAGI ANAK DENGAN GANGGUAN EMOSI DAN PERILAKU
A. Pentingnya Asesmen Bagi Anak Tunalaras
Asesmen merupakan salah satu komponen terpenting dalam rangkaian proses pengembangan
program layanan bagi ALB. Kauffman (1985) mengemukakan pentingnya asesmen, antara lain :
1. Anak hampir tidak pernah merujuk dirinya sendiri untuk mendapat layanan khusus. Rujukan
untuk memperoleh asesmen selalu dilakukan oleh orang dewasa, mungkin orangtua, guru,
saudara, pemuka masyarakat, atau pekerja sosial, baik karena diidentifikasi secara individual
maupun merupakan hasil penjaringan masal. Oleh karena itu, proses asesmen harus
melibatkan secara langsung dengan anak yang bersangkutan dan orang dewasa lain yang
dekat dan mengetahui seluk beluk anak. Hal ini juga dimaksudkan untuk mengetahui
pandangan dan pendapat anak tentang masalah yang dihadapinya.
Karena masalah sebenarnya disandang anak sering berbeda dengan yang terlihat, Mc Longhlin
dan Lewis (1981) menganjurkan agar asesmen terhadap anak, apapun gejala yang dilaporkan
saat dirujuk, dilakukan secara komprehensif. Dengan demikian, semua jenis masalah/kelainan
yang disandang anak akan terungkap.
b. Wawancara
Wawancara dapat dilakukan terhadap anak yang bersangkutan atau orang dewasa yang
mengetahui tentang anak. Wawancara tersebut dapat berupa percakapan bebas atau
pertanyaan terstruktur untuk mengetahui perilaku anak. Wawancara bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang interaksi dan pandangan terhadap orang lain, jenis perilaku yang
baik dan menyimpang, serta jenis asesmen yang masih diperlukan untuk melengkapi hasil
wawancara.
2. Sikap
Prestasi belajar ALB mungkin dapat mempengaruhi sikap terhadap dirinya sendiri, sikap
terhadap sekolah, dan terhadap proses belajar.
Beberapa aspek yang berkaitan dengan sikap murid yaitu konsep diri, sikap terhadap sekolah,
dan terhadap proses belajar.
Satu instrument baku untuk mengukur konsep diri adalah the Piers. Harris Children’s Self
Concept Scale. Selain itu, jenis instrument untuk mengukur self-concept mungkin berupa
wawancara, angket dan observasi. Sikap terhadap sekolah dapat diukur dengan berbagai
instrument seperti: observasi, wawancara, rating scale, atau check list.
5. Penilaian medis
Strategi ini berupa evaluasi kejiwaan dan medis lain yang dirancang untuk mendiagnosa
gangguan emosianal atau perilaku dan atau masalah medis lainnya. Tujuan dari strategi ini
adalah untuk mengesampingkan atau keluar dari gangguan emosi atau perilaku dan atau kodisi
medis lainnya, mungkin termasuk identifikasi dari intervensi medis yang tepat, seperti sebagai
obat.
6. Penilaian yang mengacu pada standar, norma kecerdasan, akademik, dan daerah lain
yang menjadi perhatian
Strategi ini berupa pengukuran kecerdasan, akademik (membaca, matematika, menulis),
komunikasi, keterampilan gerak, dll. Tujuan dari strategi ini adalah untuk mengesampingkan
atau keluar dari daerah lain yang diduga kelainan, untuk menyediakan perbandingan normatif
dari kemampuan dan kinerja anak, untuk membantu dalam penentuan kelayakan.
8. Strategi penilaian informal lain seperti pemeriksaan dari sampel kerja, uji kriteria yang
direferensikan, dan penilaian kurikulum dasar
Strategi ini berisi analisis kesalahan, analisis intruksional dan variabel kurikulum yang perlu
dipertimbangkan ketika merencanakan kurikulum dan pengajaran. Tujuan dari strategi ini
adalah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan anak-anak secara spesifik melalui
konteks dari kurikulum pendidikan secara umum.
D. Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan identifikasi dan asesmen anak ketunalarasan
Proses asesmen anak tunalaras sampai dengan penyusunan program layanan khusus akan
melibatkan satu tim multidisipliner, antara lain:
1. Tenaga kependidikan
a. Guru kelas
Guru kelas diharapkan dapat mengumpulkan informasi tentang prestasi akademik dan keadaan
sosial-emosi anak. Ini dapat dilakukan baik dengan tes formal maupun alat pengumpul data
informal yang lain.
b. Guru PLB
Guru PLB bertugas mengumpulkan data prestasi anak dalam kondisi yang lebih khusus dan
individual.
c. Administrator
Administrator sekolah (pengawas, kepala sekolah) diharapkan dapat menambah informasi yang
ada tentang anak.
4. Tenaga medis
Tenaga medis ini meliputi dokter, perawat, atau tenaga lain yang sudah menangani kesehatan
anak yang bersangkutan, termasuk psikiater, neurolog, operthalmolog, paediatris, dan dokter
ahli yang lain. Informasi yang diperlukan adalah semua masalah/gangguan, kondisi, dan jenis
penyakit yang mungkin diderita anak.
Sumber:
Buku “Ortopedagogik Anak Tunalaras I” (Dr. Sunardi, MSc – 1995)
Jurnal “Special Education in Contemporary Society : An Introduction to Exceptionality” (Richard
M. Gargiulo – 2012)
Seberapapun sulitnya untuk melakukan asesmen terhadap perilaku, asesmen tersebut tetap
harus dilakukan agar anak mendapatka pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan anak tersebut.
Pada saat sekarang asesmen perilaku semakin mudah dilakukan karena banyaknya teknologi
yang berkembang. Kauffman (1985) mengidentifikasi tiga kelompok besar metode yang dapat
dipakai dalam proses asesmen, yaitu :
2. Wawancara
Wawancara dapat dilakukan terhadap anak yang bersangkkutan atau orang dewasa uang
mengetahui tentang anak. Wawancara tersebut dapat berupa percakapan bebas atau pertanyaan
terstruktur untuk mengetahui perilaku anak. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi
tentang interaksi dan pandangan terhadap orang lain, jenis perilaku yang baik dan menyimpang,
serta jenis asesmen yang masih diperlukan untuk melengkapi hasil wawancara.
3. Observasi
Cara yang bersumber dari konsep psikodinamika bahwa masalah perilaku berlatar belakang dari
konflik psikis yang tersembunyi sebesnarnya mempunyai tingkat reliabilitas rendah. Konsep
behavioristik mulai menekankan observasi langsung atas perilaku anak dalam kehidupan sehari-
hari, dengan asumsi bahwa apa yang terjadi sebelum dan sesudah perilaku menyimpang muncul
sangat berpengaruh pada perilaku tersebut.
Orang yang dekat dengan anak dapat ditugaska untuk mengobservasi dalam beberapa hal.
Sumber : Dra. T. Sutjihati Somantri, M.Si, psi, 2006, Psikologi Anak Tunalara, Bandung : PT Refika
Aditama