Anda di halaman 1dari 6

Tugas UTS Review Artikel

Hanifa Abdillah Rasyid


402019718012/Farmasi 5
Pengantar Nano Kosmetik
Semakin berkembangnya zaman, semakin berkembang pula ilmu pengetahuan dan
teknologi, terutama di bidang kosmetik. Saat ini banyak inovasi-inovasi untuk lebih
meningkatkan keefektifan kosmetik dikalangan masyarakat. Salah satunya penerapan nano
partikel dalam kosmetik. Nano adalah ukuran satu partikel yang super kecil. Satu nanometer
(nm) adalah 1 per 1 juta milimeter (nm) atau 1 per 1 bilium meter (10 -9 meter)[ CITATION Art \l
1033 ]. Untuk dibayangkan bandingkan dengan sel darah merah partikel nano hampir 1:70-100
lebih kecil, dan dibandingkan dengan diameter rambut adalah 1:5000. Satu mikron (μm) adalah
1:1.000.000 meter (m) atau 1:1000 milimeter (mm)[ CITATION Art \l 1033 ].
Partikel dengan ukuran nano bervariasi antara 1-999 nm, namun para peneliti focus pada
ukuran yang seringa da dalam kosmetik yaitu 1-100 nm, meskipun ada pendapat bahwa nilai
batas yang harus diamati adalah ukuran 300nm. Partikel berukuran mikron disebut micronized
particles, dengan ukuran lebih dari 1000 nm. Beberaoa pabrik kosmetik mengungkapkan bahwa
ukuran kosmetik mereka hanya micronized (12-15 μm = 12.000-15.000 nm) bukan nano partikel
[ CITATION Art \l 1033 ]. Objek nano harus memenuhi kriteria 3 dimensi eksternal dalam skala
tersebut, yaitu oanjang, lebar dan tinggi, sedangkan istilah partikel nano (nano particles) dipakai
bila memenuhi skala nano dalam 3 dimensi partikelnya sekaligus. Bilamana hanya 2 dimensi
misalnya panjang dan lebar disebut sebagai nano rod. Sedangkan bila hanya 1 dimensi disebut
sebagai nano plate [ CITATION Hew12 \l 1033 ].
Dalam kosmetik, partikel mineral berukuran nano akan bercampur dengan kandungan
kosmetik lainnya, sehingga dapat terjadi penggabungan partikel-partikel sejenis atau lain jenis
dalam kosmteik tersebut, gabungan disebut bonded atau fused, apabila terikat sangat erat
sehingga ukurannya menjadi lebih kecil dari jumlah ukuran masing-masing dan disebut sebagai
gabungan (aggregate). Bila tidak cukup erat dan ikatannya longgar (collection of loosely bound
particles), sehingga diameter gabungan sama dengan jumlah diameter masing-masing disebut
sebagai timbunan (agglomerate). Kedua macam gabungan akan mengurangi kemampuan partikel
masuk ke sela tau aliran darah [ CITATION Hew12 \l 1033 ].
Penggunaan teknologi nano dalam bidang dermatologi dan kosmetik menunjukkan
peningkatan yang pesat. Aplikasi teknologi nano telah menimbulkan revolusi dalam modalitas
terapi dan diagnostic untuk berbagai penyakit. Berbagai potensi penggunaan teknologi nano
dalam bidang dermatologi dan kosmetik, meliputi tabir surya, pelembab, formulasi anti penuaan,
fototerapi, antiseptic, vaksin, terapi kanker kulit, perawatan rambut dan kuku, antimikroba, skin
filler, kortikosteroid, dan sebagainya [ CITATION Ari15 \l 1033 ].
Teknologi memebuat partikel menjadi kecil dengan tujuan meningkatkan kemampuan
kosmetik agar dapat diserap ke lapisan dalam epidermis, sehingga zat aktif dalam kandungan
akan mampu memperbaiki sel dermis dan epidermis dari kerusakan yang terjadi dengan lebih
cepat dan efektif. Sebelum ditemukan teknologi nano usaha tersebut sudah dijalankan dengan
berbagai car, yaitu dengan menambahkan bahan yang dapat mengelupaskan atau mengiritasi
kulit, misalnya asam salisilat, asam alfa hidroksi atau retinoid. Pernah juga dilakukan polarisasi
ion kosmetik dengan cara ionisasi (ionosfer), lalu ditambahkan liposom agar meningkatkan daya
absorpsi, menambahkan zat yang penetration enchancer atau cara terapi meso. Sejauh ini cara-
cara meningkatkan sifat absorpsi kandungan kosmetik tidak menjadi masalah, karena ukuran
partikel masih cukup besar sehingga tidak dapat menembus sel organ vital dalam tubuh
[ CITATION Was12 \l 1033 ].

Bila partikel kosmetik dibuat amat sangat kecil,maka kandungan dapat menembus sawar
jaringan, termasuk pembuluh darah, sel darah, sel paru-paru, sel otak dan bahkan DNA. Para
peneliti memperkirakan kemungkinan resiko terhadap Kesehatan akibat penggunaan kosmetik
jangka panjang sebagai berikut: kerusakan paru-paru, toksisitas sel di semua jaringan, kerusakan
DNA, gangguan bayi dalam kandungan, kanker akibat radikal bebas kosmetik yang terkena sinar
UV. United Kingdom Royal Society, sebuah Lembaga ilmiah tertua dan terpercaya di Inggris,
menetapkan bahwa setiap produk yang mengandung partikel nano harus diperlakukan sbagai zat
kimia baru, dan harus dilakukan penelitian kemanan sebelum digunakan dalam poduk konsumen,
serta harus ditulis dalam label untuk memberi informasi yang benar [ CITATION Bea \l 1033 ].
Keamanan dan aspek toksikologi menjadi perhatian penting system penghantaran obat
menggunakan partikel nano. Masih banyak kontriversi terkait kemanan partikel nano. Nanokarier
yang digunakan untuk aplikasi medis harus bersifat biokopatibel (mampu berintegrasi dengan
system biologis tubuh tanpa merangsang respons imun atau efek negative lain) dan tidak toksik
untuk system biologis tubuh. Efek samping partikel nano dipengaruhi oleh berbagai faktor
meliputi:ukuran, bentuk, jumlah, sifat kimiawi permukaannya, cara pemberian, dan reaksi
dengan system imun (terutama makrofag dan granulosit)[ CITATION Bro10 \l 1033 ].
Partikel dalam ukuran mikroskopik yang dianggap aman, belum tentu juga aman dalam
ukuran nano karena perbedaan sifat fisikokimianya. Oleh karena itu, uji toksikologi diperlukan
untuk setiap sediaan nanokarier yang baru. Pada dasarnya, partikel yang lebih kecil, volumenya
lebih kecil, tetapi luas area permukaan lebih besar sehingga lebih reaktif karena interaksi dengan
lingkungan yang lebih banyak. Partikel dalam ukuran nano dapat menjadi allergen, iritan, hapten
dan cross reactant[ CITATION Wil12 \l 1033 ]. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat
(United States Food and Drug Administration/US FDA) telah mengeluarkan panduan mengenai
uji keamanan dan toksikologi pada hewan coba yang harus dilakukan sebelum produk nano
mendapat ijin untuk dapat dilakukan uji klinis pada manusia, yang kemudian untuk mendapatkan
ijin dipasarkan pada khalayak luas.
Metode Pembuatan
Pembuatan nanopartikel dapat diklasifikasikan secara luas menjadi dua kategori yaitu
[ CITATION Abd \l 1033 ] :

1. Proses top-down
Proses top-down terdiri atas pengurangan ukuran partikel yang lebih besar
menjadi partikel yang lebih kecil dengan menggunakan teknik penggilingan yang
bervariasi seper sperti penggilingan media, mikrofluidisasi dan homogenisasi tekanan
tinggi. Tidak ad pelarut keras yang dugunakan dalm teknik ini. Walaupun demikian,
semua proses penggilingan media membutuhkan energi yang tinggi dan tidak efisien.
Pertimbangan terhadap banyaknya panas yang dihasilkan material yang temolabil
menjadi sulit.
2. Proses bottom-up
Pembuatan bottom-up berupa pembentukan nanostruktur atom demi atom atau
molekul demi molekul. Pada pendekatan bottom-up, obat dilarutkan dalam pelarut
organic dan kumudian diendapkan pada penambahan antisolvent dalam adanya stabilizer.
Nano partikel sangat banyak digunakan dalam system penghantaran obat kosmetik dan
sediaan dermal. Nano partikel tersebut memiliki beberapa jenis yang sering digunakan dalam
kosmetik dan sediaan dermal yaitu Solid Lipid Nano Particles, Nanostructured Lipid Carrier, dan
Lipid Drug Conjugates Nanoparticles. Pemilihan metode pembuatan nano partikel bergantung
dengan karakter fisikokimia dari polimer dan obat yang akan dimasukkan. Adapun metode yang
telah dilakukan dalam pabrik antara lain kalsium karbonat, solid-lipid nanopartikel dan
nanostructured lipid carrier serta polimer nanopartikel dan electroporation, namun yang paling
banyak digunakan adalah metode double emulsion dan evaporasi serta solvent evaporations
[ CITATION Yad12 \l 1033 ].

