Anda di halaman 1dari 17

NAMA : NURUL RISKA AUDIA

NIM : TK01701018

MATA KULIAH : NANO PARTIKEL

TUGAS 1  MENGUMPULKAN MINIMAL 5 INFORMASI PEMANFAATAN

NANOTEKNOLOGI DARI BERBAGAI BIDANG

1. MANFAAT TEKNOLOGI NANO DI BIDANG PANGAN 

Oleh: Ata Aditya Wardana

Di bidang pangan, teknologi nano telah mendapat perhatian yang cukup signifikan.

Beberapa contoh aplikasinya adalah sebagai nano-ingredient, nano-emulsi, nano-enkapsulasi,

dan nano-material additive pada produk-produk susu, nutritional drink, dan pengemas. Di tahun

2008, Friends of the Earth (lembaga internasional yang bergerak dalam pelestarian lingkungan

hidup) melaporkan terdapat 104 jenis pangan, bahan tambahan pangan, food contact materials
(kemasan, dll) yang mengandung partikel nano. Setidaknya, terdapat 4 benefit dapat diperoleh

dari pemanfaatan teknologi nano di bidang pangan:

1. Kemampuan antimikroba

Aktivitas antimikroba dari nanopartikel berhubungan dengan beberapa mekanisme. Nanopartikel

dapat secara langsung berinteraksi dengan sel-sel mikroba, misalnya mengganggu transmembran

transfer elektron, mengganggu/menembus membran sel, atau oksidasi komponen sel, atau

menghasilkan produk sekunder (misalnya reactive oxygen species (ROS) atau ion-ion logam

berat terlarut yang menyebabkan kerusakan (Li et al. 2008; Yousef dan Danial. 2012). Selain itu,

adanya interaksi NP-ZnO dengan gugus fosfor dalam DNA menyebabkan penghambatan fungsi

enzim pada bakteri (Fanny dan Silvia. 2012). Dengan kelebihan tersebut, maka nanopartikel

dapat dimanfaatkan untuk memperpanjang masa simpan jenis-jenis pangan yang mudah rusak

akibat aktivitas mikroba seperti daging dan olahannya, minimally processed food, sayuran, dll.

2. Perbaikan sifat barrier dan mekanis

Di bidang kemasan, khususnya untuk biofilm maupun film sintetis, inkorporasi partikel-partikel

nano seperti ZnO, Ag, TiO2, TiN, SiO2 terbukti berkontribusi terhadap perbaikan sifat barrier

(gas, uap air, noda) dan mekanis (fleksibilitas, durabilitas, stabilitas terhadap temperatur dan

moisture). Mekanisme perbaikan sifat mekanis tersebut berhubungan dengan interaksi interfasial

antara partikel nano (filler) dengan matriks (Ma et al. 2009; Rhim dan Wang 2013). Pendapat

lain melaporkan bahwa partikel nano berperan sebagai agen penguat karena dapat menurunkan

mekanisme plastisasi dari matriks (Marbun. 2012). Sedangkan, mekanisme perbaikan sifat

barrier yaitu adanya partikel nano dalam matriks polimer film menyebabkan perpindahan uap air

dan gas menjadi semakin sulit akibat adanya mekanisme jalur yang berliku (tortuous pathway).
3. Perbaikan stabilitas sistem emulsi

Nanoemulsi merupakan pengembangan terbaru dari teknologi emulsi (sistem yang terbentuk dari

campuran dua fase yaitu terdispersi dan pendispersi). Beberapa contoh produk emulsi

diantaranya santan, susu, margarin, dll. Kelebihan yang dimiliki nanoemulsi yaitu ukuran droplet

yang jauh lebih kecil dibandingkan generasi sebelumnya (emulsi konvensional dan

mikroemulsi). Ukuran droplet dalam skala nano menyebabkan penurunan gaya gravitasi

sehingga mencegah sedimentasi, creaming, flokulasi, dll. Dengan demikian, stabilitas sistem

emulsi menjadi semakin baik. Alat-alat yang biasanya digunakan untuk mendapatkan

nanoemulsi diantaranya high pressure homogenizer, ultra turrax, ultrasonic disruptor, high speed

blender, dll.

4. Bioavailability

Saat ini, beberapa material berukuran nano seperti nano kalsium, nano gingseng, nano propolis

telah ditambahkan untuk menambah nilai pada produk-produk pangan komersial seperti susu,

minuman energi,dll. Pada ukuran berskala nano diharapkan mampu meningkatkan

bioavailabilitas sehingga komponen-komponen bioaktif dapat diabsorbsi tubuh dengan

maksimal. Ukuran bahan yang sangat halus dan kecil menyebabkan peningkatan tingkat

kelarutan yang lebih tinggi dan terdispersi secara merata (Rochman, 2013)

Gambar 1. Variasi mekanisme antimikroba oleh material nano (Emamifar et al. 2010)
Gambar 2. Ilustrasi tortuous pathway. (Duncan 2011)

2. MANFAAT NANO TEKNOLOGI DI BIDANG KESEHATAN

Nanopartikel separuh hidrofilik dan separuh lainnya hidrofobik disebut partikel Janus dan

sangat efektif untuk menstabilkan emulsi. Mereka dapat merakit diri pada antarmuka air/minyak

dan bertindak sebagai surfaktan padat. Teknologi penghantaran obat secara terkendali

menggambarkan salah satu ilmu, yang melibatkan pendekatan multidisiplin sains, dan

berkontribusi pada peningkatan kesehatan manusia. Konsep targeting obat dan penghantaran

obat secara terkendali telah digunakan untuk memperbaiki index terapeutik obat dengan

meningkatkan lokalisasinya terhadap organ yang spesifik, sel-sel jaringan dan dengan

menurunkan potensinya untuk menyebabkan toksisitas atau efek samping pada lokasi normal

yang sensitif.

Aplikasi nanopartikel

Salah satu contohnya pada terapi kanker, agen kemoterapi memiliki efek toksik terhadap sel

tumor sebagaimana pada sel normail lainnya; penghantaran obat yang terkendali pada lokasi

penyakit memungkinkan dilakukannya penambahan dosis untuk meningkatkan efiaksi

terapeutiknya. Penghantaran obat terkendali melibatkan gabungan antara obat dengan sistem
pembawa yang akan mempengaruhi karakteristik farmakokinetik dan biodistribusinya obat

tersebut.

Oleh karena itu, teknologi nanopartikel yang telah digunakan dewasa ini, menjanjikan adanya

peningkatan efikasi obat. Distribusi pembawa tersebut dapat dikendalikan melalui pengaturan

ukuran dan sifat permukaannya. Sistem partikulat pembawa obat dikarakterisasi dengan

mempertimbangkan banyaknya obat yang terjerap, sehingga efek pelepasan obat secara

terkendali sama baiknya dengan efek perlindungan obat dari degradasi.

Tujuan formulasi nanopartikel

Tujuan utama dalam mendisain nanopartikel sebagai sistem penghantaran obat adalah untuk

mengontrol ukuran partikel, sifat permukaan dan pelepasan zat aktif untuk memperoleh  aksi

spesifik obat secara farmakologis pada dosis regimennya. Keuntungan dalam menggunakan

nanopartikel sebagai sistem penghantaran obat meliputi :

1. Ukuran partikel dan karakteristik permukaan nanopartikel dapat dimanipulasi dengan

mudah untuk memperoleh targeting obat baik aktif maupun pasif setelah pemberian

parenteral.

2. Nanopartikel mengontrol dan melepaskan obat secara perlahan-lahan selama distribusi

dan memodifikasi distribusi obat pada organ loka aksi,dan memperlambat klirens obat

sehingga terapi obat dan meminimalkan efek samping.

3. Pelepasan terkendali dan karakteristik degradasi partikel dapat dimodulasi dengan

pemilihan matrix konstituen.Loadingobat relatif tinggi dan obat dapat dijerapkan ke dalam

sistem tanpa reaksi kimia; hal ini merupakan faktor penting untuk menjaga aktivitas obat.
4. Targetingpada lokasi spesifik dapat diperoleh dengan melekatkan ligand pada permukaan

partikel atau dengan menggunakan magnetic guidance.

5. Sistem dapat digunakan pada berbagai rute pemberian termasuk oral, nasal, parenteral,

intra okular, dll.

3. MANFAAT NANO TEKNOLOGI DALAM BIDANG OTOMOTIF

Pada bidang industri otomotif, penggunaan nanoteknologi lebih dimaksudkan untuk

menambah nilai fungsi pada perangkat-perangkat otomotif, dan memperpanjang life time dari

perangkat otomotif tersebut.

Contoh dari pemanfaatan nanoteknologi dalam bidang otomotif adalah dalam

pembuatan nano filler. Berdasarkan fungsinya, material pengisi (filler) digolongkan menjadi tiga

kelompok yakni sebagai penguat (reinforcing filler), semi penguat (semi reinforcing), dan tidak

bersifat penguat (non-reinforcing filler). Beberapa bahan filler yang telah banyak beredar di

pasar adalah carbon black yang termasuk ke dalam filler bersifat penguat. Namun

pembuatan carbon black diketahui menghasilkan emisi berupa CO2 yang merupakan penyebab

terjadinya efek rumah kaca, sehingga harus dicari solusi untuk masalah ini. Nanoteknologi dapat

digunakan dalam pembuatan nanofiller yang bertujuan mengurangi emisi CO2 yang dihasilkan

pada penggunaan carbon black dalam pembuatan barang menjadi karet.

a. Pengaplikasian nanofiller pada produk olahan karet juga dapat membantu pemerintah dalam

meningkatkan harga jual dari karet itu tersendiri dan meningkatkan perekonomi dari petani

karet. Produk olahan karet dengan nanofiller yang berkualitas dan ramah lingkungan

otomatis akan menjadi nilai tambah bagi produk tersebut, sehingga akan banyak konsumen

yang menggunakan produk tersebut. Hal ini berimbas pada meningkatnya jumlah produksi
produk, dan meningkatnya kebutuhan akan bahan baku yakni karet. Hal ini menjadi

keuntungan bagi petani karet karena produk yang mereka olah laku di pasaran.

Pengaplikasian nanofiller pada industri karet sebagian besar digunakan pada bagian interior

kendaraan khususnya pada automotive foam. Penambahan nanofiller pada proses pembuatan

busa kendaraan dapat meningkatkan kestabilan busa tersebut pada kondisi yang ekstrim

seperti suhu dan kelembaban yang tinggi. Hal ini cocok diaplikasikan di Indonesia terutama

di daerah Sumatera Selatan karena memiliki suhu yang panas dengan tingkat humidifikasi

udara yang tinggi. Selain itu Sumatera Selatan juga dikenal sebagai salah satu daerah

penghasil karet terbesar di Indonesia, sehingga sangat potensial dalam pengembangan

produk ini.

Selain itu, penggunaan nanomaterial dalam bidang otomotif juga bertujuan untuk

pengurangan massa kendaraan, keselamatan, dan penghematan bahan bakar, pengaplikasian

dalam mesin dan katalis untuk pembersihan emisi otomotif, serta pengaplikasian dalam

efisiensi energi dan sel bahan bakar. Massa dari kendaraan dapat direduksi dikarenakan

suatu nanomaterial akan memiliki massa yang lebih ringan jika dibandingkan dengan

material berukuran bulk, dan juga memiliki kekuatan fisik yang jauh lebih kuat

dibandingkan dengan material berukuran bulk. Hal ini berguna dalam mengantisipasi

terjadinya kecelakaan yang diakibatkan oleh kendaraan penyok seperti kebanyakan

kecelakaan yang terjadi. Seiring dengan ringannya massa dari kendaraan tersebut, maka

akan semakin kecil gaya beratnya, dan akan berdampak pada semakin kecil energi yang

dibutuhkan untuk menggerakkan kendaraan tersebut.

b. Nanokatalis digunakan pada bagian saluran pembuangan emisi kendaraan yang berasal dari

ruang pembakaran mesin. Pada bagian tersebut terdapat katalis yang memiliki pori-pori
berukuran nano. Pori-pori yang memiliki ukuran nano tersebut akan memiliki luas

permukaan yang sangat luas, sehingga daerah kontak antara nanokatalis dengan gas emisi

buang akan semakin luas, dan akan semakin banyak jumlah polutan yang terserap di dalam

nanokatalis tersebut.

Berkembang suatu ide dimana meletakkan solar cell pada kendaraan yang bertujuan sebagai

sumber energi untuk menggerakkan kendaraan tersebut, namun hal ini masih perlu

dilakukan beberapa pengembangan lagi, diantaranya adalah dengan menggunakan

nanokomposit dengan matriks semikonduktor yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi

dari solar celltersebut. Contoh dari nanokomposit yang telah mulai digunakan adalah

TiO2 yang ditanam dalam sel semikonduktor. Efisiensi sebesar 10% dapat menghasilkan

energi sebesar 0,5 kW. Energi ini hanya perlu disimpan dalam baterai untuk selanjutnya

dapat digunakan sebagai sumber energi pada kendaraan.

4. MANFAAT NANO TEKNOLOGI DALAM BIDANG TEKNOLOGI DAN

INFORMASI

Teknologi  Quantum diperkenalkan pertama kali  oleh  Prof. Richard Feynman dari CalTech

USA pada tahun 1982 yang dipublikasi di  “Simulating physics with computers”. International

Journal of Theoretical Physics 21(6):467–488.doi:10.1007/BF02650179. Feynman

mengembangkan Teknoligi Kuantum dengan  menerapkan rumus dalam fisika kuantum yaitu

masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi.


Dengan keterbatasan disain CPU, maka dibutuhkan disian CPU yang bisa melebihi

kemampuan dari artsitektur Von Neuman saat ini Mengacu kepada tulisan  Longdell, J. J.;

Sellars, M. J.; Manson, N. B. (September 23, 2004).

“Demonstration of conditional quantum phase shift between ions in a solid”. bahwa Quantum

Computer atau komputer kuantum memiliki karateristika  yang disebut sebagai superposisi.

Tidak seperti komputer konvesioal,  komputer kuantum tidak menggunakan Bits tetapi QUBITS

(Quantum Bits) dan komputer digital melakukan perhitungan secara linier, sedangkan komputer

kuantum melakukan semua perhitungan secara bersamaan (simultan).  Komputer yang umumnya

digunakan sehari-hari merupakan komputer digital. Komputer digital sangat berbeda dengan

komputer kuantum, Komputer digital bekerja dengan bantuan  microprocessor yang berbentuk

chip kecil yang tersusun dari banyak transistor.

Sumber : Waldner, Jean-Baptiste (2007). Nanocomputers and Swarm Intelligence.

London

Penelitian yang dilakukan di CERN Teoritical Physcs yang dipubliksikan oleh  Enrique

Martin Lopez, Anthony Laing, Thomas Lawson, Roberto Alvarez, Xiao-Qi Zhou, Jeremy L.
O’Brien (2011). “Implementation of an iterative quantum order finding algorithm”. Nature

Photonics 6 (11): 773–776. arXiv:1111.4147. doi:10.1038/nphoton.2012.259. menyebutkan

bahwa  komputer kuantum juga memiliki  beberapa gate seperti yang terdapat pada komputer

konvensional yang berfungsi dalam pengaturan  qubit. Dengan semakin meningkatnya

kebutuhan akan waktu proses kmputas, maka teknologi sudah menghasilkan komputer kuantum

sampai 7 qubit, tetapi menurut penelitian dan analisa yang ada, dalam beberapa tahun mendatang

teknologi komputer kuantum bisa mencapai 100 qubit.

Bertambahnya kecepatan komputer dari waktu ke waktu, meningkatnya kapasitas hardisk

dan memori, semakin kecil dan bertambahnya fungsi telepon genggam, adalah contoh-contoh

kongkrit dari perkembangan teknologi nano di bidang IT. Dalam tulisan ini akan dipaparkan

kontribusi teknologi nano pada pengembangan IT secara garis besar, yang sampai saat ini dapat

dibagi menjadi tiga. Hal ini mengacu kepada penelitian dari Bao, Xiao-Hui; Xu, Xiao-Fan; Li,

Che-Ming; Yuan, Zhen-Sheng; Lu, Chao-Yang; Pan, Jian-wei (November 13, 2012). “Quantum

teleportation between remote atomic-ensemble quantum memories”. arXiv. arXiv:1211.2892.

Pertama, penambahan kepadatan jumlah divais. Gambaran mudahnya, bila ukuran satu

buah transistor bisa dibuat lebih kecil maka kepadatan jumlah transistor pada ukuran chip yang

sama secara otomatis akan menjadi lebih besar. Dalam pembuatan LSI (large scale integrated),

sedapat mungkin jumlah transistor dalam satu chip bisa diperbanyak.

Perkembangan Teknologi kuantum diantisipasi oleh  INTEL dengan l meluncurkan 70

Megabit SRAM (static random access memory) yang dikembangkan dengan  nano proses tipe 65
nanometer (nm). Pada produk SRAM ini, di dalam satuchip berisi lebih dari 500 juta buah

transistor, dimana lebih maju dibanding teknologi processor tipe 90 nm yang dalam satu chipnya

berisi kurang lebih 200 juta transistor. Diperkirakan ke depannya, sejalan dengan terus majunya

teknologi nano, ukuran transistor terus akan mengecil sesuai dengan hukum Moore dan

processor tipe 45 nm akan masuk pasar tahun 2007, dan selanjutnya tahun 2009 akan

diluncurkan processor 32 nm.

Kedua, Peningkatan dari algoritma Quantum yang secara signifikan. Penignkaan dari

Algorutma Kuantum bisa mempengaruhi terhadap Comlexity Algorithm sebagaimana dibawah

ini

Sumber : “Launching the Quantum Artificial Intelligence Lab”. Research@Google Blog.

Ketiga, evolusi arsitektur komputer ke bentuk superposisi. Model bisa dilihat di bawah

ini.
Sumber : http://bits.wikimedia.org/static-1.23wmf20/skins/common/images/magnify-clip.png

5. MANFAAT NANOTEKNOLOGI DALAM BIDANG ENERGI

Beberapa nanomaterial  (nanolayered dan nanoporous material) yang secara intensif

dipelajari di Pusat Studi Energi, Universitas Gadjah Mada adalah  zeolite, hidrotalsit  dan

clay. Clay atau sering juga disebut nanoclay, merupakan senyawa aluminosilikat berarsitektur

lapis dengan kation-kation antarlapis yang  umumnya dapat dipertukarkan. Bentonit merupakan

istilah perdagangan untuk sejenis clay yang mengandung montmorilonit (smektit) lebih dari

85%. Jenis clay ini ditemukan hampir diseluruh wilayah Indonesia dengan deposit tinggi.

Fragmen sisa umumnya merupakan campuran dari mineral kuarsa atau kristobalit, feldspar,

kalsit, gypsum, kaolinit, plagioklas, illit dan sebagainya. Secara struktural, montmorilonit

memiliki struktur tiga lapis dengan lapisan oktahedral alumina sebagai pusat, tertumpuk di antara

dua lapisan tetrahedral silica. Komposisi montmorilonit di dalam suatu bentonit berbeda-beda

tergantung pada proses pembentukannya di alam dan asal daerah bentonit itu. Sifat-sifat umum

dari bentonit antara lain: Berwarna dasar putih dengan sedikit kecoklatan atau kemerahan atau

kehijauan, tergantung pada jumlah dan jenis fragmen-fragmen mineralnya, memiliki sifat fisik

sangat lunak, ringan, mudah pecah, berasa seperti sabun, mudah menyerap air dan melakukan
pertukaran. Berdasarkan komposisi kation-kation di dalam antar lapis bentonit yang

mempengaruhi sifat mengembangnya, bentonit diklasifikasikan atas dua golongan besar

yaitu:Natrium-bentonit (swelling bentonite). Bentonit jenis ini mengandung  ion Na+ yang relatif

lebih banyak dibandingkan ion Ca2+ dan Mg2+ dan mempunyai sifat mengembang bila terkena

air, sehingga dalam suspensinya menambah kekentalan. Bentonit ini sering disebut sebagai

bentonit Wyoming. Kalsium-bentonit (non-swelling bentonite).Bentonit jenis ini mengandung

ion Ca2+ dan Mg2+ yang relatif lebih banyak dibandingkan ion Na + dan sedikit menyerap air. Bila

didispersikan ke dalam air bentonit ini akan cepat mengendap. Montmorilonit memiliki

kombinasi sifat pertukaran ion, interkalasi dan kemampuan dapat mengembang. Kapasitasnya

sebagai penukar ion adalah dasar dari sifat interkalasi dan kemampuan mengembangnya.

Berdasarkan kemampuan mineral untuk berinteraksi dengan bermacam-macam kation dan

molekul netral, maka hampir semua proses interkalasi mungkin dapat terjadi. Sifat terpenting

dari montmorilonit dalam desain sebagai adsorben dan katalis adalah kemampuannya untuk

mengembang, yang dipengaruhi oleh sifat agen pengembang, kation penukar, muatan lapisan dan

lokasi muatan lapisan. Montmorilonit juga dapat mengadsorpsi senyawa organik polar atau yang

bersifat ionik di antara lapisannya. Adsorpsi senyawa organik membentuk material organik-

anorganik dari montmorilonit. Basal spacing dari material ini tergantung pada ukuran dan

kerapatan molekul organic (Figueras, 1988, Wijaya, 1993).

Seperti juga clay, zeolit merupakan mineral yang kelimpahanya tinggi dan tersebar luas

di Indonesia. Mineral ini ditemukan lebih dari 200 tahun yang lalu oleh Cronstedt di dalam

bebatuan yang digunakan sebagai bahan bangunan. Spesies baru ini adalah suatu aluminosilikat

kristalin berpori yang kemudian diberi nama zeolite atau batu yang dapat mendidih. Mordenit

merupakan salah satu anggota group zeolit yang penyebarannya di alam cukup banyak. Mordenit
termasuk kelompok zeolit mikropori dengan struktur kristal orthorombik dengan kanal-kanal

atau saluran-saluran terbuka yang memungkinkan air dan ion-ion berukuran besar keluar dan

masuk saluran-saluran tersebut.  Ukuran saluran-saluran tersebut beragam sehingga mordenit

dapat berfungsi sebagai penyaring molecular dan adsorben. Selain mordenit, klinoptilolit

merupakan anggota group zeolit yang juga  banyak dijumpai di alam Klinoptilolit merupakan

krsital monoklinik,dengan tingkat kekerasan 3,5 sampai 4 serta  memiliki resistensi panas yang

tinggi (Hamdan, 1992).

Gambar 1. Nanomaterial, dari kiri ke kanan : smektit dan zeolit

Aplikasi Nanoteknologi Di Bidang  Energi

Seperti telah dipaparkan di atas material bersekala nano (nanomaterial) merupakan material yang

sangat atraktif karena mereka memiliki  sifat-sifat yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan

apa yang mereka perlihatkan pada skala makroskopisnya. Sebagai contoh logam platina meruah

yang dikenal sebagai material inert dapat  berubah menjadi material katalitik, bila ukurannya

diperkecil sehingga mencapai skala nano dan material stabil seperti aluminium dapat berubah
menjadi mudah terbakar (combustible). Pendekatan nanoteknologi di bidang energi diprediksi

dapat merevolusi teknologi energi secara signifikan.

Beberapa bidang teknologi energi yang telah mendapat sentuhan nanoteknologi saat ini

antara lain:

1. Photovoltaics: pendekatan nanoteknologi menghemat biaya operasi sampai 100 kali lebih

murah daripada teknologi konvensional .

2. Reduksi fotokatalitik : dapat mereduksi CO2  menjadi metanol.

3. Fotokonversi langsung (direct photoconversion) : dapat menghasilkan gas hidrogen dari

air

4. Sel Bahan Bakar (fuel cells) : nanoteknologi dibidang fuel cell menurunkan biaya 10-100

lipat teknologi konvensional

5. Batere dan kapasitor super (batteries and supercapacitors) :  memiliki kemampuan  10-

100 kali lipat teknologi konvensional

6. Penyimpan hidrogen (H2  storage) : lebih ringan daripada teknologi konvensional

7. Kabel daya (Power cables seperti superconductors  atau  quantum conductors) : dapat

menghemat energi listrik secara signifikan.

8. Nanoelectronics: memberi dampak revolusioner pada  komputer, sensors and devices.

9. Robot berbasis nanoelectronics : memungkinkan konstruksi dan perwatan struktur sel

surya di ruang angkasa dan perawatan reaktor nuklir.

10. Material super kuat dan ringan (Super-strong, light weight materials) : menurunkan bobot

benda sehingga dapat menghemat biaya produksi dan meningkatkan efisiensi produk.

11. Proses termokimia terkatalisis (thermochemical processes with catalysts): untuk

membangkitkan gas hidrogen dari air .


12. Lampu nanotech (nanotech lighting): untuk mengganti lampu-

lampu incandescent dan fluorescent.

13. Pelapis nanomaterial (nanomaterials coatings): untuk penggunaan dalam pertambangan

dan geotermal.

Referensi :

 http://irenamusdalifah.it.student.pens.ac.id/NANO.html

 https://farmasetika.com/2017/12/21/nanopartikel-partikel-yang-kecil-dengan-manfaat-

yang-besar-di-bidang-kesehatan/

 https://www.iatekunsri.com/artikel/keteknikkimiaan/552-nanoteknologi-dalam-otomotif-

objek-yang-kecil-dampak-yang-besar

 https://mti.binus.ac.id/2014/04/15/teknologi-nano-dan-terapannya-dalam-teknologi-

informasi/

 https://pse.ugm.ac.id/nanoteknologi-dan-energi/

Anda mungkin juga menyukai