Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

PEMIKIRAN EKONOMI

ISLAM DI DUNIA

DOSEN PENGAMPU : Muhammad Baihaqi M.Si

OLEH : KELOMPOK 4

1. Juliana Astuti
2. Nadia Lissolah
3. Nurkaida Mustika
4. L. Bagas Darmawan

EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN MATARAM

2020
KATA PENGANTAR
Puji sukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan
kemudahan sehingga kami bias menyelesaikan makalah ini.

Kedua kalinya solawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan alam nabi
Muhammad SAW karena berkat beliaulah kita bisa menikmati manisnya iman,dan mengenal
Ekonomi yang berbasis syariah seperti sekarang ini.

Makalah ini kami susun sebagai tugas dari EKONOMI SYARIAH dengan judul “Pemikiran
Ekonomi Islam di Dunia”

Terimakasih kepada teman-teman yang sudah ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini,
sehingga makalah dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Semoga makalah kami ini ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan pendengar, kami juga
mengharap keritikan dan saran dari tema-teman terhadap makalah kami, karena kami sadar
dalam pembuatan makalah ini tentu masih banyak kekurangan.

Mataram, 02 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………………………………ii

Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………………………………….iii

Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………………………………………………..iv

a. Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………………..iv
b. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………………..iv
c. Tujuan……………………………………………………………………………………………………………………….iv

Bab II Pembasan ………………………………………………………………………………………………………………….1

A. Pengertian Pemikiran Ekonomi Islam………………………………………………………………………..1


B. Nabi Muhammad SAW Perumus Pertama Ekonomi Islam............................................1
C. Penggas dan Aktivis Ekonomi Syariah………………………………………………………………………2
Bab III Penutup.........................................................................................................................6
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………….6
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………………………..7

iii
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Saat ini, kehidupan ekonomi telah menjadi standar kehidupan individu dan kolektif
suatu bangsa dan Negara. Keunggulan suatu Negara diukur berdasarkan tingkat
kemajuan ekonominya dan ukuran derajat dan keberhasilan menjadi sangat materialistik.
Oleh karena itu, ilmu ekonomi menjadi sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa.
Pakar ilmu ekonomi Sekaliber Marshal menyatakan bahwa kehidupan dunia ini
dikendalikan oleh dua kekuatan besar, yaitu ekonomi dan agama. Demikian juga,
peradaban islam yang gemilang pada masa silam tidak mungkin terwujud tanpa
dukungan kekuatan ekonomidan ilmu ekonominya. Kini, kita perlu menggabungkan dua
kekuatan kehidupan hidup manusia sebagaimana dinyatakan Marshal untuk disatukan
dalam upaya membangun pemikiran dan disiplin ekonomi islam dalam kerangka social
budaya dan politik.
b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pemikiran ekonomi islam di dunia?
2. Siapa perumus pertama ekonomi islam di dunia?
3. Siapa saja pemikiran ekonomi islam di dunia?
c. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pemikiran ekonomi islam di dunia
2. Mengetahui perumus pertama ekonomi islam di dunia
3. Mengetahui tokoh-tokoh pemikiran ekonomi islam di dunia

iv
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemikiran Ekonomi Syariah
Pengertian pemikiran dalam bahasa inggris di sebut inference yang berarti penimpulan,yang
berarti mengeluarkan sebuah hasil dari kesimpulan.
Ekonomi menurut Paul A. Samuelson ekonomi merupakan cara yang dilakukan manusia dan
kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh
berbagai komuditi dan mendistribusikan untuk di konsumsi oleh masyarakat. Jadi pemikiran
Ekonomi Islam atau syariah adalah suatu kesimpulan mengenai cara manusia dan
kelompoknya memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh komoditi dan
mendistribusikannya untuk di konsumsi oleh masyarakat namun cara yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.
Amirin (1992:3) “Sistem menunjuk sehimpunan gagasan, prinsip dan doktrin, hukum dan
sebagainya yang membentuk suatu kesatuan yang logis yang dikenal sebagai isi buah pikiran,
filsafat tertentu, agama atau bentuk pemerintahan tertentu.
Nasution at all (2007:11) mengemukakan sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi
yang di dasarkan pada ajaran dan nilai-nilai islam yang bersumber dari al-qur’an as-sunnah,
ijma’, qiyas atau sumber lain.

