LIL ALAMIN
MAKALAH
Disusun oleh:
JURUSAN BIOLOGI
Mei 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak awal penyebarannya, agama islam telah menjadi agama untuk berbagai
suku, ras, dan kelompok masyarakat yang ada di dunia. Islam merupakan agama yang
disebarkan oleh umat muslim yang diperintahkan untuk membawa pesan Tuhan
kepada semua orang di muka bumi dan untuk membuat kondisi dunia menjadi lebih
baik. Islam adalah jalan hidup yang benar, jalan yang membawa kepada juga
merupakan jalan satu-satunya yang harus ditempuh.
Islam merupakan agama yang paling diridhoi oleh Allah SWT. Islam
memiliki ciri-ciri robbaniyah yaitu bahwa Islam bersumber dari Allah, dan bukan dari
hasil pemikiran manusia. Islam merupakan satu kesatuan yang padu yang terfokus
pada ajaran tauhid, Allah berikan kepada manusia agama yang sempurna. Islam
mencakup seluruh aspek kehidupan, tidak ada satu aspek pun yang terlepas dari Islam
karena bersifat integral (lengkap) dan Islam tidak terbatas dalam waktu tertentu,
namun untuk sepanjang masa di seluruh tempat. Islam tidak hanya mengatur hal-hal
tentang sesama manusia saja, namun manusia terhadap makhluk Allah yang lainnya
seperti hewan, tumbuhan, alam, dan lain sebagainya. Maka dari itu Islam disebut
sebagai agama yang rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil’alamin).
1.2.5 Untuk mengetahui pengaruh rahmatan lil ‘alamin bagi non muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Islam
Makna ajaran agama Islam adalah membawa kepada keselamatan, itu terlihat
dari karakteristik ajarannya antara lain: sesuai dengan fitrah dan kebutuhan, ajarannya
sempurna (QS. Al-maidah : 3), kebenarannya mutlak (QS. Al-Baqarah : 147)
mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan (QS. Al-Qashas : 77)
fleksibel dan ringan (QS. Al-Baqarah : 286), berlaku secara universal (QS. Al-Ahzab
: 40, serta menciptakan rahmat bagi seluruh alam yang dinyatakan dalam Al-Qur’an
surat Al-Anbiya : 107 :
Artinya : “ Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmatan
bagi semesta alam ”.
Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah SWT sejak manusia
pertama yaitu Nabi Adam AS . Islam tidak langsung diturunkan secara utuh kepada
umatnya, melainkan diturunkan secara bertahap melalui wahyu-wahyu ataupun kitab-
kitab Allah yang diberikan kepada para nabi dan rosulnya hingga pada masa
kerasulan Muhammad SAW. Kata Islam berarti damai, selamat, penyerahan diri,
tunduk, dan patuh. Islam adalah kata yang berasal dari bahasa arab yaitu sailama
yang dimasdarkan menjadi islama yang berarti damai.
Rahmatan lil 'alamin berarti kasih sayang bagi semesta alam. Karena itu, yang
dimaksud dengan Islam rahmatan lil 'alamin adalah Islam yang kehadirannya di
tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi
manusia maupun alam. Pesan kerahmatan dalam Islam benar-benar tersebar dalam
teks-teks Islam, baik Alquran maupun hadist. Kata rahman yang berarti kasih sayang
disebut berulang-ulang yakni lebih dari 90 ayat dalam Alquran.
Alquran memiliki posisi yang terhormat dalam masyarakat Muslim di seluruh
dunia. Di samping sebagai sumber hukum, pedoman moral, bimbingan ibadah, dan
doktrin keimanan, Alquran juga merupakan sumber peradaban yang bersifat historis
dan universal. Alquran sumber Islam paling otoritatif, menyebutkan misi kerahmatan
ini, wama ar salnaka illa rahmantan lil'alamin (Aku tidak mengutus Muhammad,
kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta). Alquran juga menegaskan, rahmat Allah
meliputi segala hal. Karena itu, para ahli tafsir sepakat bahwa rahmat Allah
mencakup orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir, orang baik ( al-birr ) dan
yang jahat ( al-fajir ), serta semua makhluk Allah. Apabila ajaran Islam dilaksanakan
secara benar, rahman dan rahim Allah akan turun semua. Dengan demikian,
berlakulah sunatullah baik muslim maupun nonmuslim.
