Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL

Perkembangan Teknologi Nanopartikel dalam Sistem Penghantaran Obat

DISUSUN OEH

KELOMPOK 8

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI SEMARANG


TAHUN AJARAN 2021 / 2022
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nanoteknologi telah mendapatkan perhatian besar dari waktu ke waktu. Peran
nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanopartikel telah banyak dikaji untuk
berbagai aplikasi teknologi dan dalam penelitian ilmu material, kimia, fisika, biologi, dan
ilmu lingkungan. Terhitung beberapa tahun terakhir ini , pengembangan nanopartikel
telah berkembang menjadi berbagai aplikasi klinis. Nanopartikel telah dikembangkan
untuk mengatasi keterbatasan terapi gratis dan menavigasi hambatan biologis -
sistemik, lingkungan mikro dan seluler - yang heterogen di seluruh populasi pasien dan
penyakit. Mengatasi pasien ini heterogenitas juga telah dicapai melalui terapi presisi, di mana
intervensi pribadi telah meningkatkan kemanjuran terapeutik.

Komponen dasar nanoteknologi adalah nanopartikel. Nanopartikel adalah partikel


berukuran antara 1 dan 100 nanometer dan terdiri dari karbon, logam, oksida logam
atau bahan organik. Nanopartikel menunjukkan sifat fisik, kimia dan biologi yang unik
pada skala nano dibandingkan dengan partikel masing-masing pada skala yang lebih
tinggi. Fenomena ini disebabkan oleh luas permukaan yang relatif lebih besar terhadap
volume, peningkatan reaktivitas atau stabilitas dalam proses kimia, peningkatan
kekuatan mekanik, dll. Sifat-sifat nanopartikel ini telah menyebabkan penggunaannya
dalam berbagai aplikasi.

Nanopartikel memiliki bentuk, ukuran dan struktur yang berbeda. Bisa berbentuk
bulat, silindris, tabung, kerucut, inti berongga, spiral, datar, dll. Atau tidak teratur dan
berbeda dari 1 nm hingga 100 nm dalam ukuran. Permukaannya bisa seragam atau tidak
beraturan dengan variasi permukaan. Beberapa nanopartikel berbentuk kristal atau
amorf dengan padatan kristal tunggal atau multi kristal baik lepas atau diaglomerasi.

1.2 Tujuan

Mengetahui penerapan Perkembangan Teknologi Nanopartikel dalam Sistem Penghantaran


Obat
PEMBAHASAN

PENGERTIAN NANOPARTIKEL

Nanopartikel adalah partikel berukuran 1-100 nanometer dan kebanyakan metode


menyarankan sebaiknya ukuran diameter partikel antara 200 dan 400 nm. Dalam bidang
farmasi, terdapat dua pengertian nanopartikel yaitu senyawa obat melalui suatu cara dibuat
berukuran nanometer (nanokristal) dan suatu obat dienkapsulasi dalam suatu sistem pembawa
berukuran nanometer, yaitu nanocarrier (Rachmawati, 2007). Pada sistem ini obat dapat
terperangkap, dilarutkan, atau dienkapsulasi pada nanopartikel matriks (Mohanraj and Chen,
2006). Nanopartikel menurut bidang farmasi yaitu senyawa obat dengan cara tertentu dibuat
berukuran nanometer disebut nanokristal atau senyawa obat dienkapsulasi dalam suatu sistem
pembawa tertentu berukuran nanometer disebut nanocarrier (Ochekpe et al., 2009).
Nanopartikel bertujuan untuk mengatasi kelarutan zat aktif yang sukar larut, memperbaiki
bioavailabilitas yang buruk, memodifikasi sistem penghantaran obat sehingga obat dapat
langsung menuju daerah yang spesifik, meningkatkan stabilitas zat aktif dari degradasi
lingkungan (penguraian enzimatis, oksidasi, hidrolisis), memperbaiki absorbsi suatu senyawa
makromolekul, dan mengurangi efek iritasi zat aktif pada saluran cerna (Mohanraj and Chen,
2006).

SIFAT NANOPARTIKEL

Sifat-sifat nanopartikel umumnya dikategorikan menjadi fisik dan kimia.

1. Sifat fisik , Sifat fisik meliputi optik seperti warna nanopartikel, penetrasi cahaya,
kemampuan penyerapan dan refleksi, dan kemampuan penyerapan dan refleksi UV dalam
larutan atau ketika dilapisi ke permukaan. Ini juga mencakup sifat mekanik seperti elastis,
ulet, kekuatan tarik dan fleksibilitas yang memainkan faktor penting dalam aplikasi
mereka. Sifat lain seperti hidrofilisitas, hidrofobisitas, suspensi, difusi dan karakteristik
pengendapan telah ditemukan dalam banyak hal modern sehari-hari. Sifat magnetik dan
listrik seperti konduktivitas, semi konduktivitas dan resistivitas telah memimpin jalan
bagi nanopartikel untuk digunakan dalam konduktivitas termal elektronik modern dalam
aplikasi energi terbarukan.

2. Bahan kimia , Sifat kimia seperti reaktivitas nanopartikel dengan target dan stabilitas dan
kepekaan terhadap faktor-faktor seperti kelembaban, atmosfer, panas dan cahaya menentukan
aplikasinya. Sifat anti-bakteri, anti-jamur, desinfeksi, dan toksisitas nanopartikel sangat ideal
untuk aplikasi biomedis dan lingkungan. Karakteristik korosif, anti-korosif, oksidasi, reduksi
dan mudah terbakar dari nanopartikel menentukan penggunaannya masing-masing.

3
KELEBIHAN NANOPARTIKEL

Beberapa kelebihan nanopartikel adalah kemampuan untuk menembus ruang-ruang antar sel
yang hanya dapat ditembus oleh ukuran partikel koloidal (Buzea et al., 2007), kemampuan
untuk menembus dinding sel yang lebih tinggi, baik melalui difusi maupun opsonifikasi, dan
fleksibilitasnya untuk dikombinasi dengan berbagai teknologi lain sehingga membuka potensi
yang luas untuk dikembangkan pada berbagai keperluan dan target. Kelebihan lain dari
nanopartikel adalah adanya peningkatan afinitas dari sistem karena peningkatan luas
permukaan kontak pada jumlah yang sama (Kawashima, 2000). Pembentukan nanopartikel
dapat dicapai dengan berbagai teknik yang sederhana. Nanopartikel pada sediaan farmasi
dapat berupa sistem obat dalam matriks seperti nanosfer dan nanokapsul, nanoliposom,
nanoemulsi, dansebagai sistem yang dikombinasikan dalam perancah (scaffold) dan
penghantaran transdermal. Kemampuan nanopartikel untuk meningkatkan ketersediaan hayati
obat dengan kelarutan yang rendah dalam sirkulasi sistemik telah banyak dibuktikan (Bhatia et
al., 2011; Wu et al., 2005). Kemampuan ini berlaku umum pada berbagai aplikasi
penghantaran (Gelperina et al., 2005): oral (Martien et al., 2006), intravena (Li et al., 2009),
pulmonar (Tonnis et al., 2012; Muttil et al., 2010), dan transdermal (Ravichandran, 2009)
Peningkatan jumlah obat dalam darah pada penghantaran sistemik juga akan meningkatkan
resiko munculnya efek samping maupun efek balik, hingga pada resiko tercapainya batas
kadar toksik (Poelstra et al., 2012). Pada banyak kasus, peningkatan kadar obat dalam darah
ini sangat diperlukan bagi obat untuk dapat menimbulkan efek farmakologis. Oleh karena itu,
nanopartikel memberikan solusi yang baik karena dapat memberikan efek farmakologis pada
dosis yang lebih kecil (efisien) (Hu dan Li, 2011; Wu et al., 2005). Kesesuaian bentuk sediaan
naopartikel dengan jaringan target dan penyakit diperlukan untuk memperoleh sistem yang
dapat memberikan hasil terapi yang optimal. Jaminan akan tercapainya tujuan terapi
merupakan syarat mutlak yang diperlukan untuk dapat memperkenalkan produk sistem
penghantaran obat baru yang dapat diandalkan.

METODE PEMBUATAN NANOPARTIKEL

Pemilihan metode pembuatan nanopartikel bergantung pada polimer dan sifat obat.
Secara konvensional nanopartikel dibuat dengan dua metode, yaitu polimerisasi monomer
sintesis dan dispersi polimer sintesis. Pada dasarnya, monomer yang tidak larut air
didispersikan dalam air kemudian polimerisasi dikendalikan dengan penambahan inisiator
kimia. Senyawa obat akan terjerat dalam dinding polimer ketika ditambahkan dalam medium
polimerisasi atau diabsorpsi di permukaan partikel (Delie, 2005).Pembuatan nanopartikel
dapat diklasifikasikan secara luas menjadi dua kategori yaitu:

4
1. Proses top-down

Proses top-down terdiri atas pengurangan ukuran partikel dari partikel obat yang besar
menjadi partikel yang lebih kecil dengan menggunakan teknik penggilingan yang bervariasi
seperti penggilingan media, mikrofluidisasi dan homogenisasi tekanan tinggi. Tidak ada
pelarut keras yang digunakan dalam teknik ini. Walaupun demikian, semua proses
penggilingan media membutuhkan energi yang tinggi dan tidak efisien. Pertimbangan terhadap
banyaknya panas yang dihasilkan dalam metode ini membuat pengolahan material yang
termolabil menjadi sulit (Patravale, 2004).

2. Proses bottom-up

Pembuatan bottom-up berupa pembentukan nanostruktur atom demi atom atau molekul demi
molekul. Pada pendekatan bottom-up, obat dilarutkan dalam pelarut organik dan kemudian
diendapkan pada penambahan antisolvent dalam adanya stabilizer (Patravale, 2004).

KLASIFIKASI NANOPARTIKEL
Nanopartikel umumnya diklasifikasikan menjadi organik, anorganik dan berbasis karbon.

1. Nanopartikel organik
Dendrimer, misel, liposom dan feritin, dll umumnya dikenal sebagai nanopartikel atau polimer
organik. Nanopartikel ini bersifat biodegradable, tidak beracun, dan beberapa partikel seperti
misel dan liposom memiliki inti berongga (Gambar 1), juga dikenal sebagai nanokapsul dan
sensitif terhadap radiasi termal dan elektromagnetik seperti panas dan cahaya [5]. Karakteristik
unik ini menjadikannya pilihan ideal untuk pengiriman obat. Daya dukung obat, stabilitas dan
sistem penghantarannya, baik obat yang terperangkap atau sistem obat yang teradsorpsi
menentukan bidang aplikasi dan efisiensinya selain dari karakteristik normalnya seperti ukuran,
komposisi, morfologi permukaan, dll.

