Anda di halaman 1dari 29

AKHLAK KEPADA ALLAH DAN RASULULLAH SAW

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Siti Nurlaili, S.Ag

Disusun oleh :
1. Fiqri Kurniawan 105811108221
2. Nur Aesa 105811108321
3. Kurniati 105811108421
4. Andi Mappatoba 105811119719
5. Arif Rifandi 105811120219
6. Muh. Fajar 105811120919

TEKNIK PENGAIRAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah Akhlak ini dengan judul “Beriman
kepada Allah dan Rasulullah SAW".
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Oleh sebab itu, kami
mengharapkan kritikan serta saran dari pembaca untuk makalan ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Makassar, 30 November 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Akhlak kepada Allah SWT..................................................................................................3
B. Cara berakhlak kepasa Rasulullah SAW.............................................................................3
C. Akhlak Seorang Muslim kepada Allah dan Rasulnya dalam pedoman hidup islami warga
muhammadiyah...................................................................................................................4
BAB III PENUTUP.............................................................................................................24
A. Kesimpulan..........................................................................................................................25
B. Kata Penutup........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Akhlak merujuk kepada amalan dan tingkah laku tulus yang tidak dibuat-
buat yang menjadi kebiasaan. Manakala menurut istilah Islam,akhlak ialah sikap
keperibadian manusia terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan makhluk lain,sesuai
dengan suruhan dan larangan serta petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah
SAW. Ini berarti akhlak merujuk kepada seluruh perlakuan manusia sama ada
berbentuk lahiriah maupun batiniah yang merangkumi aspek amal ibadah,
percakapan, perbuatan, pergaulan, komunikasi, kasih sayang dan sebagainya.
Dalam makalah ini yang dibahas adalah akhlak seorang muslim kepada
Allah SWTdan Rasulullah SAW ,yaitu tentang bagaimana seharusnya perilaku
seorang muslim tehadap Allah SWT dan Kepada Rasulullah SAW. Sehingga
nantinya seorang muslim akan menjadis eorang yang berakhlak mulia khususnya
akhlak kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW .
Dan adapun akhlak kepada Allah yaitu menjalankan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya. Jadi seorang muslim itu hendaknya taat terhadap apa
yang diperintahkan oleh Tuhannya. Sehingga akhlak orang muslim kepada Allah
SWTyaitu berimandan taqwakepada-Nya.Akhlak al-karimah kepada Rasulullah
adalah taat dan cinta kepadanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian akhlak terhadap Allah SWT?

2. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah SAW ?

3. Bagaimana seharusnya akhlak seorang muslim kepada Allah dan Rasulullah


dalam pedoman hidup islami Muhammadiyah

1
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Supaya pembaca memahami maksud dari Akhlak kepada Allah SWT yang
sebenarnya
2. Supaya pembaca dapat memahami kenapa seorang muslim harus berakhlak kepada
Rasulullah Saw
3. Agar pembaca dapat mengetahui macam-macam akhlak seorang muslim kepada
Allah SWT terutama dalam pedoman warga muhammadiyaj

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN AKHLAK KEPADA ALLAH SWT


Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa Arab (‫ )اخالق‬jamak dari kata
itrareb gnay ‫ قلخ‬tingkah laku, perangai atau tabiat. Sedangkan menurut istilah; akhlak
adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikir dan direnung lagi.Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang
melekat pada diri mausia,sehingga manusia dapat melakukannnya tanpa berpikir
(spontan). Menurut Kahar Masyhur akhlaq kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap
atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan
sebagai Khaliq. Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai segala sikap atau
perbuatan manusia yang dilakukan tanpa dengan berpikir lagi (spontan) yang memang
seharusnya ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT.

Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik Kepada
Allah SWT. Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga
alangkah baiknya kita bersikap santun (berakhlaq) kepada sang Khaliq sebagai rasa syukur
kita.
Menurut Kahar Mashyu sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia
perlu beakhlak kepada Allah yaitu:
1. Allah SWT-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari
air yang ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini
sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT dalam suratat-Thariq ayat5-7yang
artinya:“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?Dia
tercipta dari air yang terpancardari tulang sulbi dan tulang dada.”(at-Tariq: 5-7)
2. Allah SWT-lah hati sanubari,disamping anggota badan yang kokoh dans empurna
kepada manusia. Firman Allah SWT dalam surahan-Nahl ayat 78 yang
artinya:“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,
dan hati ,agar kamu bersyukur.”(QSan-Nahl: 78)

2
3. Allah SWT-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan
bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh- tumbuhan, air, udara,binatang ternak dan lainnya. Firman Allah SWT
dalam surah al- Jatsiyah ayat 12-13 yang artinya“Allah SWT-lah yang
menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya
dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan
mudah-mudahan kamu bersyukur.Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada
dilangit dan apa yang ada dibumi semuanya, (sebagai rahmat) dari padaNya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)bagi
kamu yang berpikir.”(QS al-Jatsiyah:
12-13)
4. Allah SWT-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan,
daratan dan lautan. Firman Allah SWT dalam surah Al-Israa‟ayat 70 yang artinya:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut
mereka dari daratan dan lautan,Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.”(QS al-Israa‟:70)

Kita sebagai umat Islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah
karena Allah-lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna .Untuk
itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik, jangan akhlak yang buruk. Seperti kalau
kita sedang diberi nikmat,kita harus bersyukur kepada Allah SWT.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah SWT
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkanAllah SWT. Dia memiliki
sifat-sifat terpuji,demikian agung sifat itu, jangankan manusia,malaikat pun tidak akan
mampu menjangkaunya.Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu
berakhlak baik terhadap Allah Ta’ala dan sesamanya. Keluhuran akhlak itu terbagi
dua,yaitu:

1. Akhlak yang baik kepada Allah ,yaitu meyakini bahwa segala amalan yang kita
kerjakan pasti (mengandung kekurangan/ketidak sempurnaan) sehingga
membutuhkan udzur (dari-Nya) dan segala sesuatu yang berasal dari-Nya harus
disyukuri. Dengan demikian, kitasenantiasa bersyukur kepada-Nya dan meminta

3
maaf kepada-Nya serta berjalan kepada-Nya sembari memperhatikan dan
mengakui kekurangan diri dan amalan kita.
2. Kedua,akhlak yang baik terhadap sesama. Kuncinya terdapat dalam dua
perkara,yaitu berbuat baik dan tidak mengganggu sesama dalam bentuk perkataan
dan perbuatan.

Adapun contoh akhlak kepada Allah SWT itu antara lain:


a. Takwa kepada Allah SWT
Definisi takwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Cara bertakwa secara
maksimalkepada Allah SWT yaitu dengan melakukan islamisasi seluruh aspek dan
ruang lingkup kehidupan (islamiyahhal-hayah), karena bagaimana mungkin
seseorang dapat mati sebagai Muslim kalau dia tidak selalu menjadi Muslim
sepanjang hidupnya.
Kualitas ketakwaan seseorang menentukan tingkat kemuliannya disisi Allah
SWT. Semakin maksimal takwanya semakin mulia dia.Buah dari takwa kepada
Allah SWT adalah:
1) Mendapatkan sikap furqan, yaitu sikap tegas membedakan antara hak dan batil,
benar dan salah, halal dan haram, serta terpuji dan tercela.
2) Mendapatkan limpahan berkah dari langitdan bumi

3) Mendapatkan jalan keluar dari kesulitan

4) Mendapatkan rezeki tanpa diduga-duga

5) Mendapatkan kemudahan dalam urusannya


6) Menerima penghapusan dan pengampunan dosa serta mendapatkan pahala yang
besar
b. Cinta kepada Allah SWT
Definisi cinta yaitu kesadaran diri,perasaan jiwa dan dorongan hati yang
menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh
semangat dan rasa kasih sayang. Sejalan dengan cintanya kepada Allah SWT,
seorang mukmin akan mencintai Rasul dan jihad pada jalan-Nya. Inilah yang
disebut dengan cint autama .Sedangkan cinta kepada orangtua,anak-anak,

4
sanaksaudara, harta benda, kedudukan dan segala macamnya adalah cinta
menengah yang harus berada dibawah cinta utama.
Bila seseorang mencintai Allah SWT tentu dia akan selalu berusaha
melakukan segala sesuatu yang dicintai-Nya, dan meninggalkan segala sesuatu
yang tidak disukai dan dibenci-Nya.
c. Ikhlas
Secara terminologis yang dimaksud dengan ikhlas adalah semata-mata
mengharap ridha Allah SWT. Jadi segala apa yang kita lakukan itu semata- mata
hanya mengharap ridha Allah SWT. Tiga unsur keikhlasan adalah:
1) Niat yang ikhlas
2) Beramal dengan sebaik-baiknya
3) Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat
d. Khauf dan Raja’
Khauf yaitu kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang
akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya.
Menurut Sayyid Sabiq,ada dua sebab mengapa seseorang takut kepada Allah SWT:
1) Karena dia mengenal Allah SWT (ma’rifatullah). Takut seperti ini dinamai
dengan khauf al-Arifin.
2) Karena dosa-dosa yang dilakukannya,dia takut akan azab Allah SWT.
Selanjutnya menurut Sayyid Sabiq ada dua dampak positif dari khauf:
a) Melahirkan keberanian untuk menyatakan kebenaran dan memberantas
kemungkaran secara tegas tanpa ada rasa takut pada makhluk yang
menghambatnya.
b) Menyadarkan manusia untuk tidak meneruskan kemaksiatan yang telah
dilakukannya dan menjauhkannya dari segala macam bentuk kefasikan dan
hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
Raja’atau harap adalah memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada
masa yang akan datang. Raja‟harus didahului oleh usaha yang sungguh-
sungguh. Barang siapa yang harapan dan penantiannya menjadikannya
berbuat ketaatan dan mencegahnya dari kemaksiatan, berarti harapannya
benar.
Seorang mukmin haruslah memiliki sikap raja‟.Bila beribadah dan beramal,dia
penuh harap ibadah dan semua amalannya akan diterimadan dibalas oleh AllahSWT

5
dengan balasan yang berlipat ganda. Akhirnya sekali lagi kita katakan bahwa kedua
sikap itu, khau f dan raja’ harus berlangsung sejalan dan seimbang dalam diri
seorang Muslim.
e. Huznudzan
Yaitu sikap berprasangka baik terhadap Allah SWT. Tidak jarang Allah
akan memberikan apa yang tidak di inginkan oleh umatNya. Hal ini menandakan
bahwa Allah lebih tahu apa yang terbaik buat umatNya, oleh karena itu ketika kita
diberi cobaan hendaknya kita harus berhuznudzan kepada Allah SWT. Hal ini juga
dinyatakan oleh Allah dalam firmanNya pada surat Al-Baqarah ayat 218 yaitu :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
f. Tawakal dan Ikhtiar
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain
Allah dan menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada-Nya. Tawakal adalah
salah satu buah keimanan.
Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal (ikhtiar).
Tidaklah dinamai tawakal jika hanya pasrah menunggu nasib sambil berpangku
tangan tanpa melakukan apa-apa.
Sikap tawakal memberikan ketenangan dan kepercayaan diri kepada
seseorang untuk menghadapi masadepan. Dia akan menghadapi masa depan dengan
segala kemungkinannya tanpa rasa takut dan cemas. Yang penting berusaha sekuat
tenaga, hasilnya Allah SWT yang menentukan.Dan yang
lebih penting lagi orang bertawakal akan dilindungi oleh Allah SWT.
g. Sabar
Sabar, merupakan sikap dari ketahanan mental atas apa yang sedang dihadapi oleh
manusia. Seseorang yang memiliki sikap ini tidak akan mudah putus asa atas setiap
cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Allah juga berfiman dalam QS Al-Baqarah
ayat 153 :

Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

6
h. Syukur
Syukur ialah memuji sang Pemberi nikmat atas kebaikan yang telah
dilakukannya. Syukur seorang hamba berkisar atas tiga hal,yang apabila
ketiganya tidak berkumpul,maka tidaklah dinamakan bersyukur,yaitu: mengakui
nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir, dan menjadikannya sebagai
sarana untuk taat kepada Allah SWT.
Tiga dimensi syukur yaitu hati, lisan dan jawariah (anggotabadan). Orang
yang bersyukur kepada Allah akan mendapatkan banyak keutamaan dan manfaat,
diantaranya:
1) Mendapatkan tambahan nikmat dari Allah SWT
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika


kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS.
Ibrahim:7)
2) Selamat dari siksaan Allah SWT
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:

Artinya: Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan
Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.(QS. An-Nisaa:147)
Yang dimaksud Allah SWT mensyukuri hamba-hamba- Nya ialah Allah SWT
memberi pahala terhadap amal-amal hamba-hamba-Nya, memaafkan
kesalahannya, menambah nikmat-Nya.
3) Mendapatkan pahala yang besar
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta‟ala:

7
Terjemah Arti: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah
berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia
tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(QS. Ali-Imran:144)

Setiap Muslim meyakini,bahwa Allah SWT adalah sumber segala sumber dalam
kehidupannya. Allah SWT adalah pencipta dirinya,pencipta jagad raya dengan segala
isinya, Allah SWT adalah pengatur alam semesta yang demikian luasnya. Allah SWT
adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam kehidupan manusia, dan lain
sebagainya. Sehingga mana kala hal seperti ini mengakar dalam diri setiap Muslim,maka
akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah SWT-lah yang pertama kali harus
dijadikan prioritas dalam berakhlak. Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah SWT ini
merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun dimuka bumi ini. Jika
seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah,maka ia tidak akan mungkin
memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki
akhlak yang karimah terhadap Allah SWT,maka ini merupakan pintu gerbang untuk
menuju kesempurnaan akhlak terhadap oranglain. Diantara akhlak terhadap Allah SWT
adalah:

1. Taat terhadap perintah-perintah-Nya


Hal pertama yang harus dilakukan seorang Muslim dalam beretika kepada
Allah SWT adalah dengan mentaati segala perintah-perintah-Nya. Sebab bagaimana
mungkin ia tidak mentaati-Nya,padahal AllahSWT-lah yang telah memberikan
segalanya pada dirinya. Allah SWT berfirman:
“Mereka pada hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan,kemudian merek atidak merasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan,dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.”(QS. An-Nisa: 65).
Karena taat kepada Allah SWT merupakan konsekuensi keimanan seorang
muslim kepada AllahvSWT. Tanpa adanya ketaatan,maka ini merupakan salah satu
indikasi tidak adanya keimanan. Dalam sebuah hadits,Rasulullah SAW juga
menguatkan makna ayat diatas dengan bersabda:

8
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian,hingga hawa nafsunya
(keinginannya )mengikuti apa yang telah datang dariku( Al-Qur’an dan sunnah).”
(HR. Abi Ashim al-syaibani).
2. Memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diembankan padanya
Hal kedua yang harus dilakukan seorang Muslim kepada Allah SWTadalah
memiliki rasa tanggung jawab atas amanah yang diberikan padanya.Karena pada
hakikatnya kehidupan ini pun merupakan amanah dari Allah SWT. Oleh
karenanya,seorang mukmin senantiasa meyakini apapun yang Allah berikan
padanya,maka itu merupakan amanah yang kelak akan dimintai pertanggung
jawaban dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW pernah bersabda:
Dari Ibnu Umarra, Rasulullah SAW bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap
apa yang dipimpinnya. Seorang amir (presiden/ imam/ ketua) atau manusia,
merupakan pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Seorang suami merupakan pemimpin bagi keluarganya, dan ia bertanggungjawab
atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita juga merupakan pemimpin atas rumah
keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia
bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap kalian adalah
pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.” (HR. Muslim)
3. Ridha terhadap ketentuan Allah SWT
Yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT adalah ridha
terhadap segala ketentuan yang telah Allah SWT berikan pada dirinya. Seperti
ketika ia dilahirkan baik oleh keluarga yang berada maupun oleh keluarga yang
tidak mampu, bentuk fisik yang Allah SWT berikan padanya,atau hal-hal lainnya.
Karena pada hakikatnya,sikap seorang muslim senantiasa yakin terhadap apapun
yang Allah SWT berikan pada dirinya. Baik yang berupa kebaikan atau berupa
keburukan. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
”Sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya
adalah dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan ,ia bersyukur
,karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia
tertimpa musibah,ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal
terbaik bagi dirinya.”(HR. Bukhari)

9
Apa lagi terkadang sebagai seorang manusia,pengetahuan atau pandangan kita
terhadap sesuatu sangat terbatas. Sehingga bisa jadi, sesuatu yang kita anggap baik
justru buruk, sementara sesuatu yang dipandang buruk ternyata malah memiliki
kebaikan bagi diri kita.
4. Senantiasa bertaubat kepada-Nya
Sebagai seorang manusia biasa,kita juga tidak akan pernah luput dari sifat lalai
dan lupa. Karena hal ini memang merupakan tabiat manusia. Oleh karena
itulah,etika kita kepada Allah SWT,manakala sedang terjerumu sdalam “kelupaan”
sehingga berbuat kemaksiatan kepada-Nya adalah dengan segera bertaubat kepada
Allah SWT. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

”Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau


menganiaya diri mereka sendiri,mereka ingatakan Allah,lalu memohon ampun
terhadap dosa- dosa mereka. Dan siapakah yang dapat mengampuni dosa selain
Allah dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu sedang mereka
mengetahui.” (QS. Ali-Imran: 135).
5. Obsesinya adalah keridhaan Illahi
Seseorang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT akan memiliki obsesi
dan orientasi dalam segala aktivitasnya hanya kepada Allah SWT. Dia tidak
beramal dan beraktivitas untuk mencari keridhaan atau pujian atau apapun dari
manusia. Bahkan terkadang untuk mencapai keridhaan Allah tersebut,terpaksa harus
mendapatkan ketidaksukaan dari paramanusia lainnya. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW pernah menggambarkan kepada kita:
“Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan adanya kemurkaan
manusia, maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga.Dan barang siapa
yang mencari keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah
akan mewakilkan kebencian-Nya pada manusia.”(HR.Tirmidzi, Al-Qadha dan Ibnu
Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam
dirinya. Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman,orientasi yang
dicarinya tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan peduli,apakah Allah
SWT menyukai tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh orang lain.

10
6. Merealisasikan ibadah kepada-Nya
Akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWT
adalah merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat
mahdhah ataupun ibadah yang ghairumahdhah. Karena pada hakikatnya, seluruh
aktiivitas sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an
Allah SWT berfirman:

Yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku”(QS.Adh-Dhariyat:56)

B. CARA BERAKHLAK KEPADA RASULULLAH SAW

Selain berakhlak kepada Allah SWT, kita juga sebagai umat muslim harus
mempunyai akhlak kepada Nabi SAW. Karena Nabi Muhammad SAW –lah, satu-satunya
manusia terhebat di dunia ini. Yang telah membawa banyak perubahan bagi dunia yang fana
ini, dan beliaulah cahaya yang menerangi bumi yang dulu kala gelap gulita. Yang sering
dijuluki kekasih Allah SWT. Karena perilakunya beliau pula lah, yang sangat patut untuk di
contoh, ditiru dan di amalkan kesehariannya oleh kita para umatnya. Nabi Muhammad SAW
merupakan Nabi terpilih,Nabi yang utama dan penutup para nabi. Sebelum menerima wahyu
kenabian beliau dikenal sebagai “yang terpercaya”, orang yang paling dapat dipercayai,dan
setelah menerima wahyu kenabian beliau memberikan rahmat kepada seluruh umat manusia.

1. Pengertian Berakhlak kepada Rasulullah SAW


Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaq” dalam bentuk jamak,
sedang bentuk mufradnya adalah khuluq yang berarti budi pekerti,perangai,tingkah laku,
atau tabiat. Secara terminology yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Jadi pengertian akhlak seorang muslim terhadap rasul adalah tingkah laku
atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang muslim untuk meneladani sifat-sifat Rasul dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari agar selalu mengamalkan akhlak terpuji
dalam kehidupannya.
11
2. Cara berakhlak kepada Rasulullah SAW
Adapun diantara akhlak kita kepada rasulullah yaitu salah satunya ridho dan beriman
kepada rasul , ridho dalam beriman kepada rasul inilah sesuatu yang harus kita
nyatakan sebagaimana hadist nabi saw: “Aku ridho kepada allah sebagai tuhan, islam
sebagai agama dan muhammad sebagai nabi dan rasul”.Beriman kepada nabi dan
rasul, yaitu berarti bahwa kita beriman kepada para Rasul itu sebagai utusan Tuhan
kepada ummat manusia. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran
yang disampaikannya.Banyak cara yang dilakukan dalam berkhlak kepada
Rasulullah SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut:

1.Mengikuti dan mentaati Rasulullah SAW

Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-
orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari
akhlak kepada Rasul, bahkan Allah SWT akan menempatkan orang yang mentaati
Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini terdapat dalam
firman Allah:

Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi,
orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS 4:69).
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul SAW Allah SWT
akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari
Allah manakala kita melakukan kesalahan, Allah berfirman:

Artinya: Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,


niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31)
Manakala manusia telah menunjukkan akhlaknya yang mulia kepada Rasul dengan
mentaatinya, maka ketaatan itu berarti telah disamakan dengan ketaatan kepada
Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi seperti

12
dua sisi mata uang yang tidak boleh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Allah
berfirman:

Artinya: Barangsiapa mentaati rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan


barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).

2.Mencintai dan memuliakan Rasulullah


Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah
mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan
kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman
Allah
Artinya: Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,
keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).

3.Mengucapkan sholawat dan salam kepada Rasulullah


Mengucapkan sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai tanda
ucapan terimakasih dan sukses dalam perjuangannya. Secara harfiyah, shalawat
berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah
bershalawat kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat kepada
Nabi, Firman Allah SWT,
Rasulullah SAW dalam sabdanya menyatakan sebagai berikut:

Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku didekatnya, tetapinia
tidak bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad ).

Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat
kepadanya sepuluh kali sholawat. (H.R Ahmad).

13
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat, ialah
orang yang paling banyak bersholawat kepadaku. (H.R Turmudzi).

4.Mencontoh akhlak Rasulullah.


Jika Rasulullah bersikap kasih saying, keras dalam mempertahankan prinsip, dan
seterusnya maka manusia juga harus demikian. Allah berfirman:
Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,
kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.(QS
al-Fath 29).

5.Melanjutkan Misi Rasulullah.


Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang
mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah
tidak akan mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-
nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul
ini ditegaskan oleh sabda Rasul Saw: “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat,
dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas
(nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di
neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).Demikian beberapa
hal yang harus kita tunjukkan agar kita termasuk orang yang memiliki akhlak yang
baik kepada Nabi Muhammad Saw.
6.Menghormati Pewaris Rasul

Berupaya menjaga nama baiknya dari penghinaan dan cemoohan orang-orang yang
tidak suka padanya. Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus
menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang
teguh kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab
ilmu yang dimilikinya.
Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (QS 35:28).
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan oleh sabda Rasulullah Saw:
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak
14
mewariskan uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu
kepada mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah
mengambil bagian yang besar.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Karena ulama disebut pewaris Nabi,maka orang yang disebut ulama seharusnya
tidak hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap
dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti
inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena
pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka
orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak ada kewajiban kita untuk
menghormatinya.

7. Menghidupkan Sunnah Rasul

Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak, tapi yang
beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum muslimin yang
berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan
sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:”Aku tinggalkan kepadamu dua
pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya,
yaitu kitab Allah dan sunnahku” (HR. Hakim).Selain itu, Rasul Saw juga
mengingatkan umatnya agar waspada terhadap bid’ah dengan segala bahayanya,
beliau bersabda: “Sesungguhnya, siapa yang hidup sesudahku, akan terjadi banyak
pertentangan. Oleh karena itu,kamu semua agar berpegang teguh kepada sunnahku
dan sunnah para penggantiku. Berpegang teguhlah kepada petunjuk-petunjuk
tersebut dan waspadalah kamu kepada sesuatu yang baru, karena setiap yang baru itu
bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka.” (HR. Ahmad,
Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, Baihaki dan Tirmidzi).Dengan demikian,
menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat penting sehingga begitu
ditekankan oleh Rasulullah Saw.

