PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak penyebaran Islam yang paling awal keluar dari Arab, Islam telah menjadi suatu
agama dari berbagai suku, ras, dan kelompok masyarakat. Islam adalah suatu agama
dunia, dengan demikian pada umumnya kita dapat menemukan di sebagian besar tempat-
tempat utama dan diantara masyarakat yang ada di dunia. Islam merupakan suatu agama
yang disebarkan, muslim diperintahkan untuk membawa pesan Tuhan kepada semua
orang di muka bumi inidan untuk membuat kondisi dunia menjadi lebih baik, tempat
yang baik secara moral. Islam adalah jalan hidup yang benar, jalan yang membawa
keselamatan dunia dan akhirat dan merupakan jalan satu-satunya yang harus ditempuh.
Islam adalah jalan hidup yang benar, jalan yang membawa keselamatan dunia dan
akhirat dan merupakan jalan satu-satunya yang harus ditempuh. Islam memiliki ciri-ciri
robbaniyah yaitu bahwa Islam bersumber dari Allah, bukan hasil pemikiraan manusia.
Islam merupakan satu kesatuan yang padu yang terfokus pada ajaran tauhid, Allah
berikan kepada manusia agama yang sempurna. Islam mencakup seluruh aspek
kehidupan, tak satu pun terlepas dari Islam karena ajaran yang bersifat integral (lengkap)
dan Islam tidak terbatas dalam waktu tertentu tetapi berlaku untuk sepanjang masa dan di
semua tempat. Dalam Islam ditemui kaidah-kaidah umum yang mudah dipahami,
sederhana dan mudah dipraktekkan yang menjadi kemaslahatan umat manusia karena
sumber ajaran Islam adalah Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sehingga Islam menjadi agama
rahmatan lil’alamin. (Raha Septian. 2017)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian agama Islam ?
2. Bagaimana pengertian Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin ?
3. Bagaimana prilaku manusia sebelum adanya islam ?
4. Bagaimana sejarah perkembangan Islam ?
5. Bagaimana Islam untuk seluruh manusia (Rahmatan Lil’alamin) ?
6. Bagaimana konsep rahmatan lilalamin ?
7. Bagaimana pandangan Islam atas berbagai ras dan agama ?
8. Bagaimana pengaruh rahmatan lil’alamin bagi non muslim ?
9. Bagaimana Islam bukan agama teroris ?
1
1.3 Tujuan
1.Untuk memahami pengetian islam.
2.Untuk memmahami bahwa agama Islam sebagai rahmatan lil’alamin.
3.Memahami prilaku manusia sebelum adanya islam.
4. sejarah perkembangan Islam.
5. Islam untuk seluruh manusia (Rahmatan Lil’alamin).
6. konsep rahmatan lilalamin.
7. pandangan Islam atas berbagai ras dan agama.
8. pengaruh rahmatan lil’alamin bagi non muslim.
9.memahami islam bukan agama teroris
1.4 Manfaat
1.Lebih memahami pengetian islam.
2.Lebih memmahami bahwa agama Islam sebagai rahmatan lil’alamin.
3.Lebih bertoleransi sesame manusia
4.Mengetahuhi sejarah islam
5.Mengetahui Islam untuk seluruh manusia
6.Mengerti konsep rahamatan lil alamin
7.Berpandangan luas
8.pentingnya pengaruh rahmatan lil’alamin bagi non muslim.
9. memahami islam bukan agama teroris
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya
adalah kesimpulan dari firman Allah swt:
ومن لم يؤمن باهلل ورسوله, من آمن باهلل واليوم اآلخر كتب له الرحمة في الدنيا واآلخرة
عوفي مما أصاب األمم من الخسف والقذف
“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya
rahmat di dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah
4
yang menimpa umat terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan atau di
terpa gelombang besar”
dalam riwayat yang lain:
ومن لم يؤمن به عوفي مما أصاب األمم قبل, تمت الرحمة لمن آمن به في الدنيا واآلخرة
“Rahmat yang sempurna di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman
kepada Rasulullah. Sedangkan bagi orang-orang yang enggan beriman, bentuk
rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat
terdahulu”
Pendapat ahli tafsir yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang-
orang beriman saja. Mereka membawakan riwayat dari Ibnu Zaid dalam
menafsirkan ayat ini:
من: والعالمون هاهنا. وقد جاء األمر مجمال رحمة للعالمين, فهو لهؤالء فتنة ولهؤالء رحمة
آمن به وصدقه وأطاعه
“Dengan diutusnya Rasulullah, ada manusia yang mendapat bencana, ada yang
mendapat rahmah, walaupun bentuk penyebutan dalam ayat ini sifatnya umum,
yaitu sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Seluruh manusia yang dimaksud di
sini adalah orang-orang yang beriman kepada Rasulullah, membenarkannya dan
menaatinya”
Pendapat yang benar dari dua pendapat ini adalah pendapat yang pertama,
sebagaimana riwayat Ibnu Abbas. Yaitu Allah mengutus Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh manusia,
baik mu’min maupun kafir. Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya
petunjuk dengan sebab diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
BeliauShallallahu ‘alaihi Wa sallam memasukkan orang-orang beriman ke dalam
surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah. Sedangkan rahmat bagi
orang kafir, berupa tidak disegerakannya bencana yang menimpa umat-umat
terdahulu yang mengingkari ajaran Allah” (diterjemahkan secara ringkas).