2. Nanopartikel anorganik
Nanopartikel anorganik adalah partikel yang tidak tersusun dari karbon. Nanopartikel
berbasis logam dan oksida logam umumnya dikategorikan sebagai nanopartikel anorganik

a. berbasis logam. Nanopartikel yang disintesis dari logam hingga ukuran nanometrik baik dengan
metode destruktif maupun konstruktif adalah nanopartikel berbasis logam. Hampir semua logam
dapat disintesis menjadi nanopartikel [6]. Logam yang umum digunakan untuk sintesis nanopartikel
adalah aluminium (Al), kadmium (Cd), kobalt (Co), tembaga (Cu), emas (Au), besi (Fe), timbal (Pb),
perak (Ag), dan seng ( Zn). Nanopartikel memiliki sifat khas seperti ukuran serendah 10 hingga
100nm, karakteristik permukaan seperti rasio luas permukaan terhadap volume yang tinggi, ukuran
pori, muatan permukaan dan kerapatan muatan permukaan, struktur kristal dan amorf, bentuk
seperti bola dan silinder dan warna, reaktivitas dan sensitivitas. faktor lingkungan seperti udara,
kelembaban, panas dan sinar matahari dll.

b. Berbasis oksida logam. Nanopartikel berbasis oksida logam disintesis untuk memodifikasi sifat
dari masing-masing nanopartikel berbasis logam, misalnya nanopartikel besi (Fe) langsung
teroksidasi menjadi oksida besi (Fe2O3) dengan adanya oksigen pada suhu kamar yang
meningkatkan reaktivitasnya dibandingkan dengan nanopartikel besi. . Nanopartikel oksida logam
disintesis terutama karena peningkatan reaktivitas dan efisiensinya [7]. Yang umum disintesis
adalah Aluminium oksida (Al2O3), Cerium oksida (CeO2), Besi oksida (Fe2O3), Magnetit (Fe3O4),
Silikon dioksida (SiO2), Titanium oksida (TiO2), Seng oksida (ZnO). Nanopartikel ini memiliki sifat

5
yang luar biasa jika dibandingkan dengan rekan-rekan logam mereka.

3. Berbasis karbon
Nanopartikel yang seluruhnya terbuat dari karbon dikenal sebagai berbasis karbon [8]. Mereka
dapat diklasifikasikan ke dalam fullerene, graphene, tabung nano karbon (CNT), serat nano
karbon dan karbon hitam dan kadang-kadang karbon aktif dalam ukuran nano dan disajikan pada
Gambar2.

a) Fullerene. Fullerene (C60) adalah molekul karbon yang berbentuk bola dan terdiri dari
atom karbon yang disatukan oleh hibridisasi sp2. Sekitar 28 hingga 1500 atom karbon
membentuk struktur bola dengan diameter hingga 8,2 nm untuk satu lapisan dan 4
hingga 36 nm untuk fullerene berlapis-lapis.

b) Grafena. Grafena adalah alotrop karbon. Grafena adalah jaringan heksagonal kisi sarang
lebah yang terdiri dari atom karbon dalam permukaan planar dua dimensi. Umumnya
ketebalan lembaran graphene sekitar 1 nm.

c) Tabung Nano Karbon (CNT). Carbon Nano Tubes (CNT), nanofoil graphene dengan kisi
sarang lebah atom karbon dililitkan ke dalam silinder berongga untuk membentuk
nanotube dengan diameter serendah 0,7 nm untuk lapisan tunggal dan 100 nm untuk
CNT multi-lapis dan panjang bervariasi dari beberapa mikrometer sampai beberapa
milimeter. Ujung-ujungnya bisa berongga atau tertutup oleh molekul setengah fullerene.

d) serat nano karbon. Nanofoil graphene yang sama digunakan untuk memproduksi carbon
nanofiber seperti CNT tetapi digulung menjadi bentuk kerucut atau cangkir, bukan
tabung silinder biasa.

e) Karbon hitam. Bahan amorf yang terbuat dari karbon, umumnya berbentuk bulat dengan
diameter dari 20 hingga 70 nm. Interaksi antar partikel sangat tinggi sehingga mereka
terikat secara agregat dan terbentuk gumpalan sekitar 500 nm.

PENERAPAN TEKNOLOGI NANOPARTIKEL UNTUK OBAT ANTIKANKER

Nanopartikel yang digunakan dalam perawatan medis biasanya memiliki ukuran,


bentuk, dan karakteristik permukaan tertentu karena ketiga aspek ini memiliki pengaruh besar
pada efisiensi pengiriman obat nano dan dengan demikian mengontrol kemanjuran
terapeutik.Bahrami dkk.,2017). NP dengan kisaran diameter 10 sampai 100 nm umumnya
dianggap cocok untuk terapi kanker, karena mereka dapat secara efektif memberikan obat dan
mencapai peningkatan permeabilitas dan efek retensi (EPR). Partikel yang lebih kecil dapat
dengan mudah bocor dari pembuluh darah normal (kurang dari 1-2 nm) untuk merusak sel
normal dan dapat dengan mudah disaring oleh ginjal (berdiameter kurang dari 10 nm)
(Venturoli dan Rippe, 2005), sedangkan partikel yang lebih besar dari 100 nm cenderung

1. Nanopartikel Lipid Padat


Telah diketahui bahwa nanopartikel berbasis lipid kurang beracun dan biokompatibel
dibandingkan dengan nanopartikel anorganik atau polimer.4,5]. Secara khusus, nanopartikel
lipid padat (SLN) telah muncul sebagai alternatif yang efektif dan menjanjikan. Mereka
adalah partikel koloid berukuran submikron, dengan diameter antara 50 dan 1000 nm.
Mereka terbuat dari matriks lipid padat pada suhu fisiologis, surfaktan dan, dalam beberapa
kesempatan, oleh kosurfaktan (Gambar1) [6].
6
Surfaktan