Salah satu contoh sediaan nanokosmetik adalah krim, beberapa metode pembuatan
nanopartikel untuk krim antara lain high speed homogenization (HSH), ultrasound, high pressure
homogenization (HPH), solvent emulsification (SE), solvent injection/solvent displacement dan
membrane contractor [ CITATION Dwi13 \l 1033 ].
Bahan dan alat yang digunakan pada jurnal peningkatan stabilitas emulsi krim
nanopartikel untuk mempertahankan kelembaban kulit oleh Dwinna Rahmi et al, 2013 yaitu :
Bahan yang dipakai adalah asam stearat, cetil alkohol, cetil stearil alkohol, gliserin, dan olive oil.
Alat yang digunakan adalah Mixer merk Labortechnik dipakai untuk pembuatan krim
konvensional dan alat Ultrasonic Processor merk Chrom Tech. dipakai sebagai reaktor untuk
menghasilkan krim nanopartikel, Particle Size Analizer (PSA).
Proses pembuatan krim yaitu : Fasa lemak yaitu asam stearat, cetil alkohol dan cetil
stearil alkohol disiapkan lalu dicairkan dengan water bath pada suhu 70oC. Sementara itu fasa
cair yaitu gliserin dan air demineral juga dipanaskan pada suhu 55oC. Homogenkan fasa cair
dengan memasukkan fase lemak sedikit demi sedikit menggunakan alat mixer. Penghomogenan
dilakukan dengan motor pengaduk pada kecepatan 1000 rpm menghasilkan krim biasa.
Lanjutkan homogenisasi menggunakan alat ultrasonik dengan diameter getaran < 10 mm untuk
menjadikan nanopartikel (selanjutnya disebut krim nanopartikel). Produk krim nanopartikel
dimasukkan kedalam wadah kaca yang sudah dibersihkan dan disterilkan. Terakhir tutup dan
simpan didalam pendingin.
Stabilitas emulsi diukur dengan cara memasukkan sampel ke dalam suatu wadah dan
ditimbang beratnya. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 450C
selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu 00C selama 1 jam dan
dikembalikan lagi ke dalam oven bersuhu 450C selama 1 jam. Pengamatan dilakukan terhadap
kemungkinan terjadinya pemisahan air dari emulsi. Bila terjadi pemisahan, emulsi dikatakan
tidak stabil dan tingkat kestabilannya dihitung berdasarkan persentase fasa terpisahkan terhadap
emulsi keseluruhan. Stabilitas emulsi dihitung berdasarkan rumus berikut : Stabilitas Emulsi
(SE) (%) : (Berat fasa yang tersisa/Berat total bahan emulsi) x 100%.
Jenis-jenis Nano Kosmetik (Skin care)
Dalam bidang kosmetologi, penggunaan teknologi nano sangat berkembang dalam
pembuatan kosmetik. Dengan tujuan lebih meningkatkan penampilan dan kegunaannya.
Berbagai jenis kosmetik hasil produksi teknologi tersebut dipasarkan ke masyarakat dan menjadi
pilihan terkini konsumen untuk mendapat hasil lebih sempurna. Beberapa contoh penggunaan
nano kosmetik (skincare) adalah anti aging, uv protection, anti acne, gel nanoparticles, dan
sediaan krim.
Formulasi
Produk krimanti penuaan merupakan salah satu produk yang banyak dikembangkan
dengan teknologi nano. Retinoid merupakan pelopor sediaan nano untuk anti penuaan. Di
pasaran telah beredar sediaan nanosom pro retinol A untuk membantu mengurangi kerutan dan
mengencangkan kulit. Mekanismenya melalui hiperplasia epidermal, perangsangan sintesis
kolagen, hambatan matriks metaloproteinase yang memecah kolagen, dan memengaruhi
melanogenesis sehingga mencerahkan dan memperbaiki tampilan kulit yang rusak [ CITATION
Ari15 \l 1033 ].

Beberapa antioksidan (misalnya koenzim Q10, likopen, resveratrol) bersifat sangat


lipofilik sehingga cenderung terakumulasi di lapisan tanduk, padahal antioksidan ter-sebut
seharusnya menembus ke lapisan kulit yang lebih dalam untuk mendapatkan efek yang
diharapkan. Se-baliknya, beberapa antioksidan yang bersifat sangat hidrofilik (misalnya vitamin
C) tidak dapat menembus lapisan tanduk sehingga tidak efektif bila diberikan secara topical
[ CITATION Mon14 \l 1033 ].

Kebanyakan antioksidan bersifat tidak stabil karena sangat sensitif terhadap radiasi UV
dan oksigen. Beberapa antioksidan juga menimbulkan pewarnaan. Hal-hal tersebut menyebabkan
sulit untuk membuat sediaan antioksidan topikal yang dapat diterima dari segi estetik.
Memasukkan antioksidan ke dalam nanokarier yang sesuai akan meng-hasilkan produk anti
penuaan yang lebih efektif karena memperbaiki kelarutan, permeabilitas, dan stabilitas [ CITATION
Mon14 \l 1033 ].

Evaluasi sediaan
Evaluasi mutu fisik sediaan krim nano kosmetik adalah sebagai berikut :
1. Pengamatan stabilitas fisik sediaan
2. Cycling test
3. Pemeriksaan homogenitas
4. Pengukuran pH sediaan
5. Pengujian daya sebar
6. Penentuan viskositas
7. Uji sentrifugasi
8. Pengukuran tegangan antar muka
9. Penentuan ukuran partikel nanokrim menggunakan alat particle size analyzer.
Contoh Sediaan di Pasaran atau Market
Beberapa produk dipasaran yang telah menggunakan nano teknologi dalam bidang
kosmetik adalah sebagai berikut [ CITATION Bea \l 1033 ]:
Merek Produk Nanopartikel
Christian Dior Foundation spf 25 100-200 nm spheroids
200-600 nm rods (length)
Clarins Foundation spf 15 100 nm rods (length)
100-200 nm plates (length)
Lancome Foundation spf 12 20-80 nm spheroids

L’Oreal Foundation spf 15 80 nm spheroids


400 nm to 1 mm rods (length)
Max Natural Mineral 80 nm spheroids

Yves Foundation spf 25 80-600 nm (length)


The Body Shop Natural Mineral 30-100 nm spheroids

Daftar Pustaka

Abdassah, M. (t.thn.). Nanopartikel dengan Gelasi Ionik. Farmaka Vol.15 No.1.


Arif T. Et al. (2015). Therapeutic and diagnostic applications of nanotechnology in dermatology
and cosmetics. Journal Nanomedicine Biotherapic Discov, 134.
Articles Nano Particles in Mineral Make-Up. (t.thn.). Diambil kembali dari Beauty by the batch:
http://www.Beautybythebatch.com/articles/nanoparticlesmineralmakeup.asp
Beauty Industri Backs High Risk Small Particles: Controversial Nano-ingredients found in Big
Name Brands. (t.thn.). Diambil kembali dari Friends of Earth Australia:
http://lft.ucc.usyd.edu.au/lif-download.cgi?id=4ddf3aa7e05c1b0e9499be74.
Brounagh RL, & Katz LM. (2010). Cosmetics and Aging Skin. Textbook of Aging Skin.
Dwinna Rahmi et al. (2013). Peningkatan stabilitas emulsi krim nanopartikel untuk
mempertahankan kulit. Jurnal Kimia Kemasan Vol.35 No.1.
Hewitt JP. (2012). Nanotechnology in Sunscreen Cosmetic. In Personal Skincare.
Montenegro L. (2014). Nanocarrier for skin delivery of cosmetic antioxidants. Journal Pharm
Pharmacogn.
Wasitaatmadja SM. (2012). Absorpsi Kosmetik dalam Dermatologi Kosmetik. Jakarta: Badan
Penerbit FK UI.
Wilczewska AZ, Niemirociwcz K, Markiewicz KH , & Car H. (2012). Nanoparticles as drug
delivery system. Pharmacol Reports.
Yadav VG et al. (2012). Nanotechnology: A Tool to Enhance Therapeutic Values of Natural
Plant Products. Trends in Medical Health Research.

Anda mungkin juga menyukai