Pengertian nanoteknologi adalah manipulasi materi pada skala atomik dan skala molekular.
Deskripsi awal dari nanoteknologi mengacu pada tujuan penggunaan teknologi untuk memanipulasi atom dan
molekul untuk membuat produk berskala makro.
Secara umum, nanoteknologi merupakan teknologi yang berada pada skala nano yang dikembangkan untuk
penelitian dan industri, seperti halnya chips yang ada pada radio digital, telepon genggam, dan sebagainya.
Nanoteknologi sangat mendukung pelaksanaan kimia hijau. Berkat nanoteknologi, 12 prinsip kimia hijau lebih
mudah diterapkan dalam proses industri.
1. Pencegahan limbah
Pengembangan sintesis model baru dengan menggunakan partikel nano akan dapat mengurangi, bahkan
menghilangkan limbah produksi.
9. Gunakan katalis
Salah satu bidang kegiatan nanoteknologi adalah menemukan katalis nano yang efisien.
1. Antimikroba
Nanopartikel Ag digunakan sebagai zat antimikroba pada sabun, perban pada operasi bedah, dan bahan
kecantikan.
2. Tabir Surya
Dalam tabir surya terdapat nanopartikel ZnO dan TiO2 yang dapat menyerap sinar ultraviolet. TiO2 juga tedapat
pada pemutih kulit.
3. Pakaian
Nanoperak pada serat kain dapat berfungsi sebagai antibakteri. Nanopartikel ZnO dan TiO2 yang dapat
menyerap sinar ultraviolet dapat disisipkan pada serat kain. Nanosilika yang disisipkan pada serat kain dapat
mencegah noda.
4. Alat Olahraga
Peralatan olahraga, termasuk raket dan kerangka sepeda yang dibuat dari bahan karbon nanotubes (CNTs)
mempunyai sifat keras, kuat, ulet, dan ringan.
Mungkin sahabat tidak menyadari bahwa setiap hari sahabat memanfaatkan hasil nanoteknologi untuk
keperluan sehari-hari. Misalnya bahan pembersih muka, bahan pelindung cat mobil (nanoceramics), dan layar
sentuh telepon genggam yang sahabat gunakan. Semua bahan tersebut merupakan produk nanoteknologi.
Itulah penjelasan mengenai Peran Nanoteknologi dalam Praktik Kimia Hijau, semoga dapat memberikan
manfaat dan berkah bagi kita semua.
Dalam bidang kesehatan, melalui nanoteknologi dapat diciptakan “mesin nano” yang disuntikkan ke dalam
tubuh guna memperbaiki jaringan atau organ tubuh yang rusak. Penderita hipertensi, misalnya, kini tak perlu
lagi disuntik atau mengonsumsi obat, cukup hanya disemprot saja ke bagian tubuh tertentu. Nanoteknologi
dapat merekayasa obat hingga dapat mencapai sasaran dengan dosis yang tepat, termasuk peluang untuk
mengatasi penyakit-penyakit berat seperti tumor, kanker, HIV, dan lain lain.
Molekul dalam skala nano yang bersifat multifungsi dapat digunakan untuk mendeteksi serta membunuh sel
kanker. Metode yang digunakan pada aplikasi ini yaitu dengan menghantarkan partikel nano yang membawa
peluru (obat untuk membunuh sel kanker) menuju sel target (sel kanker) yang kemudian diserang dan
dimatikan. Dengan cara seperti ini partikel nano akan tepat sasaran dikarenakan dalam skala kecil mampu
menembus sel target dengan tepat dan efektif.
Penerapan nanoteknologi dalam pengolahan pangan bisa dibilang relatif baru, namun diperkirakan
penerapannya akan tumbuh dan berkembang dengan pesat pada beberapa tahun kedepan. Penerapan
nanoteknologi dalam pengolahan pangan dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki rasa, tekstur, warna,
flavor, serta konsistensi bahan pangan; meningkatkan daya serap dari zat gizi serta suplemen yang sehat;
memperbaiki berbagai sifat, hambatan, serta antimikroba bahan pengemas; mengembangkan sensor nano
untuk mendeteksi kontaminan serta bakteri patogen; memperbaiki kemamputelusuran dan pemantauan
kondisi bahan pangan ketika penyimpanan dan transportasi.
Penerapan nanoteknologi dalam pengolahan pangan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori sebagai
berikut.
1. Kelompok bahan pangan yang sudah diproses dan diformulasi menjadi struktur nano.
2. Kelompok material berukuran nano yang dienkapsulasi/bahan aditif partikel nano hasil
rekayasa yang dimanfaatkan dalam bahan pangan.
3. Kelompok material nano yang dikolaborasikan dengan tujuan menciptakan bahan pengemas
lebih baik.
4. Kelompok peralatan berbasis material dan nanoteknologi, contohnya alat pengolah air nano.
Penambahan kapsul nano dalam bahan pangan yang dapat pecah dan larut dengan bantuan microwave pada
berbagai frekuensi berbeda adalah penerapan nanoteknologi yang cukup menarik. Sifat ini dapat menyebabkan
sifat interaktif pada pangan dan minuman sesuai dengan flavor serta warna yang dikehendaki.
Contoh penerapan lainnya adalah pengembangan katalis untuk pemurnian minyak goreng yang terbuat dari
keramik nano guna mengurangi bau tengik yang tidak diinginkan.
Era revolusi industri 4.0 saat ini mencakup beragam teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan (AI), Internet
of Things (IoT), wearables, robotika canggih, 3D printing, neuro-bioteknologi, dan nanoteknologi. Indonesia
menetapkan fokus pada lima sektor utama untuk penerapan awal dari teknologi ini, yaitu (a) makanan dan
minuman, (b) tekstil dan pakaian, (c) otomotif, (d) kimia, dan (e) elektronika. Di bidang tekstil dan pakaian,
ditargetkan pada tahun 2030 Indonesia menjadi produsen functional clothing yang terkemuka. Strategi yang
dilakukan adalah:
1. Meningkatkan kemampuan di sektor hulu, fokus pada produksi serat kimiawi dan bahan
pakaian dengan biaya yang lebih rendah serta berkualitas tinggi untuk meningkatkan daya
saing di pasar global.
2. Meningkatkan produktifitas manufaktur dan buruh melalui penerapan teknologi, optimalisasi
lokasi pabrik, serta peningkatan ketrampilan. Lebih lanjut, seiring dengan pertumbuhan
ekonomi dan pergeseran permintaan dari pakaian dasar (basic clothing) menjadi pakaian
fungsional.
3. Membangun kemampuan produksi functional clothing.
4. Meningkatkan skala ekonomi untuk memenuhi permintaan functional clothing yang terus
berkembang, baik di pasar domestik maupun ekspor.
Batik telah menjadi bagian dalam kehidupan bangsa Indonesia. Saat ini batik digunakan dalam kehidupan
sehari-hari baik sebagai pakaian maupun peralatan rumah tangga. Masyarakat menggunakan batik dari
kelahiran bayi sebagai gendongan, bedong, pakaian, sampai pada upacara kematian. Oleh karena itu, sangat
penting dikembangkan batik fungsional. Batik fungsional merupakan batik yang memiliki fungsi lebih dari
sekedar sebagai bahan pakaian, namun bahan tersebut dapat bersifat antibakteri, anti UV, hidrofobik (anti air),
tidak mudah kusut, dan tidak mudah kotor (self cleaning).
Material nano dalam berbagai bentuk seperti nano partikel logam, oksida logam, dan nano komposit telah
banyak digunakan dalam fungsionalisasi tekstil untuk memberikan sifat anti UV, antibakteri, konduktif, anti
kotor, dan anti air. Nanopartikel tersebut dapat diaplikasikan pada permukaan tekstil dengan beberapa cara,
antara lain in situ sintesis di permukaan tekstil, penyemprotan (spraying), dan wet processes (perendaman).
Nanopartikel yang biasa digunakan adalah nanopartikel perak, titanium dioksida (TiO2), dan seng oksida (ZnO).
Nanopartikel perak memiliki aktivitas antibakteri yang kuat dan menghasilkan warna yang berbeda-beda
tergantung pada ukuran dan bentuknya. Titanium dioksida (TiO2) digunakan untuk fungsionalisasi tekstil jenis
katun, wool maupun serat sintetik yang dapat memberikan sifat antibakteri, anti UV, dan self cleaning (anti
kotor). TiO2 pada kain katun dengan cross linking kitosan dapat memberikan sifat anti UV. Kain sutera yang anti
UV berhasil dibuat oleh Zhang dengan impregnasi Hyperbranched polymer–TiO2. Seng oksida banyak dipakai
sebagai agen finishing pada tekstil, coating, kosmetik, dan serat selulosa untuk menghambat pertumbuhan
bakteri.
Aplikasi seng oksida pada kain selain dapat memberikan sifat antibakteri juga dapat meningkatkan kualitas
pewarnaannya. Kain katun yang sebelumnya telah dilakukan proses karboksimetilasi kemudian diaplikasikan
menggunakan seng oksida dan titanium isopropoksida memiliki sifat antimikroba dan ketahanan luntur warna
yang baik. Aplikasi ZnO pada kain juga dapat memberikan sifat anti UV. Pelapisan ZnO bersama binder
poliakrilat 5% dengan pengulangan proses padding-drying hingga 2 kali memberikan sifat anti UV yang baik
pada kain katun kanvas.
Suatu permukaan dikatakan anti air atau hidrofobik apabila cairan yang diteteskan di atas permukaan
membentuk butiran air dengan sudut kontak cukup besar. Seperti pada gambar dibawah ini, permukaan yang
memiliki sudut kontak lebih dari 90⁰ dapat dikatakan sebagai permukaan yang hidrofobik. Seng oksida (ZnO)
dan asam stearat yang diaplikasikan pada kain katun dengan teknik penyemprotan-perendaman dapat
memberikan sifat hidrofobik/anti air dengan sudut kontak air lebih dari 90⁰
Industri Elektronik
Para peneliti di University of Texas di Dallas telah menciptakan sebuah kendaraan bawah laut yang terinspirasi
dari ubur-ubur yang dapat berjalan menggunakan energi terbarukan dan dapat digunakan dalam kegiatan
penyelamatan laut dan pengawasan misi militer. Robot ubur-ubur tersebut dijuluki Robojelly yang dapat
memanfaatkan gas hidrogen dan oksigen dalam air sebagai bahan bakar sehingga robot bawah air tersebut
tidak perlu baterai atau listrik. Selama perjalanan di laut, robot ini hanya membuang limbah berupa air.
Para insinyur dan ilmuwan telah semakin beralih ke alam untuk mendapatkan inspirasi saat membuat teknologi
baru. Gerakan sederhana namun kuat dari ubur-ubur membuat hewan ini menarik untuk disimulasikan sebagai
robot. Robojelly terdiri dari dua struktur seperti lonceng yang terbuat dari silikon yang melipat seperti payung.
Payung tersebut saling terhubungkan sehingga berfungsi seperti otot yang berkontraksi untuk bergerak. Otot-
otot ini terbuat dari paduan nikel dan titanium yang dibungkus karbon nanotube dan dilapisi dengan platinum.
Ketika campuran hidrogen dan oksigen bertemu dengan platinum, maka akan dihasilkan panas dan uap air.
Panas ini kemudian menyebabkan kontraksi yang menggerakkan perangkat otot dan memompa air keluar
dalam satu siklus. Oleh karena itu, robot ini dapat tinggal di bawah air yang sangat lama dan mengisi bahan
bakarnya sendiri ketika sedang melakukan pengawasan.