B. Nabi Muhammad SAW Perumus Pertama Ekonomi Syariah

Nabi Muhammad SAW adalah pemikir dan aktivis pertama ekonomi syariah, bahkan
sebelum diangkat menjadi nabi dan rasul, pada zamannya telah dikenal transaksi jual beli
serta perikatan atau kontrak (al-buyu wa al-‘uqu’d), dan sampai batas-batas tertentu, telah
dikenal pula cara mengelola harta kekayaan negara dan hak rakyat di dalamnya. Berbagai
bentuk jual beli dan kontrak termasuk telah diatur sedemikian rupa dengan cara menyerap
tradisi dagang dan perikatan serta penyesuaian dengan wahyu, baik al qur’an maupun hadis.
Bahkan, lebih jauh lagi sunah rasul telah mengatur berbagai alat transaksi dan teori
pertukaran dan percampuran yang melahirkan berbagai istilah teknis ekonomi syariah serta
hukumnya, seperti al buyu’, al uqud, al- musyarakah, al-mudharabah , al-musaqah, dan
lain-lain. Sementara aktivis awal bidang ini adalah para sahabat beliau

Pemikiran ekonomi mendasar yang pada kemudian hari di sebut teori pertukaran dan teori
percampuran (The Theory of exchange dan The Theory of Venture) telah di gariskan oleh
Rasulullah. Landasan pertukaran barang dan jasa yang merupakan salah satu inti kegiatan
ekonomi yang terdiri atas dua pilar. Pertama, objek yang pertukaran dalam fikih di bedakan
jenisnya, yaitu ‘aen (real assets) berupa barang dan jasa; dan daya (financial assets) berupa

1
uang, dan sekarang dalam bentuk surat berharga. Kedua, waktu pertukaran, yaitu dalam

bentuk naqdan ( immediate delevery), yaitu, penyerahan pada saat itu atau ghairu nadhan
(penyerahan kemudian). Ada tiga jenis pertukaran jika dilihat dari segi objeknya, yaitu ‘ayn
bi ayn, ‘ayn bi dayn, dan dayn bi dayn.

C. Penggas dan Aktivis Ekonomi Syariah


Berikut ini adalah beberapa penggagas dasar ilmu ekonomi syariah yang sekaligus
melambangkan perkembangan ekonomi syariah.
1. Zaid bin Ali (80-120 H /699-738 M)
Zaid adalah penggagas awal penjualan suatu komoditas secara kredit dengan harga yang
lebih tinggi dari harga tunai.
2. Abu Hanifah (80-120 H ?699-767 M)
Abu Hanifah lebih dikenal sebagai imam mazhab hukum yang sangat rasional dan
dikenal sebagai penjahit pakaian dan pedagang dari kufah, Irak. Ia menggagas keabsahan
dan kesahihan hukum kontrak jual beli dengan yang saat ini disebut dengan bay al-salam
dan murabahah.
3. Al-Auza’i (88-157 H/707-774 M)
Nama lengkapnya Abdurrahman Al-Auza’i. Ia berasal dari Beirut, Libanon, dan
hidup sezaman dengan Abu Hanifah. Ia adalah penggagas orisinal ilmu ekonomi syariah.
Gagasan-gagasannya, antara lain kebolehan kesohehan sistem murobahah sebagai bagia
dari bentuk murobahah dan membolehkan peminjaman modal, baik dalam bentuk tunai
atau sejenisnya.
4. Imam Malik bin Annas (93-179 H/712-796 M)
Imam Malik lebih dikenal sebagai penulis pertama kitab hadis Al-Muwatha’ dan imam
mazhab hukum. Ia memiliki pemikiran orisinal di bidang ekonomi. Ia menganggap raja
atau penguasa bertanggung jawab atas kesejahtraan rakyatnya. Para penguasa harus
peduli terhadap pemunuhan kebutuhan dasar rakyatnya. Teori istilah dalm ilmu hukum
islam yang diperkenalkannya mengandung analisis nilai kegunaan teory utility dalam
filsafat barat yang kemudian hari diperkenalkan oleh jeremy Benthan dan Jhon Stuart
Mill. Di samping itu, iapun termasuk tokoh hukum islam yang mengakui hak negara
islam untuk menarik pajak serta terpenuhinya kebutuhan bersama.
5. Abu Yusuf (112-182 H/ 731-789 M)
Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim adalah seorang hakim dan sahabat Abu Hanifah. Ia
dikenal dengan panggilan jabatannya al Qadhi (hakim) dan perhatiannya atas keuangan
umum, peran negara, pekerjaan umum, dan perkembangan pertanian. Ia pun dikenal
sebagai penulis pertama buku perpajakan, yakni kitab Al Kharaj. Karya ini berbeda
dengan karya Abu Ubaid yang datang kemudian. Kitab ini, sebagaiman di nyatakan
dalam pengantarnya ditulis atas permintaan dari penguasa pada zamannya, yaitu khalifah

2
Harun Ar Rasyid, dengan tujuan menghindari kezhaliman yang menimpa rakyatnya
serta mendatangkan kemashlahatan bagi penguasa. Oleh karena itu, buku ini mencangkup
pemahasan sekitar jibayat al-kharaj, al-‘usyur, ash-shadaqat wa al jawali). Tulisan Abu
yusuf ini mempertegas bahwa ilmu ekonomi merupakan bagian tidak terpisahkan dari
seni dan manajmen pemerintahan dalam rangka untuk mensejahtrakan mereka. Dengan
kata lain, tema sentral pemikiran ekonominya menekankan pada tanggung jawab
penguasa untuk mensejahtrakan rakyatnya. Ia adalaah peletak dasar prinsip-prinsip
perpajakan yang kemudian hari “diambil” oleh ekonomi sebagai canon of taxation.
Pemikiran kontropersialnya adalah pandangannya yang menentang pengendalian harga
atau ta’sir, yaitu penetapan harga oleh penguasa. Sedangkan Ibn Taimiyyah
memperjelas secara lebih terperinci intervensi pemerintah dalam mekanisme pasar.
Hanya, ia mempertegas saat ta’sir dapat dilakukan oleh pemerintah dan saat tidak, bahkan
saat pemerintah wajib melakukannya.
6. Abu ‘Ubayd Al Qasim bin Sallam (157-224 H/ 774-738 M)
Pembahasan ekonomi syariah dalam karya Abu ‘Ubaid, Al-Amwal di awali dengan enam
belas buah hadis di bawah judul haqq al-imam A’la al Ra’iyayah,wa haqqa alRa’iyyah
Ala al Imam (hak pemerintah atas rakyat atas pemerintahannya). Buku ini digolongkan
sebagai karya klasik dalam bidang ilmu ekonomi syariah karena sistematika
pembahasannya dengan merekam sejumlah ayat Al Qur’an dan hadis di bidangnya. Bab
pertma buku ini diawali dengan mengutip hadis yang menyatakan bahwa agama itudalah
kritik: ad-din al-mashlahat hadis yang menyatakan bahwa setiap orang adalah
“pengembala” yang bertanggung jawab atas gembalaanya yang secara tegas dicontohkan;
seorang istri adalah pengembala dan bertanggung jawab atas rumah suaminya dan anak-
anaknya; seorang pekerja adalah pengembala harta tuannya dan bertanggung jawab
atasnya. Kemudian, ia mengutip sejumlah hadis yang mengutip tentang pemimpin yang
adil dan fajir. Pemimpin yang adil adalah yang melaksankan amanat kepemimpinannya,
taat pada hukum-hukum Allah dan Rasul-nya sehingga ia berhak mendapat ketaatan dari
rakyatnya; akhirnya dia pun mengutip atsar sahabat yang mengingatkan kepada kaum
muslim agar selalu berzikir kepada Allah menetepkan dan memutuskan hukum. Abu
Ubayd seolah-olah ingin menyatakan bahwa masalah ekonomi tidak terpisahkan dari
tanggung jawab pemerintah atau penguasa. Dengan kata lain, ilmu ekonomi syariah
merupakan bagian tidak terpisahkan dari ilmu ketatanegaraan. Adapun pada bab
berikutnya, ia menjelaskan berbagai jenis harta yang dikuasai negara berdasarkan rujukan
Al Qur’an dan As-Sunah. Kitab ini, jika dilihat dari teknis penulisannya dengan
mengutamakan pengutipan hadis-hadis dan ayat-ayat Al-Qur’an, mirip dengan kitab fiqih
atau hukum islam pertama karya Imam Malik, Al-muwatha’, yang isinya merupakan
koleksi hadis yang bertajuk dan petunjuk hukum islam.

3
7. Abu Hamid Al-Ghazali (1059-1111)
Tokoh yang lebih dikenal sebagai sufi dan filusuf serta pengkritik filsafat terkemuka ini
melihat bahwa uang bukanlah komoditas, melainkan alat tukar (medium of exchange).
8. Thusi (1201-1274)
Thusi adalah penulis buku dalam bahasa persia, akhlakq i-nasiri yang menjelaskan bahwa
apabila seseorang harus tetap menghasilkan makanan, pakaian, rumah, dan alat-alatnya
sendiri, tentu dia tidak akan bertahan hidup karena tidak mempunyai makanan yang
cukup untuk jangka waktu yang lama. Akan tetapi, karena bekerja sama dengan orang
lain dan setiap orang melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya, ia menghasilkan
konsumsi yang lebih dari cukup untuk dirinya sendiri. Keadilan hukum pun
mengandalikan pertukaran produk barang-barang yang menjamin ketersediaanya untuk
semua orang. Dengna demikian, Tuhan dengan segala kebijaksaan-nya, membedakan
aktivitas dan cita rasa orang sedemikian rupa sehingga mereka mumgkin melakukan
pekerjaan yang berbeda-beda untuk saling mmebantu. Perbedaan-perbedaan inilah yang
melahirkan strutur internasional dan sistem ekonomi umat manusia. Terjadilah kerja
sama timbal-balik. Timbullah berbagai bentukkontrak sosial.
9. Ibn Taimiyyah (1262-1328)
Ibn Taimiyyah dalam kitabnya, As Siyasat Asy-Syari’ah fi Islah Ar-ra-iy wa Ar-Ra’iyyah
menegaskan bahwa tugas, fungsi, dan peran pemerintah adalah sebagai pelaksana amanat
untuk kesejahtraan rakyat yang ia sebut ada’ al amanah ila ahliha. Pengelola negara serta
sumber-sumber pendapatnnya menjadi bagian dari seni olah negara (as-siyasa’I
syar’iyyah) pengertian siyasah al-dusturiyyah maupun as-siyasa’I al-ma’liyyah (politik
hukum publik dan privat). Dalam karya lainnya, Al-Hisbah fi al-islam lebih menekankan
intervensi pemerintah dalam mekanisme pasar, pengawasan pasar, hingga akuntansi yang
erat kaitannya dengan sistem dan perisip zakat, pajak, dan jizyah. Dengan demikian,
seperti halnya Abu ‘Ubaid, tampaknya Ibn Taimiyyah mempunyai kerangka pikir yang
sejalan dalam pendapat yang menyatakan bahwa ekonomi syariah, baik sistem maupun
hukumnya meeupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem pemerintahan dan
ketatanegaraan.
10. Ibn Khaldun (1332-1406)
Cendikiawan asal Tunisia ini lebih dikenal sebagai bapak ilmu sosial. Sekalipun
demikian, ia tidak mengabaikan perhatiannya dalam bidang ekonomi. Walaupun
kitabnya, Al-Muqaddimah, tidak membahas bidang ini, dalam bab tertentu, ia
membahasnya secara berserakan disana-sini. Ia mendefinisikan ilmu sosial jauh lebih
luas daripada definisi Thusi. Ia dapat melihat dengan jelas hubungan antara ilmu ekonomi
dengan kesejahtraan manusia. Referensi filosofinya yang merujuk pada

4
“ketentuan akal etika” telah mengantarnya pada kesimpulan bahwa ilmu ekonomi
adalah pengetahuan normatif dan sekaligus positif. Terminologi jumhur yang berarti
massa yang digunakannya menunjukkan bahwa mempelajri ekonomi bertujuan
meningkatkan kesejahtraan massa, bukan individu. Individu adalah bagia dari jumhur.
Hukum ekonomi dan sosial berlaku pada massa, bukan pada individu yang terkucil. Ia
melihat hubungan timbal-balik antara faktor-faktor ekonomi, pilitik, sosial, etika dan
pendidikan. Iapun mengetengahkan ggasan ilmu ekonomi yang mendasar, yakni
pentingnya pembagian kerja, pembakuan terhadap sumbangan kerja terhadap teori
nilai, teori mnegenai pertumbuhan penduduk, pembentukan modal, lintas
perdagangan, sistem harga, dan sebagainya. Pemikirannya dapat disejajrkan dengan
penulis klasik Skaliber Adam Smith, Ricardo, Malthus, dan penulis noeklasik
Sekaliber Keynes.
11. Al-Mawardi (w.450 H)
Penulis al-Ahkam As-Sulthaniyyah, adalah pakar dari kubu As-Syafi’iyyah, yang
menyatakan bahwa institusi negara dan pemerintahan bertujuan untuk memlihara
urusan dunia dan agama atau urusan spiritual dan temporal (li harasat al-din wa al-
umu al dunyawiyyah). Jika kita amati, persyaratan-persyaratan kepala negara dalam
karyanya, tampak bahwa tugas dan fungsi pemerintah dan negara yang dibebankan
atas pundak kepala negara adalah untuk mensejahtrakan (al-falah) rakyatnya, baik
secara spiritual (ibadah), ekonomi, politik, dan hak-hak individual (privat: hak adami)
secara berimbang dengan hak Allah atau publik. Tentu, termasuk di dalamnya
pengeloaan harta, lalu lintas hak dan kepemilikan atas harta perniagaan, produksi
barang dan jasa, distribusi serta konsumsinya, yang kesemuanya merupakan objek
kajian utama ilmu ekonomi.

5
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Ekonomi Islam atau syariah adalah suatu kesimpulan mengenai cara manusia dan kelompoknya
memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh komoditi dan
mendistribusikannya untuk di konsumsi oleh masyarakat namun cara yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Konsep Ekonomi islam sudah ada semenjak islam datang dibawa oleh
Rasulullah, dan rasulullah sendirilah sebagai penggagas ekonomi islam, yang kemudian
dikembangkan oleh para sahabat dan beberapa pemikir ekonomi islam lainnya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Juhaya S. Pradja, M.A. 2012. Ekonomi Syariah. Bandung: Pustaka Setia

https://www.kompasiana.com/edisiswoyo/5a9c17f916835f660d300802/pengertian-dan-mazhab-
pemikiran-ekonomi-islam-kontemporer

Anda mungkin juga menyukai