Atas prinsip persamaan itu, maka setiap orang mempunyai hak dan kewajiban
yang sama. Islam tidak memberi hak-hak istimewa bagi seseorang atau golongan
lainnya, baik dalam bidang kerohanian, maupun dalam bidang politik, sosial,
ekonomi dan kebudayaan. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
masyarakat, dan masyarakat mempunyai kewajiban bersama atas kesejahteraan tiap-
tiap anggotanya. Islam menentang setiap bentuk diskriminasi, baik diskriminasi
secara keturunan, maupun karena warna kulit, kesukuan, kebangsaan, kekayaan dan
lain sebagainya.
Islam sebagai Rahmatan lil Alamin dengan sikap ini menghantarkan orang
menuju “jalan Tuhan”. Abdul Muchith Muzadi—kakak KH. Hasyim Muzadi—
mengungkapkan bahwa dengan Islam Rahmatan lil Alamin mampu membuat para
muballighin (penyebar dan pembawa agama) yang membawakan Islam dengan penuh
keramahan, kedamaian dan kebijaksanaan, mudah diterima oleh masyarakat dengan
sukarela tanpa perlawananan dan kekerasan (Muzadi, 2006). Gagasan Islam
Rahmatan lil Alamin yang dijadikan payung dalam berdakwah, tentunya memiliki
perbedaan signifikan dalam tatanan praktiknya dengan gagasan-gagasan lainnya,
seperti: Islam Liberal dan Islam Pluralis, Islam Progresif, Islam Nusantara, Islam
Kalap & Islam Karib, Islam Berkemajuan, dan lain sebagainya. Semuanya, akan
menuju kepada agama rahmat untuk alam semesta. Namun, sama-sama memiliki visi
membaca Islam dengan penuh kelembutan, kedamaian dan menjadi solusi untuk
dunia. Tetapi, istilah Islam Rahmatan lil Alamin merupakan istilah yang bersumber
dan tercantum dalam al-Qur’an (building in Islam), Allah Swt langsung yang
memberikan istilah tersebut untuk menyebut sebuah ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad akan berdampak positif, inklusif, komprehensif dan holistik.
Kedua, aspek ritual ibadah dalam kehidupan sehari-sehari, baik di dalam Al-
Qur’an dan hadis tidak boleh menjadikan sesama Islam saling bermusuhan. Ketika
Nabi Muhammad SAW membicarakan umat Islam akan terpecah ke dalam beberapa
golongan maka Allah pun memberitahukan kondisi perpecahan umat suatu hari nanti
akibat permasalahan furu’iyah. Teguran itu termaktub dalam al-Qur’an, “Dan taatlah
kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Qs. al-Anfâl/8: 46).
Ketiga, aspek sosial dan muamalah. Islam hanya berbicara ketentuan-
ketentuan dasar dan pilar-pilarnya saja. Operasional dan pelaksanaannya diserahkan
kepada kesepakatan bersama dan lokalitas tempat tumbuh kembangnya sebuah
hukum. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Antum a’lamu bi amri dunyâkum (kalian
lebih mengetahui urusan dunia kalian)”. Makna dari hadits tersebut bahwa segala
sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial dan belum pernah terjadi pada masa
Nabi Muhammad SAW maka diserahkan kepada orang-orang yang kompeten,
kapabilitas dan menguasai ilmu agama dengan baik dan benar.
Tugas Nabi Muhammad SAW adalah membawa rahmat bagi sekalian alam,
Tegasnya risalah Islam ialah mendatangkan rahmat buat seluruh alam. Kehadiran
Islam di alam ini bukan untuk bencana dan malapetaka, tetapi untuk keselamatan,
untuk kesejahteraan dan untuk kebahagiaan manusia lahir dan batin, baik secara
perseorangan maupun secara bersama-sama dalam masyarakat.
“Islam rahmatan lil ‘alamin”, yang bermakna bahwa kehadiran agama Islam
adalah rahmat, berkah, cinta, dan kebaikan bagi alam dan seisinya, dengan demikian
benar-benar terpraktikkan secara sempurna.
Sikap seperti ini disinggung dalam Alquran bahwa jika seorang debitur berada
dalam kesulitan, maka hendaklah diberi tangguh hingga ia memperoleh keluasaan dan
menyedekahkan. Surat Al-Baqarah ayat 280 secara gamblang menerangkan hal itu.
Titik pentingnya adalah penegasan Alquran yang menyatakan bahwa orang yang
melakukan riba adalah seperti setan. Aspek perumpamaan atau persamaan
(wajh syibh) antara manusia dan setan dalam ayat tersebut adalah perilaku. Artinya,
perilaku orang yang memakan riba adalah layaknya setan yang melahap apapun tanpa
pertimbangan, termasuk memakan keburukan. Hal ini dijelaskan dalam Surat Al-
Baqarah ayat 275. Alasan logis pada pelarangan ini adalah tidak adanya keadilan
antara pemberi pinjaman dan peminjam. Konsep riba sungguh telah menodai jual beli
dan menghilangkan keadilan.
Dari konsep ISP ala Kuntowijoyo ini, bisa dikatakan bahwa Islam rahmatan lil
‘alamin itu harus berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan, pembebasan dan ketuhanan.
Ketiga prinsip ini harus dipahami dan diamalkan dengan bijak. Untuk
mengejawantahkan Islam rahmatan lil ‘alamin, seorang Muslim wajib memahami
kepribadian Nabi Muhammad secara utuh, tidak parsial, bukan hanya kepribadiannya
sebagai Nabi dan Rasul, tetapi juga sebagai manusia biasa, seorang kepala keluarga,
dan anggota masyarakat yang plural.
3.1.2 Islam rahmatan lil 'alamin adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan
masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun
alam.
3.1.3 Islam sebagai Rahmatan lil Alamin, Islam telah mengatur segala tata hubungan,
baik aspek teologis, ritual, sosial dan muamalah, dan humantis dan kemanusian.
3.1.4 Bentuk-bentuk Rahmatan lil alamin terlihat pada ajaran islam diantaranya : a)
Islam memberikan petunjuk ke jalan kebenaran, b) Islam memberikan kebebasan
kepada manusia untuk menggunakan potensi yang diberikan oleh Allah SWT secara
bertanggung jawab, c) Islam menghormati dan menghargai semua manusia sebagai
hamba Allah SWT.
3.1.5 Istilah Islam rahmatan lil ‘alaimin pada dasarnya merupakan penafsiran
mendalam terhadap Surat Al-Anbiya ayat 107 yang menyatakan bahwa Nabi
Muhammad SAW diutus tiada lain sebagai rahmat bagi seluruh alam. Jadi, pada
dasarnya segala hal yang berkaitan dengan Islam rahmatan lil ‘alamin referensinya
berada pada kepribadian Nabi Muhammad SAW.
3.1.6 Dalam memperlakukan non muslim (Ahli Dzimmah), mereka mendapatkan hak
seperti yang didapatkan oleh kaum Muslimin, kecuali pada perkara-perkara yang
terbatas. Misalnya hak memperoleh perlindungan yaitu melindungi mereka dari
segala permusuhan eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Birru, Lazuardi. 2013. Islam Rahmatan Lil Alamin: Makna Dan Aktualisasinya
Dalam Pluralitas Kehidupan. Jakarta: Menara Karya.
(https://yayasanlazuardibirru.wordpress.com/2013/12/18/islam-rahmatan-lil-alamiin-
makna-dan-aktualisasinya-dalam-pluralitas-kehidupan/ diakses pada tanggal 7
Mei 2018)
Naskah ini merupakan pidato pengukuhan Doktor Honoris Causa (Dr. HC) dalam
Peradaban Islam yang disampaikan di hadapan rapat terbuka Senat Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya, pada tanggal 02
Desember 2006.
Rasyid, M.M. 2016. Islam Rahmatan Lil Alamin Perspektih KH. Hasyim Muzadi.
Depok: Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur’an (STKQ) Press.