Anda di halaman 1dari 7

Akhlak Terpuji Terhadap Lingkungan Sosial

Manusia adalah makhluk sosial artinya manusia selalu membutuhkan pergaulan


dengan manusia lainnya dalam lingkungan sosialnya, karena manusia tidak akan
bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa meminta bantuan dari orang lain.

Manusia dalam interaksinya itu, akan banyak berhadapan dengan segala macam
karekter dari manusia-manusia lain yang dijumpainya. Ada yang berwatak keras, ada
yang lemah lembut, egois, penyabar dan sifat-sifat lainnya. Karena itu di samping
keharmonisan, dia juga terkadang akan mendapatkan benturan-benturan dalam
pergaulannya itu.
Di dalam lingkungan masyarakat kita, ada norma-norma, aturan-aturan atau
undang-undang yang berlaku baik norma hukum maupun norma adat. yang
ditujukan untuk menjaga keamanan, ketertiban, kerukunan dan keharmonisan
bersama setiap anggota masyarakat.
Karena itu sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk taat dan menjunjung tinggi
semua norma, aturan atau undang-undang tadi. Kalau kita mampu menaati itu
semua, secara umum itu artinya kita telah mencerminkan akhlak terpuji terhadap
lingkungan sosial di mana kita tinggal.
Ketahuilah, manusia yang paling mulia bukanlah yang banyak harta bendanya, tinggi
kedudukannya, elok rupanya, keturunan bangsawan, akan tetapi yang terpuji
akhlaknya. Baik akhlak terhadap Allah maupun akhlak terhadap sesama manusia.

Kerukunan dan keharmonisan akan terjalin apabila manusia saling berbuat baik
antar sesamanya. Karena apabila kita berbuat baik kepada orang lain, maka orang
pun berbuat baik kepada kita, sebaliknya kalau kita jahat, maka yang akan kita
dapatkan pun setimpal dengan apa yang telah kita perbuat.
Allah Ta'ala berfirman:

Artinya: "Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah
tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS. al-Qasas: 77).
Berbuat fasad (kerusakan) maksudnya berbuat kejahatan, kezhaliman dan
perbuatan-perbuatan lain yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Untuk itu
marilah kita berusaha menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tidak terpuji itu.

Sebagai manusia yang memiliki akal pikiran dan budi pekerti, di samping
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan fasad tadi, kita juga mempunyai
kewajiban untuk melerai dan mendamaikan perselisihan-perselisihan yang terjadi di
tengah-tengah manusia, saling nasehat menasehati dan saling mangajak kepada
amar ma'ruf nahi mungkar.
Allah Ta'ala berfirman:

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu


damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. al-Hujurat: 10).
Allah Ta'ala berfirman:
Artinya: Kalian umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (Ali Imran:
110).
Jelas bagi kita berdasarkan ayat-ayat tadi, orang-orang Islam itu tidak hanya terjalin
oleh ikatan keimanan semata, tetapi seakan-akan memiliki hubungan persaudaraan
keturunan. Kenyataan ini dipertegas oleh Rasul yang mulia dengan sabda beliau:

Artinya: "Orang mukmin terhadap sesama mukmin adalah laksana suatu bangunan
rumah, satu bagian menguatkan bagian yang lainnya." (Hadis Riwayat al-Bukhari).

Macam-Macam Akhlak Terpuji


Agar keselarasan dan keharmonisan bisa betul-betul tercipta di lingkungan sosial,
maka perlu ditanamkan beberapa sifat terpuji di dalam diri setiap individu
masyarakat tersebut. Sifat-sifat terpuji itu antara lain sebagai berikut.

1. Ta'aruf

Ta'aruf bermakna saling mengenal antara satu dengan lainnya, tidak hanya saling
bertemu muka saja tanpa mengetahui masing-masing yang ada dihadapannya.
Dengan saling mengenal manusia akan dapat berhubungan dengan lebih baik, lebih
akrab dan harmonis. Jauh dari rasa curiga dan prasangka dan dengan sendirinya
jauh pula dari permusuhan.

Maka berusahalah untuk saling mengenal, hanya saja kita juga harus ingat, kita
dilarang menerjunkan diri dalam pergaulan yang tidak baik, ke dalam pergaulan
orang-orang yang zhalim lagi fasik.

Tentang ta'aruf ini, Allah Ta'ala berfirman,


Artinya: "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha
Mengetahui, Maha Mengenal." (al-Hujurat: 13).

2. Ta'awun

Ta'awun adalah perbuatan saling menolong antarsesama manusia. Hidup akan


terasa ringan jika manusia mau saling peduli dan tolong menolong antar sesamanya.
Yang berkelebihan membantu yang kekurangan, yang lapang membantu yang
sedang mengalami kesulitan. Sungguh, hidup akan terasa lebih ringan dan
menyenangkan jika sifat ta'awun ini terpatri dalam diri setiap manusia.

Allah Ta'ala dalam firman-Nya menyerukan,

Artinya: "Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan." (al-Ma'idah: 2).

Ingatlah! Sifat ta'awun dapat menimbulkan rasa saling mencintai, bahu membahu,
dan meringankan beban satu sama lain.
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda,
Artinya: "Allah selalu siap menolong hambanya selama hamba tersebut selalu
berusaha menolong saudaranya." (H.R. Muslim).
3. Tasaamuh

Secara bahasa tasamuh berarti toleransi, tenggang rasa, ataupun saling


menghargai. Secara istilah berarti suatu sikap yang senantiasa saling menghargai
antarsesama manusia.
Setiap orang diciptakan dengan memiliki keinginan dan kepentingan yang
berbeda. Keinginan dan kepentingan manusia tidak selalu sama,karena itu, kita
tidak bisa atau tidak boleh memaksakan kepentingan kita untuk diikuti dan
dituruti oleh orang lain. Tentu kita pun, tidak mau dipaksa, bukan? untuk
menuruti kemauan orang lain.
Karena adanya perbedaan-perbedaan (termasuk juga perbedaan suku, bangsa,
adat istiadat, dan pekerjaan) inilah pentingnya sikap tasamuh itu harus dijaga
dan dilakukan. Dengan tasamuh akan merekatkan hubungan sesama manusia di
lingkungan sosial, hidup saling membahu, menolong, dan membantu tanpa
pamrih.

Allah Ta'ala berfirman,

Artinya: "Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu
menjulang setinggi gunung." (al-Isra: 37).

4. Adil

Ketahuilah adil tidak hanya berarti tidak berat sebelah, tetapi ia juga bermakna
selalu berpihak kepada kebenaran.
Di dalam bermasyarakat ada hak-hak yang kita miliki dan dan ada juga kewajiban
yang harus kita tanggung. Kita harus melaksanakan kewajiban kita sebagaimana
kita boleh menuntu hak kita. Jadi tidak adil namanya orang yang hanya bisa
menuntut haknya, tapi lupa dengan kewajibannya. Juga tidak adil namanya
orang yang hanya menuntuk kewajiban orang lain, sementara dia sendiri kurang
atau tidak memperhatikan hak orang tersebut.
Bentuk ketidak adilan berupa semua tindakan yang sewenang-wenang dan tidak
sepatutnya, seperti kasus penjualan anak, penganiayaan yang dilakukan oleh
majikan kepada pembantunya, kekerasan rumah tangga dan lainya.

Allah Swt. telah memberikan peringatan kepada hamba-hamba-Nya dalam Al-


Qur'an,
Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruhmu berlaku adil dan berbuat kebajikan."
(an-Nahl: 90).

Artinya: "Dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu
menetapkannya dengan adil." (an-Nisa: 58)
Artinya: "Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa." (al-Ma'aidah:
8)

5. Amanah

Firman Allah Ta'ala,

Artinya: "Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya." (an-Nisa: 58)
Amanah bermakna menyampaikan sesuatu kepada yang berhak tanpa dikurangi dan
ditambahi.

Orang yang amanah itu adalah orang yang sadar akan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya, lalu segera menyampaikannya kepada yang berhak
menerimanya, sesuai dengan apa yang diamanahkan kepadanya.
Amanah adalah tanggung jawab yan berat untuk dipikul, artinya besar
konsekwensinya bila tidak dilaksanakan. Seyogyanya orang yang akan menerima
amanah harus bisa mengukur dirnya, apakah dia sanggup atau tidak memikul
amanah yang diberikan orang lain kepadanya.

Allah Ta'ala berfirman,

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh." (al-Ahzab: 72)

Ayat id atas maksudnya bahwa hanya manusialah satu-satunya yang diberikan


amanah sebagai khalifah di bumi oleh Allah Swt, karena hanya manusialah yang
dikarunia akal. Dengan akalnya itu ia dapat membawa amanah dan menghasilkan
berbagai kebijaksanaan dalam menunjukkan keadilan sosial yang dianjurkan oleh
Allah Swt. Namun kebanyakan manusia berbuat zalim, sehingga sering melakukan
kebodohan. Kebodohan yang merugikan.
Dalam hadis diterangkan:
Artinya: "Apabila amanah itu disia-siakan maka tunggulah saat kehancuran." (HR.
al-Bukhari)

6. Menepati janji

Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an Surat al Maa'idah, Ayat 1 sebagai berikut:

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! penuhilah janji-janji."

Orang-orang yang menyambut seruan ini, yakni orang-orang yang selalu menepati
janjinya akan menjadi orang yang disegani dan dipercaya oleh masyarakat. Baginda
Nabi Muhammad saw. adalah contoh dan tauladan bagi umat-umatnya. Beliau sama
sekali tidak pernah beringkar janji, sehingga masyarakat Quraisy menjuluki belia Al-
Amin (Orang yang sangat dipercaya).
Dalam suatu riwayat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memperingatkan
kepada kita betapa bahayanya orang yang suka mengingkari janji. Predikat
"munafik" akan disandang oleh orang yang suka mengingkari janji.
Beliau Rasulullah saw. bersabda:
Artinya: "Tanda orang munafik itu ada tiga macam, apabila berkata maka ia
berdusta, apabila ia berjanji maka mengingkari, apabila ia dipercaya maka ia
berkhianat." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis yang lain beliau bersabda:
Artinya: "Barangsiapa ada dalam dirinya tiga perkara, maka ia adalah orang
munafik, walaupun ia puasa, shalat, dan baranggapan bahwa ia orang Islam. Ketiga
orang tersebut adalah ketika ia berbicara bohong, ketika berjanji mengingkari, dan
ketika ia dipercaya ia khianat."
Kalau kita berjanji hendaklah dengan niat yang bersungguh-sungguh untuk
menepatinya, dan ucapkanlah Insya Allah. karena tidak ada manusia pun yang tahu
urusannya yang akan datang. Sungguh Allah maha mengetahui akan segala isi hati
manusia.

Berfirman Allah Ta'ala:

"Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati." (al-Mulk: 13).

Anda mungkin juga menyukai