Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ADDINUL ISLAM ( AGAMA ISLAM ) 2

DISUSUN OEH

1. AMIRA NAHDI 1042111014


2. ANGELIA FEBRIANA 1042111015
3. ANGELINE RAHMA PUTRI 1042111016
4. ANINDYA MEIPURA 1042111017
5. ANJAS NINDA KIRANI 1042111018
6. ANNA MAFTUKHAH 1042111019
7. ANNISA ANINDYA RAHMA 1042111021

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI SEMARANG


TAHUN AJARAN 2021 / 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
1.1. Latar belakang .............................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan masalah ........................................................................................................................ 2
1.3. Tujuan pembahasan..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 4
A. Pokok-Pokok Ajaran Islam .............................................................................................................. 4
B. Sumber Pokok Ajaran Islam ............................................................................................................ 8
C. Menjadi Muslim Kaffah ................................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 13
2.1 Kesimpulan.................................................................................................................................. 13
2.2 Saran ........................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ADDIMUL AGAMA 2” dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Agama Islam. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang ajaran-ajaran Agama Islam bagi
para pembaca dan juga para penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rohmat Suprapto selaku dosen Mata
Kuliah Agama Islam. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 11 September 2021

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Addinul islam merupakan syariat islam tetapi yang kita ketahui dalam pelajaran islam
biasanya hanya khawarij,syiah,muktazilah,murjiah,qadariyah,jabariyah,dan ahlus sunnah wal
jamaah.Selain itu biasanya dalam mempelajari agama islam hanya dijelaskan beberapa
golongan islam di Indonesia antara lain Muhammadiyah,LDII,NU,syiah,salamullah,jamaah
tabligh, dan NII. Dari beberapa golongan tersebut memiliki banyak perbedaan dari
syariatnya. Karna di Indonesia banyak sekali umat islam dan banyak yang mengikuti
golongan Nahdhatul ulama maka syariat tersebut juga banyak yang menggunakan.

Pokok dan landasan agama Islam adalah akidah. Pendidikan akidah menjelaskan tentang
hakikat manusia yang sebenarnya dan tujuan diciptakannya manusia di permukaan bumi ini.
Potensi dan fitrah yang dimiliki manusia dalam beragama menuntun pada kesadaran mereka
untuk bertuhan atau menuhankan sesuatu. Banyaknya bukti historis dan antropologis
menunjukkan bahwa manusia-manusia terdahulu yang tidak pernah mendapatkan informasi
mengenai Tuhan, namun ternyata mempercayai adanya wujud Tuhan. Mereka meyakini
Tuhan sebatas pada khayalan mereka yang berupa benda-benda alam misterius di sekeliling
mereka, seperti pohon besar yang berusia ratusan tahun, batu besar dan sebagainya. Mereka
menyembahnya, menjaganya dan mempercayai adanya kekuatan dalam benda-benda alam
tersebut, kepercayaannya disebut dengan dinamisme.

Pada perkembangan selanjutnya kekuatan misterius dari benda-benda alam itu tergantikan
oleh istilah roh yang memiliki karakter, yang kepercayaannya disebut dengan animisme. Lalu
masih ada lagi kepercayaan politeisme, yaitu suatu kepercayaan ketika roh-roh itu
dipersonifikasikan berbentuk dewa yang berjumlah banyak dan masing-masing memiliki
kekuatan khusus. Kenyataan-kenyataan tersebut tidak lain menunjukkan bahwa pada diri
manusia terdapat potensi yang sangat besar untuk mempercayai Tuhan. Namun dikarenakan
potensi yang tidak diarahkan, manusia cenderung mengambil bentuk keyakinan yang
bermacam-macam sehingga keadaannya serba relatif. Dalam situasi tersebut, Allah mengutus
para Nabi dan Rasul kepada mereka untuk mengajarkan bahwa Tuhan yang mereka cari
sesungguhnya adalah Allah yang memiliki sifat-sifat sebagaimana yang tertulis dalam kitab
yang dibawa para Nabi dan Rasul.

1
Sumber pokok ajaran Islam yang mempunyai kedudukan yang paling pertama dan utama
ialah Al-Qur’an. Kehidupan di dunia dan di akhirat yang harus dijalani telah tertulis
didalamnya sebagai aturan dan tuntunan bagi umat Islam. Al-Qur’an mengajarkan semua
aspek kehidupan umat manusia, mulai dari proses diciptakannya manusia hingga hari
kehancuran dan berakhirnya dunia. Untuk mengetahui segala hal dalam pesan-pesan Al-
Qur’an, manusia diwajibkan untuk membaca dan memahami artinya, karena hal tersebut
merupakan suatu ibadah yang mulia

Islam adalah agama yang kaffah.Islam membuat segala hal yang berkaitan dengan Islam
menjadi mulia. Salah satu kemuliaan itu terletak pada bahasa Arab. Bahasa didunia ini tentu
tidak hanya satu, namun Allah memuliakan bahasa Arab diatas bahasa bahasa yang lain.
Perbedaan bahasa Arab dengan bahasa yang lain terdapat pada gaya dan irama tertentu yang
mengandung arti emosional yang bermakna dan menggerakkan jiwa. Bahasa Arab digunakan
untuk menulis ayat ayat suci Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an. Bahasa Arab telah lama
masuk ke Indonesia yaitu seiring dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Ada dua
alasan mengapa Bahasa Arab dipelajari khususnya di Negara Indonesia. Alasan pertama
adalah karena komunikasi, yang dimaksud dengan komunikasi adalah agar kita mampu
berkomunikasi dengan pengguna bahasa asli tersebut. Alasan kedua adalah karena tuntutan
dan tuntunan dari agama karena di Indonesia mayoritas masyarakatnya adalah beragama
Islam sehingga bahasa Arab menjadi hal penting untuk dipelajari terlebih kitab suci umat
Islam menggunakan bahasa Arab. Sehingga setiap orang yang ingin mempelajari serta
memahami agama Islam penting untuk mempelajari bahasa Arab.

1.2. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud pokok-pokok ajaran islam?

2. Apa saja sumber pokok ajaran islam?

3. Bagaimana cara menjadi muslim yang kaffah?

1.3. Tujuan pembahasan

Tujuan penelitian memuat secara sepesifik rumusan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian.Pada dasarnya tujuan penelitian adalah mencari jawaban atas masalah yang telah
dirumuskan. Maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan
secara mendalam tentang:

2
• Pokok-pokok ajaran islam

• Sumber pokok ajaran islam

• Menjadi muslim kaffah

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pokok-Pokok Ajaran Islam

1. Akidah
a. Pengertian dan Pemahaman Akidah

Akidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, dan
perjanjian yang kokoh dan kuat. Setelah terbentuk ‘aqidatan (akidah) berarti kepercayaan
atau keyakinan. Kaitan antara aqdan dengan ‘aqidatan adalah bahwa keyakinan itu tersimpul
dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Makna akidah secara etimologis ini akan lebih jelas apabila dikaitkan dengan pengertian
terminologisnya, seperti diungkapkan oleh Syekh Hasan al Banna dalam Majmu’ar Rasaail:

“Aqaid (bentuk jamak dari ‘aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak
tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.”

Dalam Islam, akidah ialah iman atau kepercayaan. Sumbernya yang asasi ialah
alquran. Iman ialah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu dari segala sesuatu
untuk dipercaya dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh keragu-raguan.1
Tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat
menerangkan bahwa orang itu memiliki akidah atau menunjukkan kualitas iman yang ia
miliki. Karena iman itu bersegi teoritis dan ideal yang hanya dapat diketahui dengan bukti
lahiriah dalam hidup dan kehidupan sehari-hari.

Dari pengertian tersebut ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
memahami akidah secara tepat dan jelas, yaitu:

a. Setiap manusia memiliki fitrah untuk mengakui kebenaran dengan potensi yang
dimilikinya. Indra dan akal digunakan untuk memahami dan mengerti kebenaran,
sedangkan wahyu menjadi pedoman untuk menentukan mana yang baik dan mana yang
buruk. Dalam berakidah hendaknya manusia menempatkan fungsi alat tersebut pada
posisinya masing-masing. Sejalan dengan hal ini Allah Swt berfirman:

4
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl 16:78).

b. Keyakinan itu harus bulat dan penuh, tidak berbaur dengan kesamaran dan keraguan.
Oleh karena itu, untuk sampai kepada keyakinan, manusia harus memiliki ilmu sehingga
ia dapat menerima kebenaran dengan sepenuh hati .