3. Contoh Ahklak Rasulullah


Ada beberapa akhlak yang dapat di teladani dari Rasulullah saw. Antara lain.
1. Memuliakan yang Lebih Tua serta Menyayangi yang Kecil
Salah satu sikap mulia yang di anjurkan Rasulullah saw. Terhadap umatnya adalah
menghormati orang yang lebih tuaserta menyayangi yang kecil. Dengan bersikap seperti ini
15
maka bangunan masyarakat akan semakin kokoh serta jalinan hubungan kasih saying antar
masing-masing individu didalamnya akan semakin erat.Tentang hal ini Rasulullah bersabda
yang artinya “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua,
menyayangi yang muda,menyeru kepada yang makruf,serta mencegah terjadinya
kemungkaran”.
2.Bersikap Amanah
Sikap amanah ini dimiliki oleh Rasulullah dan dikenal di kalangan anggotanya kaumnya
sebelum predikat tersebut di sematkan oleh Allah Swt. di dada beliau. Melihat urgensi
amanah yang sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat Rasulullah Saw. Seringkali
berwasiat pada umatnya untuk memegang teguh sifat ini. Beliau bahkan menggolongkan
orang-orang yang tidak dapat menjaga amanah yang di pikulkan kepadanya sebagai orang
munafik.
3.Keadilan
Rasulullah adalah orang yang paling adil,paling mampu menahan diri, paling jujur
perkataannya, dan paling besar amanatnya. Sebelum diangkat sebagai seorang nabi beliau
sudah dijuluki masyarakat dengan Al-Amin (orang yang terpercaya). Sebelum Islam, pada
zaman jahiliyah beliau di tunjuk sebagai pengadil.
4.Ketawaduan (Bersikap Rendah Hati)
Kesombongan adalah merupakan salah satu sifat yang paling dibenci oleh islam,sebaliknya
sikap rendah hati adalah salah satu yang paling disukai. Rasulullah adalah orang yang suka
merendah diri tidak gila hormat dan juga jabatan. Dalam sebuah hadist Qudsi Rasulullah
bersabda, Allah Azza Wa jalla berfirman:
“kesombongan adalah selendang-Ku dan keangkuhan merupakan pakaian-Ku. Oleh karna
itu, siapa yang merenggut salah satunya dari sisi-Ku maka akan Aku lemparkan ke dalam
neraka”. (HR, Abu Dawud)
5. Kasih Sayang
Rasulullah saw. Adalah pelopor utama dalam hal kasih saying dan cinta kasih. Beliau sama
sekali tidak pernah mencela atau menghina orang lain. Mempersatukan para sahabat dan
tidak pernah mencela mereka. Karna kasih sayangnya yang luar biasanya kepada
umatnya,maka tidak sedikit para sahabat yang senang berdekatan dengan beliau.Beliau juga
senantiasa menanyakan apa yang terjadi diantara manusia,membaguskan yang bagus dan
membenarkannya.

6.Berakhlak Baik/Terpuji
16
Sifat terpuji merupakan kepribadian seseorang muslim. Rasulullah saw, menasehatkan kita
untuk menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dalam pergaulan dengan siapa pun.
Rasulullah saw bersabda, Allah swt.: “Allah menyayangi orang yang bersikap lapang dada
(toleran), baik ketika menjual,membeli,atau menagih sesuatu (kepada orang lain)” (HR.
Bukhari). Anas bin Malik r.a berkata, “Rasulullah saw berkata, “Rasulullah saw. Merupakan
manusia paling baik akhlaknya.” (HR. Muslim).

7. Memelihara Silaturahmi/Persaudaraan
Rasulullah saw mewasiatkan kepada umatnya untuk menjaga persaudaraan.Sebab
permasalahan social yang timbul itu bersumber dari perselisihan pribadi di antara individu
yang menimbulkan rasa marah, dendam dan permusuhan. Dengan adanya memelihara tali
persaudaraan tersebut maka semua permasalahan dapat dibicarakan dan dicarikan solusi
yang baik. Sesuai dengan sabda beliau yang artinya “muslim yang lain adalah saudara bagi
masing-masing kalian.” Oleh karna itu, berbuat baiklah untuk mereka, damaikanlah apabila
ada perselisihan di antara mereka, minta tolonglah terhadap mereka dalam hal-hal yang
tidak dapat kalian hadapi, serta bantulah mereka dalam menghadapi hal-hal yang tidak
mampu mereka atasi.” (HR.Ahmad)

8.Menunjukan Wajah Berseri-seri


Islam sangat menaruh perhatian terhadap masalah pergaulan antar manusia. Islam
menginginkan antar hubungan di antara manusia berlangsung dengan baik dan penuh rasa
kasih saying. Contohnya apabila bertemu dengan temannya di perjalanan maka menyapanya
dengan sikap ramah, wajah berseri-seri, serta senyum yang merekah di bibir. Tentang
anjuran seperti ini Rasulullah bersabda, “Setiap perbuatan baik merupakan
sedekah.Termasuk dalam kategori sedekah sikapmu menunjukan wajah yang berseri-seri
ketika bertemu dengan saudaramu sesame muslim serta memberikan memberikan air
didalam bejanamu kepadanya.” (HR. Tirmidzi)

9. Suka Memaafkan
Sikap suka memaafkan merupakan akhlak yang terpuji. Apabila orang lain telah menyakiti
kita jangan terlalu lama kita memendam rasa marah tersebut maafkanlah orang yang
bersalah tersebut. Sebab dengan kita member maaf Allah akan menambah kemuliaan bagi
17
orang tersebut. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw. “Tidak akan berkurang harta karena
bersedekah dan tidak ada seorangpun yang di zalimi kemudian member maaf melainkan
allah akan menambah kemuliaan dirinya.” (HR. Ahmad)

10. Gemar Berinfak


Derajat kedermawaan yang tertingi adalah sikap iitsar, yaitu tidak segan-segan berinfak
kepada orang lain meski dirinya sendiri sebetulnya membutuhkannya. Sikap iitsar dikatakan
sebagai puncak kedermawaan karna biasanya yang disebut dengan kedermawaan
sesunguhnya adalah menafkahkan harta yang tidak dibutuhkan. Hal ini tidak begitu berat
dibandingkan dengan sikap menafkahkan sesuatu kepada orang lain di saat dirinya sendiri
sebenarnya sangat membutuhkannya. Berinfak merupakan sarana untuk mensucikan badan
maupun jiwa. Itulah sebab nasihat Rasulullah saw. dalam hal tersebut. Diantaranya sabda
beliau, :Berusaha keraslah menghindari api neraka meski hanya dengan (menyedekahkan)
sebutir kurma.” (HR. Bukhari)

C. AKHLAK KEPADA ALLAH DAN RASULNYA DALAM PEDOMAN HIDUP


ISLAMI WARGA MUHAMMADIYAH
• Akhlak Kepada Allah dan Rasul
Mengutip dari buku Prof. Yunahar Ilyas, disebutkan bahwa akhlak manusia kepada Allah
adalah diwujudkan melalui takwa. Takwa merupakan konsep konkret hubungan antara Sang
Pencipta yakni Allah dengan manusia sebagai hamba-Nya. Hubungan tersebut bersifat
hubungan aktif yang menimbulkan konsekuensi logis berupa hubungan manusia dengan
sesama dan terhadap alam lingkungannya.
Dalam Ruh ad-Din al-Islam, ulama mendefinisikan takwa sebagai upaya manusia dalam
menanamkan rasa takut terhadap hal-hal yang dimurkai Allah. Selain itu, takwa juga
berfungsi sebagai benteng penjagaan atau proteksi diri dari azab Allah.
Berbicara mengenai takwa, disebutkan dalam surah al-Baqarah: 177 dengan istilah “al-
birru” yang berarti kebaikan. Ayat tersebut mengandung empat komponen takwa, di
antaranya; pertama, mengimani adanya Allah, hari kiamat, malaikat, kitab dan para nabi-
Nya sebagai bentuk hubungan vertikal manusia kepada Allah. Kedua, berinfak atau
bersedekah kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta dan hamba
sahaya sebagai bentuk hubungan horizontal manusia terhadap sesama. Ketiga, bentuk
religiusitas seorang hamba yang diwujudkan dengan ibadah (melaksanakan salat,
menunaikan zakat) serta amanah dalam menepati janji. Keempat, bersikap sabar dalam
18
kemelaratan dan penderitaan sebagai bentuk mentalitas seseorang yang bertakwa. Dari ayat
tersebut, dapat dipahami bahwa takwa adalah suatu integrasi hubungan antara iman (kepada
Allah), Islam (bentuk ibadah mahdah) dan ihsan (sosial kemasyarakatan).
Takwa ini juga disinggung dalam surah Ali-Imran: 102 yang mana Allah memerintahkan
orang-orang mukmin supaya bertakwa dengan “sebenar-benar takwa”. Merujuk pada hadis
masyhur Nabi, “bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada, dan ikutilah
keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya, dan pergaulilah
manusia dengan akhlak yang baik”, dipahami bahwa maksud sebenar-benar takwa adalah
suatu bentuk perilaku yang melampui dimensi ruang dan waktu, dengan kata lain bukan
parsial (setengah-setengah). Sebagai contoh orang yang sholeh ketika di dalam masjid,
namun rendah moralnya ketika berada di ruang publik belum dapat disebut dengan takwa
yang sesungguhnya.
•Identifikasi Takwa
Di antara perwujudan orang bertakwa adalah sebagaimana yang disebutkan dalam surah
al-Anfal: 29 berupa “furqan”. Di era ketika kebenaran tidak lagi dikembalikan pada validitas
wahyu melainkan justru disandarkan kepada nalar manusia, sangat diperlukan kecerdasan
mental spritual, intelektual dan emosional untuk memilah antara haq dan yang batil. Dengan
kata lain, orang bertakwa dengan kemampuan furqan-nya akan mampu mengambil posisi
yang tepat dari berbagai persoalan ambigu.Dalam surah al-A’raf: 96 disinggung pula bahwa
makna takwa adalah suatu hal yang memunculkan keberkahan dalam arti kebermanfaatan
bagi lingkungan. Ketika takwa sudah terinstal atau tertanam pada diri manusia, maka akan
selalu didapati kemudahan, solusi dalam kehidupan dan tentunya ampunan terhadap dosa-
dosa yang pernah dilakukan. Oleh karena itu, puncak keimanan kepada Allah adalah melalui
ketakwaan.

•Akhlak kepada Rasul


Bentuk akhlak kepada Rasul adalah mengimani terhadap seluruh apa yang terdapat pada diri
Nabi Muhammad Saw. Nabi merupakan sosok yang hadir dari kalangan manusia, bukan
malaikat. Sosok yang memiliki empati luar biasa terhadap kondisi umat manusia, sudah
sepantasnya menjadi tauladan dan inspirasi. Cara sederhananya adalah merasakan
keberadaan beliau dari dalam diri, sehingga ketika disebut nama Rasulullah sudah otomatis
mengantarkan shalawat atasnya.

19
1.KEHIDUPAN ISLAMI WARGA MUHAMMADIYAH

A. KEHIDUPAN PRIBADI
√ Dalam Aqidah
1.Setiap warga Muhammadiyah harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani berupa
tauhid kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang benar, ikhlas, dan penuh ketundukkan
sehingga terpancar sebagai lbad ar-rahman yang menjalani kehidupan dengan benar-benar
menjadi mukmin, muslim, muttaqin, dan muhsin yang paripurna.

2.Setiap warga Muhammadiyah wajib menjadikan iman dan tauhid sebagai sumber
seluruh kegiatan hidup, tidak boleh mengingkari keimanan berdasarkan tauhid itu,
dan tetap menjauhi serta menolak syirk, takhayul, bid’ah, dan khurafat yang menodai iman
dan tauhid kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

√ Dalam Akhlaq
1.Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk meneladani perilaku Nabi dalam
mempraktikkan akhlaq mulia,, sehingga menjadi uswah hasanah yang diteladani oleh
sesama berupa sifat sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah.

2.Setiap warga Muhammadiyah dalam melakukan amal dan kegiatan hidup harus senantiasa
didasarkan kepada niat yang ikhlas dalam wujud amal- amal shalih dan ihsan, serta
menjauhkan diri dari perilaku riya’, sombong, ishraf, fasad, fahsya, dan kemunkaran.

3.Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk menunjukkan akhlaq yang mulia (akhlaq al-
karimah) sehingga disukai/diteladani dan menjauhkan diri dari akhlaq yang tercela (akhlaq
al-madzmumah) yang membuat dibenci dan dijauhi sesama.

4.Setiap warga Muhammadiyah di mana pun bekerja dan menunaikan tugas maupun dalam
kehidupan sehari-hari harus benar-benar menjauhkan diri dari perbuatan korupsi dan kolusi
serta praktik-praktik buruk lainnya yang merugikan hak-hak publik dan membawa

20
kehancuran dalam kehidupan di dunia ini.

√ Dalam Ibadah
1.Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk senantiasa membersihkan jiwa/hati ke arah
terbentuknya pribadi yang mutaqqin dengan beribadah yang tekun dan menjauhkan diri
dari jiwa/nafsu yang buruk,, sehingga terpancar kepribadian yang shalih yang
menghadirkan kedamaian dan kemanfaatan bagi diri dan sesamanya.

2.Setiap warga Muhammadiyah melaksanakan ibadah mahdhah dengan sebaik-


baiknya dan menghidup suburkan amal nawafil (ibadah sunnah) sesuai dengan tuntunan
Rasulullah serta menghiasi diri dengan iman yang kokoh, ilmu yang luas, dan amal shalih
yang tulus sehingga tercermin dalam kepribadian dan tingkah laku yang terpuji.

√ Dalam Mu’amalah Duniawiyah


1.Setiap warga Muhammadiyah harus selalu menyadari dirinya sebagai abdi dan khalifah
di muka bumi, sehingga memandang dan menyikapi kehidupan dunia secara aktif
dan positif serta tidak menjauhkan diri dari pergumulan kehidupan dengan landasan iman,
Islam, dan ihsan dalam arti berakhlaq karimah

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Seorang muslim itu harus berahlak baik kepada Allah SWT. Karena kita sebagai
manusia yang diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menyembah kepada Allah
SWT sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya “dan tidaklah Kami (Allah)
ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Dari uraian-uraian diatas dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah
SWT,manusia seharusnya selalu mengabdikan dirihanya kepada-Nya semata dengan
penuh keikhlasan dan bersyukur kepada-Nya,sehingga ibadah yang dilakukan
ditujukan untuk memperoleh keridhaan-Nya.
Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah,terutama
melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa, haji,haruslah
menjaga kebersihan badan dan pakaian,lahir dan batin dengan penuh keikhlasan.
Tentu yang tersebut bersumber kepada Al-Qur'an yang harus dipelajarid an
dipelihara kemurniannya dan pelestariannya oleh umatIslam.
Adapun akhlak kepadaAllah itu antaralain:
1. Taqwa kepada Allah SWT
2. Cinta kepada Allah SWT
3. Ikhlas kepada Allah SWT
4. Khauf dan raja’ terhadap Allah SWT
5. Bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT
6. Muraqobah
7. Taubat kepadaAllah SWT
8. Berbaik sangka kepada Allah SWT
9. Bertawakal kepadaAllahSWT
10. Senantiasa mengingat Allah SWT
11. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT
12. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT
13. Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.

B. KATA PENUTUP

22
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan mengenai materi yang menjadi
pembahasan dalam makalah ini. Tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan atau referensi yang penulis peroleh. Hubungannya dengan
makalah ini penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Aamiin.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas,Yunahar.2005.Kuliah Akhlaq.Yogyakarta:Lembaga Pengkajian dan


Pengalaman Islam (LPPI).
2. http://hisbulah.blogspot.com/2011/03/akhlak-seorang-muslim-kepada-allah-swt.html
(diakses 26 Maret 2020)
3. Beni. A. S., Abdul H., Ilmu Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal 7.
4. S. Habibah, “Akhlak dan Etika Dalam Islam,” 4 Oktober 2015, vol. 1, hlm. 73–87
5. http://berbagiilmu185.blogspot.com/2015/03/berakhlak-kepada-rasulullah.html?m=1
6. https://suaramuhammadiyah.id/2021/04/24/akhlak-kepada-allah-dan-rasul/amp/

Anda mungkin juga menyukai