Matriks lipid

Ko-surfaktan

SLN dapat diproduksi dengan berbagai metode yang dijelaskan secara mendalam dalam
bibliografi, seperti homogenisasi geser tinggi dan ultrasound, homogenisasi tekanan tinggi,
homogenisasi panas, homogenisasi dingin, emulsifikasi/penguapan pelarut, dan
mikroemulsi.6-9]. Di antara mereka, metode mikroemulsi menonjol sebagai metode yang
mudah yang tidak memerlukan peralatan yang sangat canggih atau masukan energi tinggi
dan menghindari penggunaan pelarut organik. Semua keunggulan ini membuat produksi
SLN dalam skala besar layak secara teknis dan ekonomis [10]. Meskipun demikian,
komposisi yang tepat sangat penting untuk pembentukan mikroemulsi (campuran yang
stabil secara termodinamika dan transparan), dan oleh karena itu optimasi campuran
diperlukan.
2. Komposisi dan Struktur Nanopartikel Lipid Padat
SLN adalah nanocarrier serbaguna yang telah diterapkan untuk meningkatkan efek
terapeutik dari molekul yang berbeda. Namun, struktur kristal matriks lipidnya merupakan
karakteristik penting untuk mendapatkan formulasi SLN berkualitas tinggi. Fitur ini,
pembentukan keadaan padat kristal lipid matriks, tergantung pada pemilihan dan proporsi
relatif komponen, serta pada metode preparasi. Karena komposisi nanopartikel memiliki
pengaruh besar dalam kualitas dan karakteristik SLN, komposisi yang tepat harus dipilih
untuk setiap kasus tertentu.
Dengan demikian, komponen matriks lipid harus dipilih dengan hati-hati dengan
mempertimbangkan juga sifat obat yang akan dimasukkan karena harus dilarutkan dalam
matriks lipid agar memiliki efisiensi penjeratan yang baik [11].

Bahan yang paling sering digunakan untuk membentuk inti lipid adalah mono-, di-, dan
trigliserida, asam lemak, alkohol lemak, dan lilin, terutama karena lipid ini memiliki
biokompatibilitas yang baik dan titik lelehnya di atas suhu tubuh. Pembentukan inti padat
sangat penting karena menentukan karakteristik SLN yang relevan seperti pelepasan obat
terkontrol atau stabilitas partikel.7]. Meskipun demikian, seperti yang dijelaskan oleh
persamaan Thomson-Gibbs, pengurangan diameter partikel menghasilkan pengurangan titik
leleh lipid. Oleh karena itu, lipid dalam nanopartikel tidak selalu berperilaku sebagai lipid
curah dan selama proses produksi nanopartikel lipid, lelehan superdingin dapat muncul
(yaitu, struktur lipid yang tidak mengkristal meskipun berada di bawah titik lelehnya) [12].
Akibatnya, struktur kristal SLNs tidak dapat diasumsikan ketika proses produksi
nanopartikel selesai bahkan memilih lipid yang padat pada suhu tubuh. Dengan demikian,
analisis keadaan padat lipid dengan spektroskopi inframerah atau kalorimetri pemindaian
diferensial harus dilakukan setelah produksi SLN untuk menentukan karakteristik ini.13].
Struktur superdingin akan cenderung mengkristal dalam waktu singkat, yang dapat
menyebabkan koalesensi tetesan lipid yang tidak terkontrol dan pembentukan kristal besar,
7
yang menyebabkan agregasi dan pembesaran partikel yang tidak terkontrol.

Sebaliknya, dalam beberapa formulasi khusus, lipid yang meleleh distabilkan dan struktur
kristal cair dapat diperoleh.14-16]. Kristal cair ini mungkin mengalir seperti cairan, tetapi
molekulnya mungkin berorientasi seperti kristal. Selain itu, tergantung pada eksipien dan
metode yang diterapkan, mereka dapat memperoleh struktur yang berbeda seperti kubosom,
heksosom, spongosom, miselosom, dan liposom.17]. Kristal cair berbasis lipid ini juga
dapat diterapkan sebagai sistem penghantaran obat yang biokompatibel dan efisien, tetapi
mereka tidak dapat dianggap sebagai Nanopartikel Lipid Padat (karena tidak menghadirkan
keadaan padat) sehingga tidak termasuk dalam cakupan ulasan ini.

Fitur SLN lain yang terkait dengan pemadatan lipid setelah produksi nanopartikel adalah
bahwa tergantung pada sifat matriks lipid dan metode produksi, beberapa nanopartikel
dapat mengkristal di lebih dari satu spesies kristal.11]. Oleh karena itu, dalam proses
rekristalisasi bentuk polimorfik yang berbeda dapat dihasilkan dengan mendorong ke
struktur internal yang berbeda. Bentuk polimorfik ini tidak stabil dalam jangka panjang dan,
setelah jangka waktu tertentu, struktur kristal lipid dapat diubah menghasilkan struktur yang
lebih stabil (Gambar 2).2).

SLN Dalam Kanker dan Terapi Kanker


Kanker adalah sekelompok penyakit yang meliputi pembelahan sel yang tidak
terkendali dan resistensi terhadap kematian sel, serta kemampuan sel tersebut untuk
menyerang jaringan lain.2]. Ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh
dunia [30].
Pengobatan kanker yang paling luas adalah penerapan kemoterapi melalui pemberian obat
konvensional, tetapi menimbulkan banyak masalah, termasuk kelarutan obat yang rendah,
spesifisitas rendah, toksisitas tinggi, dan indeks terapi rendah.2,31]. Kendala lain terkait
kemoterapi adalah resistensi sel kanker terhadap perawatan obat. Ini dikenal sebagai
resistensi multidrug (MDR) dan mengacu pada perolehan resistensi terhadap spektrum obat
yang luas.32]. Selain itu, pemberian obat antikanker menyiratkan ketidaknyamanan yang
besar bagi pasien karena mereka pada dasarnya diberikan melalui suntikan atau intravena
dan bukan melalui rute oral [33]. Namun demikian, terlepas dari semua keterbatasan ini,
saat ini kemoterapi tetap menjadi pengobatan kanker utama.30].

DDS, khususnya SLN, dapat meningkatkan efek obat sekaligus mengatasi mekanisme
resistensi. Ukuran nanometrik dari sistem ini, bersama dengan kemungkinan modifikasi ad
hoc, membuatnya cocok untuk melewati beberapa hambatan biologis dan untuk
mengantarkan obat ke tempat yang diinginkan dengan toksisitas minimal [6].

Selain keuntungan yang telah disebutkan, penggunaan SLN dalam pengobatan antitumor
juga dapat memungkinkan pemberian obat secara oral dan meningkatkan waktu pemaparan
sel kanker terhadap obat-obatan dibandingkan dengan metode administrasi yang paling
sering [33]. Ini akan menyiratkan penggunaan terapi yang lebih sederhana dan lebih nyaman
bagi pasien.

8
Mempertimbangkan dampak kanker di seluruh dunia dan kebutuhan terapi yang lebih
efisien, SLN disajikan sebagai sistem penghantaran obat yang sangat menjanjikan untuk
peningkatan perawatan kemoterapi kanker. Oleh karena itu, tujuan dari tinjauan ini adalah
untuk mengumpulkan informasi yang relevan dan terkini tentang penerapan SLN sebagai
sistem penghantaran obat dalam pengobatan antitumor, untuk menentukan hambatan utama
dalam pengobatan kanker dan pentingnya mekanisme yang digunakan oleh SLN untuk
meningkatkan penghantaran obat, dan untuk membahas kemajuan penerapan SLN dan
tantangan yang tersisa di bidang ini.
Penggunaan SLN yang Efektif pada Berbagai Jenis Tumor
1. Tumor usus besar
Kanker usus besar memiliki insiden yang luar biasa di masyarakat dan merupakan
penyebab kematian ketiga terkait kanker di Amerika Serikat [65]. Oleh karena itu,
menemukan strategi untuk bertindak melawan kondisi ini sangat penting. Beberapa karya
telah menunjukkan bahwa SLN bisa menjadi metode yang ampuh untuk mengobati tumor
usus besar. Sebagai contoh, SLN telah digunakan untuk menghantarkan asam lemak tak
jenuh ganda omega-3 (asam -linolenat atau asam dokosaheksaenoat) melawan sel
adenokarsinoma HT-29 dan GCT116. Dalam percobaan ini, SLN terbukti secara aktif
menghambat pertumbuhan sel dengan cara yang bergantung pada dosis dan lebih drastis
daripada asam lemak bebas. Lebih khusus, penggabungan asam lemak dalam SLN sedikit
meningkatkan aktivasi apoptosis dan sangat mengurangi proliferasi sel dalam sel HT-29
[71].
Studi lain telah mengembangkan SLN yang difungsikan dengan asam folat untuk
pengiriman oxaliplatin, karena reseptor folat diekspresikan secara berlebihan pada
karsinoma kolorektal. Setelah menguji potensi antipertumbuhan dari formulasi ini terhadap
sel kanker usus besar manusia HT-29, oxaliplatin yang tergabung dalam SLN dengan asam
folat menunjukkan kapasitas antikanker terbesar, dibandingkan dengan SLN yang tidak
berfungsi dan obat bebas [72].

2. Tumor hati
Tumor hati juga mewakili sebagian besar kematian terkait kanker dan pendekatan
terapi baru diperlukan [65]. Nanopartikel oksida besi superparamagnetik (SPIONs) dapat
dimasukkan ke dalam SLN untuk mengontrol pengiriman menggunakan medan magnet
eksternal. Mempertimbangkan hal ini, SLN dimuat dengan obat sorafenib dan SPION
ditambahkan ke sel hepatokarsinoma manusia HepG2. Strategi pemberian obat ini
menunjukkan efek sitotoksik yang signifikan, tetapi masih belum sekuat obat bebas.
Meskipun demikian, serapan seluler yang disediakan oleh SLN dan eksperimen penargetan
magnetik membuktikan bahwa nanopartikel ini dapat memperbaiki pengobatan
hepatokarsinoma.73].
Dalam karya lain, SLN dengan komposisi lipid yang berbeda dihasilkan dan senyawa
linalool ditambahkan ke formulasi tersebut. Kapasitas antitumor dari agen-agen ini
diverifikasi tidak hanya dalam garis sel hepatokarsinoma manusia HepG2, tetapi juga dalam
sel adenokarsinoma paru-paru A549. Berfokus pada sel HepG2, SLN dengan linalool
menunjukkan aktivitas antiproliferatif yang kuat, yang bergantung pada dosis dan
waktu.74].

3. Tumor paru-paru
Tumor paru merupakan salah satu jenis kanker utama dan penyebab kematian pertama
9
akibat kanker di Amerika Serikat [65], dengan demikian, pencapaian pengobatan yang
efektif dan spesifik merupakan tantangan. Misalnya, SLN telah dianalisis sebagai sistem
pengiriman senyawa antikanker naringenin. Telah diamati bahwa meskipun sistem ini tidak
mengurangi viabilitas sel pada sel epitel paru A549 (mungkin karena penggunaan
naringenin, yang belum dilaporkan efektif melawan sel A549), naringenin-SLN
menunjukkan pola serapan seluler yang baik. Mengenai studi biodistribusi pada tikus,
pemberian naringenin dengan SLN secara bertahap intratrakeal memperbaiki parameter
farmakokinetik obat, termasuk waktu tinggal rata-rata atau konsentrasi plasma
maksimum.68].
Tumor paru memiliki minat khusus karena dapat diobati dengan menggunakan SLN
yang diberikan langsung ke paru-paru melalui inhalasi. Namun, jenis terapi ini dikaitkan
dengan keterbatasan tertentu, seperti waktu tinggal yang singkat dan sedikit toleransi
sebagai konsekuensi pelepasan obat yang tidak terkontrol. Dalam hal ini, paclitaxel yang
dimuat ke dalam SLN telah digunakan untuk mengembalikan beberapa keterbatasan ini,
menjadi SLN yang disiapkan yang dilapisi dengan polimer yang dibentuk oleh poli-folat
(etilena glikol) dan kitosan. Studi ini menunjukkan bahwa SLN mengurangi nilai IC50 in
vitro terhadap sel kanker paru-paru M109HiFR. Juga ditentukan bahwa SLN mampu
meningkatkan konsentrasi obat in vivo di paru-paru tikus sehat dan sakit, bila diberikan
secara inhalasi.69].
Peneliti lain telah melaporkan bahwa penggabungan senyawa erlotinib yang kurang
larut ke dalam SLN dapat berguna untuk melawan sel A549 dan untuk pemberian inhalasi.
Eksperimen in vitro menunjukkan bahwa efek sitotoksik obat bebas lebih rendah daripada
efek obat yang dienkapsulasi dalam SLN. Lebih lanjut, SLN yang diisi dengan erlotinib
menunjukkan kinerja dispersi aerosol yang memadai, menunjukkan bahwa sistem ini cocok
untuk pengiriman paru [70].

TARGET TRANSPORTER EFFLUX

Pengangkut penghabisan milik keluarga pengangkut ABC yang telah terbukti memainkan
peran penting dalam resistensi obat. Pengangkut penghabisan mengurangi konsentrasi obat
antar sel dengan memompa obat keluar dari sel, yang menyebabkan kegagalan pengobatan. Di
antara mereka, P-glikoprotein (P-gp), salah satu transporter penghabisan yang paling banyak
diselidiki, diekspresikan secara berlebihan pada beberapa tumor yang resistan terhadap obat
(Schneider dan Hunke,1998;Allen dkk.,2000). Selain itu, ekspresi P-gp yang tinggi telah
dikaitkan dengan respons pengobatan yang buruk pada banyak tumor, seperti tumor
payudara.Chintamani dkk.,2005)dan kanker ovarium (Agarwal danKaye,2003). Sejumlah
besar penelitian telah menunjukkan bahwa beberapa NP yang mengandung kemoterapi dapat
melewati paparan obat anti tumor ke transporter penghabisan, karena NP sebagian besar
memasuki sel melalui endositosis alih-alih difusi dan melepaskan obat di situs perinuklear di
dalam sel, jauh dari membran sel dan pompa penghabisan (Murakami dkk.,2011).Sistem
penghantaran obat berbasis nanopartikel dapat memodifikasi kontrol pelepasan obat. Sebagai
contoh, beberapa penelitian telah memanfaatkan tingkat pH rendah dan redoks sebagai pemicu
pelepasan obat di NP (Yu dkk.,2018;Kundu dkk.,2019). Selanjutnya, NP, seperti polimer, juga
bertindak sebagai modulator MDR (Qin dkk.,2018). Misal, misel berbasis polimer diblok
amfifilik N-(2-hidroksipropil) metakrilamida (HPMA) dan blok poli (propilen oksida) (PPO)
10
mampu menghambat P-gp (Braunova dkk.,2017). Terapi kombinasi adalah strategi lain untuk
mengobati kanker yang resistan terhadap obat. Untuk tujuan ini, terapi kombinasi berbasis NP
telah mampu mengatasi masalah perbedaan farmakokinetik antara obat yang berbeda dengan
merakit beberapa agen terapeutik dalam pembawa obat tunggal, sehingga memerangi
resistensi obat dan meningkatkan efek terapeutik terapi kanker (Cuvier dkk.,1992;Schneider
dan Hunke,1998;Allen dkk.,2000;Susdkk.,2009).Selain melewati penghabisanpengangkut,
menghambat ekspresi dan fungsinya akan menjadi pilihan lain untuk mengatasi resistensi obat
yang dimediasi pengangkut penghabisan. Strategi ini dapat dicapai dengan merancang NP
yang merangkum penghambat pompa penghabisan dan kemoterapi (Soma dkk.,2000), atau
dengan mengurangi ATP yang disuplai ke pompa penghabisan (Wang dkk.,2018c). Karena
COX-2 telah terbukti terlibat dalam resistensi multidrug yang dimediasi P-gp pada kanker,
ainhibitor COX-2 selektif dapat menurunkan regulasi ekspresi P-gp (Sui dkk.,2011). Memang,
sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan olehZhang S.dkk (2019) menegaskan bahwa co-
pengiriman COX-2 inhibitor dan doxorubicin oleh NP membalikkan resistensi multidrug sel
kanker payudara. Selanjutnya, beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa co-
pengiriman siRNA bertarget P-gp dan obat antikanker oleh NP membantu mengatasi kanker
yang resistan terhadap obat, yang diberikan melalui penghambatan ekspresi transporter ABC
(Patil dkk.,2010;Navarro dkk.,2012). Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan efektivitas
mengatasi resistensi obat dalam terapi kanker paru-paru dengan menggabungkan miRNA-495
dan doxorubicin ke dalam nanopartikel silika yang dilapisi membran sel kanker, yang hasilnya
menunjukkan bahwa miR-495 efektif menurunkan ekspresi P-gp dalam multidrug- sel kanker
yang resisten (Dia dkk.,2019). Tambahan, (Bai dkk.,2013) melaporkan bahwa penghantaran
obat yang dimediasi nanopartikel ke neovaskularisasi tumor mampu mengatasi kanker resisten
multi-obat yang mengekspresikan P-gp dengan menargetkan reseptor KDR, yang sangat
diekspresikan dalam pembuluh darah tumor. Sistem ini menunjukkan fungsi anti tumor yang
lebih efektif jika dibandingkan dengan terapi kombinasi kemoterapi dan inhibitor P-gp

L. MENARGETKAN JALUR APOPTOTIK

Mesin apoptosis yang rusak memungkinkan sel kanker untuk menghindari apoptosis dan
meningkatkan kelangsungan hidup, sehingga berkontribusi terhadap resistensi obat pada
kanker.Viktorsson dkk.,2005).Jalur apoptosis yang rusak sering dipicu oleh deregulasi Bcl-2
dan faktor nuklir kappa B (NF-κB). Bcl-2 adalah protein anti-apoptosis yang diselidiki secara
luas, sangat diekspresikan pada banyak kanker, dan merupakan pemain kunci dalam resistensi
obat, menunjukkan potensinya sebagai target untuk membalikkan resistensi obat.
Mengumpulkan bukti telah menunjukkan bahwa co-pengiriman siRNA dan kemoterapi
bertarget Bcl-2 oleh NP adalah alternatif untuk mengatasi resistensi obat pada kanker (Wang

11
dkk.,2006;Saad dkk.,2008; Cinduk ayam dkk.,2009;Choi dkk.,2019).Lebih-lebih lagi, NF-
Inhibitor B telah digunakan dalam terapi kombinasi berbasis NP, termasuk pyrrolidine
dithiocarbamate (PDTC) (Fan dkk.,2010)dan kurkumin (Misra dan Sahoo,2011;Zhao
dkk.,2019). Selain menekan bagian anti-apoptosis, aktivasi senyawa pro-apoptosis juga dapat
digunakan untuk memerangi resistensi obat yang dimediasi jalur apoptosis. Misalnya,
menggabungkan ceramide dengan obat kemoterapi paclitaxel menambah kemanjuran terapi
berbagai model tumor yang resistan terhadap obat (Devalapal dkk.,2007;mobil van
Vlerkendkk.,2010).Di sisi lain, sebuah penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa
ceramide mampu mengembalikan ekspresi protein p53 tipe liar, penekan tumor yang penting,
dengan memodulasi splicing pra-mRNA alternatif. Dalam proses ini, NP menawarkan
platform yang lebih efektif untuk mengirimkan ceramide ke dalam sel kanker yang membawa
mutasi missense p53, sebuah fenomena kanker yang penting (Khiste dkk.,2020). Karena p53
memainkan peran penting dalam apoptosis, mengembalikan fungsi p53 atau penekan tumor
lainnya dianggap sebagai cara potensial untuk mengatasi resistensi obat pada kanker. Oleh
karena itu, terapi gen p53 yang memanfaatkan sistem penghantaran berbasis nanopartikel telah
diteliti lebih lanjut. Transfeksi gen p53 oleh NP lipid padat kationik dan PLGA telah
dilaporkan di paru-paru (Choi dkk.,2008)dan sel kanker payudara (Prabha dan Labhasetwar,
2004), masing-masing. Hasil ini menunjukkan induksi apoptosis dan penghambatan
pertumbuhan tumor yang efektif.

Selanjutnya, beberapa sistem penghantaran obat berbasis NP berfungsi dengan menghambat


pompa penghabisan, serta mempromosikan apoptosis. Cheng dkk.(2018)menggunakan
kompleks NP kationik amfifilik yang merangkum paclitaxel dan gen konverter Bcl-2 untuk
menghambat pertumbuhan sel kanker hati yang resistan terhadap obat. Temuan dari penelitian
menunjukkan bahwa kompleks NP ini mengganggu penghabisan obat yang diinduksi P-gp dan
aktivasi apoptosis. Karya ini adalah studi perintis yang berhasil mengatasi resistensi obat yang
dimediasi pompa dan non-pompa. Selain itu, co-pengiriman doksorubisin dan resveratrol
dalam NP telah menunjukkan sitotoksisitas yang signifikan pada sel kanker payudara yang
resisten terhadap doksorubisin dengan menginduksi apoptosis melalui penurunan regulasi
ekspresi Bcl-2 dan NF-kB, serta melalui penghambatan transporter penghabisan. ekspresi
(Zhao dkk.,2016).Demikian pula, penelitian lain menunjukkan efektivitas NP planetary ball-
milled terkonjugasi asam folat yang dienkapsulasi dengan resveratrol dan docetaxel untuk
pengobatan kanker prostat yang resistan terhadap berbagai obat. Hasil menunjukkan bahwa
ekspresi gen anti-apoptosis diatur ke bawah, sedangkan penanda ABC-transporter dihambat
(Singh dkk.,2018). Selain itu, NP yang ditargetkan mitokondria juga menunjukkan efek pada
pengangkut penghabisan dan jalur apoptosis. Penargetan ke mitokondria menyebabkan
pengurangan produksi ATP, yang dibutuhkan oleh transporter ABC. Selain itu, nanomicelles
12
asam hialuronat TPP-Pluronic paclitaxel-loaded F127 menyebabkan permeabilisasi membran
luar mitokondria (MOMP), yang mengakibatkan pelepasan sitokrom C dan aktivasi caspase-3
dan caspase-9, yang menyebabkan apoptosis kanker paru yang resistan terhadap obat. sel
(Wang dkk.,2020).

JMEKANISME NPS DALAM MENGATASI RESISTENSI OBAT

Resistensi obat masih menjadi masalah utama dalam pengobatan kanker, meskipun metode
terapi kanker semakin meningkat. Resistensi multidrug menyebabkan kegagalan berbagai jenis
perawatan kanker, yang mengarah pada perkembangan kanker dan prognosis yang buruk.
Mekanisme resistensi obat tumor meliputi faktor seluler dan fisiologis, seperti ekspresi
berlebih dari pengangkut kaset pengikat ATP (ABC) (misalnya, pengangkut efluks)
(Litmandkk.,2000),mesin apoptosis yang rusak, tekanan cairan interstisial, dan lingkungan
mikro tumor yang asam dan hipoksia. Nanoteknologi yang diterapkan pada penghantaran obat
untuk pengobatan kanker telah terbukti memainkan peran penting dalam mengatasi resistensi
obat.

G. Aplikasi Nanopartikel Lainnya

1.Kosmetik dan Tabir Surya

Tabir surya perlindungan ultraviolet (UV) konvensional tidak memiliki stabilitas jangka
panjang selama penggunaan. Tabir surya termasuk nanopartikel seperti titanium dioksida
memberikan banyak keuntungan. Sifat perlindungan UV dari titanium oksida dan nanopartikel
seng oksida karena mereka transparan terhadap cahaya tampak serta menyerap dan
memantulkan sinar UV menemukan cara mereka untuk digunakan di beberapa tabir surya.
Beberapa lipstik menggunakan nanopartikel oksida besi sebagai pigmen.

2. Elektronik

Kebutuhan yang lebih tinggi untuk tampilan ukuran besar dan kecerahan tinggi dalam
beberapa hari terakhir yang digunakan di monitor komputer dan televisi mendorong
penggunaan nanopartikel dalam teknologi tampilan. Misalnya telluride timbal nanokristalin,
kadmium sulfida, seng selenida dan sulfida, digunakan dalam dioda pemancar cahaya (LED)
dari tampilan modern. Perkembangan elektronik konsumen portabel seperti ponsel dan

13
komputer laptop menyebabkan permintaan yang sangat besar akan baterai yang ringkas,
ringan, dan berkapasitas tinggi. Nanopartikel adalah pilihan ideal untuk pelat pemisah dalam
baterai. Lebih banyak energi yang dapat disimpan dibandingkan dengan baterai tradisional
karena strukturnya seperti busa (aerogel). Baterai yang terbuat dari nanokristalin nikel dan
hidrida logam, karena luas permukaannya yang besar memerlukan pengisian ulang yang lebih
sedikit dan tahan lebih lama

3. Peningkatan konduktivitas listrik nanopartikel digunakan untuk mendeteksi gas seperti NO2
dan NH3 [30]. Hal ini disebabkan peningkatan pori-pori nanopartikel karena transfer muatan
dari nanopartikel ke NO2 karena molekul gas mengikat mereka bersama-sama menjadikannya
sensor gas yang lebih baik.

4.Katalisis

Nanopartikel mengandung luas permukaan tinggi yang menawarkan aktivitas katalitik yang
lebih tinggi. Karena rasio permukaan terhadap volume yang sangat besar, nanopartikel
berfungsi sebagai katalis yang efisien dalam produksi bahan kimia [31]. Salah satu aplikasi
penting adalah penggunaan nanopartikel platinum dalam catalytic converter otomotif karena
mereka mengurangi jumlah platinum yang dibutuhkan karena luas permukaan nanopartikel
yang sangat tinggi sehingga mengurangi biaya secara signifikan dan meningkatkan kinerja.
Beberapa reaksi kimia misalnya reduksi oksida nikel menjadi logam nikel (Ni) dilakukan
dengan menggunakan nanopartikel.

6.Makanan

Peningkatan produksi, pengolahan, perlindungan dan pengemasan makanan dicapai dengan


menggabungkan nanoteknologi. Misalnya pelapisan nanokomposit dalam proses pengemasan
makanan dapat secara langsung memasukkan zat anti mikroba pada permukaan film yang
dilapisi. Salah satu contohnya adalah industri produksi minyak canola termasuk nanodrops,
aditif yang dirancang untuk mentransfer vitamin dan mineral dalam makanan.

14
PENUTUP

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai