pada periode setelah datangnya krisis yaitu paruh kedua 1997 hingga periode 1998. Nilai tukar
rupiah pasar spot harian menunjukkan penurunan yang semakin tajam terutama sejak sistem
band intervensi dihapus digantikan dengan sistem pasar murni (lihat grafik dibawah). Penurunan
nilai kurs yang cukup cepat dan besar tersebut menjadi sulit diantisipasi oleh sektor usaha yang
selama ini secara konsisten mendasarkan transaksi keuangan non-rupiah pada tingkat depresiasi
rupiah yang relatif stabil.
Sehubungan dengan datangnya krisis moneter pertumbuhan produksi riil sektorsektor
perekonomian telah menunjukkan penurunan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh tingkat resistensi
sektor riil yang rendah disamping karena faktor non ekonomi lainnya. Sektor-sektor yang selama
ini memiliki pangsa cukup besar dalam PDB seperti sektor industri pengolahan, perdagangan,
hotel dan restoran, bangunan, dan keuangan telah mengalami kontraksi sehingga mengakibatkan
pertumbuhan 1997 dan estimasi 1998 secara agregat menurun.
Krisis keuangan global yang berdampak terhadap kondisi perekonomian global semula
diperkirakan tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia.
Namun, pada awal triwulan IV-2008 dampak krisis mulai dirasakan oleh dunia usaha dengan
ditandai oleh melemahnya permintaan akan produk-produk ekspor, menurunnya beberapa harga
komoditas internasional, ditambah dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD. Sebagai
dampak lanjutan dari memburuknya kondisi dunia usaha, beberapa perusahaan telah dan
berencana melakukan pemutusan hubungan kerja antara lain pada industri tekstil, industri baja,
industri pulp & paper, industri elektronik, industri otomotif, dan industri plastik. Untuk
memperoleh gambaran mengenai dampak krisis ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2009 dilakukan Survei Khusus Sektor Rill (SKSR) dengan topik Dampak Krisis
Ekonomi Global terhadap Sektor Riil terhadap 80 perusahaan yang berada pada sektor
pertanian, pertambangan, industri pengolahan, bangunan, perdagangan, hotel, & restoran dan
transportasi & komunikasi.
4. kenapa stabilitas ekonomi makro hanya melihat keseimbangan antara
permintaan dan penawaran yanga terjadi di pasar?
5. mengapa tingkat bunga dengan pendapatan dikatakan mempunyai
hubungan yang searah?
Tingkat bunga dengan pendaoatan nasional mempunyai hubungan terbalik, jika pada waktu
tingkat bungan meningkat, maka pendapatan nasional keseimbangan akan menurun, begitu juga
sebaliknya.
6. apa yang dimaksud permintaan untuk uang transaksi, permintaan untuk
berjagberjaga-jaga-jaga, permintaan uang untuk spekulasi? Bagaimana
hubungannya dengan sektor moneter itu sendiri?
Permintaan uang memegang peranan penting dalam perilaku kebijakan moneter di setiap
perekonomian. Banyak literatur yang telah memuat aspek teoritis maupun empiris tentang
permintaan uang di negara-negara yang sudah maju maupun negara-negara yang sedang
berkembang. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan moneter telah banyak mencapai tujuantujuan ekonomi.
Permintaan uang adalah jumlah uang yang diminta oleh masyarakat untuk ketiga tujuan meminta
uang, yaitu tujuan transaksi, tujuan berjaga-jaga, dan tujuan spekulasi.
Permintaan terhadap uang dipengaruhi oleh motif atau alasan rumah tangga menyimpan uang.
Menurut J. M. Keynes dalam teorinya Liquidit Preference ada tiga motif orang menyimpang
uang, yaitu sebagai berikut :
1. Motif transaksi (Transaction motive)
Alasan menahan uang didasarkan pada keinginan untuk membiayai transaksi kebutuhan hidup
sehari-hari.
2. Motif berjaga-jaga (Precautionar motive)
Alasan berjaga-jaga adalah alasan untuk menghadapi keadaan darurat dan hal yang terjadi tanpa
diduga.
3. Motif spekulasi (Speculative motive)
Alasan spekulasi timbul karena adanya keinginan memperoleh keuntungan berdasarkan ramalan
dan penghitungan pada masa yang akan datang.
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ditentukan oleh suku bunga. Apabila suku bunga
tinggi, permintaan uang untuk spekulasi rendah karena uang telah digunakan untuk membeli
surat-surat barharga. Sebaliknya, jika tingkat bunga rendah, permintaan uang untuk spekulasi
tinggi karena masyarakat tidak bersedia melakukan pembelian surat-surat berharga dan akan
memegang uang.
Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga mempunyai sifat yang berbeda
dengan permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan uang untuk tujuan transaksi dan
berjaga-jaga ditentukan oleh pendapatan nasional. Semakin tinggi pendapatan nasional, semakin
banyak uang yang diperlukan untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga.