Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

A. Islam Sebagai Agama Rahmatan Lilalamin


1. Konsep Rahmatan Lilalamin agama islam
Memang benar agama islam adalah agama rahmatan lilalamin. Namun
banyak orang yang salah kaprah dalam menafsirkannya. Sehingga banyak kesalahan
dalam memahami praktek beragama bahkan dalam hal yang fundamental yaitu
akidah.
Pernyataan bahwa islam adalah agama yang rahmatan lilalamin sebenarnya
adalah kesimpulan dari firman Allah Taala,

Kami tidak mengutus engkau, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi
seluruh alam semesta.[1]
Tugas Nabi Muhammad adalah membawa rahmat bagi sekalian alam, maka
itu pulalah risalah agama yang dibawanya. Tegasnya, risalah Islam ialah
mendatangkan rahmat buat seluruh alam. Lawan daripada rahmat ialah bencan dan
malapetaka. Maka jika dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang menggunakan kata
peniadaan, kita lau mendapat pengertian baru tapi lebih tegas bahwa islam itu bukan
bencana alam. Dengan demikian kehadiran Islam di alam ini bukan untuk bencana
dan malapetaka, tetapi untuk keselamatan, untuk kesejahteraan dan untuk
kebahagiaan manusia lahir dan batin, baik secara perseorangn maupun secara
bersama-sama dalam masyarakat.
Islam itu ibarat Ratu Adil yang menjadi tumpuan harapan manusia. Ia harus
mengangkat manusia dari kehinaan menjadi mulia, menunjuki manusia yang tersesat
jalan. Membebaskan manusia dari semua macam kezhaliman, melepaskan manusia
dari rantai perbudakan, memerdekakan manusia dari kemiskinan rohani dan materi,
dan sebagainya. Tugas Islam memberikan dunia hari depan yang cerah dan penuh
harapan. Manusia akhirnya merasakan nikmat dan bahagia karena Islam.

[1]Al-Anbiya :107
Kebenaran risalah Islam sebagai rahmat bagi manusia, terletak pada
kesempurnaan Islam itu sendiri. Islam adalah dalam satu kesatuan ajaran, ajaran yang
satu dengan yang lainnya mempunyai nisbat dan hubungan yang saling berkait. Maka
Islam dapat kita lihat serempak dalam tiga segi yaitu aqidah, syariah dan nizam.
Dalam satu tinjuan, Islam adalah suatu aqidah atau keyakinan. Mulai daripada
Islam itu sendiri secara totalitas adalah suatu keyakinan, bahwa nilai-nilai yang
diajarkan kebenarannya mutlak karena bersumber dari yang Maha Mutlak. Maka
segala yang diperintahkannya dan diizinkannya adalah suatu yang haq

Dan carilah karunia yang Allah berikan kepadamu untuk keselamtan bagi negri
akhirat, tapi janganlah engkau lupakan masalahmu di dunia. Dan ciptakanlah
kebaikan sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, janganlah engkau berbuat
kerusuhan di bmi, karena sesungguhnya Allah tidak senang bagi orang-orang yang
berbuat rusuh. [2]
Yang menjadi tantangan besar umat Islam masa kini adalah Islam belum lagi
terwujud risalahnya, ia belum lagi menjadi rahmat bagi manusia. Karenanya kita
harus mengadakan koreksi total terhadap cara-cara hidup kita, baik dalam bidang
ubudiyah maupun dalam bidang muamalah.[3]
Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi sebagai pengendali. Tidak
pula boleh menjadi gerobak yang ditarik ke mana-mana, tetapi sebagai lokomotip
yang menarik dan bertenaga besar. Islam tidak condong ke Barat dan tidak pula
miring ke Timur, tapi Islam tampil ke tengah-tengah mengajak seluruh benua, ras dan
bangsa untuk berkiblat kepadanya. Islamlah yang harus memimpin jalannya sejarah
menuju kepada hidup dan kehidupan yang bahagia (hayatun thayyibatun) dalam
rangka masyarakat yang sejahtera dan bahagia di bawah naungan ampunan Allah
(baldatun thayyibatun wa rabbun ghofuur). Betapa tinggi fungsi umat Islam di tengah-
tengah kancah kehidupan manusia Allah berfirman :

[2]Al-Qashash (28) : 77

[3]Drs. Nasruddin Razak, Dienul Islam, Bandung Almaarif 1986, hal 84





Kamu adalah umat yang paling baik, yang ditempatkan ke tengah-tengah manusia,
untuk memimpin kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan percaya penuh
kepada Allah.[4]
2. Pandangan Islam Atas Berbagai Ras dan Agama
Dalam agama Islam memandang agama-agama lain dan berbagai ras
pun mempunyai konsep yang baik. Islam sebagai konstitusinya juga mewajibkan
perdamaian antar manusia. Ia menyatakan mengapa manusia dijadikan berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku tiada lain untuk memudahkan saling berkenalan dan saling
berdekatan antara sesama manusia, bukan menjadikan jalan agar sebagian manusia itu
lebih tinggi dari yang lainnya, dan agar sebagian manusia itu dapat menjadikan
dirinya tuhan.
Orang mukmin mencintai segenap manusia, karena mereka adalah saudaranya,
sama-sama keturunan Adam dan teman karibnya dalam mengabdikan diri kepada
Allah. Antara dia dengan mereka diikat oleh pertalian darah, tujuannya sama dan
musuhnya pun sama. Allah SWT menegaskan :

[4] Al-Imran (3) : 110


Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah
menciptakan kalian dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya,
dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.[5]
Akidah Islam tidak membenarkan perbedaan darah dan perbedaan suku, ras,
bangsa dijadikan alasan untuk saling berpecahbelah. Seorang muslim mempercayai,
bahwa seluruh umat manusia adalah keturunan Adam. Dan Adam diciptakan dari
tanah. Perbedaan suku, bangsa, dan warna kulit, adalah bagian dari tanda-tanda
kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, dalam menciptakan dan mengatur makhluk-Nya,
sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran :

Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan


bumi dan berlain-lainan bahasa kalian dan warna kulit kalian. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui.[6]
Bagaimana mungkin seorang muslim akan merendahkan suatu bangsa dari
bangsa-bangsa manusia, sedangkan al-Quran mengajarkan supaya menghormati
segenap makhluk, baik bangsa, binatang ataupun burung.

[5]An-Nisa (4) : 1

[6]Ar-Ruum (30) : 22
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan (umat-umat) juga seperti kalian.
Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah
mereka dihimpun.[7]
Demikianlah pandangan orang mukmin terhadap umat manusia. Tiada
perasaan kebanggaan tentang nasab, tempat kelahiran, tidak ada perasaan dengki
antara kelompok satu dengan yang lain, antara individu satu dengan yang lain. Yang
ada hanyalah perasaan cinta kasih, persamaan dan persaudaraan.[8]
3. Pengaruh Rahmatan Lilalamin Bagi Non Muslim
Dalam memperlakukan non muslim (Ahli Dzimmah) mereka mendapatkan hak
seperti yang didapatkan oleh kaum Muslimin, kecuali pada perkara-perkara yang
terbatas dan perkecualian. Sebagaimana halnya juga mereka dikenakan kewajiban
seperti yang dikenakan terhadap kaum Muslimin. Kecuali pada apa-apa yang
diperkecualikan. Ialah hak memperoleh perindungan yaitu melindungi mereka dari
segala permusuhan eksternal. Ijma Ulama umat Islam terjadi dalam hal ini seperti
yang diriwayatkan Abu Daud dan Al-Baihaqi
Siapa-siapa yang menzhalimi kafir muahad atau mengurangi haknya, atau
membebaninya di luar kesanggupannya, atau mengambil sesuatu daripadanya tanpa
kerelaannya, maka akulah yang menjadi seterunya pada hari Kiamat (HR. Abu Daud
dan Al-Baihaqi)
Kemudian melindungi darah dan badan mereka, melindungi harta mereka, menjaga
kehormatan mereka, memberikan jaminan sosial ketika dalam keadaan lemah,
kebebasan beragama, kebebasan bekerja, berusaha dan menjadi pejabat, inilah
beberapa contoh dan saksi-saksi yang dicatat sejarah mengenai sikap kaum Muslimin
dan pengaruhnya terhadap Ahli Dzimmah.[9]
4. Islam Bukan Agama Teroris
Islam memang agama yang menyebarkan benih-benih kasih sayang, cinta dan
damai. Islam secara eksklusif bukan berarti terorisme, tetapi eksklusif dalam

[7]Al-Anam (6) : 38

[8]Dr. Yusuf Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, Yogyakarta Mitra Pustaka 1999, hal
157

[9]Musthafa Muhammad Ath-Thahhan, Pribadi Muslim Tangguh, Jakarta Timur, Pustaka Al-
Kautsar 2000 hal 286
pengertian akidah. Yaitu mempercayai dan meyakini bahwa Islam agama yang benar.
Dan itu harga mati di dalam akidah setiap Muslim. Dan bukan berarti Terorisme. Nah,
secara inklusifnya Islam sendiri mewajibkan umatnya untuk bertoleran sesama
manusia. Dan ini tidak bisa diartikan dengan Pluralisme agama.
Yusuf Qardhawi menyatakan bahwasanya tujuan Islam adalah membangun
manusia yang shalih. Tidak mungkin Islam menyebarkan benih-benih terorisme. Dan
bila jihad dalam pengertian islam adalah menyeru kepada agama yang benar,
berusaha semaksimal mungkin baik dengan perkataan ataupun perbuatan dalam
berbagai lapangan kehidupan dimana agama yang benar ini diperjuangkan dan
dengannnya ia memperoleh kemenangan maka ia, tentunya lebih luas ketimbang
perang bahkan terorisme.[10]

B. KARAKTERISTIK ISLAM RAHMATAL LIL ALAMIN


Allah SWT sang pencipta manusia, Dzat yang sangat mengerti karakter, kelebihan dan
kekurangan manusia. Aturan yang Dia berikan memiliki dimensi universal, nihil cacat dan
kurang. Sangat bertolak belakang dengan aturan produk manusia yang serba kurang dan
penuh kelemahan. Pelaksanakan dan penerapan sistem dari yang Maha Sempurna ini
niscaya akan memberi rahmatan lil alamin. Dan jika dicermati secara holistik, setidaknya
ada empat karakteristik yang dimiliki Islam sebagai pembawa rahmat ini. Karakter ini hanya

[10]Dr. Muhammad Imarah, Karakteristik Metode Islam, Jakarta 1994 hal 413
terdapat pada Islam rahmatan lil 'alamin, dan tidak terdapat pada Islam yang tercampur seperti
Islam Moderat, Islam Nusantara, apalagi Islam Liberal.

1. Islam rahmatan lil alamin bersifat menyeluruh ( )

Kemenyeluruhan Islam sebagai pembawa rahmat kehidupan nampak jelas bahwa


Islam telah mengatur semua aspek kehidupan. Seperti aspek politik, kemasyarakatan,
ekonomi, kebudayaan, akhlak, dan lain sebagainya. Islam datang untuk mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, mengatur manusia dengan dirinya sendiri,
serta mengatur manusia dengan manusia lainnya dalam sebuah masyarakat yang
unik.

Rangkaian aturan hubungan antara manusia dengan Tuhan-Nya itu terekam pada
akidah dan ibadah madhah--. Hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri
terwujud pada persoalan makanan, pakaian, dan akhlak. Sementara hubungan
manusia dengan manusia yang lainnya tampak pada aktivitas muamalat, uqubat, dan
politik dalam dan luar negeri. Allah SWT berfirman:

Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri. (An Nahl 89)

Allah SWT telah menjamin kelengkapan Islam sebagai ideologi pembawa rahmat
juga jelas dalam firman-Nya:

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-
cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama
kalian. (Al Maidah 3)
Dengan pandangan Islam yang menyeluruh, mencakup segala hal seperti ini, tidak
ada tempat bagi seorang muslim untuk mengatakan dan berbuat yang kosong dari
pandangan Islam. Jika terkait dengan benda, maka ada hukum halal dan haram,
sementara jika terkait dengan perbuatan, tidak akan lepas dari hukum yang lima
(halal, haram, makruh, mudah, dan sunnah/mandub).

2. Islam rahmatan lilalamin bersifat luas ( )

Islam adalah ajaran yang memiliki sifat luas, tidak stagnan dan mampu menjawab
persoalan seiring dengan begulirnya zaman tanpa batasan tempat. Yang
memungkinkan para fuqaha (ahli fiqih) untuk menggali hukum syari dari nash-nash
untuk segala sesuatu yang baru.

Hal demikian karena dalil-dalil syara datang dengan bentuk khuththuth aridhah
(makna-makna yang global) yang memungkinkan digali darinya hukum-hukum
terperinci yang bersifat praktis.

Jika seorang muslim ditanya dalil syara tentang aktivitas berbagai kendaraan,
menumpang pesawat terbang, dan lain sebagainya. Kemudian dibahas untuk
menemukan hukumnya, maka dia akan menemukan kebolehan hukumnya
sebagaimana Firman Allah SWT:

Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami
angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan. Dan Kami ciptakan
untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin 41-42).

Sekiranya seorang Muslim bertanya tentang bagaimana hukum pengembanan energi


dan bom Nuklir, sungguh dia akan menemukan Firman Allah:


Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian (Al Anfaal 60).

3. Islam rahmatan lil alamin bersifat Praktis () .

Hukum-hukum Syariat yang telah datang untuk diterapkan dan dilangsungkan di


tengah-tengah kehidupan. Hukum Islam sangat kompatibel dengan tabiat manusia.
Dan Allah sudah menjamin hal demikian sebagaimana Firman-Nya.

Allah tidak membebani seorang hambakecuali sesuai dengan kesanggupannya


(Al Baqarah 282). Artinya tidak ada satupun hukum Allah yang tidak sesuai dengan
manusia.

Sehingga kita akan temukan banyak ayat dalam al Quran yang selalu merekatkan
antara keimanan dengan amal. Karena semua hukum-hukum Islam itu bersifat praktis
untuk diamalkan. Bukan sekedar teori. Ilmu fiqih dalam Islam dikenal ilmu-ilmu
yang terkait dengan hukum syariat Islam, yang bersifat praktis, yang digali dari dalil-
dalil yang terperinci.

Lebih dari itu, dengan keimanan dan amal yang shaleh yang bersifat praktis
tersebut-- Allah akan menjanjikan berbagai kemenangan dalam kehidupan. Artinya
kunci sukses dalam kehidupan ini adalah dengan beriman dan melaksanakan amal
shaleh yang praktis tersebut. Firman Allah:




dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi. (An Nur 55)

Sejarah juga telah menjadi saksi bahwa Islam sebagai ideologi kehidupan telah
diterapkan lebih dari 13 abad dalam sebuah negara. Bahkan Negara Islam telah
menjadi negara super power yang benar-benar memberi rahmat untuk seluruh alam.

4. Islam rahmatan lil alamin sesuai dengan fitrah manusia ( ) .

Rahasia Islam demikian karena seruan hukum syara kepada manusia tanpa
memandang ras atau pun perbedaan jenis kelamin. Apakah orang Arab atau selain
Arab. Islam telah datang sebagai sebuah konsep hidup untuk seluruh manusia tanpa
kecuali. Sehingga seruan Islam untuk memeluk dan beribadah kepada Allah, adalah
seruan untuk semua manusia.

Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua
(Al Araf 158).

Demikian pula dengan Firman Allah:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. (Al Hujurat 13)

Nabi terdahulu telah diutus untuk kaumnya pada waktu tertentu. Tidak demikian
dengan Rasulullah saw. Beliau diutus untuk seluruh manusia hingga akhir zaman.











.

"Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada orang sebelumku; aku
ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sejauh satu bulan perjalanan,
dijadikan bumi untukku sebagai tempat sujud dan suci. Maka dimana saja salah
seorang dari umatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat, dihalalkan untukku
harta rampasan perang yang tidak pernah dihalalkan untuk orang sebelumku, aku
diberikan (hak) syafa'at, dan para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya
sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia." (HR. Bukhari)

Sungguh telah beriman banyak suku bangsa selain Arab kepada Agama ini, seperti
orang-orang Persia, Romawi, Eropa dan yang lainnya. Karakteristik Islam seperti ini
yang telah membawa mereka dari kegelapan menjadi cahaya Islam, dan
membangkitkan manusia dari keterbelakangan menuju masyarakat maju yang
memiliki peradaban.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan Islam yang Rahmatan lilalamin ini, kita telah dapat memberikan
kesimpulan bahwa Islam tidak hanya sebagai agama, tetapi suatu perdaban yang di
dalamnya terdapat pandangan hidup (framework) yang jelas dan universal dalam hal
kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA

Drs Nasruddin Razak, Dienul Islam, Bandung, Al-Maarif 1986


Musthafa Muhammad Ath-Thahhan, Pribadi Muslim Tangguh, Jakarta Timur,
Pustaka Al Kautsar 2000
Zakiyuddin Baidhawy, Ambivalensi Agama Konflik dan Nirkekerasan, Yogyakarta,
Kurnia Kalam Semesta 2002
Dr. Muhammad Imarah, Karakteristik Metode Islam, Jakarta 1994
Dr. Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar
2002
Langugulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan suatu analisa psikologi dan
pendidikan.Jakarta: PT Al Husna zikra, 1995.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia untuk menghadapi


kelangsungan hidupnya hingga masa depan. Pendidikan dituntut untuk dapat
mengantarkan manusia pada kehidupan yang sesungguhnya. Pendidikan yang dikenal
dewasa ini tidak hanya mencakup secara umum tetapi juga spesifik kepada
pendidikan islam. Dimana pendidikan islam dituntut untuk dapat mencetak generasi-
generasi penerus yang handal baik dalam ilmu pendidikan umum maupun agama.

Sebelum kita membahas tentang pendidikan secara spesifik tentulah kita harus
mengetahui apa itu yang dinamakan pendidikan islam, dasar, tujuan serta manfaat dari
pendidikan islam dalam ranah pendidikan yang berkembang sekarang ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Rahmatan Lilalamin agama islam?
2. Apa dasar Rahmatan Lilalamin agama islam ?
3. Apa tujuan Rahmatan Lilalamin agama islam?
4. Apa manfaat Rahmatan Lilalamin agama islam?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui Pengertian Rahmatan Lilalamin agama islam
2. Mengetahui dasar Rahmatan Lilalamin agama islam
3. Mengetahui tujuan Rahmatan Lilalamin agama islam
4. Mengetahui manfaat Rahmatan Lilalamin agama islam

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena dengan limpahan
dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah AGAMA yang Berjudul ISLAM
SEBAGAI RAHMATAN LILALAMIN .

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah kami.

Akhir kata, semoga Makalah Agama ini bermanfaat bagi para pembaca. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala usaha kami.

Bagu, 05 Oktober
2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

A. Islam Sebagai Agama Rahmatan Lilalamin


1. Konsep Rahmatan Lilalamin agama islam
2. Pandangan Islam Atas Berbagai Ras dan Agama
3. Pengaruh Rahmatan Lilalamin Bagi Non Muslim
4. Islam Bukan Agama Teroris

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai