Kliping
Oleh
130413611590
Mansyur Hidayat
140411602691
140413605013
Kemiskinan merupakan masalah kronis yang melanda bangsa Indonesia. Banyak program pengentasan
kemiskinan telah dilakukan, tetapi keberhasilannya belum terasa sama sekali, hasil yang dicapai tidak efisien
dan tidak tepat sasaran. Satu temuan dari hasil kajian tingkat internasioanal maupun lokal bahwa bagaimana
membebaskan manusia dari belenggu kemiskinan dengan memutus mata rantai kemiskinan melalui
pengembangan microfinance, yaitu suatu model penyedian jasa keuangan bagi masyarakat yang memiliki usaha
pada sektor paling kecil yang tidak dapat mengakses bank karena berbagai keterbatasannya.
Upaya pengentasan kemiskinan ini dapat dilakukan, antara lain dengan memutus mata rantai
kemiskinan itu sendiri, diantaranya adalah penguatan berbagai aspek di sektor usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) pada dasarnya merupakan bagian dari masyarakat miskin yang mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk produktif. Arti penting UMKM tidak terbantahkan lagi karena ia merupakan penyumbang
lapangan pekerjaan terbesar perekonomian Indonesia. Dalam hal ini, di Indonesia telah dikembangkan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dengan istilah yang lebih dikenal dengan nama Baitul Maal wa
at-Tamwil atau biasa juga disebut Balai Usaha Mandiri Terpadu atau disingkat BMT.
Kehadiran BMT ini diharapkan mampu mananggulangi masalah permodalan yang dialami oleh
pengusaha kecil mikro, sehingga distribusi modal dan pendapatan dapat dirasakan masyarakat kecil yang tidak
tersentuh oleh kebijakan pemerintah. Peluang pengembangan BMT di Indonesia sesungguhnya sangat besar,
mengingat Usaha Mikro dengan skala pinjaman dibawah Rp. 5 Juta adalah segmen pasar yang dapat dilayani
dengan efektif oleh lembaga ini.
Hamzah, Zulkifli Rusdy dan Zulfadli dalam penelitian mereka Analisis Masalah
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Operasi di Pekanbaru Indonesia MenggunakanPendekatan Analytical Network
Process (ANP) bahwa dari analisis yang dilakukan dengan menggunakan ANP, ada beberapa temuan yang
dirumuskan, salah satunya tentang permasalah internal, kurangnya kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki oleh BMT menjadi isu yang sangat penting untuk diselesaikan oleh para praktisi BMT. Karena sumber
daya manusia sebagai unsur yang paling penting dalam kegiatan usaha untuk mencapai suatu tujuan BMT itu.
Selain itu dari isu-isu eksternal juga tidak adanya regulasi khusus yang mengatur masalah BMT yang harus
diatasi. Karena masalah yang berkaitan dengan status hukum BMT masih menjadi perdebatan hangat di
kalangan praktisi, akademisi, dan regulator.
Sebagai lembaga keuangan mikro, Baitul Maal wa Tamwil (BMT), kerap mengalami sejumlah kendala
internal dan eksternal seperti yang telah dikemukakan diatas. Meski begitu, banyak di antara mereka berhasil
bertahan. Ketua Pengurus BMT Mardlotillah Sumedang ASEP Sudrajat mengungkapkan, mengelola BMT tidak
mudah.
Angkatan perintis, BMT sebagai lahan dakwah. Angkatan muda memiliki orientasi lain, bahkan
penggelapan pun ada saja. ''Ilmu pengelola BMT akan menentukan keberlangsungannya. Butuh kekuatan
ruhiyah, juga rupiah,'' kata Asep dalam seminar nasional peran pembiayaan mikro dalam pemberdayaan umat.
Tercatat, pada 2013 ada sekitar 4.500 BMT yang beroperasi di Indonesia dengan aset mencapai Rp 8
triliun. Di Jawa Barat sendiri jumlah BMT yang beroperasi mencapai 291 dengan aset Rp 900 miliar. Meski dari
sisi teknologi BMT sudah cukup kompetitif, modal dan legalitas membuat BMT berbeda dengan bank.
Ketidakcocokan pembiayaan dengan dana kadang memicu persoalan likuiditas BMT.
Persoalan legalitas juga membuat BMT harus teliti. BMT koperasi harus dijalankan sebagai koperasi.
Sebab jika dilanggar, dendanya Rp 10 miliar, yang bisa jadi lebih besar dari modal BMT sendiri. Baik bank
maupun BMT boleh berbadan hukum koperasi. BMT sendiri saat ini pun banyak yang statusnya koperasi.
Direktur SDI dan Maal BMT Fastabiq Pati Agus Jamaluddin juga mengatakan, BMT banyak bangkrut
karena persoalan internal. Karena itu pemilihan SDI yang terlibat penting diperhatikan. Di sisi lain, jumlah SDI
berkualitas di tempat berdirinya BMT tidak sebanyak kota besar. Selain itu, persoalan yang kerap dihadapi BMT
juga faktor nasabah. Direktur Pemberdayaan Wakaf Nurul Islam Batam Bimo Tunggal Prasetyo
mengungkapkan, kendala bagi BMT di Batam adalah masa menetap orang-orang di Batam yang hanya sekitar
4,8 tahun dari awalnya sekitar enam tahun. Sebagai kota perdagangan, Batam didominasi pendatang. Melihat
nasabah-nasabah itu bukannya tidak mau, tapi kadang terkendala satu dua faktor sehingga menunda pembayaran
cicilan. ''Mereka lebih mudah didekati secara personal. Mereka tidak ngemplang, tidak juga lari, tapi kesulitan
bayar. Potensi pembiayaan bermasalah, masalahnya bukan orang tapi kemampuan menghadapi persoalan.
Inti Permasahan: Upaya mengurangi permasalahan kemiskinan yang dihadapi oleh microfinance
melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dengan istilah yang lebih dikenal dengan nama Baitul
Maal wa at-Tamwil atau biasa juga disebut Balai Usaha Mandiri Terpadu atau disingkat BMT. Sebagai
lembaga keuangan mikro, Baitul Maal wa Tamwil (BMT), kerap mengalami sejumlah kendala internal dan
eksternal. Permasalahan internal, kurangnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh BMT sedangkan
permasalahan eksternal adalah juga tidak adanya regulasi khusus yang mengatur masalah BMT yang harus
diatasi. Namun tidak menutup kemungkinan terdapat permasalahan lain selain SDM dan Regulasi Khusus.
dan mengatur secara luas dalam Undang-undang, serta memacu segera berdirinya bank-bank syariah lain baik
bentuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) maupun Widows Syariah untuk bank umum
Kehadiran BMI ini pada awalnya diharapkan mampu untuk membangun kembali sistem keuangan
yang dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth).Akan tetapi pada prakteknya terhambat, karena BMI
sebagai bank umum terikat dengan prosedur perbankan yang telah dibakukan oleh Undang- Undang.Sehingga
akhirnya dibentuklah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang diharapkan dapat memberikan pelayanan
yang lebih luas kepada masyarakat bawah.Namun realitasnya, sistem bisnis BPRS terjebak pada pemusatan
kekayaan hanya pada segelitir orang, yakni para pemilik modal.Sehingga komitmen untuk membantu derajat
kehidupan masyarakat bawah mendapat kendala baik dari sisi hukum maupun teknis. Dari segi hukum, prosedur
peminjaman bank umum dan bank BPRS sama, begitu juga dari sisi teknis.
BMT merupakan sebuah organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat (pra koperasi) atau berbadan
hukum koperasi, dalam bentuk kelompok simpan pinjam atau serba usaha. Oleh karena itu, berbadan hukum
koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian dan PP
Nomor 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Hal ini dipertegas oleh
KEP.MEN Nomor 91 Tahun 2004 tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah.Undang-Undang tersebut sebagai
payung hukum berdirinya BMT (Lembaga Keuangan Mikro Syariah).Meskipun sebenarnya tidak terlalu sesuai
karena simpan pinjam dalam koperasi khusus diperuntukan bagi anggota koperasi saja, sedangkan didalam
BMT, pembiayaan yang diberikan tidak hanya kepada anggota tetapi juga untuk diluar anggota atau tidak lagi
anggota jika pembiayaannya telah selesai.
Falsafah yang mendasari adalah kerjasama, gotong royong dan demokrasi ekonomi. Hal ini
menekanan akan pentingnya kerjasama dan tolong menolong (taawun), persaudaraan (ukhuwah) dan
pandangan hidup demokrasi (musyawarah). Di dalam Islam kerjasama dan tolong menolong sangat dianjurkan
sebagaimana disebutkan dalam QS. Al Maidah ayat 2: Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
2008 tentang Perbankan Syariah, UU NO. 7 tahun 2007 tentang Pengadilan Agama dan UU NO. 30 tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif penyelesaian sengketa.
b. Para pengurus BMT belum memahami sepenuhnya aspek sumber daya manusia dalam BMT, dengan
kata lain belum mumpuni sumber daya insani yang mumpuni di bidang ekonomi syariah, sehingga
dalam pratiknya BMT seringkali menyimpang dari prinsip syariah.
c. Permasalahan pokok yang senantiasa dihadapi dalam pendirian suatu usaha adalah permodalan. Setiap
ide ataupun rencana untuk mendirikan ataupun pengoperasian BMT sering menjadi masalah yang serius
sebagai akibat tidak adanya modal yang cukup.
d. Pemahaman sebagian besar masyarakat mengenai sistem dan prinsip ekonomi syariah belum tepat,
bahkan diantara ulama dan cendekiawan muslim sendiri masih belum ada kata sepakat yang mendukung
keberadaan BMT, sebagai salah satu lembaga keuangan syariah
3. Strategi Meningkatkan Prospek BMT
a. Optimalisasi lembaga pemerintahan yang mengadakan pendanaan BMT secara melalui lembaga swasta
seperti lembaga PT. Permodalan Nasional Madani terhadap BMT, akan tetapi itu dirasa kurang cukup
kontributif untuk pengembangan BMT, karena belum ada penanganan khusus dari lembaga
pemerintahan.
b. Optimalisasi linkage program untuk penambahan permodalan BMT, baik itu antara BMT dan BPRS
serta Bank Syariah, sehingga kemungkinan likuidasi BMT terjadi akan semakin mengecil.
4. Strategi Pengembangan BMT
Semakin berkembangnya masalah ekonomi masyarakat, maka berbagai kendala tidak mungkin terlepaskan
dari keberadaan BMT. Berikut beberapa strategi untuk mempertahankan eksistensi BMT
a. Sumber daya manusia kurang memadai kebanyakan berkorelasi dari tingkat pendidikan dan
pengetahuan. BMT dituntut meningkatkan sumber daya melalui pendidikan baik formal ataupun non
formal. Misal bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan bisnis Islami.
b. Strategi pemasaran yang local oriented berdampak pada lemahnya mensosialisaikan produk BMT maka
untuk meningkatkan tehnik pemasaran perlunya memperkenalkan eksistensi BMT di masyarakat.
c. Perlunya inovasi.
d. Untuk meningkatkan kualitas layanan BMT diperlukan pengetahuan stategi dalam bisnis (bussines
stategy).
e. Diperlukan pengetahuan mengenai aspek bisnis islami sekaligus meningkatkan muatan-muatan islam
dalam setiap perilaku pengelola dan karyawan BMT dengan masyarakat pada umumnya dan nasabah
pada khususnya.
f. Perlu adanya evaluasi bersama guna memerikan peluang bagi BMT untuk lebih kompetitif. Dengan cara
mendirikan lembaga evaluasi BMT atau sertifikasi BMT. Yang berfungsi untuk memberikan laporan
peringkat kinerja kwartal atau tahunan BMT di seluruh Indonesia.
G. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
BMT adalah lembaga sosial masyarakat yang berfungsi menghimpun dana-dana sosial yang bersumber dari
zakat, infak, dan shadoqoh atau sumber lain yang halal kemudian didistribusikan kepada mustaqiq untuk
melakukan pembinaan dan pendanaan berdasarkan sisitem syariah yang menegaskan prinsip penting
syariah yang juga sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan
ekonomi masyarakat kecil. Maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengembangkan misi keislaman
dan dalam segala aspek kehidupan masyarakat.Tugas BMT juga mengatasi masalah-masalah kemiskinan
karena lapangan pekerjaan baru akan menyumbang angka penurunan kemiskinan dalam mencetak
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan demikian BMT, sangat berperan penting dalam
menumbuhkembangkan perekonomian masyarakat. Namun terdapat masalah yang menjadi penghambat
dari BMY untuk survive, masalah tersebut dapat dikategorikan menjadi masalah internal dan masalah
eksternal. Masalah internal terkait kurangnya kualitas SDM, sedangkan masalah eksternal tidak adanya
regulasi khusus yang mengatur masalah BMT. Kehadiran BMT diharapkan dapat mengatasi permasalahan
permodalan.
2. Saran
a. Ditetapkan badan hukum yang jelas serta independen bagi BMT. Hali ini dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat dalam mengivestasikan uangnya di BMT karena secara hukum sudah ada
jamianan yang jelas.
b. Didirikan satu BMT induk dari seluruh BMT yang ada di Indonesia. Di mana unsur-unsur di dalamnya
harus ada regulasi. Jadi harus ditetapkan undang-undang khusus untuk BMT. Peraturan pelaksanaan
sebagai penjabaran dari undang-undang dilakukan secara desentralisasi melalui BMT pusat dari setiap
daerah, sedangkan induk BMT nasional berfungsi sebagai penetapan kebijakan yang bersifat umum.
Dengan demikian akan memudahkan dalam pengaturan dan penentuan kebijakan dalam rangka
pengembangan potensi serta perluasan jaringan BMT di seluruh Indonesia.
c. Pengawasan terhadap BMT dilakukan oleh lembaga pengawasan independen. Dewan pengawas
memiliki tugas utama dalam pengawasan BMT terutama yang berkaitan dengan sistem syariah yang
dijalankan. Landasan kerja dewan ini berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN). Fungsi utama
dewan tersebut meliputi: sebagai penasihat dan pemberi saran atau fatwa kepada pengurus dan
pengelola mengenai hal-hal yang terkait dengan syariah seperti penetapan produk, sebagai mediator
antara BMT dengan Dewan Syariah Nasional, mewakili anggota dalam pengawasan syariah
Daftar Rujukan
F Apriadi & M Findi A. 2013. Solusi Peningkatan Sumberdaya Manusia Pada Baytul Maal wat Tamwil (BMT)
di Indonesia Melalui Pendekatan Analytic Network Process (ANP). Jurnal al-Muzaraah, (Online) Vol
I, No. 2, 2013. (journal.ipb.ac.id), diakses 22 sepetember 2016.
Hamzah., Rusby, Z., Zulfadli, H. 2013. Analysis Problem of Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Operation in
Pekanbaru Indonesia Using Analytical Network Process (ANP) Approach. International Journal of
Academic Research in Business and Social Sciences, , (Online), August 2013, Vol. 3, No. 8 ISSN:
2222-6990, (dx.doi.org/10.6007/IJARBSS/v3-i8/138), diakses 22 sepetember 2016.
Hascaryani, T. D., Manzilati, A., Fadjar N. 2011. Metafora Risk And Return Sebagai Dasar Pengembangan
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Yang Mandiri. Journal of Indonesian Applied Economics, (Online),
Vol. 5 No. 1 Mei 2011, 93-109, (jiae.ub.ac.id), diakses 22 sepetember 2016.
Ismiayati, N.S. 2011. Aspek-aspek Hukum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dalam Perspektif Hukum
Ekonomi.Prosiding SNPP2011:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora, (Online), ISSN 2089-3590,
(prosiding.lppm.unisba.ac.id), diakses 25 sepetember 2016.
Lubis, K.S. & Wajdi, F. 2012.Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Muna, M. N. 2015. Implementasi Manajemen Strategik Syariah Di Bmt Amanah Ummah. JESTT, (Online),
Vol. 2 No. 12 Desember 2015, (e-journal.unair.ac.id), diakses 22 sepetember 2016.
Yusrialis. 2013. Bangkitnya BTM Sebagai Pemberdaya Usaha Mikro Syariah di Indonesia. Menara, (Online)
Vol. 12 No. 2 Juli Desember 2013 (ejournal.uin-suska.ac.id), diakses 22 sepetember 2016.