5
“Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
ومن, كان محمد صلى هللا عليه وسلم رحمة لجميع الناس فمن آمن به وصدق به سعد
لم يؤمن به سلم مما لحق األمم من الخسف والغرق
6
Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari rahmat ini, yaitu ditundanya
hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi ditimpa azab berupa diubah
menjadi binatang, atau dibenamkan ke bumi, atau ditenggelamkan dengan air.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa Islam Rahmatan Lil Alamin
adalah agama yang memberikan rahmat bagi seluruh alam.
Dengan diturunkannya QS. Al-Anfal :33,
٣٣﴿ َ َو َما َكانَ هَّللا ُ ُم َع ِّذبَهُ ْم َوهُ ْم يَ ْستَ ْغفِرُون ۚ﴾ َو َما َكانَ هَّللا ُ لِيُ َع ِّذبَهُ ْم َوأَنتَ فِي ِه ْم
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di
antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka
meminta ampun”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya Allah tidak akan memberikan azab
di dunia bagi umat nabi Muhammad, melainkan ditunggu hingga datangnya hari
kiamat. Dan hal tersebut merupakan bentuk rahmat di dunia bagi umat nabi
Muhammad. Berbeda halnya dengan umat-umat Nabi terdahulu, bila ada yang
kafir atau maksiat, maka atas perintah Allah langsung diturunkan azab. Seperti
hujan batu, banjir, atau angin topan dana lain-lain.
Jadi telah jelaslah dari pembahasan diatas bahwa Islam merupakan agama
yang rahmatan lil alamin dan tidak ada pembedaan antara muslim dan non muslim
atas rahmat dunia. Karena rahmat dalam konteks rahman adalah bersifat ammah
kulla syai’ meliputi segala hal, sehingga orang-orang non-muslim pun
mendapatkan ke-rahman-an di dunia. Islam merupakan agama yang pluralis,
karena Islam mengakui keberadaan semua bangsa, mengakui seluruh lapisan
masyarakat, dan Islam juga mengakui semua agama. Dengan adanya kesadaran
untuk menghargai pluralisme merupakan bukti bahwa Islam membawa rahmat bagi
seluruh alam. (Raha Septian. 2017)
7
yang menyembah sesama manusia yang mana kesemuanya itu adalah ciptaan Allah
SWT. Manusia yang hidup dimasa itu tidak lagi mempunyai rasa kemanusiaan dan
keadilan. Yang kuat akan semakin berdiri tegak dan ditakuti, sedangkan yang lemah akan
semakin tertindas.
Kebiasaan-kebiasaan manusia pada saat itu tidak lagi mencerminkan manusia
yang mempunyai akal seperti yang telah diberikan Allah SWT untuk berfikir dan
merenungkan karunia dan ni’mat Allah SWT melainkan akal mereka telah ditundukkan
oleh hawa nafsu. Kezaliman terjadi dimana-mana. Bahkan mereka tega untuk mengubus
hidup-hidup anak perempuan yang baru saja dilahirkan oleh ibunya. Karena mereka
menganggap anak perempuan itu adalah aib bagi mereka. (Raha Septian. 2017)
8
Allah swt. Berdasarkan makna pertama, islam yang dibawa satu rasul berbeda dengan
rasul yang lain, dalam hal keluasan dan keuniversalannya. Islam yang dibawa nabi
Muhammadd saw. Lebih luas lagi dari pada yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya.
Apalagi nabi-nabi sebelumnya diutus hanya untuk kamunya sendiri. Nabi Muhammad
diutus untuk seluruh umat manusia. Oleh karna itu islam yang dibawanya lebih luas dan
menyeluruh. Tak heran jika Al-Qur’an bisa menjelaskan dan menunjukan tentang segala
sesuatu kepada manusia. Allah swt. Berfirman:
َاب تِ ْبيَانًا َ ِث فِي ُك ِّل أُ َّم ٍة َش ِهيدًا َعلَ ْي ِه ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ِه ْم ۖ َو ِج ْئنَا ب
َ ك َش ِهيدًا َعلَ ٰى ٰهَؤُاَل ِء ۚ َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْيكَ ْال ِكت ُ َويَوْ َم نَ ْب َع
َلِ ُكلِّ َش ْي ٍء َوهُدًى َو َرحْ َمةً َوبُ ْش َر ٰ•ى لِ ْل ُم ْسلِ ِمين
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi
atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi
atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri.” (Q`S An-Nahl :89) (Khazanah. 2016)
9
mengangkat manusia dari kehinaan menjadi mulia, menunjuki manusia yang tersesat
jalan. Membebaskan manusia dari segala macam kedzaliman, melepaskan manusia dari
rantai perbudakan, memerdekan manusia dari kemiskinan rohani dan materi, dan
sebaginya. Tugas islam memberikan dunia hari depan yang cerah dan penuh rahmat.
Manusia akhirnya merasakan nikmat dan bahagia karna islam. Kebenaran risalah islam
sebagai rahmat bagi manusia, terletak pada kesempurnaan itu sendiri. Islam adalah dalam
satu kesatuan ajaran, ajaran yang satu dan yang lainnya mempunyai nisbat dan
hubungan yang saling berkaitan. Maka islam dapat kita lihat serempak dalam 3 segi
yaitu, aqidah, syariah dan nizam.
Umat islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi sebagai pengendali. Tidak
pula boleh menjadi gerobag yang ditarik kemana-mana, tetapi menjadi lokomotif yang
menarik dan bertenaga besar. Islam tidak condong kebarat dan tidak pula miring ke
timur, tetapi islam hadir ketengah-tenagh benua , ras bangsa untuk berkiblat kepadanya.
Islam lah yang harus memimpin jalannya sejarah menuju kepada hidup dan kehidupan
yang bahagia ( hayatun toyyibatun ) dalam rangka masyarakat yang sejahtera dan
bahagia dibawah naungan ampunan Allah swt. ( baldatun toyyibatun warabbaun ghafur )
betapa tinggi fungsi umat islam ditengah-tengah kancah kehidupan manusia. Allah
berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 110 :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah...”(Q.S. Ali-
Imran:110). (Khazanah. 2016)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan
kalian dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kalian.” .”(Q.S. An-Nisa:1)
Akidah Islam tidak membenarkan perbedaan darah dan perbedaan suku, ras, bangsa
dijadikan alasan untuk saling berpecahbelah. Seorang muslim mempercayai, bahwa
seluruh umat manusia adalah keturunan Adam. Dan Adam diciptakan dari tanah.
Perbedaan suku, bangsa, dan warna kulit, adalah bagian dari tanda-tanda kekuasaan dan
kebijaksanaan Allah, dalam menciptakan dan mengatur makhluk-Nya, sebagaimana
disebutkan dalam Al-Quran :
ٍ ف أَ ْل ِسنَتِ ُك ْم َوأَ ْل َوانِ ُك ْ•م ۚ إِ َّن فِي ٰ َذلِكَ آَل يَا
َت لِ ْل َعالِ ِمين ِ ْت َواأْل َر
ْ ض َو
•ُ اختِاَل ُ َو ِم ْن آيَاتِ ِه خَ ْل
َ ق ال َّس َم
ِ اوا
”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasa kalian dan warna kulit kalian. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”(Q.S. Ar-
Rum:22)
Bagaimana mungkin seorang muslim akan merendahkan suatu bangsa dari bangsa-
bangsa manusia, sedangkan al-Quran mengajarkan supaya menghormati segenap
makhluk, baik bangsa, binatang ataupun burung. “Dan tiadalah binatang-binatang yang
ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan (umat-
umat) juga seperti kalian. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-Kitab,
kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun.”
Demikianlah pandangan orang mukmin terhadap umat manusia. Tiada perasaan
kebanggaan tentang nasab, tempat kelahiran, tidak ada perasaan dengki antara kelompok
11
satu dengan yang lain, antara individu satu dengan yang lain. Yang ada hanyalah
perasaan cinta kasih, persamaan dan persaudaraan. (Raha Septian. 2017)
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas maka secara garis besar dapat ditarik benang merah sebagai
berikut. Pertama, gagasan Islam Rahmatan lil Alamin bersifat inklusif, sekalipun di
dalamnya terdapat ajaran eksklusif. Eksklusivisme adalah bagian subjektivitas internal
agama. Di tengah-tengah al-Qur’an, terdapat kata “walyatalattof”—biasanya di al-Qur’an
cetakan Indonesia menggunakan tinta merah dan ditebalkan—yang memiliki makna
lembut.
Kedua, Islam sebagai agama dan Nabi Muhammad sebagai pembawanya, sama-sama
hadir untuk membawa kedamaian, kelembutan dan kebaikan tertinggi. Manusia yang
beragama, tetapi tidak sampai pada tingkat kemanusiaan tertinggi maka ia adalah
pendusta agama (Qs. al-Ma’un/107: 1-3). Kebaikan tertinggi itu adalah polarisasi
keberagamaan yang seimbang, antara vertikal dan horizontal.
Ketiga, konsep Islam Rahmatan lil AlaminKH. Hasyim Muzadi menegaskan bahwa
Pancasila bukan agama, tetapi tidak bertentangan dengan agama. Pancasila bukan jalan,
tetapi titik temu antara banyak perbedaan jalan. Hanya Pancasila yang bisa menyatukan
perbedaan agama, suku, budaya dan bahasa. Pancasila adalah dasar negara yang
membedakan antara negara agama dan negara sekuler; ia bukan agama, namun
melindungi semua agama dan etnik sehingga Indonesia tidak sekuler. Dengan demikian,
melalui pendekatan politik ini maka visi Islam Rahmatan lil Alamin lebih kepada Islamic
society (masyarakat Islam) ketimbang Islamic state(negara Islam). (Rasyid M.M .2016)
13
DAFTAR PUSTAKA
14