Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AGAMA ISLAM

PAJAK DAN ZIS (Zakat, Infaq, Shodaqoh)

DISUSUN OLEH
IDAM RIFKA DIKDAYANA (10111910010021)
ZAKKY ABDILLAH (10111910010022)
MOHAMMAD WILDAN MA’ARIF (10111910010032)
BIMA ARYADHI SYAHPUTRA (10111910010036)

DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL


FAKULTAS VOKASI
INTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan semua nikmat serta karunia- Nya,
sehingga kita masih bisa merasakan nikmat-nikmat – Nya sampai saat sekarang ini.

Kedua kalinya marilah kita bershalawat dan bersalam keharibaan junjungan Alam Baginda
Rasulallah saw yang telah menyatukan ummat islam dari ujung masyriksampai ujung magrhib
serta merubah peradaban dunia dari Zaman kekafiran menuju zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan juga sebagai salah seorang The Best Leader di Dunia sampai
akhirat .yang sampai saat sekarang ini dan nanti menjadi panutan semua ummat manusia wabil
khusus kita sebagai orang islam.

Makalah ini kami susun untuk menunjang kegiatan perkuliahan dan menjadi bukti
kesadaran kami sebagai seorang mahasiswa untuk mengerjakan berbagai macam tugas yang telah
ditanggungkan kepada kami. Akhirnya, kami berharap makalah ini dapat menjadi salah satu sarana
belajar bagi semua mahasiswa dan dapat berguna bagi kita semua. Namun makalah ini
sangatlah jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu kami mengharapkan keritikan dan
kontribusi yang membangun guna kemajuan kita bersama. Sekian

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Surabaya, 21 Februari 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dari pajak, zakat, infaq, dan shodaqoh ............................................. 2
B. Persamaan dan perbedaan antara pajak, zakat, infaq, dan shodaqoh ................. 6
C. Manfaat dan hikmah dari pajak, zakat, infaq, dan shodaqoh ............................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 12
B. Saran ................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya, pengaturan urusan kehidupan dan hubungan sosial manusia tidak akan benar,
menurut timbangan keadilan Tuhan dan logika manusia, apabila tidak disertai dengan akidah yang
benar, etika yang kukuh dan prinsip-prinsip serta hukum-hukum yang komprehensif yang dapat
mengatur seseorang, baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan, keluarga dan
masyarakat luas yang teratur dibawah kekuasaan negara.
Dalam kita berhubungan sosial dengan manusia, ada salah satu ibadah yang memang erat
hubungannya dengan manusia sekaligus berhubungan dengan Tuhan. Ibadah tersebut adalah zakat.
Zakat merupakan salah satu rukun islam ke tiga yang diwajibkan kepada setiap muslim. Zakat
infaq dan shadaqah merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan didiskusikan.
Karena zakat, infaq, dan shadaqah dalam peranannya memberikan kontribusi yang signifikan
dalam pengentasan kemiskinan.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah pajak, zakat, infaq, dan shadaqah itu ?
b. Apa perbedaan pajak, zakat, infaq, dan shadaqah itu ?
c. Hikmah apa saja yang dapat kita peroleh dengan adanya pajak, zakat, infaq,
dan shadaqah ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Untuk memperdalam wawasan keilmuan mengenai pajak, zakat, infaq, dan shodaqoh
3. Untuk mengetahui perbedaan dari pajak, zakat, infaq,dan shodaqoh
4. Untuk mengetahui apa hakikat dari pajak, zakat, infaq, dan shodaqoh
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dari pajak, zakat, infaq, dan shodaqoh

1. Pajak
Pengertian Pajak adalah iyuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat
(wajib pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa
yang dapat ditunjuk secara langsung. Dan hukumnya wajib.
Pengetian pajak menurut bebetapa ahli :
1.Prof Dr Adriani
pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan, yang terutang oleh wajibpajak
membayarnya menurut peraturan derngan tidak mendapat imbalan kembali yang dapat ditunjuk
secara langsung.
2. Prof. DR. Rachmat Sumitro,SH
pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sector
pemerintah berdasarkan undang-undang)
(dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi)yang langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Lima unsur pokok dalam defenisi pajak
 Iuran / pungutan
 Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
 Pajak dapat dipaksakan
 Tidak menerima kontra prestasi
 Untuk membiayai pengeluaran umun pemerintah

Karakteristik pokok dari pajak adalah: pemunngutanya harus berdasarkan undang-undang.


diperlukan perumusan macam pajak dan berat ringannya tarif pajak itu, untuk itulah masyarakat
ikut didalam menetapkan rumusannya.

2. Zakat
Zakat menurut lughat adalah subur, bertambah. Menurut syara’ adalah pemberian suatu yang
wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada
golongan tertentu yang berhak menerimanya. Zakat adalah hak yang telah ditentukan besarnya
yang wajib dikeluarkan pada harta-harta tertentu (haqqun muqaddarun yajibu fi amwalin
mu’ayyanah).
Mazhab Maliki mendefinisikannya dengan, “ Mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta
yang khusus pula yang telah mencapai nishab ( batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada
orang-orang yang berhak menerimanya (mustahiqq)-nya. Dengan catatan, kepemilikan itu penuh
dan mencapai haul (setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian”.
Menurut mazhab Imam Syafi'i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau tubuh
sesuai dengan secara khusus. Sedangkan menurut mazhab Imam Hambali, zakat ialah hak yang
wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok
delapan yang disyaratkan dalam Al-Qur'an.
Zakat merupakn suatu ibadah yang penting. Kerap kali dalam Al-Qur'an menyebutkan zakat
beriringan dengan urusan shalat. Ini menunjukkan bahwa antara zakat dengan shalat mempunyai
hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya. Sembahyang dipandang seutama-utama
'ibadah badaniah dan zakat dipandang seutama-utama 'ibadah Maliyah. Zakat itu wajib untuk
semua ummat islam, sama dengan wajib sholat. Allah Swt telah mewajibkan zakat atas hamba-
hambanya.
Firman Allah SWT:
َّ ‫صلوةَ َوات ُ ْوا‬
.......َ‫الزكوة‬ َّ ‫واَقِ ْي ُم ْوا ال‬...
َ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”. (QS. Al-Muzammil : 20).
Tujuan zakat dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya:
1. Hubungan manusia dengan Allah.
2. Hubungan manusia dengan dirinya.
3. Hubungan manusia dengan masyarakat.
4. Hubungan manusia dengan harta benda.
Secara umum, zakat dapat dibedakan menjadi dua: pertama, zakat harta dan kedua zakat
fitrah. Cara pengumpulan zakat sebagai dijelaskan dalam al-Qur’an, adalah para petugas (‘amilin)
melakukan kegiatan yangbersifat aktif ( bukan menunggu kerelaan para wajib zakat).

Macam-macam zakat dan dasar-dasar hukumnya :


a. Menurut garis besarnya, zakat dapat dibagi dua bagian:
 Zakat harta (zakat mal) : misalnya, zakat emas, perak, binatang ternak, hasil tumbuh-tumbuhan
baik berupa buah-buahan maupun biji-bijian, dan harta perniagaan.
 Zakat jiwa (zakat nafs) : zakat ini populer di dalam masyarakat dengan nama zakatul fitri yaitu
zakat yang harus dikeluarkan oleh setiap muslim di bulan Ramadhan menjelang shalat Idul Fitri.

b. Adapun ulama yang mengadakan pembagian dari segi apakah harta itu terlihat dengan nyata atau
yang dapat disembunyikan oleh pemiliknya. Mereka membagi zakat kepada 2 bagian pula yaitu:
 zakat harta yang nyata, seperti binatang ternak dan hasil tumbuh-tumbuhan.
 Zakat yang tidak nyata, seperti : Emas, perak dan harta perniagaan.
Tentang zakat fitrah ada yang menempatkannya pada bagian pertama dan ada pula yang
menempatkannya pada bagian kedua.

Yang berhak menerima:


 Fakir mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan
pokok hidup.
 Miskin mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk
hidup.
 Amil mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
 Muallaf mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan barunya
 Hamba Sahaya yang ingin memerdekakan dirinya
 Gharimin mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk
memenuhinya
 Fisabilillah mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb)

Syarat-syarat wajib zakat


Syarat-syarat wajib zakat bagi harta benda yang dikenakan zakat adalah:
1. Cukup haul artinya harta yang sampai nishab itu sudah sampai satu tahun dimilikinya.
2. Cukup nishab artinya apabila keadaan harta itu jumlahnya/ banyaknya cukup nishab (minimal
nishab).
Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhak menerima zakat (menjadikannya sebagai
mustahiq) adalah seorang muslim yang merdeka (yakni bukan budak), bukan seorang anggota suku
Bani Hasyim atau Bani Muthallib, dan harus memiliki salah satu sifat diantara sifat-sifat
kedelapan ashnaf (kelompok) yang tersebut dalam al-Qur’an.
Delapan ashnaf yang dimaksud adalah fakir, miskin, ‘amil, muallaf, budak yang dijanjikan
kebebasannya, orang yang berutang, pejuang fi sabilillah, ibnu sabil. Adapun anak yang belum
dewasa atau seorang gila boleh disalurkan kepada mereka apabila yang menerimanya ialah seorang
wali (penanggung jawab) atas urusan-urusan mereka.

3. Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk kepentingan
sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta
atau pendapatan / penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.
Ada pula pendapat yang mengatakan, secara bahasa Infaq bermakna : keterputusan dan
kelenyapan, dari sisi leksikal infaq bermakna : mengorbankan harta dan semacamnya dalam hal
kebaikan. Dengan demikian, kalau kedua makna ini di gabungkan maka dapat dipahami bahwa
harta yang dikorbankan atau didermakan pada kebaikan itulah yang mengalami keterputusan atau
lenyap dari kepemilikan orang yang mengorbankannya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka setiap pengorbanan (pembelanjaan) harta dan
semacamnya pada kebaikan disebut al-infaq. Dalam infaq tidak di tetapkan bentuk dan waktunya,
demikian pula dengan besar atau kecil jumlahnya. Tetapi infaq biasanya identik dengan harta atau
sesuatu yang memiliki nilai barang yang di korbankan. Infaq adalah jenis kebaikan yang bersifat
umum, berbeda dengan zakat. Jika seseorang ber-infaq, maka kebaikan akan kembali pada
dirinya, tetapi jika ia tidak melakukan hal itu, maka tidak akan jatuh kepada dosa, sebagaimana
orang yang telah memenuhi syarat untuk berzakat, tetapi ia tidak melaksanakannya.
4. Shadaqoh
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka bersedekah adalah
orang yang benar pengakuan imannya. Shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang
fakir, orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa
disertai imbalan. Shadaqah atau yang dalam bahasa Indonesia sering di tuliskan dengan sedekah
memiliki makna yang lebih luas lagi dari zakat dan infaq.
Shadaqah dapat dimaknai dengan satu tindakan yang dilakukan karena membenarkan
adanya pahala / balasan dari Allah SWT. Sehingga shadaqah dapat kita maknai dengan segala
bentuk / macam kebaikan yang dilakukan oleh seseorang karena membenarkan adanya pahala /
balasan dari Allah SWT. Shadaqah dapat berbentuk harta seperti zakat atau infaq, tetapi dapat pula
sesuatu hal yang tidak berbentuk harta. Misalnya seperti senyum, membantu kesulitan orang lain,
menyingkirkan rintangan di jalan, dan berbagai macam kebaikan lainnya.
Seperti halnya infaq, dalam shadaqah tidak di tetapkan bentuknya, bisa berupa barang, harta
maupun satu sikap yang baik. Jika ia berupa harta atau barang, maka shadaqah tidak di tetapkan
waktunya, dan jumlahnya.
Shadaqah adalah jenis kebaikan yang sifatnya lebih luas dari zakat dan infaq, maka
seringkali kita menemukan kata shadaqah ini di artikan dengan zakat atau dengan infaq. Dan
shadaqah seringkali juga di gunakan untuk ungkapan kejujuran seseorang pada agama / keimanan
seseorang. Ketika seseorang ber-shadaqah maka ia akan mendapatkan balasan dari apa yang ia
lakukan, tetapi jika ia tidak melakukan hal ini, maka ia tidak berdosa seperti ia tidak membayar
zakat hanya saja ia kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pahala.
Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu dan juga
yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non materi, misalnya
menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta, memberikan senyuman dan wajah
yang manis kepada saudaranya dsb. Dan shadaqah adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman
seseorang.

B. Persamaan dan perbedaan antara pajak, zakat, infaq, dan shodaqoh


Al Jurjani dalam kitabnya At Ta’rifaat menjelaskan bahwa infaq adalah penggunaan harta
untuk memenuhi kebutuhan (sharful maal ilal haajah) (Al Jurjani,hal: 39) dan hukumnya sunnah.
Dengan demikian, infaq mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding zakat. Dalam
kategorisasinya, infak dapat diumpamakan dengan “alat transportasi” yang mencakup kereta api,
mobil, bus, kapal, dan lain-lain sedang zakat dapat diumpamakan dengan “mobil”, sebagai salah
satu alat transportasi.
3.Manfaat dan hikmah dari pajak, zakat, infaq, dan shodaqoh
Secara umum tujuan pajak, zakat, infaq, dan shadaqah adalah untuk meningkatkan taraf
hidup dan mengangkat martabat manusia dari kemiskinan, sehingga di dalamnya mengandung
banyak hikmah, baik bagi orang yang mengeluarkan maupun bagi orang yang menerimanya.
Adapun hikmahnya adalah sebagai berikut.
a. Hikmah bagi orang yang mengeluarkan:
1. Sebagai ungkapan rasa syukur seseorang kepada Allah SWT. atas segala limpahan nikmat dan
rahmat yang diberikan kepadanya.
2. Dapat membersihkan diri dan harta, menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan tangan
para pendosa dan pencuri.
3. Memberikan motivasi untuk bekerja keras agar dapat sederajat dengan orang lain.
4. Akan memperoleh pahala yang besar.
5. Menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil.

b. Hikmah bagi orang yang menerimanya:


1. Dapat merasakan dan menikmati harta yang dimiliki oleh orang kaya.
2. Menghilangkan perasaan hasud, iri, dan dengki.
3. Dapat meringankan beban yang harus ditanggungnya.
4. Dapat tertolong kesulitan dan kesusahannya.

c. Hikmah bagi masyarakat:


1. Dapat menolong orang yang lemah dan susah.
2. Jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin makin diperkacil.
3. Mendidik masyarakat untuk berjiwa dan memiliki kepedulian sosial.
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Diharapkan kepada kita semua mengetahui tentang sejarah mulai di wajibkannya membyar
zakat atas umat Islam dan hukum membayar zakat, orang yang berhak menerima dan tidak
menerima zakat. Serta memahami permasalahan zakat , manfaat dan hikmah zakat, infaq,
shadaqah dan pajak dan membudidayakan akan kesadaran untuk berzakat, infaq, shadaqah dan
membayar pajak. Dan jika di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan mohon kiranya kritik
dan saran yang membangun.

Zakat dan pajak memang ada sisi persamaan dan perbedaaan. Persmaannya adalah zakat
pajak adalah sama-sama merupakan kewajiban yang harus dikeluarkan oleh setiap orang yang
memiliki harta (kekayaan) tertentu yang dipandang patut dikeluarkan zakat/pajaknya.
Kemudian Masfuq Zuhdi mengemukakan perbedaan zakat dengan pajak yang prinsipil
perbedaan tersebut terletak pada :
1. Beda Dasar Hukum. Dasar hukum zakat al-qur’an dan As-sunnah. Sedangkan dasar
hukum pajak adalah Perundang-undangan.
2. Beda status hukumnya. Zakat adalah suatu kewajiban terhadap agama. Sedangkan pajak
adalah suatu kewajiban terhadap negara.
3. Beda pbjek/ sasaran. Kewajiban zakat khusus bagi umat islam, sedangkan kewajiban pajak
bagi semua penduduk tanpa memandang agama.
4. Beda kriteria wajib zakat dan wajib pajak. Kriteria kekayaan dan penghasilan yang terkena
zakat dan pajak persentase tidak sama.
5. Beda dalam pos-pos penggunaannya. Zakat hanya digunakan untuk delapan golongan
sebagaimana ditentukan dalam al-qur’an, sedangkan pajak digunakan untuk pos-pos yang
sangat luas.
6. Beda Hikmahnya. Diantara hikmah zakat adalah untuk mensucikan jiwa dan harta si
muzakki, untuk memeratakan pendapatan dan meningkatkan kesejahteraan bagi
masyarakat, sedangkan pajak dipergunakan terutama untuk pembangunan.
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di
dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.
Zakat merupakan pendapatan khusus pemerintah yang harus dibelanjakan untuk
kepentingan-kepentingan khusus seperti untuk membantu pengangguran, fakir miskin, dan
sebagainya.Zakat membentuk masyarakat untuk bekerja sama bertindak sebagai lembaga
penjamin dan penyedia dana cadangan bagi masyarakat muslim.
Peran zakat dalam membayar pajak adalah zakat bisa mengurangi pemabayaran pajak
dengan menunjukkan nota zakat yang telah dibayarkan. Hal ini bisa menjadi pengetahuan bagi
para muzakki atau para wajib bayar zakat dalam pembayaran pajak. UU No 38 tahun 1999 tentang
pengelola zakat, disebutkan bahwa setiap warga negara indonesia yang beragama islam dan
mampu atau badan yang memiliki orang muslim berkewajiban menunaikan zakat. Zakat yang telah
dibayarkan kepada badan atau lembaga amil zakat dikeluarkan dari laba atau pendapat pembayaran
pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

B.Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan kepada pembaca untuk dapat memberikan kritik dan sarannya demi kemajuan
penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat al-Ghazali, Karisma, Bandung,
cet.VIII, 1997
Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002
DR. Wahbah Al- Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995
Prof. DR. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, PT. Pustaka Rizki Putra,
Semarang, 2000
Prof. Dr. Zakiah Daradjat,dkk., Ilmu Fiqh jilid 1, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995
Yunus, Mahmud, Al Fiqhul Wadhih Juz II, Maktabah As Sa’diyah Putra, Padang, 1936
Zallum, Abdul Qadim, Al Amwal fi Daulati, 1983
[1] Prof. Dr. Zakiah Daradjat,dkk., Ilmu Fiqh jilid 1, PT. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hal. 213
[2] Zallum, Abdul Qadim, Al Amwal fi Daulati, 1983, hal. 147
[3] DR. Wahbah Al- Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995,
hal.83
[4] DR. Wahbah Al-Zuhayly, ibid., hal.84
[5] Prof. DR. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, PT. Pustaka Rizki Putra,
Semarang, 2000, hal. 212
[6] Prof. DR. Zakiah Daradjat, op.cit., hal. 217
[7] Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hlm. 172
[8] Prof. DR. Zakiah Daradjat, op.cit., hal. 223
[9] Prof. DR. Zakiah Daradjat, ibid.,hal. 233
[10] Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat al-Ghazali, Karisma, Bandung,
cet.VIII, 1997, hal.95
[11] http://www.amany.org/tanya-jawab/40-ziswaf/66-apa-perbedaan-beda-zakat-infaq-dan-sadaqah-.html

[12] Yunus, Mahmud, Al Fiqhul Wadhih Juz II, Maktabah As Sa’diyah Putra, Padang, 1936, hal 33
Alwi, K.H. Muhamad Basori Alwi. 2002. Matnu Ghoyah wat Taqrib. Malang. CV.Rahmatika
Kholik, Drs. Mohammad. 2008. Fiqih Kelas X. Gresik: CV.Putra Kembar Jaya
Suparta, H. Munzdzier, MA. 2007. Fiqih Kelas X. Semarang: PT. Toha Putra.
www.google.com. zakat. Infaq, Shadaqah dan Pajak.
Hiyadh, Abdul. Fathul Al-Mu’in. Surabaya: Al-Hidayah

Anda mungkin juga menyukai