c. Akidah harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada orang yang menyakininya.
Untuk itu diperlukan adanya keselarasan antara keyakinan lahiriyah dan batiniah.

d. Apabila seseorang telah menyakini suatu kebenaran, maka konsekuensinya ia harus


sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan kebenaran yang
diyakininya itu.

b. Ruang Lingkup Akidah

• Ilahiah, yaitu pembahasan tentang sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan)
seperti wujud Allah Swt., nama-nama Allah Swt., dan sifat-sifat Allah Swt., dan lain-
lain.
• Nubuwah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan
rasul termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah Swt., mukjizat dan sebagainya.
• Ruhaniah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan dan roh.
• Sam’iyah, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui melalui
sam’i yakni dalil naqli berupa alquran dan as-Sunnah, seperti alam barzakh, akhirat,
azab kubur, dan sebagainya.

2. Syariah
a. Pengertian dan Pemahaman Syariah

Syara’a-Yasyra’u–Syar’an artinya membuat undang-undang, menerangkan rute


perjalanan, adat kebiasaan, jalan raya. Syara’a– Yasyra’u–Syuruu’an artinya masuk ke dalam
air memulai pekerjaan, jalan ke air, layar kapal, dan tali panah (Mahmud Yunus, 1989:195).

5
Syari’ah juga berarti jalan lurus, jalan yang lempang, tidak berkelok-kelok, jalan raya.
Penggunaan kata syari’ah bermakna peraturan, adat kebiasaan, undang undang, dan hukum
(Ahmad Wason Munawwir, 1984:762).
Syari’ah menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air, syariat Islam berarti
jalan yang harus ditempuh seorang muslim. Sedangkan menurut istilah, syari’ah berarti
aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan
alam semesta atau dengan pengertian lain, syari’ah adalah suatu tatacara pengaturan tentang
perilaku hidup manusia untuk mencapai.

Syariah Islam mengatur pula tata hubungan seseorang dengan dirinya sendiri untuk
mewujudkan sosok individu yang shaleh. Islam mengakui manusia sebagai makhluk sosial,
sehingga syariah mengatur tata hubungan antara manusia dengan manusia dalam bentuk
muamalah, sehingga terwujud kesholehan social

b. Ruang Lingkup Syari’ah


• Ibadah yaitu beberapa peraturan yang mengatur hubungan vertikal (hablum minAllah),
terdiri dari: syahadat, salat, puasa, zakat, haji bagi yang mampu. Thaharah (mandi,
wudlu, tayammum), qurban, shodaqoh dan lain-lain.
• Muamalah yaitu suatu peraturan yang mengatur seseorang dengan lainnya dalam hal
tukar menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya: perdagangan, simpan pinjam,
sewa-menyewa, penemuan, warisan, wasiat, nafkah, dan lain-lain.
• Munakahat yaitu peraturan masalah hubungan berkeluarga, seperti: meminang,
pernikahan, mas kawin, pemeliharaan anak, perceraian, berbela sungkawa, dan lain-lain.
• Jinayat yaitu peraturan yang menyangkut masalah pidana, seperti: qishah, diyat, kifarat,
pembunuhan, perzinaan, narkoba, murtad, khianat dalam berjuang, kesaksian, dan lain-
lain.
• Siyasah yaitu masalah politik yang intinya adalah amar ma’ruf nahi munkar. Misalnya:
persaudaraan (ukhuwah), keadilan (‘adalah), tolong-menolong (ta’awun), toleransi
(tasamuh), persamaan (musyawarah), kepemimpinan (dzi’amah), dan lain-lain.

3. Akhlak
a. Pengertian dan Pemahaman Akhlak

Akhlak adalah kondisi mental, hati, batin seseorang yang mempengaruhi


perbuatan dan perilaku lahiriyah. Apabila kondisi batin seseorang baik dan

6
teraktualisasikan dalam ucapan, perbuatan, dan perilaku yang baik dengan mudah, maka
hal ini disebut dengan akhlakul karimah atau akhlak yang terpuji (mahmudah). Jika
kondisi batin itu jelek yang teraktualisasikan dalam perkataan, perbuatan, dan tingkah
laku yang jelek pula, maka dinamakan akhlak yang tercela (akhlak madzmumah).

Jadi orang yang tidak berakhlakul karimah adalah laksana jasmani tanpa rohani
atau sama dengan orang yang sudah mati atau disebut dengan mayat yang berasal dari
kata maitatun yang artinya bangkai, sedangkan bangkai lambat laun akan menimbulkan
penyakit. Demikian dengan orang yang tidak berakhlakul karimah, lambat laun akan
merusak dirinya dan merusak lingkungan.

Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah diserap
ke dalam Bahasa Indonesia. Yang dalam Bahasa Arab kata akhlak merupakan jama’
kata khuluqun yang mengandung arti:

1. Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa dikehendaki (tanpa
kemauan) atau tanpa diupayakan (tanpa usaha).

2. Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan (berusaha) melalui latihan
yakni berdasarkan keinginan.

3. Watak, jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal yang diupayakan
sehingga menjadi adat kebiasaan.

b. Ruang Lingkup Akhlak


Pada dasarnya pembahasan seputar akhlak ini sangat luas, namun penulis
membatasinya, yakni berakhlak kepada Allah, kepada diri sendiri, kepada keluarga,
kepada masyarakat, dan berakhlak kepada alam (lingkungan).

7
B. Sumber Pokok Ajaran Islam

Sumber hukum merupakan segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen, naskah, dan
sebagainya yang digunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa tertentu.
Dalam ajaran Islam terdapat sumber hukum pokok yang menjadi pedoman atau rujukan bagi
umat Islam. Sumber hukum Islam utama ada tiga, yaitu:
• Al Aquran
• Sunnah (Hadist)
• Ijtihad

1. Al Quran :

Al Quran Dalam buku Ushul Fikih 1 (2018) karya Rusdaya Basri, kedudukan Al Quran
dalam Islam adalah sebagai sumber hukum umat Islam dari segala sumber hukum yang ada di
bumi. Firman Allah SWT dalam Al Quran Surat An-Nisa ayat 59 yang artinya.

"Hai, orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Al-quran adalah sumber hukum pertama umat islam yang berisi tentang akidah,
ibadah, peringatan, kisah-kisah yang dijadikan acuan dan pedoman hidup bagi umat Nabi
Muhammad SAW.

2. Sunnah (hadis)

Sunnah (hadis) merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al Quran. Sunnah dari segi
etimologi adalah perbuatan yang semula belum pernah dilakukan kemudian diikuti oleh
orang yang lebih baik perbuatan terpuji maupun tercela. Secara terminologi, ahli fiqih dan
hadis berbeda memberikan pengertian tentang hadis. Menurut para ahli sunnah sama dengan
hadis yaitu suatu yang dinisbahkan oleh Rasullullah SAW baik perkataan, perbuatan maupun
sikap beliau tentang suatu peristiwa.

8
Para ahli fiqih makna sunnah mengandung pengertian suatu perbuatan yang jika
dikerjakan mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan tidak mendapat dosa. Dalam pengertian
ini sunnah merupakan salah satu dari ahkam al takhlifi yang lima, yaitu wajib, sunnah, haram,
makruh, mubah. Seluruh umat Islam telah sepakat bahwa hadis rasul merupakan sumber dan
hukum Islam setelah Al Quran. Kesepakat umat Islam dalam mempercayai, menerima dan
mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak Rasullullah
masih hidup.

3. Ijtihad

Ijtihad menurut bahasa ijtihad artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan


pikiran. Sedangkan menurut istilah ijtihad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran
secara sungguh-sungguh untuk menetapkan suatu hukum. Ijtihat dapat dilakukan ketika suatu
masalah yang hukumnya tidak ada di dalam Al Quran dan hadis. Sehingga bisa menggunakan
ijtihad dengan menggunakan akal pikiran, namun tetap mengacu berdasarkan Al Quran dan
hadist. Ijtihad merupakan sumber hukum Islam setelah Al Quran dan hadist. Ketika
melakukan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al Quran dan hadist.

Bentuk ijtihad itu ada ada tiga macam, yakni:

1. Ijma
Ijma adalah kesepakatan dan ketetapan hati untuk melaksanakan sesuatu. Ijma
dilakukan untuk merumuskan suatu hukum yang tidak disebutkan secara khusus
dalam Al Quran dan hadis.
2. Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan hukum suatu masalah yang belum ada
kedudukan hukumnya dengan masalah lama yang pernah karena ada alasan yang
sama.
3. Maslahah Mursalah

Maslahah mursalah merupakan cara dalam menetapkan hukum. Di mana


berdasarkan pertimbangan kegunaan dan manfaatnya.

9
C. Menjadi Muslim Kaffah

1. Pengertian Muslim
Pengertian muslim dalam arti bahasa adalah orang yang menyerah, yang patuh dan
tunduk, yang menyerahkan. Sedangkan menurut arti istilah adalah orang yang menyerah dan
tunduk patuh lahir dan bathin kepada Allah dan menyerahkan jiwa, semua miliknya,
hidupnya, matinya dan semua amalnya semata-mata kepada Allah. Dalam surat Luqman
dijelaskan yang artinya :
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya
kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS Luqman, 31: 22)
2. Pengertian Kaffah
Pemahaman secara kaffah dalam pemurnian ilmu sesuai keasliann yang
disampaikan nabi saw adalah juru selamat dunia akherat bagi umat manusia. Tidak ada
penambahan dan penafsiran sesuai kepentingan hajat hidupnya dengan mengemukakan
pendapat sebagai alibi pembenaran ajaran sesatnya.

Pengertian kaffah dalam risalah ini adalah pengamalan atas ilmu seutuhnya sesuai
dengan yang tersurat dalam Al Qur’an dan hadits nabi saw yang shoheh. Sebab nabi saw
telah memperingatkan dalam sabdanya “Wakulla bid’atin dholalah” artinya segala
penambahan (diluar sunah nabi saw adalah sesat.)”Sebagai contoh beberapa bentuk
penyimpangan oleh sebab kelalaian manusia,yang menyebabkan dirinya menjadi tidak
kaffah,Allah swt berfirman

Artinya : Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah
penantang yang paling keras. (QS Al Baqoroh 204)

3. Pengertian dan Pemahaman Islam Kaffah.

Islam kaffah maknanya adalah : Islam secara menyeluruh, yang Allah ‘Azza wa Jalla
perintahkan dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 208. Perintah kepada kaum mu`minin
seluruhnya. Memeluk dan mengamalkan Islam secara kaffah adalah perintah Allah
Subhanahuwa Ta’ala yang harus dilaksanakan oleh setiap mukmin, siapapun dia, di manapun
dia, apapun profesinya, di mana pun dia tinggal, di zaman kapan pun dia hidup, baik dalam
sekup besar ataupun kecil,baik pribadi atau pun masyarakat, semua masuk dalam perintah ini
10
: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah
(menyeluruh). Islam kaffah maknanya adalah Islam secara menyeluruh, dengan seluruh
aspeknya, seluruh sisinya, yang terkait urusan iman, atau terkait dangan dengan akhlak, atau
terkait dengan ibadah, atau terkait dangan mu’amalah, atau terkait dangan urusan pribadi,
rumah tangga, masyarakat, negara, dan yang lainnya yang sudah diatur dalam Islam. Islam
secara kaffah sudah pernah dipahami dan diamalkan oleh generasi terbaik umat ini, yaitu
generasi para shahabat Nabi ridwanallahi ‘alahi jami’an baik secara zhahir maupun secara
bathin.

- Secara zhahir : tampak dalam berbagai amalan mereka, baik dalam urusan ibadah, akhlak,
maupun muamalah.

- Secara bathin : yakni dalam keikhlasan, kebenaran dan kejujuran iman, dan takwa.

Semua itu telah diterapkan para shahabat Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam di bawah
bimbingan langsung Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara berkesinambungan dari hari ke
hari, dari tahun ke tahun. Ayat demi ayat turun, surat demi surat turun untuk mereka dengan
disampaikan dan diajarkan langsung oleh Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam kepada
mereka.

4. Karakteristik Muslim Kaffah

Karakteristik alami muslim kaffah adalah penting bagi kesejahteraan manusia, dengan
catatan hal tersebut tidak berlebih-lebihan dan dapat dikontrol. Kecenderungan untuk
membuktikan dirinya memotivasinya untuk mencari sisi yang terbaik dari dirinya.

