atas perintah Allah Ta’ala. Berapa kali sangkakala itu ditiup? Berkaitan
dengan masalah ini, ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama
tentang berapa kali Sangsakala di tiup. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan
Ibnu Katsir menyatakan ada tiga kali tiupan. Pendapat ini pula yang dipilih
oleh Syaikh Sholih Alu Syaikh ketika beliau menjelaskan kitab al-Aqidah al-
Wasithiyah.
“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang
di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki
Allah.” (QS. An-Naml: 87)
ض إِالَّ َم ْن شَا َء هللاُ ث ُ َّم نُ ِف َخ فِ ْي ِه أ ُ ْخ َرى فَإِذَا هُ ْم قِيَا ٌمِ ت َو َم ْن فِي اْأل َ ْر
ِ اوا َّ صعِقَ َم ْن فِي ال
َ س َم َ َص ْو ِر ف
ُّ َونُ ِف َخ فِي ال
)68( َظ ُر ْون ُ يَ ْن
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian sangkakala itu ditiup sekali
lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannnya masing-
masing).” (QS. Az-Zumar: 68).
Inilah tiga kali tiupan yang disampaikan oleh Syaikhul Islam ibnu
Taimiyah rahimahulah. (Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
4/260-261).
Sebagian ulama lagi berpendapat ada dua tiupan. Inilah pendapat Syaikh
Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah. Tiupan Sangsakala
pertama berfungsi sebagai tiupan yang mengejutkan dan membuat pingsan
semua makhluk, baik yang di langit maupun di bumi, kecuali yang
dikehendaki Allah Ta’ala. Sedangkan tiupan kedua berfungsi untuk
membangkitkan semua makhluk dari kuburnya. Setelah tiupan yang kedua
ini, bangkitlah manusia dari liang kuburnya untuk menghadap Rabb semesta
alam. (Syarhu Lum’at al I’tiqad, Tahqiq Asyraf Abdul Maqsud, hal. 114)
)11( َاء َما ًء ِبقَ َد ٍر فَأ َ ْنش َْرنَا بِ ِه بَ ْل َدة ً َم ْيتًا َكذَلِكَ ت ُ ْخ َر ُج ْون َّ َوالَّذِي ن ََّز َل ِمنَ ال
ِ س َم
“Dan Rabb yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan)
lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan
dikeluarkan (dari dalam kubur).” (QS. Zukhruf: 11)
اس ث ُ َّم يُ ْنفَ ُخ فِ ْي ِه أ ُ ْخ َرى فَإِذَا هُ ْم َ الظ ُّل – نُ ْع َما ُن الشَّاكُّ – فَت َ ْنبُتُ ِم ْنهُ أ َ ْج
ِ َّسا ُد الن ِّ ِ الط ُّل أ َ ْو
َّ ُط ًرا َكأَنَّه
َ ث ُ َّم ي ُْر ِس ُل هللاُ َم
ُ قِيَا ٌم يَ ْن
َظ ُر ْون
ٍ ض ُه ْم إِلَى بَ ْع
ض ُ ش ُّد ِم ْن أ َ ْن يَ ْن
ُ ظ َر بَ ْع َ َ اَأل َ ْم ُر أ
“Keadaannya jauh lebih berat dari sekedar melihat satu sama lain.” (Hadits
shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5102).
b. Bumi yang kering dan tandus akan hijau kembali dan tumbuhan yang mati akan bergerak
subur setelah disirami hujan. Dzat Yang mampu menghidupkan tumbuh-tumbuhan setelah
mati, tentu mampu menghidupkan orang-orang yang sudah mati.
Allah berfirman, “Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)Nya bahwa kamu melihat
bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan
subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati.
Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat: 39).
Allah berfirman, “Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-bijian tanaman yang diketam, dan pohon
kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun untuk menjadi rezki
bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering).
Seperti itulah terjadinya kebangkitan.” (QS. Qaaf: 9-11).
Orang-orang yang mengingkari siksa kubur dan keni’matannya mengira hal itu suatu perkara
yang mustahil serta bertolak belakang dengan kenyataan karena apabila kubur digali, tidak
akan didapati seperti semula, tidak bertambah luas dan tidak pula bertambah sempit. Dugaan
mereka ini jelas tidak benar menurut syara, indera, dan akal