Allah mengingatkan kita orang-orang yang beriman agar masuk kedalam Islam secara
sempurna. Sempurna dalam arti kata tidak terikuti langkah-langkah syaitan.

Ada beberapa ciri-ciri orang yang masuk kedalam islamsecara menyeluruh dan sempurna:

1. Mengerjakan atau meninggalkan sesuatu karena Allah Swt.

2. Tidak mengharap imbalan dan sanjungan dari manusia.

3. Sangat mengharap balasan dari Allah Swt.

4. Sangat takut akan dosa dan azab Allah Swt.

5. Sangat harap pada buah kebaikan.

11
5. Bentuk Kepribadian Muslim Kaffah

Pengertian kepribadian muslim adalah kepribadian yang menunjukkan tingkah laku


luar, kegiatan-kegiatan jiwa, dan filsafat hidup serta kepercayaan seorang Islam. Lebih
lengkapnya definisi kepribadian muslim itu sendiri ialah kepribadian yang seluruh aspek-
aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan
kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan penyerahan dirinya kepada-Nya.

Kepribadian muslim yang kaffah terbagi dua macam, yaitu :

1. Kepribadian kemanusiaan (basyariyah). Kepribadian kemanusiaan dibagi dua bagian,


yakni :

a. Kepribadian individu yaitu meliputi ciri khas seseorang dalam bentuk sikap dan
tingkah laku.

b. Kepribadian ummah yang meliputi ciri khas kepribadian muslim sebagai suatu ummah
(bangsa / negara) muslim yang meliputi sikap dan tingkah laku ummah muslim yang berbeda
dengan ummah lainnya.

2. Kepribadian Samawi Yaitu corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu
dalam kitab suci al-Qur’an

12
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Ajaran Islam yang universal dapat mengantarkan manusia menuju kehidupan yang bahagia
dunia dan akhirat. Secara umum, ajaran tersebut terbagi menjadi tiga bagian, yaitu akidah,
syariah, dan akhlak. Ketigta ajaran tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya, dan
merupakan bagian integral dalam pendidikan Islam.Begitu pula Al-quran , Sunnah ( hadist )
dan ijtihad yang menjadi sumber hukum utama yang dijadikan pedoman oleh kaum muslimin
dalam bertindak sehingga tidak keluar dari ketentuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan QS.
Al-Baqarah Ayat 208 , Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk masuk ke
seluruh ajaran syariat Islam dengan mengamalkan seluruh hukumnya. Untuk menjadi muslim
kaffah perlu adanya kesadaran diri seorang muslim untuk menjalankan perwujudan Islam
secara menyeluruh dalam nilai-nilai dan prinsip-prinsip, seperti perdamaian, keamanan , dan
kesejahteraan bukan semata-mata dalam bentuk lahiriah, formal, atau aspek-aspek
instrumental yang bisa berubah sesuai perkembangan waktu dan tempat. Apabila manusia abai
terhadap perintah – perintah Allah maka Ia akan mengalami kerugian dan kehinaan, baik di
dunia maupun di akhirat.

2.2 Saran

Sebagai seorang muslim yang taat dan patuh kepada Allah wajib hukumnya mengikuti
syariat islam berdasarkan ketetapan-ketetapan yang sudah Allah berikan. Menjadikan sumber
hukum utama islam ( alquran , Sunnah , ijtihad ) sebagai pedoman hidup akan membimbing
manusia pada jalan yang lebih baik dan berkualitas serta selamat di dunia dan akhirat.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsby.ac.id/5014/6/Bab%202.pdf

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-akhlak/

https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/09/140000069/sumber-hukum-pokok-ajaran-
islam?page=all.

https://tafsirweb.com/829-quran-surat-al-baqarah-ayat-208.html

http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Syari-At_17184_p2k-unkris.html

https://tirto.id/mengenal-muslim-kaffah-dan-penjelasannya-menurut-agama-islam-gf54

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&
ved=2ahUKEwiqt4qovvnyAhW_gUsFHeVQBMYQFnoECA0QAQ&url=http%3A%2F%2Fj
abar.muhammadiyah.or.id%2Fartikel-memahami-dan-mengerti-islam-kaffah-detail-
25.html&usg=AOvVaw3WgyA4EWTnHTomrMT-neuX

14

Anda mungkin juga menyukai